• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe

HASIL PENELITIAN

5.2 Pengaruh Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe

a.Pengaruh Motivasi Berprestasi (Kebutuhan Akan Prestasi) terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, karena need for achievement akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimiliki demi mencapai prestasi kerja yang optimal (Hasibuan, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi berprestasi (kebutuhan akan berprestasi) perawat dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 57 orang (95%) katagori tinggi dan 3 orang (5%) katagori sedang. Dari hasil uji statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja responden dengan taraf Sig = 0,235 . Hal ini tidak sejalan dengan Teori McClellend tentang motivasi berprestasi, adanya motivasi yang tinggi akan berhubungan dengan peningkatan kinerja.

Untuk dapat memunculkan motivasi prestasi kerja yang tinggi dalam suatu organisasi, ada beberapa fenomena yang harus diperhatikan oleh menejer yaitu kemampuan menejer untuk menciptakan suasana pekerjaan yang baik, menyediakan peralatan, dan memberikan kesempatan untuk promosi, serta penghargaan terhadap prestasi itu sendiri, dengan demikian akan memacu semangat kerja dari karyawan dan akan memacu untuk berprestasi setinggi-tingginya (Hasibuan, 2005)

Hasil wawancara peneliti dengan beberapa responden, didapati bahwa masih kurangnya perhatian pimpinan tentang penilaian prestasi kerja dari perawat serta

penghargaan, promosi jabatan ataupun kompensasi khusus untuk perawat yang berprestasi kerja baik, dan sebaliknya bagi perawat yang tidak melaksanakan tugas dengan baik diberikan sanksi. Dengan adanya perhatian khusus yang diberikan pimpinan dan sanksi yang diberikan kepada perawat yang tidak menjalankan tugas dengan baik akan meningkatkan motivasi berprestasi terhadap kinerja perawat

Perawat yang bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya tidak pernah dikategorikan atau dikelompokkan secara khusus berdasarkan kepada prestasi kerjanya, seperti prestasi yang baik ataupun yang kurang berprestasi. Masih kurangnya penghargaan (reward) yang jelas untuk prestasi yang baik atau tidak diberlakukannya sanksi (punishment) kepada perawat yang tidak menjalankan tugas dengan baik yang diterapkan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya minat dan keinginan berprestasi tinggi. Perawat akan melaksanakan tugasnya lebih dikarenakan sudah menjadi tanggung jawab tanpa adanya keinginan untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Rumah Sakit sebagai suatu organisasi bidang jasa, memiliki karakteristik unik dibandingkan industri jasa lain. Kinerja Rumah Sakit ditentukan oleh kualitas pelayanan yang disampaikan. Dalam memuaskan pelanggan dan membentuk pelanggan loyal untuk memenangkan persaingan sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, khususnya perawat. Perawat Rumah Sakit Umum Kabanjahe 95% termasuk motivasi berprestasi katagori tinggi yang mana perawat telah memiliki sifat bertanggung jawab, bekerja dengan inovatif dan kreatif walaupun tanpa adanya penghargaan (reward) dari pimpinan Rumah Sakit.

b. Pengaruh Motivasi Berprestasi (Kebutuhan Akan Afiliasi) terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang (Hasibuan, 2005). Afiliasi suatu kebutuhan untuk disukai dan diterima baik oleh orang lain. Orang-orang yang memiliki motif afiliasi tinggi berusaha mencari persahabatan, lebih menyukai kerjasama dari pada persaingan, dan selalu menyukai hubungan yang meliputi suasana saling pengertian (Garniwa dan Sofyandi, 2007). Kebutuhan afiliasi merupakan kebutuhan nyata dari setiap manusia, terlepas dari kedudukan, jabatan dan pekerjaannya. Artinya, kebutuhan tersebut bukan hanya kebutuhan mereka yang menduduki jabatan manajerial, juga bukan hanya merupakan kubutuhan para bawahan yang tanggung jawab utamanya hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan operasional. Kenyataaan ini berasal dari sifat manusia sebagai makhluk sosial (Siagian, 1995)

