• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh paparan media informasi/iklan tentang rokok terhadap perilaku tidak merokok remaja

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 25-30)

E. Determinan perilaku tidak merokok pada remaja

2. Pengaruh paparan media informasi/iklan tentang rokok terhadap perilaku tidak merokok remaja

Media dikenal memiliki kekuatan yang sangat dahsyat dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat. Media juga memiliki kekuatan untuk melakukan inovasi, membentuk perilaku serta preferensi masyarakat (Alkhajar, 2014). Media juga dapat berfungsi sebagai wahana membuka informasi tentang berbagai hal dalam kehidupan manusia. Media Informasi tentang rokok dapat diperoleh dari berbagai macam, diantaranya adalah melalui poster, billboard, spanduk, maupun media sosial lainnya commit to user commit to user

seperti whatsapp, facebook, instagram dan lain sebagainya melalui internet. Disisi lain media informasi kesehatan tentang pentingnya hidup sehat juga sangat diperlukan sebagai penyeimbang bagi masyarakat untuk menentukan pilihan berkaitan dengan perilakunya. Informasi kesehatan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara pemberi informasi dengan orang yang akan diberi informasi agar terbangun proses perubahan perilaku. Hal ini merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung (Mardikanto, 2014). Proses ini dilakukan secara terus menerus, sekuat tenaga dan pikiran, memakan waktu yang cukup melelahkan sampai terjadi adanya perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat.

Media pemberian informasi kesehatan merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim pesan ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat sasaran sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat berjalan dengan baik (Huda, 2014). Media pemberian informasi kesehatan dibagi atas lima golongan yaitu: (a) bahan cetakan/bacaan (supplementary material) seperti buku, komik, koran, majalah, bulletin, folder, pamflet; (b) alat-alat audiovisual yang terdiri dari media tanpa proyeksi (papan tulis, bagan, diagram, grafik, poster, kartun), media tiga dimensi (model, benda asli, benda tiruan, diorama, boneka, peta, globe, museum), media dengan alat masinal (slide film, film strip, rekaman, radio, TV, komputer, dan lain-lain); (c) sumber masyarakat berupa objek-objek peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan dan masalah-masalah dari berbagai bidang, daerah penduduk, sejarah, industri, kebudayaan, politik; (d) kumpulan benda (material collection) berupa benda yang dibawa oleh masyarakat dan (e) berupa tingkah laku yang diperbuat oleh pemberi informasi seperti melakukan gerakan tertentu menggunakan tangan, kaki, badan, mimik wajah dan lain-lain.

Program pemberian informasi berupa promosi kesehatan yang baik selalu mempertimbangkan berbagai persyaratan, selain media informasi yang harus sesuai dengan subyek sasaran juga dapat berupa: materi yang akan disampaikan, metode yang akan dipakai serta kemampuan dari pemberi informasi kesehatan itu sendiri.

Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: commit to user commit to user

a) Materi informasi kesehatan

Materi dari informasi kesehatan pada hakikatnya merupakan segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh pemberi informasi kepada masyarakat, dengan kata lain materi di dalamnya berisi pesan yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi. Berkaitan dengan materi dalam pemberian informasi kesehatan perlu diperhatikan antara lain adalah: (a) pentingnya pengembangan kebiasaan untuk mengkritisi setiap materi belajar terutama setiap inovasi yang belum teruji diwilayah calon penerima/sasaran, (b) hendaknya selalu mengacu pada kebutuhan calon sasaran/subjek, (c) materi belajar tidaklah harus selalu yang terbaru akan tetapi dapat berupa hal yang sudah ada sebelumnya, kebiasaan yang ada pada masyarakat atau teknologi yang telah dikembangkan oleh masyarakat setempat, (d) sumber materi belajar dapat berasal dari teksbook, surat kabar, majalah, radio, televisi, dan juga dapat berasal dari pengalaman orang-rang setempat yang disampaikan secara lisan dalam diskusi, pertemuan-pertemuan, percakapan informal dan lain-lain.

b) Metode informasi

Metode pemberian informasi kesehatan adalah cara penyampaian materi secara sistematis sehingga materi tersebut dapat dimengerti dan diterima oleh masyarakat sebagai sasaran. Sebuah pengalaman yang menunjukkan bahwa metode pemberian informasi kesehatan sangat berperan dalam menunjang keberhasilan program, karena sebaik apapun materi yang disampaikan tidak akan mampu merubah subjek/sasaran yang diinginkan apabila metode yang digunakannya kurang tepat (Wass, 1977 dan Kholid, 2015). Seorang pemberi informasi kesehatan harus mempertimbangkan metode yang akan dipakai terhadap sasaran agar materi yang disampaikan menjadi lebih efektif.

