• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa perlakuan lapisan tanah berpengaruh sangat nyata terhada p tinggi bibit, diameter pangkal batang, luas daun, panjang akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah klorofil, asimilasi bersih, dan laju tumbuh relatif dan kandungan prolina daun.

Penelitian ini menguji tanah salin yaitu yang terdiri dari lapisan topsoil dan subsoil. Tanah salin lapisan topsoil sangat nyata memberikan pertumbuhan terbaik bagi bibit kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari tanaman yang sangat nyata lebih tinggi pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Diameter pangkal batang yang nyata lebih besar pada 45, 65, 85 dan 105 HST. Luas Daun yang sangat nyata lebih luas pada 45, 65, 85, dan 105 HST. Akar yang sangat nyata lebih panjang pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Bobot kering tajuk dan bobot kering akar sangat nyata pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Jumlah klorofil sangat nyata lebih banyak pada lapisan tanah topsoil pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Laju asimilasi bersih nyata lebih tinggi pada kisaran waktu 85-105 HST dan pada 45-65 HST dan 65-85 HST menunjukkan kecenderungan tertinggi pada perlakua n tanah top soil. Demikian juga pertumbuhan relatif, yang nyata lebih tinggi pada kisaran 45-65 HST dan 85-105 HST, tetapi tidak nyata pada kisaran 65-85 HST namun kecenderungan lapisan top soil cenderung lebih tinggi. Rasio tajuk akar yang sangat nyata lebih besar pada 45, 65, 85 dan 105 HST serta kandungan prolina daun yang sangat nyata lebih besar pada 105 HST.

Pertumbuhan bibit kelapa sawit terbaik seperti :tinggi tanaman, diameter pangkal batang, luas daun, panjang akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif, dan rasio tajuk akar diperoleh pada perlakuan tanah salin lapisan topsoil, hal ini karena tanah salin lapisan topsoil memiliki daya hantar listrik dan tekstur yang lebih baik daripada tanah salin lapisan subsoil. Secara garis besar tanah salin lapisan topsoil yang memiliki tekstur lempung liat berpasir memiliki sifat fisik yang lebih baik, yaitu tanah lebih gembur, jadi meskipun tergolong tanah salin tetap menunjukkan sifat yang lebih baik. Sedangkan pada tanah salin lapisan subsoil pertumbuhan bibit kelapa sawit tidak sebaik pada tanah salin lapisan topsoil, kecuali pada kandungan prolina daun yang memiliki nilai lebih tinggi. Pada tanah salin lapisan subsoil yang memiliki tekstur lempung berliat memiliki kadar liat yang lebih besar dari tanah salin lapisan topsoil yaitu sebesar 38.44%. Hal ini mengakibatkan tanah menjadi sangat padat. Hal ini dapat dilihat dari data hasil analisis tanah yang dilakukan di Labor atorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Tabel 31. Data Hasil analisis Tanah sebelum di campur dengan pupuk kandang

No Unit 1 2

No Lab 98208 98308

No. Lap Top Soil Sub Soil

Pasir % 45.44 33.56

Debu % 26.00 28.00

Liat % 26.56 38.44

Tekstur - Llip Lli

pH H2O - 6.88 7.20

DHL (sebelum dicampur pupuk kandang) Umho/cm 2.90 8.00 DHL (setelah dicampur pupuk kandang) Umho/cm 2.75 7.50

Org-C % 1.69 3.80

N-Total % 0.15 0.17

C/N - 11.27 22.35

P-avl (Bray II) Ppm 7.32 4.87

K-exch me/100 0.720 0.733 Na-exch me/100 0.083 1.090 Ca-exch me/100 1.853 5.990 Mg-exch me/100 3.742 4.324 KTK me/100 14.63 27.38 Kej. Basa % 43.73 40.68 Keterangan:

Llip : Lempung Liat Berpasir

Lli : Lempung Berliat

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa pada tanah salin lapisan topsoil hanya memiliki DHL 2.90 (sebelum dicampur pupuk kandang) sedangkan pada tanah salin lapisan subsoil memiliki DHL diatas 4 mmhos/cm yaitu 8 mmhos/cm (salinitas sangat tinggi). DHL yang mencapai 8 mmhos/cm akan memberikan pengaruh pertumbuhan yang buruk pada bibit kelapa sawit. Pengaruh buruk dari salinitas yang paling umum dan paling menonjol adalah terhambatnya pertumbuhan tanaman. Dengan meningkatnya salinitas menyebabkan terakumulasinya Na+ dan Cl- didalam jaringan tanaman. Marshner (1995) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh dalam media bergaram akan mengalami dua tekanan fisiologis. Pertama, pengaruh racun dari ion Sodium dan Klorida

yang dapat menghancurkan struktur enzim dan makromolekul lainnya, merusak organel sel, mengganggu fotosintesis dan respirasi, menghambat sintesis protein dan menyebabkan terjadinya kekurangan ion. Kedua, tanaman terkena resiko kekeringan fisiologis, dimana tanaman harus mempertahankan potensial osmotik yang lebih rendah untuk mencegah pergerakan air dari akar ke tanah. Jika kondisi ini berlangsung lama dan berat maka akan dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan bahkan kematian tanaman.

