• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Lagu Karya Djaga Depari dalam Kehidupan Masyarakat

BAB IV ANALISA KUMPULAN LAGU KARYA DJAGA DEPARI

4.4 Pengaruh Lagu Karya Djaga Depari dalam Kehidupan Masyarakat

Pengaruh karya-karya Djaga Depari tentunya mempunyai pengaruh sosial terhadap masyarakat karo secara khusus maupun di luar masyarakat karo itu sendiri. Jika ditinjau dari penelitian ilmiah dengan teori-teori seperti fungsi dan penggunaan musik yang ditawarkan Alan P. Merriam. Musik memiliki 10 fungsi secara umum, diantaranya: 1. Sebagai pengungkapan emosional

2. Sebagai hiburan

4. Sebagai komunikasi 5. Sebagai reaksi jasmani 6. Sebagai perlambangan

7. Sebagai suatu yang berkaitan dengan norma-norma sosial

8. Sebagai perlambangan pengesahan lembaga sosial dan upacara kagamaan 9. Sebagai kesinambungan budaya

10. Sebagai pengintegrasian masyarakat.

Dari 10 fungsi yang dikemukakan oleh Merriam, dapat diklasifikasikan fungsi lagu-lagu karya Djaga Depari berdasarkan tema yang didapat dalam beberapa kategori, diantaranya:

1. Sebagai pengungkapan emosional; - Dalin kurumah - Piso surit - Bulan purnama - Simulih karaben - Lampas tayang 2. Sebagai hiburan; - Rumba karo 3. Sebagai komunikasi; - USDEK - Mari kena - Tiga sibolangit

- Pernantin

4. Sebagai reaksi jasmani - Erkata bedil

5. Sebagai suatu yang berkaitan dengan norma-norma sosial ; - Pur-pur sage - Sue-sue - Bunga pariaman - Terang bulan - Make ajar - Rudang-rudang

6. Sebagai kesinambungan budaya; - Seni karo

7. Sebagai pengintegrasian masyarakat. - Sora mido

- Taneh karo simalem

Terdapat 7 dari 10 fungsi yang dikemukakan oleh Merriam dalam analisa penulis terhadap kumpulan karya-karya Djaga Depari. Jika ditinjau dari perkembangan jaman perjuangan kemerdekaan sampai era reformasi saat ini, memang ada perbedaan fungsi dari karya-karya tersebut. Ini juga sangat dipengaruhi jaman yang berkembang semakin maju dan tidak relevan lagi dengan situasi sosial masyarakat.

Sejarah kehidupan Djaga Depari penuh dengan perjuangan. Hal ini tidak terlepas dengan situasi sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan yang membentuk pemikirannya pada saat itu. Djaga Depari, lahir di tengah intensnya penjajahan belanda, tumbuh menjadi pemuda dewasa pada masa penjajahan belanda dan jepang dan hidup hingga akhir hayatnya di bawah pemerintahan Republik Indonesia yang pertama di bawah pimpinan Presiden Soekarno.

Djaga Depari dapat digolongkan sebagai komponis/seniman realis. Dimana pada seluruh karya-karyanya tidak terlepas dari kondisi sosial dan alam tempat dia berada. Isi dari karyanya semuanya mengangkat realita yang jauh dari mistik-mistik/ pengalaman gaib yang sangat tidak nyata. Sehingga sampai sekarang karya-karyanya masih banyak digandrungi masyarakat karo pada khususnya dan Indonesia secara umum.

Prespektif yang baik dan kepedulian sosial yang tinggi menjadikannya seorang komponis Nasional dan seorang budayawan yang patriotis sekaligus progresif dalam mengkampanyekan perlawanannya terhadap segala bentuk penjajahan.

Tidak terlepas dari perjuangannya dalam kebudayaan. Mendirikan komunitas seni “sandiwara/pertunjukan dari kampung ke kampung pada masanya, aktif melancarkan edukasi dalam karya-karyanya yang sarat dengan pesan moral dan sebagainya”. Merupakan buah karya yang tidak ternilai harganya terhadap masyarakat karo dan sumbangan terbesar terhadap kebudayaan karo yang merupakan satu bagian dengan kemenangan revolusi agustus 1945.

