• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari tabel analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat interaksi 3 faktor yang sangat nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 105 HST, diameter pangkal batang umur 45 HST, bobot kering tajuk tanaman umur 65, 85 dan 105 HST, rasio tajuk akar umur 65 HST, panjang akar 45 dan 85 HST, laju asimilasi bersih umur 65-85 HST dan serta interaksi yang nya ta antara ke 3 faktor yaitu terhadap parameter tinggi tanaman umur 85 HST.

Interaksi antara tanah, konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk daun Gandasil D terhadap tinggi tanaman, diameter pangkal batang, bobot kering tajuk tanaman, rasio tajuk akar, laju asimilasi bersih dan laju tumbuh relatif menunjukkan adanya perbedaan respons keenam parameter tersebut akibat berbedanya lapisan tanah, konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk daun Gandasil D. Dari berbagai kombinasi antara lapisan tanah, konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk daun Gandasil D yang dicobakan ternyata pertumbuhan bibit kelapa sawit yang terbaik dijumpai pada kombinasi lapisan tanah top soil, konsentrasi 2 g/l air dan interval waktu pemberian 7 hari sekali (T1K2I1). Hal ini disebabkan karena konsentrasi pupuk daun Gandasil D 2 g/l air dan interval 7 hari sekali merupakan konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk daun yang optimal untuk bibit kelapa sawit yang ditanam pada lapisan top soil tanah salin. Hal ini sesuai dengan pendapar Sarief (1986), pemupukan melalui

daun harus teratur dan seimbang sehingga ketersediaan unsur hara bagi tanaman dalam keadaan optimum. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 41. Perbandingan antara tanaman yang memiliki pertumbuhan terbaik (T1K2I1) dibandingkan dengan tanaman yang memiliki pertum buhan yang terendah (T2K1I3) pada umur 65 HST

Bila konsentrasi diturunkan menjadi 1 g/l air dan interval waktu ditambah menjadi 14 dan 21 hari sekali tidak memberikan pertumbuhan yang nyata. Hal ini diduga karena unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit tidak cukup tersedia, sehingga tidak mampu merangsang pertumbuhannya kearah yang lebih baik, terlebih lagi media tanam yang digunakan adalah tanah salin. Namun bila konsentrasi ditingkatkan menjadi 3 g/l air juga tidak meningkatkan pertumbuhan tanaman karena pada konsentrasi ini sudah digolongkan kedalam konsumsi lux, sehingga terkadang dapat meracuni tanaman, walaupun dalam penelitian ini, peningkatan konsentrasi pupuk daun Gandasil D menjadi 3 g/l air tidak sampai meracuni tanaman.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tanah salin lapisan topsoil (T1) menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik untuk bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) daripada tanah salin lapisan subsoil. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tanah salin lapisan topsoil sangat nyata meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, diameter pangkal batang, luas daun, panjang akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif, rasio tajuk-akar dan kadar prolina daun pada semua umur pengamatan.

2. Penggunaan pupuk daun Gandasil D dengan konsentrasi 2 g/l air (K2) merupakan konsentrasi pupuk daun Gandasil D terbaik untuk pertumbuhan bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman, diameter pangkal batang, luas daun, panjang akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar, jumlah klorofil, laju asimilasi bersih dan rasio tajuk akar pada semua umur pengamatan. 3. Interval waktu pemberian pupuk daun Gandasil D 7 hari sekali (I1) merupakan

interval waktu yang paling efektif untuk pertumbuhan bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dibandingkan dengan interval waktu 14 dan 21 hari sekali. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman, diameter pangkal batang, luas daun, panjang akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar, jumlah klorofil, laju asimilasi bersih dan rasio tajuk akar pada semua umur pengamatan.

4. Perlakuan konsentrasi pupuk daun Gandasil D 2 gr/l air, interval waktu pe mberian pupuk daun Gandasil D 7 hari sekali dan lapisan tanah topsoil tanah salin (T1K2I1) merupakan perlakuan yang terbaik untuk pertumbuhan bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.).

B. Saran

1. Untuk melakukan pembibitan kelapa sawit di tanah salin harus diawali dengan perkecambahan dan pembibitan pre-nursery di tanah non salin (sampai umur 30 hari).