Pengurangan luas daun yang terjadi pada lapisan tanah subsoil merupakan parameter pe rtumbuhan dalam bentuk mekanisme toleransi tanaman terhadap tanah salin yaitu mekanisme morfologi seperti yang dinyatakan Mass dan Nieman (1978) dalam Sipayung (2003) bahwa salah satu perubahan akibat salinitas tinggi yaitu ukuran daun yang lebih kecil. Ukuran daun yang lebih kecil ini sangat penting untuk mempertahankan takanan turgor pada tanaman tersebut.

Penurunan luas daun juga mempengaruhi bobot kering tanaman karena daun dan jaringan hijau lainnya adalah organ yang melaksanakan proses fotosintesis yang merupakan sumber utama asimilat yang digunakan untuk pertumbuhan akar, batang dan daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Hirrel dan Gerdemann (1980) yang menyatakan bahwa peningkatan level salinitas tanah akan menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan tajuk sehingga mengakibatkan penurunan area fotosintesis pada tanaman. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat oleh pengaruh cekaman air atau ion beracun terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 37. Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Baik Tajuk Maupun Akar Yang Lebih Baik Pada Tanah Salin Lapisan Topsoil dibandingkan Tanah Salin Lapisan Subs oil Pada Umur 65 HST.

Hal ini berkaitan pula dengan sistim perakaran kelapa sawit yang memiliki akar serabut sehingga memerlukan media tumbuh yang memiliki sifat fisik yang baik. Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut. Kelapa sawit juga memiliki akar nafas yang timbul di atas permukaan tanah atau di dalam tanah dengan aerasi baik (Anonymous, 1997). Selanjutnya Risza (1994) menambahkan bahwa perakaran tanaman kelapa sawit terdiri dari akar primer, sekunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai lebih kurang satu meter dan kebawah makin sedikit. Kondisi akar kelapa sawit yang demikian memerlukan kondisi tanah yang baik secara fisik maupun kimia.

Selain perubahan karakter morfologi, tanaman juga mempunyai respon terhadap stres garam melalui penyesuaian metabolisme tingkat sel yang disebut

osmoregulasi. Beberapa tanaman dapat mempertahankan tekanan turgor yang tinggi pada potensial air rendah dengan cara meningkatkan potensial osmotik melalui peningkatan akumulasi zat terlarut di dalam sel. Proses ini disebut regulasi osmotik (osmotic adjustment). Adanya penyesuaian osmotik, berarti menjaga turgor sel, sehingga berarti pula menjaga integritas dan proses fisiologi sitoplasma. Penyesuaian osmotik berpotensi menjaga proses fotosintesis dan pertumbuhan, namun tidak dapat memelihara pada semua jaringan

Kadar prolina daun yang meningkat pada lapisan tanah subsoil dianggap merupakan toleransi tanaman terhadap cekaman lingkungan baik itu cekaman salinitas maupun cekaman kekeringan karena prolin berfungsi sebagai senyawa penyimpan N dan osmoregulator. Sebagai akibatnya, sel, jaringan atau tanaman yang overproduksi prolin dianggap mempunyai sifat toleransi terhadap cekaman salinitas yang lebih baik. Selain sebagai osmoregulator, prolin juga berperan penting dalam menjaga pertumbuhan akar pada potensial osmotik air rendah (Bray, 1977).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pertumbuhan bibit kelapa sawit yang ditanami pada lapisan topsoil tanah salin cukup baik pertumbuhannya. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan meninggi tanaman yang mencapai 49.21 cm pada kombinasi perlakuan T1K2I1 (Tanah salin lapisan topsoil, konsentrasi 2 g/l air dan interval waktu pemberian pupuk daun gandasil D 7 hari sekali) yang sesuai dengan standar pertumbuhan meninggi tanaman kelapa sawit varietas DxP Marihat yang ditanami pada tanah mineral biasa yang mencapai lebih dari 80 cm pertahun Selain itu, bila dilihat dari pertambahan luas daun, dan bobot kering

tajuk juga menunjukkan pertumbuhan yang baik. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusran Pangaribuan dan kawan-kawan yang berjudul pengaruh cekaman air terhadap karakter morfologi beberapa varietas tanaman kelapa sawit, menunjukkan bahwa pertumbuhan luas daun pada bibit kelapa sawit DxP Marihat yang ditanami di tanah mineral biasa pada keadaan air kapasitas lapang pada umur 10 bulan adalah 1108.50 cm2, sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan, pertumbuhan luas daun yang tertinggi pada umur 105 HST (5 bulan umur bibit kelapa sawit) diperoleh pada kombinasi perlakuan T1K2I1 (Tanah salin lapisan topsoil, konsentrasi 2 g/l air, interval waktu 7 hari sekali) yang bernilai 675.32 cm2. Demikian pula halnya dengan bobot kering tajuk bibit kelapa sawit. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusran Pangaribuan dkk, bobot kering tajuk bibit kelapa sawit DxP Marihat pada umur 10 bulan mencapai 29.06 g, sedangkan dari hasil penelitian yang penulis lakukan, bobot kering tajuk bibit kelapa sawit pada umur 105 HST ( 5 bulan umur bibit kelapa sawit) mencapai 15.13 g. Dari perbandingan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dilihat bahwa pertumbuhan bibit kelapa sawit yang ditanam di tanah salin memiliki pertumbuhan yang cukup baik dan dapat digunakan sebagai bibit kelapa sawit dalam usaha pembudidayaan tanaman kelapa sawit.

Dokumen terkait