R
R
E
E
S
S
P
P
O
O
N
N
S
S
P
P
E
E
R
R
T
T
U
U
M
M
B
B
U
U
H
H
A
A
N
N
B
B
I
I
B
B
I
I
T
T
K
K
E
E
L
L
A
A
P
P
A
A
S
S
A
A
W
W
I
I
T
T
(
(
E
E
l
l
a
a
e
e
i
i
s
s
g
g
u
u
i
i
n
n
e
e
e
e
n
n
s
s
i
i
s
s
J
J
a
a
c
c
q
q
.
.
)
)
P
P
A
A
D
D
A
A
K
K
O
O
N
N
S
S
E
E
N
N
T
T
R
R
A
A
S
S
I
I
D
D
A
A
N
N
I
I
N
N
T
T
E
E
R
R
V
V
A
A
L
L
W
W
A
A
K
K
T
T
U
U
P
P
E
E
M
M
B
B
E
E
R
R
I
I
A
A
N
N
P
P
U
U
P
P
U
U
K
K
D
D
A
A
U
U
N
N
G
G
A
A
N
N
D
D
A
A
S
S
I
I
L
L
D
D
P
P
A
A
D
D
A
A
T
T
A
A
N
N
A
A
H
H
S
S
A
A
L
L
I
I
N
N
Y
Y
A
A
N
N
G
G
D
D
I
I
A
A
M
M
E
E
L
L
I
I
O
O
R
R
A
A
S
S
I
I
D
D
E
E
N
N
G
G
A
A
N
N
P
P
U
U
P
P
U
U
K
K
K
K
A
A
N
N
D
D
A
A
N
N
G
G
T
T
E
E
S
S
I
I
S
S
Oleh
S A V I T R I
077001005/AGR
FAKULTAS PERTANIAN
PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
R
R
E
E
S
S
P
P
O
O
N
N
S
S
P
P
E
E
R
R
T
T
U
U
M
M
B
B
U
U
H
H
A
A
N
N
B
B
I
I
B
B
I
I
T
T
K
K
E
E
L
L
A
A
P
P
A
A
S
S
A
A
W
W
I
I
T
T
(
(
E
E
l
l
a
a
e
e
i
i
s
s
g
g
u
u
i
i
n
n
e
e
e
e
n
n
s
s
i
i
s
s
J
J
a
a
c
c
q
q
.
.
)
)
P
P
A
A
D
D
A
A
K
K
O
O
N
N
S
S
E
E
N
N
T
T
R
R
A
A
S
S
I
I
D
D
A
A
N
N
I
I
N
N
T
T
E
E
R
R
V
V
A
A
L
L
W
W
A
A
K
K
T
T
U
U
P
P
E
E
M
M
B
B
E
E
R
R
I
I
A
A
N
N
P
P
U
U
P
P
U
U
K
K
D
D
A
A
U
U
N
N
G
G
A
A
N
N
D
D
A
A
S
S
I
I
L
L
D
D
P
P
A
A
D
D
A
A
T
T
A
A
N
N
A
A
H
H
S
S
A
A
L
L
I
I
N
N
Y
Y
A
A
N
N
G
G
D
D
I
I
A
A
M
M
E
E
L
L
I
I
O
O
R
R
A
A
S
S
I
I
D
D
E
E
N
N
G
G
A
A
N
N
P
P
U
U
P
P
U
U
K
K
K
K
A
A
N
N
D
D
A
A
N
N
G
G
T
T
E
E
S
S
I
I
S
S
U
U
n
n
t
t
u
u
k
k
M
M
e
e
m
m
p
p
e
e
r
r
o
o
l
l
e
e
h
h
G
G
e
e
l
l
a
a
r
r
M
M
a
a
g
g
i
i
s
s
t
t
e
e
r
r
S
S
a
a
i
i
n
n
s
s
d
d
a
a
l
l
a
a
m
m
P
P
r
r
o
o
g
g
r
r
a
a
m
m
S
S
t
t
u
u
d
d
i
i
A
A
g
g
r
r
o
o
n
n
o
o
m
m
i
i
p
p
a
a
d
d
a
a
P
P
a
a
s
s
c
c
a
a
s
s
a
a
r
r
j
j
a
a
n
n
a
a
U
U
n
n
i
i
v
v
e
e
r
r
s
s
i
i
t
t
a
a
s
s
S
S
u
u
m
m
a
a
t
t
e
e
r
r
a
a
U
U
t
t
a
a
r
r
a
a
Oleh
S A V I T R I
077001005/AGR
FAKULTAS PERTANIAN
PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : RESPONS
PERTUMBUHAN
BIBIT
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
PADA KONSENTRASI DAN INTERVAL
WAKTU PEMBERIAN PUPUK DAUN
GANDASIL D PADA TANAH SALIN
YANG DIAMELIORASI DENGAN
PUPUK KANDANG
Nama Mahasiswa
: Savitri
Nomor Pokok
: 077001005
Program Studi
: Agronomi
Menyetujui:
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir.B. Sengli.J.Damanik,M.Sc Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan
Tanggal Lulus : 12 Agustus 2010
Telah diuji pada
Tanggal, 12 Agustus 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof.Dr.Ir.B. Sengli.J.Damanik,M.Sc
Anggota
: 1. Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P
ABSTRAK
Savitri, 2010. “Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) Pada Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Daun Gandasil D Pada
Tanah Salin”. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit
tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tanah salin melalui pemberian pupuk
daun Gandasil D pada konsentrasi dan interval waktu yang tepat. Penelitian ini
dilaksanakan di Rumah Kasa Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Penelitian ini dimulai bulan Januari 2009 sampai dengan April
2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial pola 2x3x3 dengan menggunakan 3 faktor yaitu
Lapisan Tanah (T) terdiri dari 2 taraf yaitu T
1= Lapisan Topsoil dan T
2= Lapisan
Subsoil, Konsentrasi Pupuk Daun Gandasil D (K) terdiri dari 3 taraf yaitu: K
1= 1
g/l air, K
2= 2 g/l air dan K
3= 3 g/l air serta Interval Waktu Pemberian Pupuk
daun Gandasil D yang terdiri dari 3 taraf yaitu I
1= 7 hari sekali, I
2= 14 hari sekali
dan I
3= 21 hari sekali
.Peubah yang diamati adalah Tinggi Tanaman, Diameter
Pangkal Batang, Luas Daun, Panjang Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering
Akar, Jumlah Klorofil, Laju Asimilasi Bersih, Laju Tumbuh Relatif, Rasio Tajuk
Akar dan Kadar Prolina Daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan
tertinggi dari tinggi tanaman pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada
perlakuan T
1K
2I
1, rataan tertinggi dari diameter pangkal batang pada umur 45, 65,
85 dan 105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
1, rataan tertinggi dari luas daun
pada umur 45, 65, 85, dan 105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
1, rataan
tertinggi dari panjang akar pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada
perlakuan T
1K
1I
3, rataan tertinggi dari bobot kering tajuk pada umur 45, 65, 85
dan 105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
1, rataan tertinggi dari bobot kering
akar pada umur 45 HST terdapat pada perlakuan T
1K
1I
2, pada umur 65, 85 dan
105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
1I
3, rataan tertinggi dari jumlah klorofil
pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
2, T
1K
2I
1,
T
2K
2I
1dan T
1K
2I
3,rataan tertinggi dari laju asimilasi bersih pada 45-65 HST,
65-85 HST dan 65-85-105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
1, rataan tertinggi dari laju
tumbuh relatif pada 45-65 dan 85-105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
1serta
rataan tertinggi kadar prolina daun terdapat pada perlakuan T
2K
3I
2.ABSTRACT
Savitri, 2010. “Responsive of Palm Oil Growth at Consentration and Time
Interval of Leaf Fertilizer Gandasil D Given in Salty Soil”. This research is
executed in Screen House Experimental field in Agriculture Faculty University of
North Sumatera, month of January 2009 to April 2009. The device used in this
research is Randomized Block Design Factorial by using 3 factors that are Soil
Layer as espesial check consists of 2 levels, that are T
1 =Topsoil and T
2= Subsoil.
