BAB 5. PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kesiapan Wanita Pra
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan berpengaruh terhadap kesiapan pra menopause p = 0,0001 < 0,05. Pengetahuan responden kurang baik dalam menghadapi pra menopause terlihat dari hasil penelitian sebesar 51,3%.
Hasil penelitian yang berkaitan pengetahuan dengan kesiapan ibu usia 45-50 tahun menghadapi perubahan pada masa menopause telah dilakukan oleh Sulastri dan Badriyah (2011) yang mendapatkan hasil bahwa wanita usia 45-50 tahun yang memiliki pengetahuan cukup tentang kesiapan menghadapi perubahan pada masa menopause sebanyak 30,2%, serta belum siap menerima perubahan pada masa menopause sebanyak 56,6%.
Hasil penelitian lainnya yang mendapatkan hasil berbeda dengan penelitian ini yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh Soedirham dkk, (2008) di Surabaya, yang mendapatkan hasil bahwa pengetahuan tidak berpengaruh terhadap kesiapan menghadapi menopause yaitu 77,50%.
Hasil penelitian yang dilakukan Rijanto dan Astalina (2011) yang meneliti Gambaran Pengetahuan Ibu Menopause Tentang Potensi Seksual di RW 02 Kelurahan Tanah Kalikedinding Surabaya sebagian besar (52,94%) mempunyai pengetahuan kurang, 27,45% berpengetahuan cukup, dan hanya 19,61% ibu yang berpengetahuan baik.
Penelitian Indriani (2007) di Desa Kampung Islam Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung Bali mendapatkan hasil bahwa ditinjau dari tingkat pengetahuan tentang menopause, maka dapat dikemukakan bahwa wanita yang menghadapi masa klimakterium dengan tingkat pengetahuan rendah tentang menopause cenderung bersikap kurang siap dalam menghadapi menopause, yaitu sebanyak 20 orang dari 24 yang diteliti atau ada sebanyak 83%. Wanita yang memiliki tingkat pengetahuan menopause sedang cenderung memiliki sikap siap dalam menghadapi menopause, yaitu sebanyak 17 orang dari 18 yang diteliti atau ada sebanyak 94%. Sedangkan wanita yang memiliki pengetahuan menopause tinggi sebanyak 16 orang dari 18 yang diteliti atau ada sebanyak 89% cenderung memiliki kesiapan yang sangat bagus (sangat siap) dalam menghadapi menopause.
Pengetahuan bisa juga didapat dari pendidikan. Dalam pendidikan terjadi proses penyampaian materi pendidikan dari pendidik kepada sasaran (anak didik) untuk mencapai perubahan tingkah laku (Notoatmodjo, 2007). Wanita yang berpendidikan tinggi lebih cepat beradaptasi dengan kondisi menopause. Keadaan ini disebabkan cara berpikir wanita berpendidikan tinggi lebih rasional, lebih terbuka dalam menerima informasi, sehingga wawasan dan pengetahuannya lebih luas, dan menghasilkan sikap yang lebih positif dalam menghadapi suatu permasalahan (Witkin-Laonil, 1996; Brandon, 2005). Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa latar belakang pendidikan mempunyai pengaruh terhadap kematangan pandangan hidup seseorang.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menambah pengetahuan, seperti belajar, mengikuti seminar, kursus, membaca buku, menonton televisi, mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan berupa penyuluhan dan konseling. Salah satu yang disebutkan tersebut yaitu konseling merupakan satu cara untuk menambah pengetahuan ibu tentang menopause. Konseling merupakan salah satu metode untuk meningkatkan pengetahuan tentang masalah-masalah kesehatan. Sudah saatnya digalakkan pengetahuan dan pendidikan tentang menopause, para wanita mengetahui apa yang terjadi dalam tubuh mereka terutama ketika mengalami gejala-gejala menopause yang sering membuat mereka bingung dan cemas (A.Rahartati, 2003). Pengetahuan yang cukup dan sikap yang positif akan membantu mereka memahami dan mempersiapkan dirinya menjalani masa ini dengan baik, dapat mengambil keputusan dan memecahkan permasalahan yang dihadapinya (Kasdu, 2002). Menopause bukan berarti bencana di usia senja. Menopause justru harus dipandang sebagai saat keharmonisan rumah tangga. Sehingga setiap wanita dapat menjalani hari-harinya dengan kualitas hidup yang lebih baik, dapat berbuat banyak untuk masyarakat dan tetap bugar dalam menghadapi menopause.
Dilihat dari hasil penelitian ini bahwa persentase pengetahuan responden di Puskesmas Kota Juang tertinggi pada pengetahuan yang kurang baik yaitu 51,3% dibandingkan yang baik yaitu 48,7%. Hal ini dikarenakan sebagian besar wanita mendapatkan pengetahuan dari pengalaman orang lain, misalnya seorang wanita mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause dari teman kerja atau tetangganya yang telah mengalami menopause. Seperti yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan baik dari pengalaman diri atau orang lain, hal tersebut dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Pengetahuan yang dimiliki setiap orang berbeda satu sama lain, semakin cukup usia seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja, hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
Seorang wanita memerlukan banyak informasi yang menunjang pengetahuannya, dengan harapan dapat lebih mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi masa menopause yang lebih baik. Oleh sebab itu ada beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain konsultasi tentang menopause kepada dokter atau bidan, membaca buku tentang menopause, atau menonton suatu acara yang membahas menopause. Disamping hal tersebut petugas kesehatan juga bisa memberikan penyuluhan yang membahas menopause melalui pengajian, PKK, dan posyandu lansia, sehingga nantinya seorang wanita tidak hanya mendapat informasi dari pengalaman orang lain saja.
Banyak perempuan yang tidak menyadari dirinya menopause karena tidak memiliki informasi yang cukup soal menopause. Akhirnya untuk menghilangkan gangguan yang dirasakan, mereka mengobatinya secara simtomatis. Artinya, mereka minum obat pusing karena merasa pusing. Minum obat pegal karena seluruh badan terasa pegal dan minum obat tidur karena sulit tidur. Padahal, segala keluhan itu muncul karena tubuh sudah tidak memproduksi hormon ekstrogen lagi. Menopause
bukan semata-mata urusan perempuan usia lanjut. Sebaiknya setiap wanita mencari tahu seluk-beluk menopause sejak masih muda. Pengetahuan yang baik tentang menopause akan membantu kita untuk dapat menyiapkan diri dan dapat bersikap serta bertindak tepat dalam melakukan pencegahan terjadinya gangguan-gangguan yang muncul menyertai masa menopause.
Dalam penelitian ini, beberapa pertanyaan yang diajukan tentang menopause banyak yang tidak dapat dijawab dengan benar oleh responden seperti tahapan menopause, tanda dan gejala menopause, kecemasan yang terjadi pada masa menopause, cara mengatasi dan menghadapi menopause. Dengan banyaknya permasalahan menopause yang tidak diketahui responden maka peran tenaga kesehatan sangat diharapkan lebih aktif dalam menyebarkan informasi pada dengan cara memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik melalui kegiatan- kegiatan perkumpulan ibu-ibu seperti arisan dan pengajian maupun dengan memberikan konseling seperti yang telah dijelaskan di atas.
5.2. Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap Kesiapan Wanita Pra