• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kadar Kalsium Saliva terhadap Index Kalkulus Modifikasi Ramfjord

HASIL PENELITIAN

4.8 Pengaruh Kadar Kalsium Saliva terhadap Index Kalkulus Modifikasi Ramfjord

Tabel 12. Nilai kadar kalsium saliva terhadap Indeks Kalkulus Modifikasi Ramfjord pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan.

Hubungan Korelasi P

Kadar Kalsium Saliva dan Skor Kalkulus 0,385 0,035*

Ket:

Uji Korelasi Pearson

*p sig < 0,05

Berdasarkan hasil pengujian korelasi Pearson pada Tabel 12, menunjukkan kadar kalsium saliva dan skor kalkulus berkorelasi signifikan yaitu 0,035 (p<0,05).

BAB 5 PEMBAHASAN

Subjek yang menjadi sampel penelitian ini adalah pasien di Instalasi Hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan. Pengukuran kadar kalsium pada sampel saliva yang telah didapatkan adalah menggunakan alat Spektofotometer Serapan Atom (SSA). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh hubungan kadar kalsium saliva terhadap Indeks Kalkulus Modifikasi Ramfjord pada pasien di Instalasi Hemodialisis di RSUP H. Adam Malik Medan. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara oral hygiene dan terbentuknya kalkulus pada pasien yang menjalani hemodialisis terhadap kadar kalsium saliva.

Sekitar 99% total kalsium pada tubuh manusia terletak pada tulang dan gigi sebagai fungsi struktural. 1% sisanya ditemukan dalam jaringan dan cairan dan sangat penting untuk pemeliharaan metabolisme sel, transmisi saraf, dan kontraksi otot.

Gangguan dalam metabolisme kalsium terlibat dalam sebagian besar masalah utama penyakit kronis, termasuk osteoporosis, penyakit ginjal, obesitas, penyakit jantung dan hipertensi.34

Menurut Malikha NZ dkk, kadar ion kalsium normal pada saliva adalah 1-2 mmol/L.35 Hasil penelitian ini didapati bahwa terjadi peningkatan kadar kalsium saliva pada pasien yang menjalani hemodialisis, dimana subjek dengan hiperkalsemia sedang ada sebanyak 19 orang (63,34%) dan hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Epstein dkk, dan juga Alpdemir dkk bahwa terjadi peningkatan kadar kalsium saliva 94% pada subjek yang menjalani hemodialisis.36-38

Konsentrasi kalsium saliva pada pasien dengan GGK pada penelitian ini lebih tinggi yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana konsentrasi kalsium saliva yang lebih rendah pada pasien GGK yang dilakukan oleh Anuradha dkk, Bagalad dkk. Peningkatan kadar ion kalsium dapat disebabkan karena adanya pemberian suplemen kalsium sebagai kontrol diet pada pasien GGK.36 Tingginya kadar kalsium

saliva pada pasien GGK dapat meningkatkan perlindungan terhadap karies. Tinjauan sistematis oleh Andrede dkk, telah membuktikan prevalensi kareies pada gigi bawah pada pasien GGK. Demikian pula, Sewon dkk, melaporkan bahwa saliva tinggi kalsium dikaitkan dengan skor DMF yang rendah.36,38

Pada tabel 5 terlihat kelompok subjek berjenis kelamin laki – laki merupakan jumlah subjek terbanyak yaitu 22 orang (73,34% ), dibandingkan dengan kelompok subjek berjenis kelamin perempuan 8 orang (26,67%). Subjek dengan kelompok usia 41-55 tahun merupakan kelompok subjek terbanyak yaitu sebanyak 11 orang (36,67%). Berdasarkan prevalensi jenis kelamin, kelompok laki-laki ditemukan lebih banyak, hal ini sejalan dengan hasil Riskesdas 2013 dimana prevalensi laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.39 Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan ilmu kesehatan Atlantik yang menemukan bahwa mayoritas pasien hemodialisis adalah laki-laki. Nasiri dkk juga menyimpulkan bahwa banyaknya prevalensi GGK tampaknya lebih banyak terjadi pada pria.40 Tingginya prevalensi GGK pada pria dikarenakan adanya pengaruh merokok atau penggunaan tembakau, minum minuman beralkohol serta aktifitas fisik laki-laki yang cenderung lebih berat.8