The consentration of leaf fertilizer Gandasil D as espesial check consists of 3
levels, that are K
1 =1 g/l water, K
2= 2 g/l water, and K
3= 3 g/l water. Time
interval of leaf fertilizer Gandasil D as espesial check consists of 3 levels, that are
I
1= 7 days, I
2= 14 days and I
3= 21 days. The Parameters that are perceived are
plant height, diameter of stem bole, leaf width, root length, shoot dry weight, root
dry weight, number of chlorophyll, net asimilation rate, relative growth rate,
shoot-root ratio, number of leaf proline. Result of this research indicate that the
highest avarage of plant height for 45, 65, 85 and 105 HST are in T
1K
2I
1treatment, the highest avarage of diameter of stem bole for 45, 65, 85 and 105
HST are in T
1K
2I
1treatment, the highest avarage of leaf width for 45, 65, 85 and
105 HST are in T
1K
2I
1treatment, the highest avarage of root lenght for 45, 65, 85
and 105 HST are in T
1K
1I
3treatment, the highest avarage of shoot dry weight for
45, 65, 85 and 105 HST are in T
1K
2I
1treatment, the highest avarage of root dry
weight for 45, 65, 85 and 105 HST are in T
1K
1I
3treatment, the highest avarage of
number of chlorophyll for 45, 65, 85 and 105 HST are in T
1K
2I
2, T
1K
2I
1, T
2K
2I
1dan T
1K
2I
3treatment. The highest avarage of net asimilation rate for 45 - 65, 65 -
85 and 85 - 105 HST are in T
1K
2I
1treatment, the highest avarage of relative
growth rate for 45 – 65 and 85 - 105 are in T
1K
2I
1treatment, and the highest
avarage of number of leaf proline for 105 HST are in T
2K
3I
2treatment.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
yang berjudul
“Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) pada Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Daun
Gandasil D Pada Tanah Salin Yang Diameliorasi Dengan Pupuk Kandang” ,
disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Master
Pertanian di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dalam upaya
pemanfaatan lahan salin sebagai potensi daerah untuk pengembangan tanaman
kelapa sawit di masa yang akan datang dengan penggunaan pupuk daun Gandasil
D dalam mengatasi masalah kekurangan unsur hara pada bibit tanaman kelapa
sawit yang ditanam di lahan salin.
Penyajian tesis ini masih sangat sederhana, oleh karenanya dengan senang
hati saya menerima saran dan kritik konstruktif dari Bapak. Prof. Dr. B. Sengli J.
Damanik, M.Sc dan Bapak Prof. Dr. Ir Abdul Rauf, M.P.
Disadari bahwa kelemahan dan kekurangan masih dijumpai dalam
penyusunan tesis ini. Hal ini merupakan cerminan betapa masih sedikitnya
penguasaan penulis dalam bidang ilmu yang ditekuni. Karena itu penulis berharap
kelemahan dan kekurangan tersebut menjadi pendorong untuk terus meningkatkan
penguasaan ilmu di bidang tersebut di masa yang akan datang.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis
ini.
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati, penulis mengucapkan
terima kasih yang setulusnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik,
M.Sc, selaku Pembimbing Utama dan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf,
M.P selaku Pembimbing Anggota, Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, M.S, Ibu Dr.
Ir.Hamidah Hanum, M.P dan Ibu Prof. Dr. Ir. Hapsoh, M.P selaku dosen penguji
atas bimbingan, petunjuk, koreksi dan saran yang diberikan sejak awal hingga
akhir penelitian dan penulisan tesis.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
-
Rektor Universitas Sumatera Utara dan Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Program Magister
pada Program Pascasarjana USU. Juga kepada seluruh staf dan pegawai
PPs USU yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
-
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Ir.
Darma Bakti, M.S.
-
Rektor Universitas Amir Hamzah Medan, Bapak Tarmizi, S.H, M.Hum
yang telah memberikan izin belajar kepada penulis untuk mengikuti
Pendidikan Program Magister pada Program Pascasarjana USU.
-
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Amir Hamzah, Ibu Hj. Ir. T.
Mazlina, M.MA yang telah memberikan izin belajar kepada penulis untuk
mengikuti Pendidikan Program Magister pada Program Pascasarjana USU.
-
Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada seluruh
Dosen Program Pasca Sarjana Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan ilmunya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun tesis ini dengan baik.
-
Serta penghargaan, doa dan cinta yang tulus penulis ucapkan kepada
Ayahanda Abdul Muis, S.H, M.Hum dan Ibunda Musfidar, S.Ag yang
telah memberikan dorongan dan doa dalam menyelesaikan studi ini.
-
Suami tercinta A. Ashrul hafiz Rokan, S.Pt, serta anak tersayang dan
terkasih M. Zhafiral Hayyan. Penulis menyampaikan penghargaan dan
rasa terima kasih yang tulus atas segala doa, pengorbanan dan
pengertiannya selama penulis mengikuti kuliah di Sekolah Pascasarjana
USU hingga penyelesaian Tesis ini.
-
Adik-adik tercinta Nawafil, S.T dan Zahratul Aini, A.Md, Dr. Alkausar
dan Wahyunita dan Rizqa Fitra Yani yang telah memberikan dorongan
dalam menyelesaikan tesis ini.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Juni 1977 di Banda Aceh Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari
ayah Abdul Muis, S.H, M.Hum dan Ibu Musfidar S.Ag.
Pada tahun 1989, 1992 dan 1995, penulis berturut-turut lulus dari SD
Negeri No. 82 Banda Aceh, SLTP Negeri No. 13 Banda Aceh dan SLTA Negeri
No. 3 Banda Aceh. Pada tahun 1995 penulis kuliah di Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala dan meraih gelar Sarjana Pertanian Jurusan Agronomi
pada tahun 1999.
Pada tahun 2001 penulis menikah dengan A.Ashrul Hafiz Rokan, S.Pt dan
dikaruniai dua orang putra yaitu anak pertama (Alm) M. Lukmanul Hakim (2005)
dan anak kedua M. Zhafiral Hayyan (2009)
Tahun 2004 penulis diterima sebagai Dosen kopertis Wilayah I. Medan
dpk Fakultas Pertanian Universitas Amir Hamzah Medan.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH... iv
RIWAYAT HIDUP... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang Permasalahan ... 1
Perumusan Masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 5
Hipotesis Penelitian ... 6
Manfaat Penelitian ... 7
TINJAUAN PUSTAKA ... 8
Botani Tanaman Kelapa Sawit ... 8
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit ... 11
Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman ... 14
Efektivitas dan Mekanisme Penyerapan Hara Melalui Daun ... 16
Deskripsi Pupuk Daun Gandasil D ... 17
Potensi Tanah Salin ... 17
Tingkat Salinitas Tanah ... 19
Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Tanaman ... 21
Mekanisme Toleransi Tanaman ... 22
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 26
Tempat dan Waktu Penelitian ... 26
Bahan dan Alat Penelitian ... 27
Metode Penelitian ... 29
Metode Analisa Data ... 29
Pelaksanaan Penelitian ... 30
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil ... 38
Tinggi Tanaman (cm)...
38
Diameter Pangkal Batang (cm)...
44
Luas Daun (cm
2)...
50
Panjang Akar (cm)...
53
Bobot Kering Tajuk (g)...
58
Bobot Kering Akar (g)...
65
Jumlah Klorofil...
70
Laju Asimilasi Bersih (g.m
-2.h
-1)...
74
Laju Tumbuh Relatif (g.h
-1)...
78
Rasio Tajuk-Akar...
81
Kadar Prolina daun ...
89
Pembahasan ...
91
A. Pengaruh Lapisan Tanah Salin...
91
B. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun Gandasil D...
97
C. Pengaruh Interval Waktu Pemberian Pupuk
Daun Gandasil D... 102
D. Pengaruh Interaksi Tanah, Konsentrasi dan
Interval Waktu Pemberian Pupuk Daun
Gandasil D Terhadap Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit... 106
KESIMPULAN... 108
A.
Kesimpulan ... 108
B.
Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 110
DAFTAR TABEL
Judul Halaman
Tabel 1. Kadar Rata-rata Garam-garam Terpenting dalam Air Laut 18
Tabel 2. Tinggi Tanaman Bibit Kelapa Sawit (cm) pada Perlakuan
Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Pada
Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST ... 39
Tabel 3. Konsentrasi Pupuk pada Interval Pemberian Pupuk terhadap
Tinggi Tanaman Bibit Kelapa Sawit Pengamatan 45 HST
... 40
Tabel 4. Tanah dan Interval Pemberian Pupuk terhadap Tinggi
Tanaman Bibit Kelapa Sawit Pada Pengamatan 45 HST 41
Tabel 5. Data Rata - rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) 85 dan
105 HST Akibat Interaksi Perlakuan Tanah, Konsentrasi
dan Interval Pemberian Pupuk... 42
Tabel 6. Diameter Pangkal Batang Bibit Kelapa Sawit (cm) pada
Perlakuan Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST... 46
Tabel 7. Data Rata-rata Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian
Pupuk terhadap Bibit Kelapa Sawit pada Diameter Pangkal
Batang 45 HST ... 47
Tabel 8. Konsentrasi pada Interval Pemberian Pupuk terhadap
Diameter Pangkal Batang Bibit Kelapa Sawit Pengamatan
105 HST... 49
Tabel 9. Luas Daun Bibit Kelapa Sawit (cm
2) pada Perlakuan Tanah,
Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Pengamatan 45,
65, 85 dan 105 HST... 51
Tabel10.Panjang Akar Bibit Kelapa Sawit (cm) pada Perlakuan
Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST... 53
Tabel 11.Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Terhadap
Bibit Kelapa Sawit pada Panjang Akar umur 45 dan 85 HST
Tabel 12.Interaksi antara Tanah dan Interval Pemberian Pupuk
Terhadap Panjang Akar (cm) Bibit Kelapa Sawit Pada
Pengamatan 105 HST... 57
Tabel 13. Bobot Kering Tajuk Bibit Kelapa Sawit (g) pada Perlakuan
Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Pada
Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST... 59
Tabel 14. Interaksi antara Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
Terhadap Bobot Kering Tajuk (g) Bibit Kelapa Sawit pada
Pengamatan 45 HST ... 59
Tabel 15. Interaksi antara Tanah dan Interval Pemberian Pupuk
Terhadap Bobot Kering Tajuk (g) Bibit Kelapa Sawit pada
Pengamatan 45 HST... 61
Tabel 16. Data Rata-rata Bobot Kering Tajuk (g) Bibit Kelapa Sawit
65-105 HST Akibat Interaksi Perlakuan Tanah, Konsentra-
si dan Interval Pemberian Pupuk... 62
Tabel 17. Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit (g) pada Perlakuan
Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Pada
Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST... 66
Tabel 18. Interaksi antara Tanah dan Interval Pemberian Pupuk
Terhadap Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit pada
Pengamatan 45 dan 105 HST... 67
Tabel 19. Interaksi antara Konsentrasi pada Interval Pemberian
Pupuk terhadap Bobot Kering Akar Bibit Kelapa sawit
Pada Pengamatan 65 dan 85 HST... 68
Tabel 20. Jumlah Klorofil Daun Bibit Kelapa Sawit (butir/cm
2)
Pada Perlakuan tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian
Pupuk pada 45, 65, 85 dan 105 HST... 71
Tabel 21. Data Rata-rata tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian
Pupuk pada laju Asimilasi Bersih (g.m
-2.h
-1) pada 45-65,
65-85 dan 85-105 HST... 75
Tabel 22. Interaksi antara tanah dan Interval Pemberian pupuk ter-
hadap laju Asimilasi Bersih (g.m
-2.h
-1) pada 45-65 HST
Tabel 23. Interaksi antara tanah,Konsentrasi dan Interval Pemberian
Pupuk pada laju Asimilasi Bersih (g.m
-2.h
-1) pada 65-85
HST……… 77
Tabel 24. Data Rata-rata tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian
Pupuk pada laju Tumbuh Relatif (g.h
-1) pada 45-65,
65-85 dan 85-105 HST... 79
Tabel 25. Data Rata-rata Interaksi antara tanah, Konsentrasi dan
Interval Pemberian Pupuk pada laju Tumbuh Relatif
(g.h
-1) pada 65-85 HST... 80
Tabel 26. Rasio Tajuk Akar Bibit Kelapa Sawit pada Perlakuan
Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk pada
Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST... 82
Tabel 27. Interaksi antara Tanah dan Interval Pemberian Pupuk
terhadap rasio tajuk Akar Bibit Kelapa Sawit pada
pengamatan 45 dan 105 HST... 84
Tabel 28. Data Rata-rata Rasio Tajuk Akar Bibit Kelapa Sawit
Pada umur 65 dan 85 HST Akibat Interaksi Perlakuan
Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk... 85
Tabel 29. Interaksi antara Konsentrasi dan IntervalWaktu Pemberian
Pupuk Terhadap Rasio Tajuk Akar Bibit Kelapa Sawit
Umur 105 HST... 88
Tabel 30. Kadar Prolina daun Bibit Kelapa sawit pada Perlakuan
Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk pada
Pengamatan 105 HST... 90
Tabel 31. Data Hasil Analisis Tanah... 93
DAFTAR GAMBAR
Judul Halaman
Gambar 1. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kasa Kebun Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU)... 26
Gambar 2. Kelapa Sawit Varietas DxP Marihat ... 27
Gambar 3. Lapisan Tanah Topsoil Yang Dipakai Pada Penelitian... 27
Gambar 4. Lapisan Tanah Subsoil Yang Dipakai Pada Penelitian... 28
Gambar 5. Pupuk Kandang Yang Dipakai pada Penelitian... 28
Gambar 6. Bibit Kelapa Sawit Yang Sedang Diukur Jumlah Klorofil
Menggunakan chlorrophyl meter... 35
Gambar 7. Chlorrophyll Meter... 35
Gambar 8. Konsentrasi Pupuk pada Umur 65 HST Terhadap
Parameter Tinggi Tanaman ... 39
Gambar 9. Hubungan Konsentrasi Pupuk dan Interval Pemberian
Pupuk terhadap Tinggi Tanaman pada Umur 45 HST... 40
Gambar 10. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil (T
1) terhadap Tinggi
Tanaman Umur 85 HST ... 43
Gambar 11. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil (T
1) terhadap Tinggi
Tanaman Umur 105 HST... 44
Gambar 12. Pengaruh Konsentrasi Pupuk terhadap Diameter Pangkal
Batang pada Umur 65 dan 85 HST... 46
Gambar 14. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Salin Lapisan Subsoil ( T
2) terhadap Dia-
meter Pangkal Batang Umur 45 HST... 48
Gambar 15. Hubungan Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
terhadap Diameter Pangkal Batang pada Umur
105 HST... 50
Gambar 16. Pengaruh Konsentrasi Pupuk terhadap Luas Daun pada
Umur 45, 65, 85 dan 105 HST... 52
Gambar 17. Hubungan Panjang Akar (cm) dengan Konsentrasi
Pupuk Pada Umur 65 HST………... 54
Gambar 18. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil (T
1) terhadap
Panjang Akar Umur 45 HST ... 56
Gambar 19. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
Pada Tanah SalinLapisan Topsoil(T
1) terhadap Panjang
Akar umur 85 HST... 57
Gambar 20. Hubungan Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
terhadap Bobot Kering Tajuk (g) pada Umur 45 HST... 60
Gambar 21. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil (T
1) terhadapBobot
Kering Tajuk Umur 65 HST ... 63
Gambar 22. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil (T
1) terhadapBobot
Kering Tajuk Umur 85 HST... 64
Gambar 23. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil (T
1) terhadapBobot
Kering Tajuk Umur105 HST... 65
Gambar 24. Hubungan Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
terhadap Bobot Kering Akar (g) pada Umur 65 HST... 69
Gambar 25. Hubungan Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
terhadap Bobot Kering Akar (g) pada Umur 85 HST... 70
