• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI MANGGIS

merupakan petani mitra mengumpulkan hasil panennya kepada KBU Al-Ihsan sebagai kelompok mitra.

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI MANGGIS

Keragaan Kegiatan Tani Buah Manggis

Manggis merupakan salah satu tanaman pangan yang dibudidayakan di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Buah manggis ditanam dengan pola polikultur karena untuk menghemat lahan sehingga dalam satu lahan dapat ditanam berbagai jenis tanaman. Buah manggis di daerah ini merupakan warisan sehingga buah manggis yang ada sekarang merupakan buah manggis produktif yang sudah berumur cukup lama. Buah produktif manggis setelah berumur 7-8 tahun masa tumbuh. Buah manggis merupakan tanaman tahunan yang tumbuh diantara bulan Januari-Maret tiap tahunannya. Di daerah ini, buah manggis dibiarkan tumbuh secara liar dan tanpa pemeliharan secara khusus. Oleh karena itu, untuk saat ini kegiatan yang dilakukan untuk mengusahakan buah manggis hanya meliputi pemeliharan dan pemanenan.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharan dalam kegiatan buah manggis yang dilakukan hanya penyiangan, yang akan dilakukan ketika pohon sudah mulai berbunga atau musim panen akan tiba. Proses penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput yang ada di sekitar pohon manggis agar mempermudah untuk mengambil buah manggis saat panen. Petani manggis juga melakukan penyiangan sebanyak satu kali karena gulma yang ada di sekitar pohon manggis tidak terlalu mengganggu pohon manggis. Petani yang bermitra, keseluruhannya melakukan penyiangan terhadap pohon manggis mereka masing-masing. Sedangkan, petani non mitra sebanyak 28 persen tidak melakukan penyiangan dan sebanyak 72 persen melakukan penyiangan.

Petani non mitra yang tidak melakukan penyiangan karena petani sudah menjual buah yang akan dipanen kepada tengkulak. Pada saat pohon sudah mulai berbunga, petani sudah melakukan negoisasi dengan tengkulak untuk menjual buah manggis sebelum masa panen tiba dan setelah terjadi kesepakatan maka buah manggis yang ada di pohon nanti sudah menjadi milik tengkulak. Setiap kegiatan pemanenan juga sudah merupakan tanggung jawab tengkulak. Hal ini dilakukan petani karena sedang membutuhkan biaya dan juga ada kareng faktor tidak sanggup lagi untuk memanen sehingga dijual kepada tengkulak.

31 Pemanenan

Pemanenan buah manggis dilakukan setiap tiga kali dalam seminggu selama tiga bulan yaitu dari bulan januari sampai maret dengan banyaknya pemanenan sebanyak 36 kali selama musim panen. Kegiatan pemanenan petani mitra meliputi memetik buah manggis dengan menggunakan galah kemudian memasukan kedalam keranjang dan ada juga langsung menaiki pohon dan memetik secara langsung buah manggis kemudian dimasukan kedalam keranjang. Setelah buah selesai dipetik untuk hari itu maka buah akan dibawa ke KBU Al-Ihsan dengan menggunakan sepeda motor. Di koperasi buah manggis akan di sortir menurut kualitasnya masing-masing kemudian dicatat oleh sekretaris koperasi jumlah setiap buah manggis yang dihasilkan petani. Sedangkan kegiatan pemanenan pada petani non mitra sebanyak 28 persen dilakukan oleh tengkulak, sehingga dapat mengurangi biaya tenaga kerja untuk pemanenan.

Rata-rata produksi buah manggis yang dihasilkan oleh petani mitra lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produksi buah manggis petani non mitra yaitu sebesar 5643,63 Kg/Ha, sedangkan petani mitra sebesar 6425,35 Kg/Ha. Hal ini terjadi karena rata-rata jumlah pohon yang dimiliki petani non mitra lebih besar yaitu 165,44 pohon, sedangkan jumlah rata-rata pohon yang dimiliki petani mitra sebanyak 121,81 pohon.

Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah hasil dari pengurangan antara penerimaan usahatani dengan biaya produksi. Pendapatan usahatani dapat mencerminkan arus uang masuk dan uang keluar dari suatu usahatani. Suatu usahatani dapat dikatakan menguntungkan bila pendapatan usahataninya bernilai positif dan sebaliknya dikatakan rugi bila pendapatan usahataninya bernilai negatif. Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi pendapatan usahatani atas biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Dimana biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai. Dan biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan petani secara tidak tunai.

