• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kebijakan Revitalisasi Perkeretaapian Terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi.

Sub bab ini akan membahas tentang analisis hasil terhadap hasil simulasi penerapan kebijakan revitalisasi perkeretaapian. Simulasi dalam penelitian ini berasal dari skenario yang mungkin timbul dengan adanya revitalisasi perkeretaapian nasional. Simulasi pertama adalah dampak kebijakan revitalisasi perkeretaapian setelah dilakukan injeksi sebesar 19,3 triliun pada neraca eksogen subsektor perkeretaapian. Simulasi kedua adalah dampak revitalisasi perkeretaapian dari target diawal yang ditentukan bila dibandingkan dengan realisasi anggaran yang digunakan di lapangan, dan dari hal tersebut kita akan melihat seberapa besar anggaran yang terealisasi di lapangan dan bagaimana implikasinya terhadap perekonomian Indonesia jika dilihat pengaruhnya terhadap pendapatan faktor produksi, pendapatan institusi, dan pendapatan sektor produksi.

Analisis terhadap revitalisasi perkeretaapian dengan menginjeksi dana sebesar 19,3 triliun pada sektor kereta api akan berdampak terhadap 24 sektor yang lain. Dapat dilihat bagaimana dampak dari kebijakan tersebut terhadap sektor lain, baik sektor yang mengalami peningkatan pendapatan maupun sektor yang mengalami penurunan pendapatan. Dampak kebijakan revitalisasi perkeretaapian ini juga berdampak hingga sektor yang paling kecil, seperti buruh masyarakat desa.

Tabel 19. Dampak Perubahan Sektor Kereta Api terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi di Indonesia

Baseline Kode Shock Delta Y % Perubahan

131127.8398 1 0 -8.74988144 -0.01% 35006.16652 2 0 -3.72684687 -0.01% 387957.5402 3 0 -8.11047353 0.00% 40419.46662 4 0 -1.60457995 0.00% 220335.4638 5 0 72.23347531 0.03% 413958.3825 6 0 20.93309828 0.01% 132047.4536 7 0 14.56905197 0.01% 120263.7592 8 0 32.07787023 0.03% 92286.62912 9 0 0.120787008 0.00% 435131.7425 10 0 -87.3055912 -0.02% 150447.1727 11 0 -238.212461 -0.16% 226526.3859 12 0 -319.890745 -0.14% 70180.93656 13 0 196.4418609 0.28% 192172.9159 14 0 302.4684555 0.16% 13012.014 15 0 8.175119427 0.06% 33451.07043 16 0 14.28922802 0.04% 2470974.963 17 0 -17.746751 0.00% 176756.6849 18 0 94.31817622 0.05% 731562.8381 19 0 108.7625198 0.01% 494234.217 20 0 23.62578238 0.00% 173151.8667 21 0 45.41553159 0.03% 468454.52 22 0 -11.7810645 0.00% 710495.4682 23 0 -32.6760255 0.00% 243905.4868 24 0 -40.8039447 -0.02% 827883.4876 25 0 -193.056271 -0.02% 1916701.697 26 0 -21.8759722 0.00% 1264033.395 27 0 332.4136071 0.03% 578028.083 28 0 4.113925836 0.00% 222204.639 29 0 -18.1500185 -0.01% 353117.378 30 0 -10.1291199 0.00% 63838.693 31 0 17.4050705 0.03% 246262.456 32 0 -40.9887716 -0.02% 639241.01 33 0 147.0197156 0.02% 100344.984 34 0 64.44936369 0.06% 1207352.965 35 0 -64.7071272 -0.01% 336299.774 36 0 -49.5283011 -0.01% 212728.613 37 0 26.03513898 0.01% 1499127.343 38 0 -176.523134 -0.01% 1354098.559 39 0 103.6741666 0.01% 208397.218 40 0 2.727074813 0.00% 1243975.535 41 0 82.83097795 0.01% 999122.745 42 0 -267.069089 -0.03% 337099.241 43 0 -48.4649814 -0.01% 6904.781932 44 19300 19299.67285 279.51% 267245.9931 45 0 -104.008304 -0.04% 336669.629 46 0 -104.755241 -0.03% 50969.634 47 0 -11.1578882 -0.02% 270696.096 48 0 -222.916634 -0.08% 295933.468 49 0 -180.14188 -0.06% 496757.8038 50 0 446.1101552 0.09% 286239.8242 51 0 -85.109429 -0.03%

5.1.1. Perubahan Pendapatan Faktor Produksi

Penerapan kebijakan revitalisasi perkeretaapian berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peningkatan pendapatan yang terjadi pada faktor produksi, setelah dilakukannya injeksi sebesar 19,3 triliun. Pada simulasi tersebut kebijakan yang dilakukan berdampak terhadap peningkatan pendapatan dengan presentase terbesar terjadi pada faktor produksi tenaga kerja. Faktor produksi ini mengalami peningkatan pendapatan dengan persentase terbesar yaitu 0,28 persen dari kondisi awal atau meningkat sebanyak Rp. 196.441 milyar. Untuk faktor produksi tenaga kerja, persentase pendapatan terbesar diterima oleh tenaga kerja dengan klasifikasi kepemimpinan, ketatalaksanaan, militer, profesional dan teknisi penerima upah dan gaji yang berada di desa. Tenaga kerja klasifikasi tersebut mengalami peningkatan pendapatan sebesar 0,28 persen. Faktor produksi tenaga kerja yang lain juga memiliki dampak, dimana presentase yang paling kecil diterima oleh tenaga kerja dengan klasifikasi tata usaha, penjualan, dan jasa di desa dengan presentase -0,158 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa transportasi kereta api ini padat karya.