Gambar 26. Pengaruh Konsentrasi terhadap Jumlah Klorofil
Gambar 27. Hubungan Konsentrasi Pupuk terhadap Jumlah
Klorofil (butir/6mm
2) pada Umur 65 HST... 72
Gambar 28. Hubungan Konsentrasi Pupuk terhadap Jumlah
Klorofil (butir/6 mm
2) pada Umur 85 HST ... 73
Gambar 29. Hubungan Konsentrasi Pupuk terhadap Jumlah
Klorofil (butir/6 mm
2) pada Umur 105 HST... 74
Gambar 30. Pengaruh Konsentrasi pada Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Salin Lapisan Subsoil (T
2) terhadap Laju
Asimilasi Bersih (g.m
-2.h
-1) umur 65 - 85 HST... 77
Gambar 31. Pengaruh Konsentrasi pada Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Salin Lapisan Subsoil (T
2) terhadap Laju
Tumbuh Relatif (g.h
-1) umur 65 - 85 HST... 81
Gambar 32. Hubungan Rasio Tajuk Akar dengan Konsentrasi pada
Umur 45 HST... 83
Gambar 33. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
untuk Topsoil (T
1) terhadap Rasio Tajuk Akar Umur
65 HST... 86
Gambar 34. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Subsoil ( T
2) terhadap Rasio Tajuk Akar
Umur 65 HST... 86
Gambar 35. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil (T
1) terhadapRasio
Tajuk Akar Umur 85 HST... 87
Gambar 36. Hubungan Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk
terhadap Rasio Tajuk Akar pada Umur 105 HST... 89
Gambar 37. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Baik Tajuk Maupun
Akar Yang Lebih Baik Pada Lapisan Tanah Top Soil
dibandingkan Tanah Sub Soil Pada Umur 65 HST... 95
Gambar 38. Pertumbuhan Bibit Kelapa sawit Yang Terbaik Pada
Konsentrasi Pupuk daun 2 g/l air (Pada 65 HST)... 100
Gambar 39. Perbedaan Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Akibat
Adanya Perbedaan Interval Waktu Pemberian Pupuk
Gambar 40.Akar yang terpanjang ditunjukkan oleh kombinasi
Perlakuan T1K1I3 dan yang terpendek oleh kombinasi
perlakuan T1K1I1...105
Gambar 41. Perbandingan antara tanaman yang memiliki
Pertumbuhan terbaik (T1K2I1) dibandingkan dengan
tanaman yang memiliki pertumbuhan yang terendah
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Halaman
Lampiran 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Umur 45 HST...113
Lampiran 2. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 45 HST...113
Lampiran 3. Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Umur 65 HST...114
Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 65 HST...114
Lampiran 5. Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Umur 85 HST...115
Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 85 HST... 115
Lampiran 7. Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Umur 105 HST... 116
Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Umur 105 HST... 116
Lampiran 9. Rata-rata Diameter pangkal Batang Tanaman (cm)
Umur 45 HST...117
Lampiran 10. Sidik Ragam Diameter Pangkal Batang Tanaman
Umur 45 HST... 117
Lampiran 11. Rata-rata Diameter pangkal Batang Tanaman (cm)
Umur 65 HST... 118
Lampiran 12. Sidik Ragam Diameter Pangkal Batang Tanaman
Umur 65 HST... 118
Lampiran 13. Rata-rata Diameter pangkal Batang Tanaman (cm)
Umur 85 HST... 119
Lampiran 14. Sidik Ragam Diameter Pangkal Batang Tanaman
Umur 85 HST... 119
Lampiran 16. Sidik Ragam Diameter Pangkal Batang Tanaman
Umur 105 HST... 120
Lampiran 17. Rata-rata Luas daun Tanaman (cm
2) Umur
45 HST... 121
Lampiran 18. Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Umur
45 HST... 121
Lampiran 19. Rata-rata Luas daun Tanaman (cm
2) Umur
65 HST... 122
Lampiran 20. Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Umur
65 HST... 122
Lampiran 21. Rata-rata Luas daun Tanaman (cm
2) Umur
85 HST... 123
Lampiran 22. Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Umur
85 HST... 123
Lampiran 23. Rata-rata Luas daun Tanaman (cm
2) Umur
105 HST... 124
Lampiran 24. Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Umur
105 HST... 124
Lampiran 25. Rata-rata Panjang Akar Tanaman (cm) Umur
45 HST...125
Lampiran 26. Sidik Ragam Panjang Akar Tanaman Umur
45 HST... 125
Lampiran 27. Rata-rata Panjang Akar Tanaman (cm) Umur
65 HST... 126
Lampiran 28. Sidik Ragam Panjang Akar Tanaman Umur
65 HST...126
Lampiran 29. Rata-rata Panjang Akar Tanaman (cm) Umur
85 HST...127
Lampiran 30. Sidik Ragam Panjang Akar Tanaman Umur
Lampiran 31. Rata-rata Panjang Akar Tanaman (cm) Umur
105 HST... 128
Lampiran 32. Sidik Ragam Panjang Akar Tanaman Umur
105 HST... 128
Lampiran 33. Rata-rata Bobot Kering Tajuk Tanaman (g)Umur
45 HST... 129
Lampiran 34. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Umur
45 HST... 129
Lampiran 35. Rata-rata Bobot Kering Tajuk Tanaman (g) Umur
65 HST... 130
Lampiran 36. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Umur
65 HST... 130
Lampiran 37. Rata-rata Bobot Kering Tajuk Tanaman (g) Umur
85 HST... 131
Lampiran 38. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Umur
85 HST...131
Lampiran 39. Rata-rata Bobot Kering Tajuk Tanaman (g) Umur
105 HST... 132
Lampiran 40. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman Umur
105 HST... 132
Lampiran 41. Rata-rata Bobot Kering Akar Tanaman (g) Umur
45 HST... 133
Lampiran 42. Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g) Tanaman
Umur 45 HST... 133
Lampiran 43. Rata-rata Bobot Kering Akar Tanaman (g)
Umur 65 HST... 134
Lampiran 44. Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g) Tanaman
Umur 65 HST... 134
Lampiran 45. Rata-rata Bobot Kering Akar Tanaman (g) Umur
Lampiran 46. Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g) Tanaman
Umur 85 ...135
Lampiran 47. Rata-rata Bobot Kering Akar Tanaman (g) Umur
105 HST...136
Lampiran 48. Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g)Tanaman Umur
105 HST...136
Lampiran 49. Rata-Rata Jumlah Klorofil (butir/6 mm
2) Tanaman
45 HST...137
Lampiran 50. Sidik Ragam Jumlah Klorofil Tanaman Umur
45 HST………... 137
Lampiran 51. Rata-Rata Jumlah Klorofil (butir/6 mm
2) Tanaman
Umur 65 HST…………... 138
Lampiran 52. Sidik Ragam Jumlah Klorofil Tanaman Umur
65 HST………... 138
Lampiran 53. Rata-Rata Jumlah Klorofil (butir/6 mm
2) Tanaman
Umur 85 HST………...139
Lampiran 54. Sidik Ragam Jumlah Klorofil Tanaman Umur
85 HST………... ... 139
Lampiran 55. Rata-Rata Jumlah Klorofil (butir/6 mm
2) Tanaman
105 HST………... 140
Lampiran 56. Sidik Ragam Jumlah Klorofil Tanaman Umur
105 HST………... 140
Lampiran 57. Rata-rata Laju Asimilasi Bersih (g.m
-2.h
-1) Umur
45 – 65 HST... 141
Lampiran 58. Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih Tanaman
Umur 45-65 HST……... 141
Lampiran 59. Rata-rata Laju Asimilasi Bersih (g.m
-2.h
-1) Umur
65 – 85 HST... 142
Lampiran 60. Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih Tanaman
Lampiran 61. Rata - rata Laju Asimilasi Bersih (g.m
-2.h
-1) Umur
85 – 105 HST... 143
Lampiran 62. Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih Tanaman Umur
85-105 HST……...143
Lampiran 63. Rata-rata Laju Tumbuh Relatif (g.h
-1) Umur 45 – 65
HST………... 144
Lampiran 64. Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif Tanaman Umur
45-65 HST……...144
Lampiran 65. Rata-rata Laju Tumbuh Relatif (g.h
-1) Umur 65 – 85
HST………...145
Lampiran 66. Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif Tanaman Umur
