• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kebiasaan Clenching serta Mengkonsumsi Minuman Berkarbonat (Soft Drink) terhadap Keparahan Atrisi Gigi Anterior dan Berkarbonat (Soft Drink) terhadap Keparahan Atrisi Gigi Anterior dan

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

4.11 Pengaruh Kebiasaan Clenching serta Mengkonsumsi Minuman Berkarbonat (Soft Drink) terhadap Keparahan Atrisi Gigi Anterior dan Berkarbonat (Soft Drink) terhadap Keparahan Atrisi Gigi Anterior dan

Posterior

Pengaruh kebiasaan clenching terhadap keparahan atrisi gigi anterior dapat

dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pengaruh kebiasaan clenching terhadap keparahan atrisi gigi anterior

17 8 25 68.0% 32.0% 100.0% 54.8% 66.7% 58.1% 39.5% 18.6% 58.1% 14 4 18 77.8% 22.2% 100.0% 45.2% 33.3% 41.9% 32.6% 9.3% 41.9% 31 12 43 72.1% 27.9% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 72.1% 27.9% 100.0% Jumlah orang

% terhadap kebias aan clenchi ng

% terhadap gigi anterior % Total

Jumlah orang

% terhadap kebias aan clenchi ng

% terhadap gigi anterior % Total

Jumlah orang

% terhadap kebias aan clenchi ng

% terhadap gigi anterior % Total ya tidak kebias aan clenching Total

atrisi ringan atrisi s edang ANTERIOR Total 58.1 41.9 (+) kebiasaan clenching (-) kebiasaan clenching

Pengaruh kebiasaan clenching terhadap keparahan atrisi gigi posterior dapat

dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengaruh kebiasaan clenching terhadap keparahan atrisi gigi posterior

25 25 100.0% 100.0% 58.1% 58.1% 58.1% 58.1% 18 18 100.0% 100.0% 41.9% 41.9% 41.9% 41.9% 43 43 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Jumlah orang

% terhadap kebiasaan c lenc hing % terhadap gigi pos terior % Total

Jumlah orang

% terhadap kebiasaan c lenc hing % terhadap gigi pos terior % Total

Jumlah orang

% terhadap kebiasaan c lenc hing % terhadap gigi pos terior % Total ya tidak kebias aan clenching Total atrisi ringan POSTE RIOR Total

Dari Tabel 13 dan Tabel 14 dapat dilihat bahwa kebiasaan clenching

mengakibatkan atrisi gigi anterior lebih parah daripada gigi posterior, di mana pada

gigi anterior mengalami atrisi ringan sebanyak 54,8% dan yang mengalami atrisi

sedang sebanyak 66,7%. Sedangkan pada gigi posterior hanya mengalami atrisi

ringan saja yaitu sebanyak 58,1%. Diambil kesimpulan bahwa kebiasaan clenching

mengakibatkan atrisi yang lebih parah pada gigi anterior daripada gigi posterior.

Pengaruh kebiasaan mengkonsumsi minuman berkarbonat (soft drink)

Tabel 15. Pengaruh kebiasaan mengkonsumsi minuman berkarbonat (soft drink) terhadap keparahan

atrisi gigi anterior

21 8 29 72.4% 27.6% 100.0% 67.7% 66.7% 67.4% 48.8% 18.6% 67.4% 10 4 14 71.4% 28.6% 100.0% 32.3% 33.3% 32.6% 23.3% 9.3% 32.6% 31 12 43 72.1% 27.9% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 72.1% 27.9% 100.0% Jumlah orang