Biaya tenaga kerja dalam keluarga biasanya tidak dihitung sebagai biaya oleh petani karena petani tidak memberikan upah untuk membayar tenaga kerja dalam keluarga. Biaya tenaga kerja dalam keluarga merupakan komponen biaya diperhitungkan. Petani dapat mengetahui keuntungan sebenarnya yang diperoleh dari usahatani manggis yang diusahakan jika biaya diperhitungkan dimasukkan dalam perhitungan biaya.

Penerimaan Usahatani

Rata-rata total produksi buah manggis pada petani mitra adalah 5835,23 kg/ha dan petani non mitra sebesar 6639,95 Kg/Ha. Sedangkan rata-rata harga jual buah manggis yang diperoleh petani mitra adalah Rp 5413,04 dan petani non mitra sebesar Rp 3360. Namun, petani mitra dan petani non mitra tidak menjual semua kepada masing-maasing pasar mereka tetapi juga ada yang dikonsumsi, masing-masing sebnayak 191,6 Kg/Ha dan 214,6 Kg/Ha.

32

Perbedaan hasil produksi disebabkan karena jumlah pohon yang dimiliki petani non mitra lebih banyak dibandingkan dengan petani mitra. Perbedaan harga jual disebabkan karena petani mitra menjualnya kepada KBU Al-Ihsan dimana dilakukan sortir terhadap buah manggis dan harga yang didapat pun berbeda-beda tiap harinya. Sedangkan, petani non mitra menjual sekaligus kepada tengkulak tanpa dilakukan sortir dan ada juga petani yang menjual buah manggis sebelum musim panen tiba.

Cara penjualan petani non mitra sebagian dengan cara sistem ijon atau sering disebut cara tebas yang atinya petani menjual kepada tengkulak dengan menaksir kualitas dan jumlah hasil produksi buah manggis yang masih berbunga. Hal tersebut dilakukan petani dan tengkulak dengan melihat langsung ke setiap pohon manggis yang sudah berbunga. Hasil taksiran ini yang menjadi dasar penentu harga per kilogram buah manggis. Dengan cara tersebut, petani tidak mengeluarkan biaya lagi pada saat pemanenan karena itu sudah menjadi tanggung jawab dan milik tengkulak. Hal tersebut juga membuat petani non mitra sebanyak 28 persen tidak dapat mengkonsumsi sendiri manggis mereka karena telah menjual kepada tengkulak sebelum masa panen datang.

Penerimaan tunai petani mitra yaitu sebesar Rp 30.549.195 Kg/Ha dengan penerimaan total sebesar Rp 31.586.333 sedangkan penerimaan tunai petani non mitra adalah sebesar Rp 21.589.176 Kg/Ha dengan penerimaan total sebesar Rp 22.310.232. Dari hasil perhitungan, terbukti bahwa terjadi perbedaan penerimaan antar petani mitra dan non mitra. Dengan harga jual yang lebih besar, maka penerimaan yang diperoleh petani mitra menjadi lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh petani non mitra.

Biaya Tunai Produksi

Biaya produksi meliputi biaya tunai maupun biaya diperhitungkan. Besar biaya produksi yang dikeluarkan petani mitra dan petani non mitra memiliki perbedaan. Biaya tunai yang dikeluarkan petani mitra meliputi biaya kerja luar keluarga(TKLK) dan pajak tanah (PBB). Biaya tunai untuk petani non mitra sama dengan biaya tunai petani mitra, tetapi sebagian petani non mitra tidak mengeluarkan biaya pada saat pemanenan karena sudah ditanggung oleh tengkulak. Sedangkan biaya diperhitungkan yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra adalah sama, yaitu biaya penyusutan peralatan pertanian dan biaya tenaga keja dalam keluarga (TKDK). Di kegiatan pertanian buah manggis ini, pohon manggis yang sudah produktif merupakan warisan sehingga biaya bibit termasuk dalam biaya diperhitungkan karena pada kenyataannya petani mendapatkan bibit secara gratis.

Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK)

Biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga merupakan biaya tunai terbesar yang harus dikeluarkan oleh petani yaitu sebesar 59,70 persen dari biaya total yang dikeluarkan oleh petani non mitra. Sedangkan, petani mitra biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga juga merupakan yang terbesar biaya tunai terbesar yang harus dikeluarkan yaitu sebesar 63,18 persen dari biaya total. Jumlah Hari Orang Kerja tenaga kerja luar keluarga yang dilakukan petani non mitra yaitu sebesar 76,4