Berdasarkan hasil penelitian, kebutuhan akan afiliasi kerja perawat dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 52 orang (86,7%) katagori tinggi dan 8 orang (13,3%) katagori sedang. Dari hasil uji statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel kebutuhan akan afiliasi kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan di rumah sakit umum kabanjahe dengan taraf Sig = 0,760. Hal ini tidak sejalan dengan Teori McClellend tentang motivasi kebutuhan akan afiliasi (kerjasama), menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang. Kebutuhan akan afilisasi dapat merangsang gairah bekerja karyawan karena setiap orang

menginginkan hal-hal: kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dilingkungan ia tinggal dan bekerja (sense of belonging), kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance), kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement) dalam satu kegiatan tertentu. Seseorang dengan kebutuhan untuk berafiliasi akan memotivasi dan mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Hasil pengamatan dan hasil wawancara peneliti dengan beberapa perawat di Rumah Sakit Umum Kabanjahe, hal ini disebabkan perawat yang berada di Rumah Sakit Umum Kabanjahe memiliki sifat kekeluargaan/bersahabat, saling membantu dalam menjalankan tugasnya sebagai perawat dan tidak ada merasa persaingan dalam menjalankan tugas dalam lingkungan kerja. Lingkungan kerja yaitu lingkungan yang dekat dengan organisasi mencakup hubungan antara perawat dengan perawat lainnya serta hubungan perawat dengan atasannya. Hubungan antara perawat dengan atasan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe juga memiliki sifat menghargai dan menolong diamati dari perhatian atasan turut menyelesaikan masalah yang dihadapi perawat.

c.Pengaruh Motivasi Berprestasi (Kebutuhan Akan Kekuasaan) terhadap Kinerja Perawat dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe

Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seorang karyawan serta mengarahkan semua kemampuan demi mencapai kekuasaan atau kedudukan terbaik dalam organisasi (Hasibuan, 2005).

Kebutuhan akan kekuasaan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Dalam kebutuhan akan kekuasan ada 3 (tiga) yang perlu mendapatkan perhatian yaitu pertama, adanya seseorang yang mempunyai kebutuhan berpengaruh pada orang lain, kedua orang lain terhadap siapa pengaruh itu digunakan, ketiga persepsi ketergantungan antara seseorang dengan orang lain (Siagian, 1995).

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi berprestasi (kebutuhan akan kekuasaan) kerja perawat dalam asuhan keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabanjahe 39 orang (65,0%) katagori tinggi dan 21 orang (35,0%) katagori sedang. Dari hasil uji statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel kebutuhan akan kekuasaan kerja berpengaruh terhadap kinerja responden dengan taraf Sig = 0,018. Hasil observasi peneliti bahwa perawat yang bekerja di Rumah Sakit Umum Kabanjahe sesuai dengan tugas dan fungsinya, tanpa mengharapkan jabatan tertentu dan perawat kurang siap bersaing dalam melayani pasien.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Teori McClellend tentang motivasi kebutuhan akan kekuasaan, adanya motivasi yang tinggi akan berhubungan dengan peningkatan kinerja. Kebutuhan akan kekuasaan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja karyawan. Kebutuhan akan kekuasaan akan merangsang dan memotivasi gairah kerja karyawan serta mengarahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik.

Hal ini sejalan dengan pendapat Rivai (2004) bahwa pengembangan adalah salah satu upaya strategi untuk meningkatkan motivasi karyawan guna menciptakan

produktivitas kerja yang tinggi. Berdasarkan analisis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat penting dalam meningkatkan motivasi kerja sehingga menciptakan hasil kerja yang baik yang diindikasikan terhadap kinerja perawat dalam asuhan keperawatan mengingat bahwa pengembangan karir diarahkan mencapai tujuan organisasi

Pimpinan Rumah Sakit Umum Kabanjahe mempunyai kekuasaan pada karyawannya/ perawat dalam hal : promosi, pemberian penghargaan atau pengenaan sanksi disiplin yang dapat berupa teguran, penundaan kenaikan pangkat atau bahkan penurunan jabatan sehingga perawat tidak semena-mena dalam menjalankan tugasnya di Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

5.3 Pengaruh Kemampuan Komunikasi Therapeutik terhadap Kinerja perawat