65-85 HST……... 145
Lampiran 67. Rata-rata Laju Tumbuh Relatif (g.h
-1) Umur 85 – 105
HST…………...146
Lampiran 68. Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif Tanaman Umur
85-105 HST……...146
Lampiran 69. Rata-Rata Rasio Tajuk Akar Tanaman 45 HST ...147
Lampiran 70. Sidik Ragam Rasio Tajuk Akar Tanaman Umur 45
HST………...147
Lampiran 71. Rata-Rata Rasio Tajuk Akar Tanaman 65 HST…………...148
Lampiran 72. Sidik Ragam Rasio Tajuk Akar Tanaman Umur 65
HST………...148
Lampiran 73. Rata-Rata Rasio Tajuk Akar Tanaman 85 HST………...149
Lampiran 74. Sidik Ragam Rasio Tajuk Akar Tanaman Umur 85
HST………...149
Lampiran 75. Rata-Rata Rasio Tajuk Akar Tanaman 105 HST………… 150
Lampiran 76. Sidik Ragam Rasio Tajuk Akar Tanaman Umur 105
HST………...150
Lampiran 77. Rata-rata Kadar Prolina Daun Tanaman Umur 105
Lampiran 78. Sidik Ragam Kadar Prolina Daun Tanaman Umur
105 HST…...151
Lampiran 79. Korelasi Antar Parameter………... 152
Lampiran 80. Bagan (Lay Out) Percobaan di Lapangan……….. 153
Lampiran 81. Deskripsi Kelapa sawit Varietas D x P Marihat………..154
Lampiran 82. Data Hasil Analisis Tanah Sebelum di campur
dengan Pupuk Kandang... 155
Lampiran 83. Data Hasil Analisis DHL Tanah Salin setelah
ABSTRAK
Savitri, 2010. “Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) Pada Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Daun Gandasil D Pada
Tanah Salin”. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit
tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tanah salin melalui pemberian pupuk
daun Gandasil D pada konsentrasi dan interval waktu yang tepat. Penelitian ini
dilaksanakan di Rumah Kasa Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Penelitian ini dimulai bulan Januari 2009 sampai dengan April
2009. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok (RAK) Faktorial pola 2x3x3 dengan menggunakan 3 faktor yaitu
Lapisan Tanah (T) terdiri dari 2 taraf yaitu T
1= Lapisan Topsoil dan T
2= Lapisan
Subsoil, Konsentrasi Pupuk Daun Gandasil D (K) terdiri dari 3 taraf yaitu: K
1= 1
g/l air, K
2= 2 g/l air dan K
3= 3 g/l air serta Interval Waktu Pemberian Pupuk
daun Gandasil D yang terdiri dari 3 taraf yaitu I
1= 7 hari sekali, I
2= 14 hari sekali
dan I
3= 21 hari sekali
.Peubah yang diamati adalah Tinggi Tanaman, Diameter
Pangkal Batang, Luas Daun, Panjang Akar, Bobot Kering Tajuk, Bobot Kering
Akar, Jumlah Klorofil, Laju Asimilasi Bersih, Laju Tumbuh Relatif, Rasio Tajuk
Akar dan Kadar Prolina Daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan
tertinggi dari tinggi tanaman pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada
perlakuan T
1K
2I
1, rataan tertinggi dari diameter pangkal batang pada umur 45, 65,
85 dan 105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
1, rataan tertinggi dari luas daun
pada umur 45, 65, 85, dan 105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
1, rataan
tertinggi dari panjang akar pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada
perlakuan T
1K
1I
3, rataan tertinggi dari bobot kering tajuk pada umur 45, 65, 85
dan 105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
1, rataan tertinggi dari bobot kering
akar pada umur 45 HST terdapat pada perlakuan T
1K
1I
2, pada umur 65, 85 dan
105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
1I
3, rataan tertinggi dari jumlah klorofil
pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
2, T
1K
2I
1,
T
2K
2I
1dan T
1K
2I
3,rataan tertinggi dari laju asimilasi bersih pada 45-65 HST,
65-85 HST dan 65-85-105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
1, rataan tertinggi dari laju
tumbuh relatif pada 45-65 dan 85-105 HST terdapat pada perlakuan T
1K
2I
1serta
rataan tertinggi kadar prolina daun terdapat pada perlakuan T
2K
3I
2.ABSTRACT
Savitri, 2010. “Responsive of Palm Oil Growth at Consentration and Time
Interval of Leaf Fertilizer Gandasil D Given in Salty Soil”. This research is
executed in Screen House Experimental field in Agriculture Faculty University of
North Sumatera, month of January 2009 to April 2009. The device used in this
research is Randomized Block Design Factorial by using 3 factors that are Soil
Layer as espesial check consists of 2 levels, that are T
1 =Topsoil and T
2= Subsoil.
The consentration of leaf fertilizer Gandasil D as espesial check consists of 3
levels, that are K
1 =1 g/l water, K
2= 2 g/l water, and K
3= 3 g/l water. Time
interval of leaf fertilizer Gandasil D as espesial check consists of 3 levels, that are
I
1= 7 days, I
2= 14 days and I
3= 21 days. The Parameters that are perceived are
plant height, diameter of stem bole, leaf width, root length, shoot dry weight, root
dry weight, number of chlorophyll, net asimilation rate, relative growth rate,
shoot-root ratio, number of leaf proline. Result of this research indicate that the
highest avarage of plant height for 45, 65, 85 and 105 HST are in T
1K
2I
1treatment, the highest avarage of diameter of stem bole for 45, 65, 85 and 105
HST are in T
1K
2I
1treatment, the highest avarage of leaf width for 45, 65, 85 and
105 HST are in T
1K
2I
1treatment, the highest avarage of root lenght for 45, 65, 85
and 105 HST are in T
1K
1I
3treatment, the highest avarage of shoot dry weight for
45, 65, 85 and 105 HST are in T
1K
2I
1treatment, the highest avarage of root dry
weight for 45, 65, 85 and 105 HST are in T
1K
1I
3treatment, the highest avarage of
number of chlorophyll for 45, 65, 85 and 105 HST are in T
1K
2I
2, T
1K
2I
1, T
2K
2I
1dan T
1K
2I
3treatment. The highest avarage of net asimilation rate for 45 - 65, 65 -
85 and 85 - 105 HST are in T
1K
2I
1treatment, the highest avarage of relative
growth rate for 45 – 65 and 85 - 105 are in T
1K
2I
1treatment, and the highest
avarage of number of leaf proline for 105 HST are in T
2K
3I
2treatment.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Permasalahan
Perkebunan merupakan sektor yang strategis bila dilihat dari tingkat
pendapatan dan jumlah tenaga kerja yang terlibat. Salah satu komoditi perkebunan
yang memiliki kontribusi dalam perekonomian Indonesia adalah kelapa sawit.
Saat ini tanaman kelapa sawit menjadi primadona perkebunan di Indonesia karena
telah memberikan suatu kontribusi yang besar dalam aspek perekonomian
(Asmono, et al., 1999).Peningkatan kontribusi kelapa sawit dalam dunia
perekonomian Indonesia telah mendorong pemerintah dan pihak swasta
menanamkan modal asing dalam pengembangan komoditi kelapa sawit. Hal ini
ditunjukkan dari pesatnya perkembangan areal kelapa sawit di Indone sia sejak
tahun 1978 sampai 2004. Data dari Direktorat Jenderal Perkebunan menunjukkan
peningkatan luas areal selama 26 tahun, dari 250.116 ha pada tahun 1978 menjadi
5.447.563 ha pada tahun 2004 (Pangaribuan Y, et al., 2004).
Dalam usaha membudidayakan kelapa sawit, masalah pertama yang
dihadapi baik oleh pengusaha dan petani yang bersangkutan adalah tentang
pengadaan bibit. Pertumbuhan bibit yang baik merupakan faktor utama dalam
memperoleh tanaman yang baik di lapangan, maka untuk itu diperlukan
penanganan dan pemeliharaan bibit yang sempurna (Suwandi, Purba dan Fadli,
1991). Kualitas bibit sangat menentukan produksi akhir jenis komoditas ini.
