• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini menguji konsentrasi yaitu yang terdiri dari 1 g/l air, 2 g/l air dan 3 g/l air. Konsentrasi pupuk 2 g/l air sangat nyata memberikan pertumbuhan terbaik bagi bibit kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari tanaman yang sangat

nyata lebih tinggi pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST pada perlakuan 2 g/l air. Diameter pangkal batang yang nyata lebih besar pada 45, 65, 85 dan 105 HST pada perlakuan 2 g/l air. Luas Daun yang sangat nyata lebih luas pada 45, 65, 85, dan 105 HST pada konsentrasi 2 g/l air. Akar yang sangat nyata lebih panjang pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST pada konsentrasi 1 g/l air. Bobot kering tajuk nyata lebih tinggi pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST pada konsentrasi 2g/l air. Bobot kering akar nyata lebih tinggi pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST pada konsentrasi 2g/l air. Jumlah klorofil sangat nyata lebih banyak pada konsentrasi 2 g/l air pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Laju asimilasi bersih tidak nyata dipengaruhi oleh konsentrasi pupuk, tetapi baik pada 45-65, 65-85, 85-105 HST konsentrasi 2 g/l air da pat meningkatkan LAB. Demikian juga pertumbuhan relatif tidak nyata , tetapi pada kisaran 45-65 HST, 65-85 HST dan 85-105 HST, kecenderungan konsentrasi 2g/l air cenderung lebih tinggi. Rasio tajuk- akar pada 45, 65, 85 dan 108 HST nyata dipengaruhi oleh konsentrasi pemberian pupuk. Kadar prolina daun pada 105 HST tidak nyata dipengaruhi oleh konsentrasi pupuk daun Gandasil D.

Dari berbagai konsentrasi yang dicobakan, pertumbuhan bibit kelapa sawit yang terbaik dijumpai pada konsentrasi pupuk da un Gandasil D 2g/l air (K2) dan menurun jika konsentrasi dinaikkan maupun diturunkan. Hal ini disebabkan pemberian pupuk daun Gandasil D pada konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi yang optimum, memberikan respons yang maksimum terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit. Konsentrasi optimum tersebut sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Gardner dkk., (1991) yang menyatakan

bahwa respon tanaman terhadap unsur hara terdiri atas tiga tahap, tahap pertama adalah peningkatan pertumbuhan dengan meningkatnya konsentrasi pupuk, tahap kedua adalah tidak terjadi peningkatan pertumbuhan dengan peningkatan konsentrasi, dan tahap ketiga adalah terhambatnya pertumbuhan dengan peningkatan konsentrasi pupuk.

Peningkatan pertumbuhan bibit kelapa sawit sampai batas konsentrasi 2 g/l air (K2) diduga karena unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bibit kelapa sawit cukup tersedia sehingga mampu merangsang pertumbuhannya ke arah yang lebih baik.Darmawan dan Baharsyah (1983) menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi proses metabolisme pada jaringan tanaman. Proses metabolisme merupakan proses pembentukan dan perombakan unsur -unsur dan senyawa organik dalam tubuh tanaman guna melengkapi pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu sendiri. Lebih lanjut Rinsema (1986) menyatakan bahwa kekurangan unsur hara tertentu dalam tanaman dapat berakibat buruk dan bila berlebihan dapat merusak pertumbuhan tanaman itu sendiri.

Dalam penelitian ini pemberian pupuk pada konsentrasi 2 g/l air telah mencapai tahap kedua, sehingga pemberian sampai 3 g/l air menyebabkan penurunan pertumbuhan. Hal ini disebabkan konsentrasi pupuk tersebut terlalu tinggi sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan dalam proses metabolisme tanaman, ba ik metabolisme dasar seperti fotosintesis dan respirasi maupun metabolisme lanjutan terhadap senyawa-senyawa khusus yang berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yang selanjutnya akan

menunjukkan pertumbuhan terganggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1986) bahwa suatu tanaman menghendaki konsentrasi optimum dan bila konsentrasi tersebut dipertinggi ditemukan suatu hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang.

Pada pemberian pupuk daun Gandasil D pada konsentrasi 1 g/l air (K1) terlihat bahwa pertumbuhan bibit kelapa sawit lebih rendah daripada pertumbuhan bibit pada konsentrasi 2 g/l air (K2). Hal ini disebabkan pada konsentrasi tersebut unsur hara yang diberikan tidak mencukupi kebutuhan tanaman untuk melaksanakan kegiatan metabolismenya, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lambat. Menurut pendapat Suseno (1994), tanaman yang kekurangan unsur hara akan terganggu proses metabolismenya sehingga produksi daun berkurang yang mengakibatkan pertumbuhan bagian-bagian lain dari tanaman juga terhambat.

Gambar 38. Pertumbuhan Bibit Kelapa sawit Yang Terbaik Terdapat Pada Konsentrasi Pupuk daun 2 g/l air (Pada 65 HST)

Gejala-gejala yang khas sebagai akibat kekurangan maupun kelebihan unsur hara tertentu seringkali timbul pada suatu tanaman. Tanaman yang

kekurangan nitrogen mengakibatkan tumbuhnya tanaman menjadi kurus dan daun berwarna hijau pucat, sedangkan kelebihan nitrogen juga sebaliknya, dimana daun tumbuh subur tetapi tangkainya ramping dan berwarna hijau gelap (Rinsema, 1986). Lebih lanjut Suseno (1994) menambahkan bahwa nitrogen adalah salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah pembentukan klorofil, maka kegiatan fotosintesis akan meningkat pula. Hasil fotosintesis berupa karbohidrat merupakan bahan dasar pembangun yang dapat diubah menjadi bentuk lain seperti protein dan asam nukleat yang berperan dalam pertumbuhan tanaman.

Kekurangan Kalium (K) menyebabkan tanaman tumbuhnya pendek tertekan dengan daun berwarna hijau tua dan mengkilat. Selanjutnya Lingga (1994) menambahkan bahwa tanaman yang kekurangan fosfor (P) menampakkan gejala warna daun berubah menjadi hijau tua dan sering nampak berkilap kemerahan. Pada tepi daun, cabang dan batang warnanya merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning.

Namun hal tersebut tidak terjadi pada parameter akar, karena untuk bobot akar dan panjang akar Bobot akar terberat dan panjang akar terpanjang diperoleh pada konsentrasi pupuk 1 g/l air (K1). Hal ini merupakan suatu mekanisme dimana pada tanaman yang kekurangan unsur hara menyebabkan akar berusaha untuk mencari unsur hara di dalam tanah, terjadi pemanjangan akar dan penebalan akar menyebabkan bobot kering akar juga meningkat. Penebalan akar menunjukkan adanya lignifikasi Hal ini sesuai dengan Harjadi dan Yahya (1988), lignifikasi akar diperlukan untuk penyesuaian osmose yang sangat penting untuk memelihara turgor yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas

normal. Dengan adaptasi struktural ini konduksi air akan berkurang dan mungkin akan menurunkan kehilangan air pada transpirasi. Hal ini diduga terjadi akibat perbaikan keseimbangan dengan mempertahankan kemampuan menyerap air pada tanah salin yang digunakan dalam penelitian ini.

Menurut Soepandi (2003) pada tanah salin yang memiliki kadar garam tinggi menyebabkan tanaman mengalami stress air. Pengaruh konsentrasi garam terhadap tekanan osmose mempunyai hubungan erat dengan stres air pada tanaman. Meningkatnya tekanan osmose larutan tanah dalam lingkungan perakaran tanaman menyebabkan gangguan terhadap sistem penyerapan air dan hara tanaman.

Dokumen terkait