Penggunaan metode promosi kesehatan tersebut dapat didasarkan pada beberapa hal berikut ini: (a) disesuaikan dengan keadaan sasaran/subjek, (b) cukup dalam jumlah dan mutunya, (c) tepat sasaran dan tepat waktu, (d) amanah harus mudah diterima serta mudah dimengerti dan (e) dari segi pembiayaan lebih murah serta efisien.

commit to user commit to user

Metode dalam pemberian informasi kesehatan yang digunakan ada beberapa macam (Huda, 2014), diantaranya adalah: (a) metode ceramah; merupakan suatu cara menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada kelompok sasaran untuk memperoleh informasi tentang kesehatan; (b) metode dikusi kelompok; pembicaraan yang telah direncakan dan disiapkan tentang suatu topik pembicaraan antara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang sudah ditunjuk; (c) metode curah pendapat (brain storming); merupakan bentuk pemecahan masalah dengan cara setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh setiap peserta yang kemudian dilakukan evaluasi atas pendapat tersebut; (d) metode panel; merupakan pembicaraan yang telah direncakan didepan audien atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan tiga orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin; (e) metode bermain peran; dimana adanya pemeranan dalam sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan terlebih dahulu, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk digunakan sebagai bahan pemikiran oleh kelompok; (f) metode demonstrasi; suatu cara yang digunakan untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini sangat tepat digunakan terhadap kelompok yang jumlahnya tidak terlalu besar; (g) metode simposium; merupakan serangkain ceramah yang diberikan oleh dua sampai lima orang dengan topik yang berlaintetapi saling berhubungan erat; (h) metode seminar; suatu cara sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai dibidangnya.

c) Kemampuan pemberian informasi kesehatan.

Mengingat outcome yang diharapkan dalam pemberian informasi kesehatan ini adalah adanya perubahan perilaku pada masyarakat, dalam hal ini yang dimaksud adalah para remaja yang mempunyai perilaku negatif yaitu berperilaku merokok, maka kemampuan seorang pemberian informasi kesehatan dalam memberikan materi kepada sasaran harus mumpuni agar perannya dapat menggerakkan masyarakat untuk melakukan perubahan-perubahan dengan baik. commit to user commit to user

Berkaitan dengan ini semua, menurut Sumardjo dalam Kasjono (2016) sangat menekankan pada pentingnya aspek kesiapan dari pemberi informasi kesehatan berupa penguasaan: (a) materi promosi kesehatan yang berkaitan dengan unsur memahami, menguasai dan mau menerapkannya kepada sasaran; (b) metode atau tehnik yang berkaitan dengan unsur kemampuan menerapkan secara tepat dan partisipatif.

Peran pemberian informasi sebagai agen perubahan menurut Mardikanto (2010) disampaikan sebagai berikut: (a) melakukan diagnosis yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat sasaran dengan cara menganalisis motivasi dan kemampuan masyarakat sasaran untuk melakukan perubahan; (b) penilaian kapasitas dan motivasi untuk berubah yaitu agen perubahan harus mampu menilai kesiapan klien, apakah memiliki kapasitas dan motivasi yang cukup untuk membangun kebersamaan; (c) penilaian terhadap sumber daya dan motivasi agen yaitu apakah agen perubahan benar-benar memiliki motivasi dan sumber daya yang diperlukan terhadap pekerjaannya; (d) pemilihan sasaran sesuai hasil perubahan yaitu agen perubahan harus mampu menyiapkan beberapa inisiatif keputusan tentang apa yang diarahkan dan bagaimana sebaiknya ditempuh dan apa yang dilakukan lebih dahulu; (e) memilih peran sesuai yaitu memilih peran agen dan menerima masukan dari proses perubahan itu, apakah agen mendorong atau memberi petunjuk; (f) memelihara hubungan dengan sasaran dan menjelaskan harapan dari perubahan serta mengatur mutu dan intensitas hubungan; (g) mengenali dan mengarahkan perubahan yang meliputi tahapan perubahan yang telah direncanakan dan tema yang membantu hubungan;

(h) memilih teknik yang spesifik sesuai perilaku apa yang harus dilakukan dan dikatakan pada momen-momen tertentu.

Dalam rangka mengoptimalkan proses penyuluhan kesehatan mengenai perilaku merokok pada remaja, maka di sarankan keempat persyaratan di atas hendaknya dapat dipenuhi dengan baik. Pemberian informasi mengenai akibat negatif jika remaja menghisap asap rokok mulai jangka pendek lebih-lebih jangka panjangnya. Sasaran kita juga haruslah diperhatikan, remaja awal dan atau remaja akhir mempunyai karakteriktik yang berbeda. Sehingga pendekatannya-pun juga commit to user commit to user

harus berbeda. Materi yang disampaikan juga disesuaikan dengan usia dan daya tangkap dari remaja itu sendiri. Metode yang dipilih oleh pemberi informasi kesehatan harus menarik bagi sasaran. Media yang digunakan dalam memberikan materi juga harus cocok, relevan dan efektif mengenai sasaran. Apabila proses pemberian informasi kesehatan tentang perilaku tidak merokok ini berjalan dengan baik, dapat diterima oleh sasaran, maka akan berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan, sikap dan niat dari sasaran untuk melanjutkan atau berhenti dalam berperilaku merokok.

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 25-30)