Saat ini perkembangan perkebunan kelapa sawit banyak yang diarahkan ke
mineral biasa . Hal ini tentu saja meningkatkan biaya produksi terutama dalam
hal biaya transportasi dan tenaga kerja yang terlibat.Selain itu, agar tanaman
kelapa sawit menjadi lebih beradaptasi dengan media tanamnya yang berasal dari
tanah salin, maka sebaiknya bibit kelapa sawit yang dipakai juga berasal dari
tanah yang sama. Oleh karena itu perlu diarahkan agar penyediaan bibit kelapa
sawit juga berasal dari lahan pasang surut tersebut, sehingga pada saat bibit kelapa
sawit dibutuhkan untuk penanama n, akan lebih cepat tersedia, biaya produksi
akan lebih murah dan secara fisiologis tanaman akan lebih mampu beradaptasi
pada keadaan tana h tersebut.
Ketersediaan lahan pasang surut di Indonesia kurang lebih 33 juta hektar
yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Dari luasan
tersebut sekitar 6 juta hektar diantaranya cukup potensial untuk pengembangan
pertanian (Hida yat, 2002). Masalah utama rendahnya produksi bahkan gagalnya
pertumbuhan tanaman pada lahan pasang surut ialah karena tingkat salinitas yang
tinggi. Masalah pada lahan salin selain drainasenya yang jelek, terfiksasinya
sejumlah hara dan kemasaman tanah, juga kandungan garam yang tinggi terutama
Na+ dan Cl- yang dicurigai dapat membahayakan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Tingkat salinitas tanah ditandai apabila tanah tersebut mempunyai daya
hantar listrik lebih besar dari 4 mmhos cm-1 pada suhu 250C, persentase Na yang
dapat dipertukarkan (Na-dd) lebih kecil dari 15 me/100 g dan pH lebih kecil dari
8,5 (Marsi, et al., 2003).
Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang
biomass tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak
menunjukkan respons dalam bentuk kerusakan langsung, tetapi pertumbuhan yang
tertekan dan perubahan secara perlahan (Sipayung, 2003).
Tingginya kandungan Na+ dan Cl- di medium perakaran pada tanah salin
akan meningkatkan potensial osmotik larutan tanah. Peningkatan potensial
osmotik larutan tanah akan menghambat penyerapan air dan hara yang
berlangsung melalui proses difusi maupun aliran massa. Jumlah air yang masuk
ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah
persediaan air dan unsur hara dalam tanaman (Sopandie, 2003) .
Untuk mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman
kelapa sawit pada tanah yang berkadar garam tinggi ini, maka dilakukan
pemberian pupuk melalui daun. Pemupukan merupakan salah satu tindakan
perawatan tanaman yang sangat penting artinya. Tujuan pemupukan adalah
menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman, agar tanaman dapat
menyerapnya sesuai dengan ke butuha n. Ada satu kelebihan yang paling mencolok
dari pemupukan lewat daun, yakni: penyerapan hara yang diberikan berlangsung
lebih cepat dibandingkan dengan pupuk yang diberikan melalui akar tanaman.
Tanaman lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak, sehingga
pemupukan melalui daun dipandang lebih berhasil guna (Penebar Swadaya,
Perumusan Masalah
Perkembangan perkebunan kelapa sawit saat ini banyak yang diarahkan
ke lahan pasang surut, tetapi penyediaan bibit kelapa sawit masih berasal dari
tanah mineral biasa . Hal ini tentu saja meningkatkan biaya produksi terutama
dalam hal biaya transportasi dan tenaga kerja yang terlibat.Selain itu, agar
tanaman kelapa sawit menjadi lebih beradaptasi dengan media tanamnya yang
berasal dari tanah salin, maka sebaiknya bibit kelapa sawit yang dipakai juga
berasal dari tanah yang sama. Oleh karena itu perlu diarahkan agar penyediaan
bibit kelapa sawit juga berasal dari lahan pasang surut tersebut, sehingga pada saat
bibit kelapa sawit dibutuhkan untuk penanaman, akan lebih cepat tersedia, biaya
produksi akan lebih murah dan secara fisiologis tanaman akan lebih mampu
beradaptasi pada keadaan tanah tersebut.
Permasalahannya adalah tanah yang berasal dari lahan pasang surut
memiliki salinitas yang tinggi. Pada tanah yang memiliki salinitas tinggi, memiliki
kandungan Na+ dan Cl- di medium perakaran yang tinggi pula, yang akan
menyebabkan peningkatan potensial osmotik larutan tanah. Peningkatan potensial
osmotik larutan tanah akan menghambat penyerapan air dan unsur hara. Untuk
mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit
pada tanah yang berkadar garam tinggi ini, maka dilakukan pemberian pupuk
melalui daun tanaman. Faktor yang menyebabkan timbulnya alasan untuk
melakukan pemupukan melalui daun pada tanah salin adalah karena tanah salin
memiliki potensial osmotik yang tinggi sehingga potensial air tanah menjadi
dapat terangkut keatas ke dalam jaringan tanaman baik itu melalu i proses difusi
ataupun melalui proses aliran massa, sehingga pemberian unsur hara melalui daun
dianggap lebih efektif dan efesien karena unsur hara makro dan mikro langsung
dapat diserap tanaman melalui daun.
Pupuk daun yang dipakai adalah pupuk daun Gandasil D. Alasan
dipakainya pupuk daun Gandasil D yaitu selain mengandung unsur hara makro
seperti nitrogen (N) 20%, fosfor 15% dan Magnesium 1%, juga dilengkapi
dengan unsur hara mikro seperti Mangan (Mn), boron (B), Tembaga (Cu), Kobal
(Co) dan Seng (Zn) serta vitamin -vitamin untuk pertumbuhan tanaman seperti
Aneurin, Lactoflavin dan Nicotinic acid amide. Tetapi yang terpenting yaitu
pupuk ini mengandung unsur hara Kalium bebas Chlor 15%. Hal ini penting
diperhatikan karena pada tanah salin banyak mengandung Chlor sehingga bila
diberikan pupuk yang mengandung kalium berklorin maka akan menambah
jumlah Chlor yang ada pada tanah salin.
Tujuan Penelitian
1. Untuk menentukan lapisan tanah pada tanah salin yang terbaik sebagai media
tanam pada bibit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
2. Untuk menentukan konsentrasi pupuk daun Gandasil D yang tepat pada bibit
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.)
3. Untuk menentukan interval waktu pemberian pupuk daun Gandasil D yang
4. Untuk menentukan pertumbuhan bibit Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) yang terbaik akibat konsentrasi dan interval waktu
pemberian pupuk daun Gandasil D pada berbagai lapisan tanah pada tanah
salin.
Hipotesis Penelitian
1. Pemanfaatan tanah salin pada lapisa n top soil merupakan lapisan tanah yang
lebih baik untuk pertumbuhan bibit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
daripada lapisan tanah sub soil.
2. Konsentrasi pupuk daun Gandasil D 2 gr/l air merupakan konsentrasi pupuk
daun Gandasri D terbaik untuk pertumbuhan bibit Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) dibandingkan dengan konsentrasi pupuk daun 1 dan 3 gr/l
air.
3. Interval waktu pemberian pupuk daun Gandasil D 14 hari sekali merupakan
interval waktu yang paling efektif untuk pertumbuhan bibit Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) dibandingkan dengan interval waktu 7 dan 21 hari
sekali.
4. Perlakuan konsentrasi pupuk daun Gandasil D 2 gr/l air, interval waktu
pemberian pupuk daun Gandasil D 14 hari sekali dan tanah salin pada lapisan
top soil merupakan perlakuan yang terbaik untuk pertumbuhan bibit Kelapa
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dala m
upaya pemanfaatan lahan salin sebagai potensi daerah untuk pengembangan
Tanaman Kelapa Sawit di masa yang akan datang dengan penggunaan pupuk daun
Gandasil D dalam mengatasi masalah kekurangan unsur hara pada bibit Tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kelapa Sawit
1. Sistematika Tanaman Kelapa Sawit
Menurut Setyamidjaja (2006), sistematika dari tanaman kelapa sawit
adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angioepermae
Classis : Monocotyledone
Ordo : Palmales
Familia : Palmaceae
Genus : Elaeis
Species : E. Guineensis
Nama Ilmiah : Elaeis guineensis Jacq.