% terhadap kebias aan minum s oft drink % within ANTERIOR

% Tot al Jumlah orang

% terhadap kebias aan minum s oft drink % within ANTERIOR

% Tot al Jumlah orang

% terhadap kebias aan minum s oft drink % within ANTERIOR

% Tot al ya

tidak kebias aan minum soft drink

Total

atrisi ringan atrisi s edang ANTERIOR

Total

Pengaruh kebiasaan mengkonsumsi minuman berkarbonat (soft drink)

terhadap keparahan gigi anterior dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Pengaruh kebiasaan mengkonsumsi minuman berkarbonat (soft drink) terhadap keparahan

atrisi gigi posterior

29 29 100.0% 100.0% 67.4% 67.4% 67.4% 67.4% 14 14 100.0% 100.0% 32.6% 32.6% 32.6% 32.6% 43 43 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Jumlah orang

% terhadap kebias aan minum s oft drink % terhadap gigi posterior

% Total Jumlah orang

% terhadap kebias aan minum s oft drink % terhadap gigi posterior

% Total Jumlah orang

% terhadap kebias aan minum s oft drink % terhadap gigi posterior

% Total ya

tidak kebias aan minum soft drink

Total

atrisi ringan POSTE RIOR

Total

Dari Tabel 15 dan Tabel 16 dapat dilihat bahwa kebiasaan mengkonsumsi

minuman berkarbonat (soft drink) mengakibatkan atrisi gigi anterior lebih parah

daripada gigi posterior, di mana pada gigi anterior mengalami atrisi ringan sebanyak

posterior hanya mengalami atrisi ringan saja yaitu sebanyak 67,4%. Diambil

kesimpulan bahwa kebiasaan mengkonsumsi minuman berkarbonat (soft drink)

mengakibatkan atrisi yang lebih parah pada gigi anterior daripada gigi posterior.

Kesimpulannya, kebiasaan clenching serta mengkonsumsi minuman

berkarbonat (soft drink) menyebabkan atrisi pada gigi anterior lebih parah

dibandingkan dengan gigi posterior.

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh narkoba terhadap

kesehatan periodontal tahanan narkoba di Poltabes MS.

Sampel terbanyak didapati pada rentang umur 20-24 tahun. Rentang umur

yang dipilih dalam penelitian ini adalah 20-40 tahun. Pertimbangan pemilihan rentang

umur tersebut adalah dibawah usia 20 tahun merupakan kategori usia anak, tidak

didapati sampel pada tahanan narkoba Poltabes MS, sedangkan di atas usia 40 tahun

ada pengaruh hormonal terhadap kesehatan periodontal dan dikhawatirkan dapat

mengacaukan hasil penelitian. Maka diambil kesimpulan bahwa rentang umur yang

diambil pada penelitian ini adalah 20-24 tahun.

Tingkat pendidikan pada sampel terbanyak adalah SLTA, sehingga diketahui

pada tingkat pendidikan tersebut telah memiliki pengetahuan untuk penjagaan higiena

oral. Namun, bertolakbelakang dengan hasil kuesioner mengenai kesehatan

periodontalnya dimana sebagian besar mengalami tingginya skor Indeks Higiena Oral

(IHO). Setelah diteliti ternyata sikat gigi yang mereka gunakan tidak memenuhi

persyaratan. Mereka menggunakan sikat gigi dengan tangkai yang dipatahkan

menjadi pendek. Hal ini menjadikan sukar untuk menjangkau seluruh permukaan

gigi. Alasan mematahkan tangkai sikat gigi adalah untuk menjaga keamanan karena

tangkai sikat gigi yang terbuat dari bahan plastik dapat diasah menjadi senjata tajam.

Mereka diizinkan menggunakan sikat gigi bertangkai panjang dimana tangkainya

gigi bertangkai dengan bahan plastik sehingga mengharuskan mereka

mematahkannya.