Tidak mengherankan jika dari karya-karyanya sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat karo. Tidak hanya dari segi kebudayaan seperti “gendang guro-guro aron,

pesta perkawinan dan lain- lain, yang banyak menyanyikan lagu-lagu Djaga Depari. Namun pembentukan pemikiran masyarakat karo tentang pemahamannya terhadap alam karo yang kaya raya dan masyarakat yang hidup untuk saling mengasihi sesama dan menjaga keutuhan persatuan.

Hal di atas seluruhnya tidak terlepas dari perjuangan dalam kebudayaan maupun turut langsung dalam perjuangan bersenjata seorang Komponis Nasional Djaga Depari. Walaupun pengaruhnya hingga hari ini tidak seluas pada jaman pra kemerdekaan dan awal kemerdekaan Indonesia dibanding dengan dominasi propaganda budaya liberal global yang sangat luas dan intens sampai ke desa- desa di kabupaten karo.

Sejarah perkembangan pemikiran dan karya-karya Djaga Depari adalah sejarah perjuangan yang tidak terlepas dari kepentingan rakyat karo/Indonesia untuk lepas dari belenggu penindasan kolonial. Karya-karya Djaga depari lebih dominan mementingkan kepentingan orang banyak dari pada kepentingan sendiri. Dan Djaga Depari juga secara kongkrit terjun langsung di lapangan praktek perjuangan untuk mengabdi kepada kepentingan kemerdekaan bersama.

Oleh karena itu, karyanya sangat melekat dalam kehidupan masyarakat karo sampai dengan sekarang. Begitu juga dengan seniman-seniman (budayawan karo) yang sangat antusias bangga terhadap apa yang telah dilakukan Djaga Depari dalam kehidupannya, khususnya peninggalan karya-karya besar beliau.

Namun sangat sedikit orang-orang ataupun penulis yang mampu mengungkap secara sistematis dan akurat tentang sejarah kehidupan Djaga Depari dengan baik.

KEBUDAYAAN RAKYAT) yang pada jamannya dikenal dekat dengan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang merupakan partai terlarang di Indonesia pada saat rezim orde baru berkuasa di bawah pimpinan Presiden Soeharto Selama 32 tahun.

Kemungkinan besar, peristiwa tahun 1965 yang merenggut jutaan nyawa rakyat Indonesia yang diduga terlibat PKI. Membuat sang Komponis ini, berhenti menjadi pembicaraan karena adanya teror terhadap orang-orang yang memiliki kedekatan terhadap partai terlarang tersebut.

BAB V PENUTUP

5.1 Rangkuman

Seni adalah satu bentuk ungkapan yang indah dari isi kehidupan. Isi kehidupan diungkap, diangkat, diterjemahkan dan dituangkan dalam aneka bentuk yang indah sebagai seni sastra, seni lukis, seni drama, seni musik/suara, dan sebagainya. Seni juga satu bentuk kecakapan yang tinggi dalam membawa satu ide di atas jalan yang rumit dan merealisasi secara tepat sampai pada tujuannya.

Manusia tidak pernah lepas dari kebudayaan karena masyarakat turut mengambil andil dalam kebudayaan tersebut dengan cara menjadi bagian dari setiap fase-fase kehidupannya. Seni yang merupakan bagian dari kebudayaan, di dalamnya terdiri dari para pelaku seni atau seniman, manajer, pencipta atau pengkreasi seni. Di antara para pekerja seni yang pernah mengabdikan hidupnya sebagai penghasil karya seni, ada yang begitu menonjol dikenal oleh karena karya yang mereka hasilkan.