2. Untuk melakukan pembibitan kelapa sawit ditanah salin, harus diameliorasikan dengan pupuk kandang dengan perbandingan 3:1.

DAFTAR PUSTAKA

Asmono, D., P. Guritno dan K. Parmin. 1999. Peluang, Tantangan dan Arah Penelitian Pemuliaan Kelapa Sawit di Indonesia. Warta PPKS. Vol. 7(1):1-9. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia.

Adiwiganda, Y.T. 1985. Sistem Drainase Tanah di Perkebunan Karet. Warta Perkaretan.

Dorrenbos, J dan Pruitt. 1977. Yield Respons to Water Food and Agriculture Organization of United Nation. Rome.

Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Terjemahan Herawati Susilo). Universitas Indonesia Press. Jakarta. Hidayat. 2002. Potensi Lahan Basah. Fakultas Pertanian Universitas Tanjung

Pura. Akta Agrosia Vol.5 (1): 60-67.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diah, Go Ban Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press. Bandar Lampung.

Harjadi, S.S., dan Yahya, S. 1988. Fisiologi Stres Lingkungan. Pusat Antar Universitas. Institute Pertanian Bogor. Bogor.

Ichman, W.F., J.N. Rutger, F.E. Robinson dan M. Kaddah. 1984. Value of Rice Characteristics in Selection for Resistance to Salinity in An Arid Environment. Agron J.

Khattack, M.S., M.Marziah and M.A.Syed. 1991. Effect of Increasing Levels of Salinity on Selected Enzyme Activities in Rice Cell Suspension Culture. Trans Malaysian Soc. Plant Physiol 2.

Lingga, P. 1994. Pe tunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Manurung, S. 1987. Pengaruh Air Laut Terhadap Perkebunan. Prosiding

Pertemuan Karet. Pertemuan Teknis II Kelompok Perkebunan Besar Swasta Nasional Karet. Balai Penelitian Karet Sungai Putih.

Marshner, H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plant. 2nd. Academic Press Harecurt Brace and Company. Publishing London. San Diego New York.

Marsi, Sabaruddin, N. Gofar, S.J. Priatna dan R.A. Suwignyo. 2003. Salinitas dan Oksidasi Pirit pada Lahan Pasang Surut Pantai Timur Sumatera Selatan. Jurusan Ilmu Tanah. Universitas Sriwijaya.

Mass, E.V., and Hoffman. 1977. Crop Salt Tolerance Current Assesment. Irrigation and Drainage. Division 2: 115-134.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. PT. Agromedia Pustaka, Tangerang.

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, Go Ban Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung Press. Bandar Lampung.

Pangaribuan, Y., D. Asmono dan S. Latief. 2004. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Karakter Morfologi Beberapa Varietas Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. Vol. 9(1): 1-19.

Penebar Swadaya. 1997. Kelapa Sawit (Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan aspek Pemasaran). Jakarta.

Poljakoff-Mayber, A., and Gale. 1975. Morphological and Anatomical Change in Plants as a Response to Salinity Stress. Dalam: Poljakoff-Mayber A dan Gale J (Eds). Plants in Saline Environment. Springer-Verlag. Berlin Heidelberg New York.

Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.

Rasjidin. 1988. Budidaya Tanaman Perkebunan Umum. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rinsema, W.T. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan (Terjemahan H.M. Saleh). Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Sarief, E.S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Santun. 2004. Pemanfaatan Lahan rawa Untuk Pemenuhan Kekurangan Pangan di Pemukiman Transmigrasi. Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Sipayung, P. 2003. Stress Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. Fakultas Pertanian. Jurusan Budidaya Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sopandie, D. 2003. Toksisitas Hara dan Mekanisme Transportasi Ion Melalui Membran Tonoplas. Bahan Kuliah Program Pasca sarjana. IPB. Bogor. Sulaiman, S. 1991. Screening for Salinity Tolerance in Low Land Rice. Zuriat

2(1).

Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Suwandi, H., P.Purba dan M. Lukman Fadli. 1991. Penggunaan Pupuk Organik Soil Treatment-OST sebagai Bahan Organik dan sumber Hara Kesuburan Bibit Kelapa sawit asal Kultur Jaringan (MK-10). Buletin Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. XI(1):1-5

Dokumen terkait