Hubungan antara lama menggunakan narkoba terhadap level Kebersihan

Mulut (KM) dan skor Indeks Periodontal terlihat lebih berpengaruh dibandingkan

terhadap skor IPPD, level IHO, level Kehilangan Perlekatan (KPK), dan indeks

Penggunaan Gigi (Atrisi). Namun, meski hubungan antara lama menggunakan

narkoba dengan skor PBI, level IHO, level perlekatan, dan indeks penggunaan gigi

tidak signifikan, bukan berarti hubungan diatas tidak terbukti nyata, tetapi artinya

belum cukup bukti untuk mengatakan bahwa ada hubungan dan pengaruh antara lama

menggunakan narkoba dengan skor PBI, level IHO, level perlekatan, dan indeks

penggunaan gigi. Hal ini bisa disebabkan karena sampel penelitian begitu homogen

sehingga hasil observasinya belum bisa membuktikan teori bahwa lama

menggunakan narkoba berpengaruh terhadap skor PBI, level IHO, level perlekatan,

dan indeks penggunaan gigi.

Hasil yang didapat pada penelitian ini mengenai pengaruh antara narkoba

dengan level Kebersihan Mulut adalah sesuai dengan penelitian Susetyo dkk yang

meneliti perbedaan skor rata-rata plak antara pengguna narkoba di pusat rehabilitasi

narkoba dengan kelompok kontrol (bukan pengguna narkoba). Susetyo dkk

memperoleh hasil yang signifikan (p <0,05) di mana pada pengguna narkoba

didapatkan skor plak yang lebih tinggi.

Hubungan cara menggunakan narkoba terhadap skor IPPD, level IHO, level

KPK, indeks Penggunaan Gigi (Atrisi), level Kebersihan Mulut (KM) dan skor indeks

di tahanan narkoba Poltabes MS memiliki kesamaan cara menggunakan narkoba

yaitu dihisap. Namun, bukan berarti cara menggunakan narkoba tersebut tidak

memberikan kontribusi terhadap kondisi periodontal tahanan narkoba tersebut. Secara

umum, Titsas dkk (2001) mengemukakan penggunaan narkoba yang berkontak

langsung dengan jaringan gingiva seperti dengan cara menghisap maupun meletakkan

narkoba tersebut dalam jangka waktu beberapa lama (prolonged retention) sehingga

narkoba berkontak dengan jaringan gingiva akan menyebabkan kerusakan yang lebih

parah dibandingkan penggunaan narkoba dengan cara suntik atau meminum

langsung.

Kebiasaan buruk seperti mengkonsumsi minuman berkarbonat (soft drink) dan

clenching memberikan kontribusi terhadap terjadinya atrisi gigi dibandingkan dengan

pengguna narkoba yang tidak memiliki kebiasaan tersebut. Diambil kesimpulan

bahwa kebiasaan buruk mengkonsumsi minuman berkarbonat (soft drink) dan

clenching adalah penyebab terjadinya atrisi gigi pada tahanan narkoba di Poltabes

MS.

Shabu memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kondisi periodontal

tahanan narkoba di Poltabes MS dibandingkan dengan ganja dalam hal peningkatan

skor IPPD, level IHO, level KPK, indeks Penggunaan Gigi (Atrisi), level Kebersihan

Mulut (KM) dan skor Indeks Periodontal.

Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara

penggunaan narkoba dengan atrisi gigi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Duxbury

(1993) yang telah mengemukakan pendapat bahwa penggunaan narkoba seperti

penelitian Readfearn dkk (1998) yang memperoleh hasil bahwa penggunaan ekstasi

menyebabkan atrisi terutama pada gigi posterior oleh karena adanya clenching dan

konsumsi minuman berkarbonat pada 30 orang pengguna ekstasi yang dibandingkan

dengan 28 orang bukan pengguna ekstasi. Namun bertolak belakang dengan hasil

penelitian ini di mana gigi anterior yang mengalami atrisi lebih buruk dibandingkan

dengan gigi posterior apabila dihubungkan dengan kebiasaan clenching dan

mengkonsumsi minuman berkarbonat. Keadaan ini kemungkinan disebabkan karena

jangka waktu menggunakan narkoba pada sampel penelitian relatif tidak begitu lama

yaitu rata-rata 6 bulan- 1 tahun.

BAB 6