2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
a. Akar
Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut. Kelapa sawit juga
memiliki akar nafas yang timbul di atas permukaan tanah atau di dalam
tanah dengan aerasi baik (Anonymous, 1997). Selanjutnya Risza (1994)
menambahkan bahwa perakaran tanaman kelapa sawit terdiri dari akar
primer, sekunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya
tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur
hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di
lapisan tanah atas sampai lebih kurang satu meter dan kebawah makin
sedikit.
b. Batang
Menurut Sunarko (2008), sejak berkecambah pada tahun pertama
tidak nampak pertumbuhan batang aktif. Mula -mula dibentuk poros batang,
selanjutnya dibentuk daun yang bertambah besar yang saling tindih
membentuk spiral. Poros batang diselubungi oleh pangkal-pangkal daun
yang kelihatannya bertambah besar, karena jumlah daun yang bertambah
banyak.
Karena kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, maka batangnya
tidak memiliki kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang
berbentuk silinder dengan diameter antara 20-75 cm atau tergantung pada
keadaan lingkungan. Selama beberapa tahun minimal 12 tahun, batang
tertutup rapat oleh pelepah daun. Tinggi batang bertambah kira-kira 75
cm/tahun, tetapi dalam kondisi yang sesuai dapat mencapai 100 cm/tahun.
Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan adalah
15-18 m, sedangkan di alam mencapai 30 m. Batang berfungsi sebagai
penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan (Risza,
c. Daun
Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang daun sejajar.
Pangkal pelepah mempunyai duri-duri dan bulu-bulu halus sampai kasar
(Setyamidjaja, 2006). Daun yang pertama kali keluar 5-7 helai berbentuk
lancet, yaitu melekat satu sama lain. Arah pertumbuhannya hampir tegak
lurus ke atas. Pemisahan daun dimulai dari bahagian tengah dan kemudian
menuju ke pinggir. Panjang daun dewasa kira-kira 3-5 m dengan jumlah
anak daun 160-260 helai. Satu helai daun kelapa sawit terdiri dari pelepah
daun, tangkai daun tempat melekatnya duri-duri dan helaian daun yang
terdiri dari tulang daun induk (rachis) dan ana k-anak daun (leaflets)
(Sunarko, 2008).
d. Bunga
Pembungaan kelapa sawit termasuk monocius artinya bunga jantan
dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan
yang sama. Namun kadang-kadang dijumpai juga dalam satu tandan bunga
jantan dan bunga betina. Bunga seperti ini disebut bunga banci
(hermaprodit). Tanaman kelapa sawit menyerbuk secara silang dan
menyerbuk sendiri (Risza, 1994).
e.Buah
Lamanya pertumbuhan buah sejak bunga mulai diserbuki sampai di
panen lebih kurang 6 bulan. Bunga yang mulai tumbuh, susunannya pada
tandan masih longgar semakin lama semakin bertambah padat, saling
serta sebelah ujung bulat. Besar maksimum buah tercapai pada umur 4-5
bulan, ukuran buah memiliki panjang 3-6 cm, tebal 2-4 cm dan berat 10-29
gram (Risza, 1994).
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit.
Pertumbuhan, perkembangan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik faktor dari luar maupun faktor dari tanaman itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor
lingkungan, baik faktor genetis dan faktor teknis agronomis. Dalam
menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor tersebut
saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai produksi
kelapa sawit yang maksimal diharapkan ketiga faktor tersebut harus selalu ada
dalam keadaan optimal. Faktor lingkungan tersebut meliputi iklim dan tanah
(Anonymous, 1997).
1. Iklim
Faktor iklim berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi
kelapa sawit. Beberapa unsur iklim yang penting yaitu ketinggian tempat,
curah hujan, penyinaran matahari, kelemababan udara dan angin.
a. Ketinggian tempat
Menurut Sunarko (2008), daerah-daerah yang baik untuk
pertanaman kelapa sawit adalah mulai dari dekat pantai sampai
ketinggian kira-kira 1000 meter dari atas permukaan laut. Walaupun
1000 meter dari atas permukaan laut, tetapi akan terlambat berbuah
dan produksinya berkurang, dibandingkan dengan tempat-tempat yang
lebih rendah.
b. Curah Hujan
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang
tumbuh baik diantara garis lintang 120LU – 120LS. Curah hujan yang
dikehendaki antara 2000-2500 mm pertahunnya dengan pembagian yang
merata sepanjang tahun (Risza, 1994). Curah hujan yang merata ini dapat
menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Air
merupakan pelarut unsur-unsur hara dalam tanah. Dengan bantuan air,
unsur tersebut menjadi tersedia bagi tanaman. Bila tanaman dalam
keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap ion mineral dari dalam
tanah (Penebar Swadaya, 1997).
c. Penyinaran Matahari
Lamanya penyinaran optimum yang diperlukan 5-7 jam/hari,
dengan suhu optimum berkisar 290- 300 C. Sinar matahari dapat
mendorong pembentukan bunga, pertumbuhan vegetatif dan produksi
buah kelapa sawit. Berkurangnya lama sinar matahari akan mengurangi
proses asimilasi untuk memproduksi karbohidrat dan membe ntuk bunga
(Sunarko, 2008).
d. Kelembaban Udara dan Angin
Kelembaban udara dan angin adalah faktor yang sangat penting untuk
mempengaruhi penguapan, sedangkan angin akan membantu proses
penyerbukan secara alamiah. Angin yang kencang menyebabkan
penguapan lebih besar, mengurangi kelembaban dan dalam waktu yang
lama mengakibatkan tanaman layu. Kelembaban optimum bagi tanaman
kelapa sawit berkisar 80% - 90% (Penebar Swadaya, 1997).
2 . Tanah
Tanah merupakan faktor utama yang menentukan pertumbuhan dan
perkembangan kelapa sawit disamping faktor iklim. Tanah dapat
menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman dan sekaligus tempat
berjangkarnya akar tanaman.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah antara lain podsolik, andosol dan alluvial. Meskipun
demikian, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing tana h
adalah tidak sama. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan kima
tanah (Anonymous, 1997). Koedadiri (1990) menambahkan bahwa hampir
semua jenis tanah dapat menjadi tempat tumbuh kelapa sawit dengan pH
optimum 4,0 – 7,5. Adapun tanah yang kurang baik untuk ditanami kelapa
sawit adalah tanah yang drainasenya buruk, tanah laterit (banyak
Peranan Unsur Hara Bagi Tanaman.
Peranan utama unsur hara nitrogen bagi tanaman adalah untuk merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun.
Disamping itu nitrogen juga berperan untuk merangsang perkembangan anakan.
Kekurangan nitrogen dapat mengakibatkan pertumbuhan lambat, tanaman kerdil,
pertumbuhan akar terhambat dan daun-daun kering (Lingga, 1994). Menurut
Rinsema (1986), nitrogen yang tersedia bagi tanaman akan mempengaruhi
pembentukan protein, bagian vegetatif serta pembentukan berbagai bahan organik
lainnya. Poerwowidodo (1992) menambahkan bahwa nitrogen merupakan bagian
pokok tanaman hidup. Nitrogen hadir sebagai satuan fundamental dalam protein,
asam nukleik, klorofil dan senyawa organik lainnya. Protein merupakan penyusun
utama protoplasma. Fungsinya sebagai bahan vital berbagai enzim merupakan
kepentingan sentralnya dalam seluruh proses metabolisme dalam tanaman.