33 HOK atau sebesar Rp 1.910.000 sedangkan untuk petani mitra sebanyak 106,2 HOK atau sebesar Rp 2.655.000.

Jam kerja tenaga kerja luar keluarga selama satu hari adalah 8 jam, yaitu dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00. Tenaga kerja yang digunakan hanya tenaga kerja pria. Perhitungan hari kerja didasarkan pada perhitungan Hari Kerja Orang dimana Hari Kerja Orang dapat diketahui dari hasil hitung jumlah tenaga kerja dikalikan jam kerja dikaliakan hari kerja kemudian dibagi rata-rata orang bekerja(8 jam) kemudian dikalikan dengan luas lahan yang dikerjakan. Biaya tenaga kerja luar keluarga dalam kegiatan pertanian manggis petani mitra dan non mitra meliputi penyiangan dan pemanenan.

a. Penyiangan

Penyiangan terhadap pohon manggis sebenarnya jarang dilakukan oleh petani manggis karena buah manggis di Desa Karacak dibiarkan tumbuh secara liar sehingga penyiangan hanya dilakukan satu kali dalam satu musim yaitu pada saat musim panen akan datang atau bunga pada pohon manggis sudah muncul. Hal ini dilakukan agar mempermudah petani dalam mengambil buah manggis yang akan dipanen. Rata-rata tenaga kerja luar keluarga yang digunakan petani mitra yaitu sebesar 3,8 HOK atau sebesar Rp 95000 sedangkan untuk petani non mitra sebesar 2,5 HOK atau sebesar Rp 62.500. Upah tenaga kerja untuk penyiangan yaitu sebanyak Rp 25000.

b. Pemanenan

Pemanenan buah manggis dilakukan setiap tiga kali dalam seminggu atau selama 36 kali selama tiga bulan yaitu selama bulan januari hingga maret. Rata- rata HOK petani non mitra untuk memanen buah manggis sebesar 73,9 HOK atau mengeluarkan biaya sebesar Rp 1847500 sedangkan petani mitra sebesar 102,4 HOK atau mengeluarkan biaya sebesar Rp 2560000. Upah tenaga kerja untuk pemanenan yaitu sebanyak Rp 25000.

Pajak Lahan

Biaya yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra untuk pajak tanah (PBB) termasuk ke dalam biaya tunai. Karena petani mitra dan non mitra mengeluarkan biaya pajak tanah dalam bentuk uang tunai. Rata - rata biaya yang harus dikeluarkan petani mitra untuk membayar PBB adalah sebesar Rp 49.365, 22 dan untuk petani non mitra sebesar Rp 34.300. perbedaan pembayaran PBB pada petani mitra dan petani non mitra disebabkan karena perbedaan luas masing- masing lahan yang dimiliki petani dan perbedaan kelas dari lahan yang dimiliki petani. Semakin dekat lahan yang dimiliki petani ke jalan raya besar maka biaya yang dikenakan ke lahan tersebut semakin besar.

Biaya Tidak Tunai (yang diperhitungkan)

Biaya tidak tunai (yang diperhitungkan) adalah biaya yang tidak dibayarkan secara langsung. Dalam kegiatan pertanian manggis ada tiga hal yang termasuk kedalam biaya tidak tunai yaitu, tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan, dan bibit. Bibit termasuk kedalam biaya tidak tunai karena pohon manggis yang dimiliki oleh petani sekarang merupakan warisan dan dulu ketika menanam manggis, bibit didapat secara gratis.

34

Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan merupakan bagian dari biaya yang diperhitungkan karena petani tidak pernah memperhitungkan besarnya penyusutan dari peralatan pertanian yang dimiliki. Peralatan pertanian yang dimiliki petani adalah cangkul, arit, galah, dan keranjang. Biaya penyusutan didapat melalui harga beli dibagi perkiraan umur ekonomis atau umur kegunaan peralatan tersebut. Biaya penyusutan pada tabel 15 merupakan biaya penyusutan untuk satu tahun. Keranjang dan galah memiliki umur ekonomis hanya satu tahun sehingga akan selalu diganti yang baru di setiap tahunnya. Sedangkan cangkul memiliki umur ekonomis 4 tahun dan arit memiliki umur ekonomis 3 tahun. Tabel 13 menjelaskan biaya penyusutan yang dikeluarkan petani mitra sebesar Rp 82.083,3 dan petani non mitra sebesar Rp 90.416,7.