Djaga Depari adalah salah satu pelaku seni. Djaga depari berkecimpung dalam dunia seni dalam hal penciptaan lagu-lagu pada masa perjuangan. Pada bagian awal tulisan ini telah dipaparkan bahwa lagu-lagu yang diciptakan pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942 Djaga Depari mencipta sejumlah lagu di antaranya Tanah Ersuki, Ranting Jabi-jabi, Anak U-we, Naki-naki, Kanam-kanam, Regi-regi, Jolah jemole, Perbaju Joe, Berngi Singongo, Persentabin, Sada Kata, Pergawah dan Angin Si Lumang.

Sedangkan pada masa kemerdekaan, Djaga Depari juga mencipta sejumlah lagu. Beberapa diantaranya adalah Famili Taksi, Padang Sambo, Sora Mido, Tanah karo Simalem, Rudang Mejile, Roti Manis, Tiga Sibolangit, Lasam-lasam, Make Ajar, Pecat- pecat Desa Seberaya, Didong-didong Padang Sambo, Io-io Beringin, Andiko Alena, Sue-sue dan Rudang-rudang.

Lagu-lagu tersebut mempunyai tema dan makna tertentu. Tema-tema tersebut muncul dari pengalaman-pengalaman Djaga Depari semasa hidupnya yaitu pada masa penjajahan dan kemerdekaan. Kemudian dari tema-tema yang ada, bagaimana sebenarnya masyarakat Karo menggunakan lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan sehari-hari.

Sampai saat ini, masyarakat Karo masih banyak yang menggunakan lagu-lagu Karya Djaga Depari dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan lagu tersebut mencakup banyak hal seperti sebagai lagu pengiring dalam upacara adat, sebagai koleksi pribadi, sebagai media hiburan dan lain-lain. Hal itu berhubungan dengan tema-tema yang tersirat dalam lagu-lagu karya Djaga Depari tersebut.

5.2 Kesimpulan

Dari uraian-uraian tentang permasalahan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis mencoba membuat kesimpulan mengenai Deskripsi Tema Lagu Ciptaan karya Djaga Depari adalah sebagai berikut :

1. Djaga Depari memulai proses penciptaan karya pada awal perang kemerdekaan yaitu sekitar tahun 1942 sampai akhir hidupnya yaitu tahun 1963.

2. Situasi ekonomi, politik dan sosial budaya tidak mempengaruhi pemikiran Djaga Depari dalam mencipta karya. Namun situasi-situasi tersebut dimanfaatkan Djaga Depari untuk mencipta sebagai sumber ide atau inspirasi

3. Tema-tema yang tersirat dalam lagu karya Djaga Depari dipengaruhi situasi pada masa kehidupannya. Tema-tema yang ada pada lagu-lagu Djaga Depari adalah tema perjuangan, tema percintaan, tema hubungan sosial masyarakat, tema nasehat, tema kesedihan dan tema keindahan alam.

4. Lagu-lagu karya Djaga Depari mempunyai peranan dalam kehidupan masyarakat. Peranan tersebut adalah mempengaruhi masyarakat sebagai motivasi kehidupan yang bisa menambah kesegaran hidup dan kesegaran, serta bisa membantu mendorong rangsangan hidup untuk berjuang dalam hal ini unutk berkembang maju.

5.3 Saran

Dari beberapa kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka dapat diajukan beberapa saran-saran yaitu:

1. Oleh karena interaksi dengan kebudayaan lain merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari khususnya di daerah yang heterogen penduduknya, maka disarankan bagi para orang tua agar membina dan memberikan perhatian lebih kepada generasi muda untuk dapat lebih menghormati nilai-nilai kepahlawanan serta menyadari bahwa para pahlawan lah yang mengantar kita kepada kehidupan sekarang ini.

2. Diharapkan kepada pemerintah khususnya Departemen Kebudayaan untuk membantu dalam proses pendokumentasian dan pempublikasian secara positif terhadap lagu-lagu karya Djaga Depari. Sehingga para generasi muda dapat mengenal apa itu arti perjuangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan keahlian penulis dalam menganalisa dan merangkum suatu penelitian untuk dijadikan suatu penemuan ataupun referensi.