Unsur hara fosfor juga sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi
tanaman. Terhadap pertumbuhan tanaman, fosfor dapat merangsang
perkembangan perakaran tanaman. Terhadap produksi tanaman, fosfor
mempertinggi hasil serta bahan kering, bobot biji, memperbaiki kualitas hasil
serta mempercepat kematangan (Nyakpa et al., 1988). Sedangkan menurut
Poerwowidodo (1992), fosfor (P) termasuk anasir hara esensial bagi tanaman
dengan fungsi sebagai pemindah energi sampai segi-segi gen yang tidak dapat
digantikan dengan hara lain. Ketidakcukupan pasokan P menjadikan tanaman
tidak tumbuh maksimal atau potensi hasilnya tidak maksimal atau tidak mampu
Menurut Gardner et al. (1991), kalium berperan sebagai katalisator
terutama dalam merubah protein menjadi asam amino serta dalam sintesis dan
pembongkaran karbohidrat. Gejala kekurangan kalium akan memperlihatkan
pertumbuhan terganggu dan daun nampak seperti terbakar. Poerwowidodo (1992)
menambahkan bahwa kalium (K) merupakan anasir esensial bagi seluruh jasad
hidup. Pada jaringan tanaman tinggi, kalium menyusun 1,7% - 2,7% bahan kering
daun normal. Kebutuhan tanaman untuk K+ tidak dapat diganti secara lengkap
oleh kation alkali lainnya. Tanpa kalium, tanaman tidak mampu mencapai
pertumbuhan dan arah hasil maksimal.
Selain unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium, unsur hara magnesium
merupakan salah satu hara makro yang dibutuhkan tanaman terutama peranannya
untuk transportasi fosfat pa da tanaman. Kegunaan lain unsur ini adalah sebagai
komponen pembentuk zat hijau daun (klorofil) dan pembentukan karbohidrat,
lemak dan minyak-minyak (Lingga, 1994).
Menurut Gardner et al. (1991), selain unsur hara makro yang dibutuhkan
oleh tanaman, ada sekelompok unsur hara yang dibutuhkan tanaman hanya dalam
jumlah kecil, sedangkan apabila dalam jumlah banyak akan merusak tanaman.
Unsur hara yang dimaksud adalah unsur hara mikro, seperti Zn, Fe, Mn, Cu, Mo
Efektifitas dan Mekanisme Penyerapan Hara Melalui daun.
Pemupukan melalui daun merupakan salah satu aplikasi pemberian
berbagai pupuk tertentu pada tanaman terutama jenis pupuk yang tidak merusak
daun dan harus diberikan dengan konsentrasi rendah (Setyamidjaja, 1990).
Menurut Soetedjo da n Kartasapoetra (1988), yang dimaksud dengan
pupuk daun adalah bahan-bahan atau unsur-unsur yang diberikan melalui daun
dengan cara penyiraman atau penyemprotan agar dapat langsung diserap, guna
mencukupi kebutuhan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dalam pengaplikasian hara melalui daun hal yang perlu diperhatikan
diantaranya adalah konsentrasi pupuk dan waktu yang tepat untuk
pengaplikasiannya. Menurut Lingga (1994), konsentrasi merupakan faktor yang
sangat vital dan memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pemupukan
melalui daun.
Interval waktu juga harus diperhatikan untuk memperoleh hasil
pemupukan yang memuaskan. Menurut Lingga (1994), penyemprotan melalui
daun harus dihentikan pada saat tunas baru muncul. Sebab tunas muda itu sangat
peka terhadap pupuk, terlebih jika konsentrasinya melebihi konsentrasi anjuran.
Penyemprotan dengan interval yang terlalu sering juga tidak baik karena dapat
menyebabkan kerusakan bagi tanaman. Penyemprotan hara yang disemprotkan
melalui daun akan efektif jika dilakukan waktu pagi dan sore hari di mana
kelembaban udara relatif tinggi. Hal ini berkaitan dengan mekanisme membuka
dan menutupnya stomata. Pada pagi hari tekanan turgor meningkat pada dinding
menutup jika terik matahari pada siang hari dan selanjutnya pada sore hari karena
penguapan telah menurun dan stomata membuka kembali (Lakitan, 1995).
Sehubungan dengan hal tersebut, Sarief (1986) menyatakan bahwa unsur hara
yang disemprotkan melalui daun, masuk melalui lubang stomata secara difusi
bersamaan dengan air.
Deskripsi Pupuk Daun Gandasil D.
Pupuk daun Gandasil D adalah salah satu dari berbagai jenis pupuk daun
yang beredar saat ini. Pupuk ini dapat digunakan pada berbagai tanaman baik
tanaman tahunan, sayur-sayuran maupun buah-buahan. Cara pemberiannya adalah
dengan menyemprotkan melalui daun. Adapun kandungan unsur hara yang
terdapat pada pupuk ini adalah nitrogen (N) 20%, Kalium bebas Chlor 15%,
fosfor 15% dan Magnesium 1% dilengkapi dengan unsur -unsur Mangan (Mn),
boron (B), Tembaga (Cu), Kobal (Co) dan Seng (Zn) serta vitamin-vitamin untuk
pertumbuhan tanaman seperti Aneurin, Lactoflavin dan Nicotinic acid amide.
Konsentrasi anjuran adalah 10-30 g/10 l air atau 1-3 g/l air dengan interval
pemberian atau penyemprotan setiap tujuh hari sekali.
Potensi Tanah Salin
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang memiliki adaptasi luas .
Dengan melihat syarat tumbuh ini tanaman kelapa sawit masih mampu
tumbuh pada tanah salin yang pada umumnya berada ditepi laut dimana intrusi air
laut menyebabkan kandungan garam tanah menjadi tinggi.
Rawa pasang surut adalah rawa yang genangannya dipengaruhi oleh
pasang surut air laut (Santun, 2004). Pemanfaatan lahan ini dalam upaya
pengembangan pertanian berpeluang cukup besar. Lahan pasang surut terdapat
disepanjang daerah pantai Sumatera, Kalimantan, Irian dan pulau-pulau lainnya
yang terdiri dari berbagaii ekosistem yang dipengaruhi oleh pergerakan air pasang
dan salinitas dengan tingkat yang bervariasi. Luas lahan rawa di Indonesia sebesar
33,4 juta hektar yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya.
Sedangkan 20,1 juta hektar merupakan lahan pasang surut (H idayat, 2002).
Potensi lainnya dari tanah salin ini adalah kandungan air laut yang terdiri
dari bermacam-macam unsur baik yang berasal dari dasar laut sendiri maupun dari
daratan. Kadar rata -rata garam-garam terpenting alam air laut disajikan pada
Tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Kadar Rata-rata Garam-garam Terpenting dalam Air Laut.
Jenis Garam Kepekatan (g.l-1) Jenis Ion ++ Kepekatan (nM) NaCl
MgCl MgSO4 CaSO4 K2SO4 CaCo3
KBr
28.14 3.81 1.75 1.28 0.82 0.12 0.10
Na+ Cl -Mg2+ SO4 2-K+ Ca2+ HCO3
-457.0 536. 56.0 28.0 9.7
10 2.3 Total garam Terlarut (g.l-1)
Potensial Osmotik (MPa)
32.0 -2.4
Salinitas tanah akan menjadi masalah jika konsentrasi natrium klorida
dari magnesium (Mg) ada dalam jumlah yang berlebih (Poljakoff-Mayber dan
Gale, 1975). Banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya tingkat salinitas
pada suatu areal. Terjadinya evaporasi dalam keadaan murni biasanya
meninggalkan garam -garam yang tertinggal dalam larutan tana h mencapai 4-10
kali lebih tinggi pada tanah-tanah beririgasi. Masalah utama lahan salin selain
kandungan garam yang tinggi terutama Na+ dan Cl-, juga sistem drainase yang
jelek (Adiwiganda, 1985).
Drainase yang jelek akan menghalangi pembasuhan garam-garam lapisan
tanah yang lebih bawah. Penggenangan yang berulang-ulang oleh air laut
mengakibatkan penumpukan garam-garam pada zona perakaran dan secara
berkala akan membuat tanah menjadi semi rawa di mana tertimbun sejumlah
senyawa atau unsur beracun seperti gas-gas NO dan CO yang dapat menjadi
toksik bagi tanaman (Manurung, 1987).
Buruknya drainase dap