Table 13 Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Petani Mitra dan Non Mitra Per Tahun di Desa Karacak

Nama Alat Penyusutan

Petani Mitra Petani Non Mitra

Keranjang 45000 45000 Galah 20000 20000 Cangkul 8750 8750 Arit 8333,3 16666.7 Jumlah 82083,3 90416.7 Rata – rata 20520,8 22604.2

Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK)

Upah untuk tenaga kerja dalam keluarga termasuk kedalam biaya diperhitungkan karena petani tidak pernah menghitung tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga. TKDK pada petani mitra dan non mitra selain untuk mengawasi pekerjaan TKLK juga ikut membantu kegiatan penyiangan ataupun pemanenan. Rata-rata penggunaan TKDK adalah sebesar 19,3 HKO untuk petani non mitra sedangkan untuk petani mitra sebesar 29,1 HKO. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh petani mitra adalah sebesar Rp 727500, sedangkan petani non mitra adalah sebesar Rp 482500.

Bibit

Pada kegiatan pertanian buah manggis di Desa Karacak, setiap pohon produktif yang dimiliki petani merupakan warisan dan pohon manggis di desa tersebut dibiarkan tumbuh begitu saja. Bibit tergolong kedalam biaya yang diperhitungkan karena bibit yang didapat orangtua yang menanam untuk pertama kali setiap pohon manggis yang produktif sekarang didapat gratis dari tetangga sehingga petani yang memiliki pohon manggis yang produktif sekarang tidak pernah menghitung berapa jumlah bibit yang harus digunakan. Pada penelitian ini, bibit diasumsikan digunakan sebanyak 100 bibit untuk satu hektar lahan karena syarat jarak tanam yang sebaiknya dilakukan adalah 10x10 m2 sehingga didalam 1 Ha lahan akan terdapat 100 bibit pohon. Harga dari bibit pohon manggis yaitu Rp 1000/pohon sehingga dibutuhkan biaya sebesar Rp 100.000 untuk membeli bibit pohon manggis untuk satu hektar lahan.

35 Biaya Pengangkutan

Pada kegiatan usahatani manggis khususnya pada kegiatan pasca panen, petani menggunakan sepeda motor dan ada juga yang membawa dengan tenaga sendiri buah manggis yang akan dikumpulkan di KBU Al-Ihsan untuk petani mitra dan dijual kepada tengkulak untuk petani non mitra. Terdapat sedikit perbedaan antara petani mitra dna petani non mitra dimana petani mitra memerlukan Rp 3250/liter sedangkan petani non mitra memerlukan Rp 2600/liter. Perbedaan ini terjadi karena ada sejumlah petani non mitra yang sudah menjual buah manggisnya sebelum masa panen datang sehingga petani tersebut tidak memerlukan biaya pengangkutan lagi.

Biaya total kegiatan pertanian buah manggis petani mitra dan petani non mitra per hektar untuk satu musim panen pada periode januari-maret 2012 dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14 Struktur Biaya Usahatani Petani Mitra dan Petani non Mitra di Desa Karacak, Januari - Maret 2012

Uraian Satuan Petani Mitra Petani non mitra

Biaya % Biaya %

A. Biaya Tunai

1. TKLK Rp/Ha 2655284.8 63.18% 1910000 59.70%

2. Pajak Lahan Rp/Ha 49465 1.18% 34300 1.07%

Total Biaya Tunai Rp/Ha 2704749.8 64.00% 1944300 60.77%

B. Biaya diperhitungkan

1. Penyusutan peralatan Rp/Ha 20520.8 0.49% 22604 0.71%

2. TKDK Rp/Ha 727500 17.31% 482500 15.08%

3. Bibit Rp/Ha 100000 17.85% 100000 23.44%

4. Biaya Pengangkutan Rp/Liter 3250 0.09% 2600 0.10%

Total Biaya diperhitungkan Rp/Ha 851270.8 36% 607704 39.33%

Biaya Total Rp/Ha 3556020.6 100% 2552004 100%

Analisis Pendapatan Usahatani dan Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio)

Nilai pendapatan usahatani dapat diperoleh dari hasil penerimaan usahatani dan biaya produksi usahatani manggis. Pendapatan yang diperoleh dari penelitian ini meliputi pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan biaya tunai diperoleh dari pengurangan antar penerimaan usahatani dengan total biaya tunai sedangkan penerimaan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan biaya total. Biaya total didapat dari total biaya tunai dan total biaya diperhitungkan.

Dari nilai penerimaan dan biaya juga dapat diketahui R/C rasio petani mitra dan petani non mitra. R/C rasio terdiri dari R/C rasio atas biaya tunai yang dapat diketahui dari pembagian penerimaan dengan biaya tunai sedangkan R/C atas biaya total diperoleh dari membagi penerimaan dengan biaya total. Analisis

36

pendapatan usahatani manggis dan R/C rasio untuk petani mitra dan petani non mitra dapat dilihat pada tabel 15.