5.1.2. Perubahan Pendapatan Institusi

Secara garis besar, neraca institusi pada tabel SNSE dibagi menjadi tiga bagian, yaitu rumahtangga perusahaan dan pemerintah. Rumahtangga pada blok institusi pada tabel SNSE terbagi menjadi dua golongan, yaitu pertanian dan bukan pertanian. Blok pertanian terbagi menjadi dua, yaitu buruh dan pengusaha pertanian. Untuk rumahtangga tenaga kerja bukan pertanian terbagi menjadi dua, yaitu pedesaan

dan perkotaan. Untuk rumahtangga bukan pertanian yang di pedesaan terbagi menjadi tiga, yaitu pengusaha bebas golongan rendah, pedagang keliling, pekerja bebas sektor angkutan, jasa; bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas; serta pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manager dan militer. Untuk rumahtangga bukan pertanian di perkotaan terbagi menjadi tiga, yaitu pengusaha bebas golongan rendah, tenaga TU, pedagang keliling, pekerja bebas sektor; bukan angkatan kerja dan golongan tidak jelas; dan pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manager dan militer.

Multiplier pendapatan pada dasarnya hendak menyatakan bahwa injeksi pada suatu sektor tertentu sebesar satu rupiah akan meningkatkan pendapatan institusi (rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah) dengan kelipatan sebesar multipliernya. Observasi secara menyeluruh terhadap kenaikan pendapatan institusi, setelah dilakukan injeksi sebesar 19,3 triliun pada sektor kereta api berdampak terhadap pendapatan institusi. Jika dilihat dari antara rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah maka sektor rumahtangga adalah sektor dengan peningkatan institusi terbesar. Pada simulasi ini peningkatan pendapatan institusi terbesar diterima oleh institusi rumahtangga pertanian buruh dengan presentase 0,053 persen atau sebesar Rp. 94.318,17 Miliar. Sedangkan untuk institusi yang memiliki presentase terkecil adalah institusi bukan pertanian di perkotaan dengan klasifikasi pengusaha bebas golongan atas, pengusaha bukan pertanian, manager, dengan presentase -0,023 persen atau sebesar Rp. 19.305 milyar.

Perubahan pendapatan institusi pada sektor rumahtangga pertanian khususnya buruh memiliki perubahan yang lebih besar dari sektor lainnya, berarti sektor kereta

api member pengaruh terhadap pendapatan pertanian buruh. Dalam hal ini para petani menggunakan sektor kereta api untuk memasarkan produk pertaniannya ke pasar, atau menggunakan jasa kereta api untuk memperoleh input-input yang digunakan buruh untuk melengkapi kebutuhan pertaniannya.

Faktor produksi bukan tenaga kerja yang didefenisikan sebagai modal dan lahan dimiliki oleh institusi perusahaan, sedangkan tenaga kerja berasal dari rumahtangga. Peningkatan nilai tambah pendapatan yang diterima oleh faktor produksi bukan tenaga kerja tentunya akan mengalirkan peningkatan pendapatan pada institusi perusahaan. Maka pada penelitian ini peningkatan pendapatan terbesar yang didapat oleh institusi rumahtangga tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan institusi perusahaan.

5.1.3. Perubahan Pendapatan Sektor Produksi

Pada tabel SNSE blok sektor produksi terdiri dari 25 sektor produksi. Dalam penelitian ini pada beberapa sektor akan dilakukan disagregasi, sehingga pada akhirnya akan menghasilkan 24 sektor. Pada sub bab ini akan dibahas mengenai seberapa besar pengaruh dari penerapan kebijakan revitalisasi perkeretaapian terhadap pendapatan sektor produksi.

Setelah dilakukannya injeksi maka terdapat perubahan pendapatan pada sektor-sektor produksi, dimana dari 24 sektor yang ada, sektor kereta api merupakan sektor yang mengalami peningkatan pendapatan sebesar 279,51 persen atau sebesar Rp. 19299,67 milyar dari total pendapatan awal. Dari jumlah tersebut maka persentase peningkatan pendapatan terbesar secara umum diterima oleh sektor kereta api itu sendiri. Disagregasi yang dilakukan terhadap sektor perhubungan tersebut,

yaitu sektor angkutan darat dan sektor kereta api mengalami peningkatan yang sangat jauh, dimana untuk sektor angkutan darat mengalami peningkatan pendapatan sebesar -0,04 persen atau sebesar Rp. 104.008 milyar.

Peningkatan pendapatan pada sektor yang lain tidak seperti sektor kereta api, yang sangatlah besar. Adapun sektor kedua yang mengalami peningkatan terbesar adalah sektor produksi pemerintah dan pertahanan, pendidikan, kesehatan, film dan jasa, dimana sektor ini mengalami peningkatan pendapatan sebesar 0,09 persen atau sebesar Rp. 446.110 milyar. Sementara sektor yang memiliki pengaruh yang sangat kecil adalah sektor bank dan asuransi, dimana persentase yang didapat sebesar -0,082 persen atau sebesar Rp. 222.91 milyar.

5.2. Analisis Sederhana Mengenai Peran Sektor- Sektor Ekonomi (Kereta api