Untuk itu, banyak hal yang perlu dipelajari kembali dan melatih diri terus menerus. Sehingga dikemudian hari dapat menghasilkan suatu karya ilmiah yang lebih bermanfaat dan tentunya lebih baik dari apa yang telah dihasilkan dalam penelitian ini.

Akhir kata, penulis sangat mengharapkan kritikan tajam yang bersifat membangun dan berguna untuk memeriksa penelitian ini dan mengoreksi kemampuan penulis atas pengalaman praktek melakukan penelitian ini, sehingga dapat ditemukan satu titik arah maju untuk memperbaiki praktek kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Tridah.

1986. Manusia Batak Karo, Jakarta: PT. Inti Idayu Pers. Brahmana, L.S.

1995. Menelusuri Wilayah Bahasa Karo, Medan: Tenah. Brahmana, Pertampilen, Drs

2006 Daliken Si Telu dan Solusi Masalah Sosial Pada Masyarakat Karo: Kajian Sistem Pengendalian Sosial

Makalah, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Tidak diterbitkan

Brahmana, Rakutta S.

1985. Corat-Coret Budaya Karo, Medan: Ulamin Kisat. Depdikbud

2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka Hutauruk, M.

1987. Sejarah Ringkas Tapanuli: Suku Batak, Jakarta: Penerbit Erlangga

Kayam,Umar

1981 Seni Tradisi Masyarakat, Jakarta: Sinar Harapan. Koentjaraningrat

1987 Pengantar Antropologi, Jakarta : Balai Pustaka Koentjaraningrat

1990 Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Balai Pustaka Merriam, Alan P

1964 The Antropology of Music,Chicago: Northwestern University press

Moh. Muttaqin

2008 Seni musik klasik jilid 1 untuk SMK. Jakarta: direktorat pembinaan sekolah menengah kejuruan

Nettl, Bruno.

1964 Theory and Method in Ethnomusikilogi, New York: The Free Press

Neumann, J.H.

1972. Sebuah Sumbangan: Sejarah Batak Karo, Jakarta: Bharata. Perangin-angin, Robert

2009 DJAGA DEPARI Komponis dari Tanah Karo, Medan : Karo Press

Prinst, Darwan

1986. Sejarah dan Kebudayaan Karo. Bandung: Yirama. Prinst, Darwin

2002 Kamus Karo-Indonesia, Medan: Bina Media Perintis Putro, Brahma

1981. Karo Dari Jaman Ke Jaman 1 Medan: Yayasan Massa. Tambun, P.

1952. Adat Istidat Karo, Jakarta: Balai Pustaka Tarigan, Henry Guntur

1990 Piso Surit, Jakarta : Yayasan Merga Silima Vardiansyah, Dani.

2008 Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Jakarta : Indeks

Sumber Website http ://www.karokab.go.id/ http://tanobatak.blogspot.com/ http://pariwisatakaro.blogspot.com/2008_06_16_archive.html http://van-odin.net/blog/2009/03/15/bahasa-batak-karo http://www.bonapasogit.eu/pagina%27s/Indonesia/Suku_Batak.htm http://www.wikipedia.com/karo.html

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Rian Ginting Suka

Usia : 53 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta dan Kolektor Lagu-lagu Djaga Depari

Alamat : Desa Seberaya, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo

2. Nama : Robert Perangin-angin

Usia : 48 tahun

Pekerjaan : - Kabag Humas Setdakab Karo

- Ketua Yayasan Biografi Sumatera Utara

Alamat : Kabanjahe

3. Nama : Bunga Ria br Sembiring

Umur : 54 tahun

Pekerjaan : Perkolong-kolong (Penyanyi Tradisional Karo) Alamat : Komplek Milala Rumah Tengah (Pancur Batu)

4. Nama : Anita br Sembiring

Umur : 32 tahun

Pekerjaan : Perkolong-kolong (Penyanyi Tradisional Karo) Alamat : Pencawan (Medan Tuntungan)

5. Nama : Kebun Tarigan

Umur : 65 tahun

Pekerjaan : Musisi Tradisional Karo

LAMPIRAN

Dokumen terkait