Table 15 Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Manggis Pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra Di Desa karacak Tahun 2012

uraian satuan petani mitra petani non mitra

A.Penerimaan Total Rp/Ha 31586333.4 22310232

a. Biaya Tunai Rp/Ha 2704465 1944300

b. Biaya Diperhitungkan Rp/Ha 851270.8 607704

B. Biaya Total Rp/Ha 3556020.6 2552004

C. Pendapatan Atas Biaya Tunai Rp/Ha 28881868.4 20365932

D. Pendapatan Atas Biaya Total Rp/Ha 28030312.8 19758228

E. R/C Ratio Atas Biaya Tunai 11.7 11.5

F. R/C Ratio Atas Biaya Total 8.9 8.7

Tabel 15 menunjukan bahwa pendapatan atas biaya tunai, pendapatan atas biaya total, R/C rasio atas biaya tunai, dan R/C rasio atas biaya total lebih besar dari petani non mitra. Hal ini disebabkan karena rata-rata harga jual atas buah manggis petani mitra lebih besar dari harga jual yang didapat petani non mitra. PT Agung Mustika Selaras selaku eksportir yang melalui KBU Al-Ihsan menawarkan harga jual yang lebih tinggi. Hal ini juga dipengaruhi karena KBU Al-Ihsan melakukan sortiran untuk mengklasifikikasikan setiap kualitas buah manggis yang ditampung oleh KBU Al-Ihsan. Rata-rata harga buah manggis per kg yang diterima petani mitra sebesar 5413,04 sedangkan petani non mitra sebesar Rp 3360 dengan masing-masing penerimaan tunai adalah sebesar Rp 30.549.194,94 dan Rp 21.589.176. Penerimaan total yang dihasilkan petani mitra dan petani non mitra masing-masing sebesar Rp 31.586.333,4 dan Rp 22.310.232.

Biaya total yang dikeluarkan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra dan sama halnya juga dengan biaya tunai dan biaya diperhitungkan yang dikeluarkan petani mitra lebih besar dari petani non mitra. Hal ini terjadi karena petani mitra menggunakan tenaga kerja yang lebih banyak baik itu pada saat penyiangan ataupun pemanenan.

Berdasarkan analisis R/C pada tabel 15, diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 11, 7 dan tidak berbeda jauh dengan R/C rasio atas biaya tunai pada petani non mitra yaitu sebesar 11,5. R/C rasio atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 11,7 artinya bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp 11,7 dan begitu juga dengan petani non mitra bahwa setiap rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp 11,5. Dari kedua R/C rasio atas biaya tunai tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan usahatani manggis yang dilakukan petani mitra dan petani non mitra sama-sama menguntungkan. Namun, keuntungan yang diperoleh petani mitra lebih besar daripada petani non mitra.

Sedangkan R/C rasio atas biaya total pada petani mitra sebesar 8,9 yang artinya bahwa setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan petani mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp 8,9. R/C rasio atas biaya

37 total petani non mitra adalah sebesar 8,7, yang artinya bahwa setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan petani mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp 8,7. Dari nilai R/C rasio atas biaya total, petani mitra dan petani non mitra sama-sama mengalami keuntungan. Hanya saja, keuntungan yang diperoleh petani mitra lebih besar daripada petani non mitra.

Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antar PT. Agung Mustika Selaras dengan petani mitra di Desa Karacak memberikan keuntungan bagi petani mitra sehingga pelaksaan kemitraan dapat diteruskan. Namun, dalam pembahasan mengenai dampak kemitraan terhadap pendapatan petani ini perlu lebih mendalam untuk mengkaji tentang organisasi atau kelembagaan pasar yang seharusnya mencakup juga mengenai pendugaan atau penghitungan atau keterlibatan biaya kelembagaan (biaya transaksi) koperasi tersebut.

Biaya kelembagaan ini menginisiasi dalam membuat, menjaga, dan menegakkan perjanjian antara peserta didalam kemitraan (dalam bahasan ini, nilai-nilai biaya kelembagaan tidak secara eksplisit dihitung karena keterbatasan informasi). Akurasi dari kesimpulan kajian ini adalah akan meningkat apabila dugaan mengenai biaya yang dimaksud bisa disampaikan. Oleh karena itu, menjadi agenda penelitian kedepan bahwa dalam kajian dampak kemitraan terhadap pendapatan petani perlu dibangun dengan kerangka pemikiran biaya kelembagaan dimana selain biaya operasional dan biaya yang tekait dengan penambahan nilai juga masuk kedalam biaya kelembagaan (biaya transaksi).

Dokumen terkait