Tabel 6 menunjukkan data kebiasaan oral higiene terdiri dari frekuensi sikat gigi, penggunaan obat kumur, pemeriksaan ke dokter gigi, kunjungan terakhir ke dokter gigi, dan perawatan yang dilakukan saat berkunjung ke dokter gigi. Perolehan data frekuensi menyikat gigi pasien, didapatkan frekuensiterbanyak subjek menyikat gigi adalah sebanyak 2 kali sehari yaitu 21 orang (70%). Frekuensi penyikatan gigi memiliki pengaruh yang besar terhadap oral higiene pasien. Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan. Perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut dari keempat factor tersebut. Sehubungan dengan pendapat di atas, maka frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana penyikatan gigi minimal 2 kali sehari memiliki penumpukan plak yang lebih sedikit dibandingkan yang menyikat gigi sehari sekali.41

Penelitian yang dilakukan oleh Chen dkk menilai 253 pasien hemodialisis dan menemukan bahwa durasi dialisis yang lebih lama dikaitkan dengan keparahan periodontitis.39 Penelitian Rezeki dkk menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara durasi hemodialisis dengan periodontitis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Bayraktar dkk yang menunjukkan bahwa durasi hemodialisis berhubungan dengan periodontitis.40

Pada tabel 8 terlihat bahwa skor akhir indeks modifikasi ramfjord menunjukkan 22 subjek (73,34%) memiliki skor kalkulus sedang, hal ini sejalan dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Yavuz dkk, yang menyatakan bahwa skor kalkulus pada pasien yang menjalani hemodialisis lebih tinggi dibandingkan dengan skor kalkulus pada pasien yang tidak menjalani hemodialisis.

Tingginya skor kalkulus pada pasien hemodialisis dapat terjadi berdasarkan karakeristik dari saliva pasien serta adanya gangguan homeostasis dari kadar ion Ca/P. Skor kalkulus gigi yang tinggi pada pasien dengan GGK juga disebabkan oleh tingginya suplemen kalsium dan fosfor sering digunakan sebagai bagian dari kontrol diet.27 Menurut Davidovich dkk yang mempelajari hubungan antara keparahan disfungsi ginjal dan pembentukan kalkulus gigi, karena terjadi pengendapam kalsium serta tingginya sekresi fosfat dalam saliva yang tinggi sehingga menyebabkan terbentuknya kalkulus gigi.36,38

Adanya hubungan yang signifikan (p<0,05) antara Indeks Kalkulus Modifikasi Ramfjord dengan kadar ion kalsium pada saliva, dari 30 subjek penelitian 22 orang (73,34%) merupakan subjek dengan pembentukan kalkulus yang sedang sedangkan 7 orang (23,33%) merupakan subjek dengan pembentukan kalkulus yang berat. Subjek yang memiliki saliva normal yaitu 4 orang (13,33%), subjek yang hiperkalsemia ringan yaitu 4 orang (13,33%), subjek yang hiperkalsemia sedang yaitu 19 orang (63,34%) dan subjek yang hiperkalsemia tinggi yaitu 3 orang (10%).

Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa subjek yang memiliki kadar kalsium tinggi tidak cenderung menjadi subjek yang dengan pembentukan kalkulus yang berat, hal ini dikarenakan mungkin subjek melakukan penyikatan gigi sebanyak 2 kali

sehari serta memelihara oral hygiene sehingga dengan tingginya kadar ion kalsium yang tinggi dalam saliva tidak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penumpukan plak.

Hasil penelitian ini juga menjelaskan hubungan bahwa subjek yang mempunyai hiperkalsemia saliva mempunyai skor Indeks Kalkulus Modifikasi Ramfjord yang tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Acharya dkk yang menyatakan bahwa subjek yang mempunyai kadar kalsium yang tinggi cenderung mempunyai risiko pembentukan kalkulus yang tinggi karena kadar kalsium saliva merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembentukankalkulus dalam rongga mulut dengan cara meningkatkan kejenuhan dari komponen kalkulus pada plak gigi.42 Terbentuknya kalkulus dapat terjadi ketika kadar kalsium melebihi kadar normalnya yaitu 1,14 mmol/l dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, pasien dengan kadar kaslium saliva yang rendah (< 1,14 mmol/l) mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih sedikit.15 Hal ini dapat terjadi karena pada kadar kalsium saliva yang normal (1,14 mmol/l), kristal kalsium fosfat cenderung larut dan sebaliknya, pada kadar ionkalsium yang tinggi, kasus gingivitis cenderung banyak terjadi.14

Hipotesis penelitian ini yaitu ada pengaruh dari kadar kalsium saliva terhadap terbentuknya kalkulus pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis dapat diterima.

Hal ini terbukti dengan diperolehnya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa individu dengan kadar ion kalsium saliva yang tinggi mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih banyak.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait