• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengetahuan dan Peran Petugas Kesehatan terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pengetahuan dan Peran Petugas Kesehatan terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2012"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KESIAPAN MENTAL WANITA PRA MENOPAUSE

MENGHADAPI MENOPAUSE DI PUSKESMAS KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2012

TESIS

Oleh ELI FONNA 107032190/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF HEALTH WORKERS’ KNOWLEDGE AND ROLE ON MENTAL READINESS OF PRE-MENOPAUSE WOMEN IN FACING

MENOPAUSE AT PUSKESMAS, KOTA JUANG, BIREUEN DISTRICT IN 2012

THESIS

By

ELI FONNA 107032190/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KESIAPAN MENTAL WANITA PRA MENOPAUSE

MENGHADAPI MENOPAUSE DI PUSKESMAS KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2012

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELI FONNA 107032164/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KESIAPAN MENTAL WANITA PRA

MENOPAUSE MENGHADAPI MENOPAUSE DI PUSKESMAS KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : Eli Fonna Nomor Induk Mahasiswa : 107032190

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing:

(Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D) (dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 03 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D Anggota : 1. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KESIAPAN MENTAL WANITA PRA MENOPAUSE

MENGHADAPI MENOPAUSE DI PUSKESMAS KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2012

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2012

(7)

ABSTRAK

Berdasarkan data BPS, pada tahun 2007 proporsi wanita yang mengalami menopause mengalami peningkatan dari 11% pada wanita umur 40-44 tahun, 22% pada wanita berumur 44-45 tahun, dan 45% pada wanita umur 48-49 tahun. Banyak wanita pramenopause tidak siap mental menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya baik perubahan fisik maupun psikologis.

Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) yang bertujuan menjelaskan pengaruh pengetahuan dan peran petugas kesehatan terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen pada Februari-Juli 2012. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 620 orang dengan sampel 150 orang. Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa seluruh variabel berpengaruh terhadap kesiapan mental wanita pramenopause. Variabel pengetahuan (p=0,0001, Exp(β)= 9,140), motivator (p=0,005, Exp(β)= 4,780), edukator (p=0,034, Exp(β)= 2,744), dan fasilitator (p=0,014, Exp(β)= 3,583).

Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dan Puskesmas Kota Juang agar memberikan penyuluhan yang intensif kepada wanita yang akan memasuki masa menopause segala hal mengenai menopause sehingga mereka siap untuk menghadapi masa itu. Petugas KIA/KB perlu terus memberikan dukungannya baik memotivasi, memberikan pengetahuan dan memfasilitasi wanita yang memasuki masa menopause sehingga mereka memiliki pengetahuan yang baik.

(8)

ABSTRACT

Based on BPS data, the proportion of women who experienced menopause in 2007 increased from 11% of 30-44 year old women to 22% of 44-45 year old women to 45% of 48-49 year old women. There are many pre-menopause women who are mentally not ready to face the physical and psychological change in their bodies.

The type of the research was an analytic survey with cross sectional approach. The aim of the research was to explain the influence of health workers’ knowledge and role on mental readiness of pre-menopause women in facing menopause. The research was conducted at Puskesmas (Public Health Center), Kota Juang, Bireuen District, from February until July, 20121. The population was 620 women, and 150 of them were used as the samples. The data were analyzed by using univariate and bivariate analyses with chi square test and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.

The result of the research, using logistic regression test, showed that all variables influenced mental readiness of pre-menopause women. The variable of knowledge was p=0.000, Exp(β)= 9.140, the variable of motivation was p=0.005, Exp (β)=4.780, the variable of educator was p=0.034, Exp(β)= 2.744, and the variable of facilitator was p=0.014, Exp(β)= 3.583.

It is recommended that the management of the Health Service of Bireuen District and Puskesmas of Kota Juang should provide intensive counseling to the women who will menopause so that they will be ready to enter this phase. It is also recommended that KIA/KB workers should give their support, such as motivation, knowledge, and facility to the women who will menopause so that they will also have good knowledge.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan

KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pengetahuan dan Peran Petugas Kesehatan terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra

Menopause Menghadapi Menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen Tahun 2012.”

Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan

kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

6. Namora Lumongga Lubis, M.Sc, Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan, arahan, petunjuk hingga selesainya penulisan Tesis ini.

7. dr.Yusniwarti Yusad, M.Si, selaku Pembimbing Kedua, yang penuh perhatian,

kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya penulisan Tesis ini.

8. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Seluruh keluarga tercinta, terutama suami dan anak-anakku tersayang yang tidak pernah henti-hentinya memberikan dukungan, semangat, motivasi, pada penulis

terutama dalam penyusunan tesis ini.

10.Seluruh teman-teman satu angkatan Kespro A, B, C yang telah menyumbangkan masukan dan saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini, juga teman-teman

satu bimbingan Kak Ros, Kak Meli, Basaria, Sabet.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik

dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Medan, Agustus 2012

Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Eli Fonna, jenis kelamin perempuan, berumur 35 tahun, lahir

tanggal 25 September 1976. Penulis beragama Islam, tinggal di jalan Gaperta Residence Piazza Blok H11

Jenjang pendidikan formal penulis mulai di SDN 2 Matang Glp II pada tahun

1983 dan tamat pada tahun 1989. Pada tahun 1992, penulis menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Matang Glp II. Pada tahun 1995, penulis menyelesaikan

pendidikan di SMA di Banda Aceh. Pada tahun 2003. penulis menyelesaikan pendidikan kedokteran di Medan. Pada tahun 2010-2012, penulis menempuh pendidikan di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan

Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan. Penulis merupakan anak pasangan dari Razali

Abdullah, dan Nurma Mahmud. Penulis telah menikah dengan Andri Agusdian, dan dikaruniai dua orang anak yaitu Yasmine, Yeisha.

Pengalaman bekerja penulis pada tahun 2005 sampai tahun 2009 penulis bekerja di Puskesmas Juli Kabupaten Bireuen. Tahun 2010 sampai sekarang bekerja

di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen

(12)

DAFTAR ISI

2.2. Pengetahuan Wanita tentang Menopause (Knowledge) ... 23

2.3. Landasan Teori ... 30

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 40

(13)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 62

5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Kesiapan Wanita Pra Menopause dalam Menghadapi Menopause ... 62

5.2. Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap Kesiapan Wanita Pra Menopause dalam Menghadapi Menopause ... 66

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

6.1. Kesimpulan ... 78

6.2. Saran ... 79

(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Jumlah Sampel Penelitian Tiap Kelurahan/Desa/Gampong di

Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen ... 35 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 36 3.3. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ... 42 4.1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Agama,

Pendidikan, Pekerjaan dan Jumlah Anak di Puskesmas Kota Juang

Kabupaten Bireuen ... 46 4.2. Distribusi Pengetahuan Berdasarkan Jawaban per Item Pertanyaan di

Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen ... 47 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Puskesmas Kota

Juang Kabupaten Bireuen ... 49 4.4. Distribusi Jawaban Responden per Item Pertanyaan Mengenai Peran

Petugas Kesehatan Sebagai Motivator ... 50 4.5. Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan Sebagai Motivator di

Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen ... 51 4.6. Distribusi Jawaban Responden per Item Pertanyaan Mengenai Peran

Petugas Kesehatan Sebagai Edukator ... 51 4.7. Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan Sebagai Fasilitator di

Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen ... 52 4.8. Distribusi Jawaban Responden per Item Pertanyaan Mengenai Peran

Petugas Kesehatan Sebagai Fasilitator ... 53 4.9. Distribusi Frekuensi Petugas Kesehatan Sebagai Fasilitator di

Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen ... 54 4.10. Distribusi Jawaban Responden per Item Pertanyaan Mengenai

(15)

4.11. Distribusi Frekuensi Kesiapan Mental Responden Dalam Menghadapi Menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten

Bireuen ... 56 4.12. Tabulasi Silang dan Peran Petugas Kesehatan Sebagai Motivator,

Educator dan Fasilitator terhadap Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause Menghadapi Menopause di Puskesmas Kota Juang

Kabupaten Bireuen ... 57 4.13. Pengaruh Pengetahuan, Motivator, Edukator dan Fasilitator terhadap

Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause dalam Menghadapi

Menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen... 60 4.14. Nilai Probabilitas Kesiapan Mental Wanita Pra Menopause ... 61

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 85

2. Ujicoba Validitas Angket ... 90

3. Output Validitas dan Reliabilitas Angket ... 91

4. Master Data ... 97

5. Output SPSS Master Data ... 107

(18)

ABSTRAK

Berdasarkan data BPS, pada tahun 2007 proporsi wanita yang mengalami menopause mengalami peningkatan dari 11% pada wanita umur 40-44 tahun, 22% pada wanita berumur 44-45 tahun, dan 45% pada wanita umur 48-49 tahun. Banyak wanita pramenopause tidak siap mental menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya baik perubahan fisik maupun psikologis.

Jenis penelitian ini adalah survai analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) yang bertujuan menjelaskan pengaruh pengetahuan dan peran petugas kesehatan terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen pada Februari-Juli 2012. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 620 orang dengan sampel 150 orang. Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa seluruh variabel berpengaruh terhadap kesiapan mental wanita pramenopause. Variabel pengetahuan (p=0,0001, Exp(β)= 9,140), motivator (p=0,005, Exp(β)= 4,780), edukator (p=0,034, Exp(β)= 2,744), dan fasilitator (p=0,014, Exp(β)= 3,583).

Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dan Puskesmas Kota Juang agar memberikan penyuluhan yang intensif kepada wanita yang akan memasuki masa menopause segala hal mengenai menopause sehingga mereka siap untuk menghadapi masa itu. Petugas KIA/KB perlu terus memberikan dukungannya baik memotivasi, memberikan pengetahuan dan memfasilitasi wanita yang memasuki masa menopause sehingga mereka memiliki pengetahuan yang baik.

(19)

ABSTRACT

Based on BPS data, the proportion of women who experienced menopause in 2007 increased from 11% of 30-44 year old women to 22% of 44-45 year old women to 45% of 48-49 year old women. There are many pre-menopause women who are mentally not ready to face the physical and psychological change in their bodies.

The type of the research was an analytic survey with cross sectional approach. The aim of the research was to explain the influence of health workers’ knowledge and role on mental readiness of pre-menopause women in facing menopause. The research was conducted at Puskesmas (Public Health Center), Kota Juang, Bireuen District, from February until July, 20121. The population was 620 women, and 150 of them were used as the samples. The data were analyzed by using univariate and bivariate analyses with chi square test and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.

The result of the research, using logistic regression test, showed that all variables influenced mental readiness of pre-menopause women. The variable of knowledge was p=0.000, Exp(β)= 9.140, the variable of motivation was p=0.005, Exp (β)=4.780, the variable of educator was p=0.034, Exp(β)= 2.744, and the variable of facilitator was p=0.014, Exp(β)= 3.583.

It is recommended that the management of the Health Service of Bireuen District and Puskesmas of Kota Juang should provide intensive counseling to the women who will menopause so that they will be ready to enter this phase. It is also recommended that KIA/KB workers should give their support, such as motivation, knowledge, and facility to the women who will menopause so that they will also have good knowledge.

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Menopause adalah masa kritis dari masa kehidupan wanita. Menopause melahirkan diskusi, kontroversi dan perhatian diantara wanita dan penyediaan kesehatan bagi kesehatan mereka, sehingga dapat diketahui bagaimana mengatasi masalah yang mereka hadapi selama masa menopause. Seiring dengan bertambahnya umur, semua fungsi organ tubuh mulai menunjukkan adanya perubahan-perubahan yang signifikan salah satunya adalah menurunnya fungsi organ reproduksi yaitu ovarium. Wanita yang telah memiliki kesiapan dalam menghadapi menopause tidak akan merasa takut lagi menghadapi menopause. Peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi mengenai menopause dan bagaimana cara menghadapinya sangat penting agar wanita siap menghadapi masa menopause ini (Sastrawinata, 2008).

Kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya pembangunan kesehatan antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi esensial dan komprehensif, meningkatkan keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi remaja, penanggulangan HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi (Prawiroharjo, 2002). Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi sesuai dengan siklus hidup wanita, yakni masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja (pubertas), masa subur

(reproduksi), masa klimakterium, dan masa senium (lanjut usia). Masing-masing masa itu mempunyai kekhususan. Salah satu keadaan penting yang terjadi pada masa klimakterium (pre-menopause) (Sastrawinata, 2008).

Pada masa klimakterium wanita sangat membutuhkan perhatian khusus,

karena wanita akan mengalami sejumlah gangguan fisik maupun psikologis yang mengganggu aktivitas sehari-hari serta menimbulkan dampak negatif terhadap

kualitas hidup dan rasa percaya diri. Peran petugas kesehatan reproduksi minim dalam pemberian informasi tentang kesehatan maternal. Informasi serta dukungan petugas sangat dibutuhkan wanita agar mereka siap menghadapi menopause

(Siswono, 2004).

(21)

periode produktif ke periode keluhan akibat dari menurunnya produksi hormon estrogen. (Baziad, 2003).

Strategi pertama dalam pembangunan kesehatan, yaitu peningkatan akses dan cakupan pelayanan kesehatan yang berkualitas memegang peran penting dalam mengatasi kesakitan wanita pada masa menopause. Masalah utama yang dihadapi

wanita adalah kurangnya hormon estrogen pada masa menopause. Peran petugas sangat dibutuhkan dalam pemberian informasi mengenai masa menopause. Dalam

memberikan perannya sebagai edukator, motivator dan fasilitator, petugas kesehatan dituntut untuk memberikan seluruh hal yang dibutuhkan wanita untuk mengatasi gangguan fisik dan mental saat menopause (Wiknjosastro, 2005).

Banyak wanita merasa khawatir menghadapi menopause karena mereka beranggapan bahwa wanita yang berusia lanjut akan mengalami hidup yang kurang

sehat, kurang bugar dan tidak cantik lagi. Padahal, menopause merupakan suatu fase kehidupan yang harus dialami dan tidak dapat dihindari oleh setiap wanita. Menjadi tua memang hal yang sering ditakuti oleh para wanita, tetapi hal ini tidak berarti

wanita kehilangan identitas kewanitaannya. Walaupun demikian, tidaklah dapat dipungkiri adanya aneka perubahan fisik dan emosi yang menyebabkan masa

menopause merupakan masa yang membutuhkan penyesuaian diri dan pengertian dari berbagai pihak (Northrup, 2006).

Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO, pada tahun 2000, total populasi

wanita yang mengalami menopause di seluruh dunia mencapai 645 juta orang, tahun 2010 mencapai 894 juta orang dan diperkirakan pada tahun 2030 akan mencapai 1,2

(22)

201,4 juta dengan 100,9 juta orang wanita. Jumlah wanita berusia di atas 50 tahun

mencapai 14,3 juta orang. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia mencapai 203,46 juta orang yang terdiri dari 101,81 juta perempuan dengan jumlah perempuan yang berusia di atas 50 tahun dan yang telah memasuki usia menopause sebanyak

15,5 juta orang. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause di Indonesia adalah 30,3 juta orang (Kumalaningsih, 2008).

Usia wanita yang berada pada kurun usia lebih dari 45 tahun ada sebesar 38.525.092 jiwa di seluruh Indonesia dan sebesar 1.947.704 jiwa di Provinsi Aceh (BPS, 2009), dan jumlah wanita yang berada pada kurun usia 40-45 tahun di

Kabupaten Bireuen ada sebanyak 11.328 orang dari 125.739 jumlah wanita di daerah tersebut (Dinkes Kabupaten Bireuen, 2011).

Ismail dalam Rachman et al (2004) mengemukakan bahwa tanggapan wanita

dan masyarakat terhadap menopause berbeda di setiap komunitas. Perbedaan ini terjadi karena menopause adalah masalah biopsikososial yang sangat berkaitan dengan budaya masyarakat. Wanita barat yang mengeluhkan gejala menopause

sekitar 75%. Adapun insidens dan keparahan dari gejala klimakterium ini bergantung terutama pada adanya ketidakstabilan emosi sejak masa pra-menopause.

Pada Simposium Nasional Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMI) 21-22 April 2007 di Jakarta dikemukakan bahwa profil perempuan Indonesia adalah rata-rata umur perempuan menopause di Indonesia 48-53 tahun dan mempunyai lima gejala utama yang dialami dalam menghadapi masa klimakterium seperti, nyeri otot atau sendi (77,7 %), rasa letih dan hilang energi (68,7 %), kehilangan nafsu seksual (61,3 %), kerutan di kulit (60 %), sulit konsentrasi dan hot flushes (29,5 %)

(Muharam, 2007).

Usia terjadinya menopause pada sebagian besar wanita adalah antara 46-55 tahun. Namun ada kecenderungan dewasa ini untuk terjadinya menopause pada umur yang lebih tua. Misalnya pada tahun 1915 menopause dikatakan terjadi sekitar umur 44 tahun, sedangkan pada tahun 1950 pada umur yang mendekati 50 tahun.

(23)

pada wanita umur 40-44 tahun, 22% pada wanita berumur 44-45 tahun, dan 45% pada wanita umur 48-49 tahun (Sastrawinata, 2008).

Menurut Mustopo (2005) wanita Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini sebanyak 7,4 % dari populasi. Jumlah tersebut diperkirakan menjadi 11% pada 2005, kemudian naik lagi sebesar 14 % pada 2015. Sedangkan yang mengalami perubahan psikologis meliputi mudah tersinggung, terasa takut, gelisah, lekas marah sebanyak 90%, gangguan tidur 50%, depresi 70%.

Perhatian pemerintah pada masalah kesehatan wanita menjelang memasuki masa menopause maupun pada masa setelah menopause masih kurang mendapatkan perhatian yang berarti seperti perhatian terhadap masalah kesehatan pada kelompok umur lain, seperti halnya pada kesehatan ibu hamil. Tingkat pendapatan masyarakat yang semakin tinggi akan berdampak pada perubahan gaya hidup dan meningkatnya umur harapan hidup, dimana sudah saatnya perhatian besar harus difokuskan pada masalah kesehatan wanita menjelang usia menopause dan setelah menopause dengan mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatannya pada kurun waktu tersebut sehingga dapat dibuat suatu kebijakan dengan mendirikan dan mengembangkan pelayanan kesehatan reproduksi wanita sampai pada tingkat pelayanan kesehatan dasar (Hanafiah, 1999).

Seperti hasil penelitian Syam (2005) dan Ghani (2009) tentang tingkat pengetahuan dan sikap wanita dalam menghadapi menopause di RT 01-02 RW VII Kelurahan Kedurus Surabaya menunjukkan bahwa konseling menopause yang dilakukan petugas kesehatan memberikan efek kepada pengetahuan dan sikap wanita dalam menghadapi menopause. Dengan kata lain, peran petugas kesehatan dalam memberikan konseling tentang menopause sangat penting untuk meningkatkan kesiapan wanita menghadapi masa menopause dan dampak negatif menopause sehingga bisa diantisipasi dan disikapi dengan baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perempuan dalam menghadapi menopause telah diteliti oleh Soedirham (2008) di Surabaya yang menunjukkan hasil bahwa pengetahuan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan wanita sangat berpengaruh terhadap kesiapan mereka menghadapi menopause.

Keluhan masalah kesehatan yang di hadapi oleh perempuan menopause yaitu perubahan fisik seperti : keluhan nyeri senggama (93,33%), perdarahan pasca

(24)

Menurut Fecteau (2002), pada saat menopause muncul perubahan-perubahan fisik dan psikologis ibu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mayoritas ibu menopause akan memiliki kulit yang mulai berkeriput serta pertambahan berat badan yang cukup tinggi. Selain itu untuk gangguan psikologis terlihat dengan semakin mudah tersinggung atau marah.

Penelitian Barret et all (2008) tentang sumber multipel kecemasan ibu pada masa menopause menunjukkan adanya korelasi antara gambaran diri serta persepsi menopause dengan tingkat kecemasan ibu masa menopause. Hasil ini menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan ibu tentang menopause, menunjukkan ketidaksiapan ibu menghadapi menopause, sehingga muncullah kecemasan pada masa menopause.

Kabupaten Bireuen tidak terlepas dari perhatian terhadap pelayanan kesehatan khususnya kesehatan misalnya Program Kesehatan Reproduksi Lansia (PKRL) dimana akan terjadi berbagai gangguan yang menyerang wanita; yang dihubungkan dengan terjadinya penurunan kadar estrogen pada usia 40 tahun ke atas dengan sindroma klimakterium (Dinkes Kabupaten Bireuen, 2011).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara terhadap 10 orang wanita di Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen didapat bahwa

sebanyak 7 orang (70%) wanita tidak dapat menjawab dengan benar tentang pengertian menopause, tanda dan gejala menopause, cara mengatasi keluhannya, hanya 3 orang yang mengerti tentang menopause dan seluk beluknya. Ketika ditanyakan tentang peran petugas kesehatan sebagai motivator, edukator dan fasilitator sebanyak 6 orang (60%) peran petugas kesehatan masih minim dalam memberikan pengetahuan mengenai menopause dan hal-hal yang perlu dilakukan sehingga wanita siap menghadapi dan mencegah semaksimal mungkin gangguan kesehatan pada masa menopause.

(25)

Berdasarkan latar belakang di atas dapat kita peroleh masih rendahnya pengetahuan wanita tentang menopause dan juga rendahnya petugas kesehatan khususnya pada ibu lansia. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh yaitu pengetahuan dan peran petugas kesehatan (motivator, edukator, fasilitator) terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen tahun 2012.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengetahuan dan peran petugas kesehatan (motivator, edukator, fasilitator) terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen tahun 2012.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yaitu pengetahuan dan peran petugas kesehatan (motivator, edukator, fasilitator) terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen tahun 2012.

1.5.Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk pengaplikasian teori dan metode ilmu kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan reproduksi tentang kesiapan

(26)

2. Memberikan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dalam

menentukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan reproduksi lansia yang berkaitan dengan masa menopause.

3. Bagi kalangan akademik, penelitian ini tentunya bermanfaat sebagai

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Menopause

2.1.1. Definisi Menopause

Menopause merupakan suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon

estrogen yang dihasilkan indung telur. Berhentinya haid akan membawa dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis (Yudomustopo, 1999).

Kata menopause yang berasal dari kata Yunani yang berarti “bulan” dan “penghentian sementara”, yang secara linguistik lebih tepat disebut menocease. Secara medis istilah menopause berarti menocease, karena berdasarkan definisinya

menopause itu berarti berhentinya menstruasi (bukan istirahat). Arti menopause yang tidak jelas ini dikarenakan gejala-gejala yang muncul sebelum menstruasi juga berhenti (Reitz, 1993).

Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti. Men dan pauseis adalah kata Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan

(28)

2.1.2. Masa Klimakterium

Menurut siklus kehidupan wanita normal, setiap kehidupan seorang wanita mengalami fase-fase perkembangan tertentu. Dalam hal ini, fase-fase yang berkaitan dengan berbagai fungsi organ reproduksi wanita. Fase tersebut dibagi tiga tahap, yaitu

masa sebelum, sedang berlangsung dan setelah menstruasi (Kasdu, 2002).

2.1.3. Proses Menopause

Menurut Aina (2009) yang mengutip pendapat Fachrudin, secara endokrinologis, wanita mengalami proses menua sejak di kandungan. Sejumlah 7.000.000 sel telur (folikel) terdapat pada kedua ovarium janin yang berusia 22-24

minggu dan berkurang akibat penghancuran sehingga sewaktu dilahirkan folikel bayi wanita tinggal 2.000.000 buah. Jumlah tersebut menjadi 200.000 saat mendapat haid

pertamanya pada masa pubertas.

Semakin sedikit folikel berkembang, semakin kurang pembentukan hormon di ovarium, yaitu hormon progesteron dan estrogen. Haid akan menjadi tidak teratur

hingga akhirnya endometrium akan kehilangan rangsangan hormon estrogen. Lambat laun haid pun berhenti, disebut proses menopause (Kasdu, 2002).

2.1.4. Batasan Usia Menopause

Menopause terjadi pada akhir suatu siklus yang dimulai pada masa remaja dengan munculnya menarche. Umumnya wanita barat pertama kali mendapat

(29)

mengalaminya setelah berusia 40 tahun. Masa ini dikenal dengan masa

pra-menopause (Depkes RI, 2005).

Menurut Boyke di Indonesia sendiri, usia menopause bervariasi antara 45-50 tahun. Namun, proses perubahan kearah menopause itu sendiri sudah mulai sejak

wanita berusia 40 tahun. Masa ini dikenal sebagai masa pra-menopause (Northrup, 2006).

2.1.5. Jenis–jenis Menopause

Adapun jenis-jenis menopause yaitu (Kasdu, 2002):

1. Menopause alamiah terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45 dan 55, pada

diri wanita yang paling tidak punya satu indung telur. Durasinya dalam kebanyakan kasus, adalah lima hingga sepuluh tahun, meskipun seluruh proses itu

kadang-kadang waktu tiga belas tahun. Selama itu menstruasi mungkin berhenti selama beberapa bulan dan kemudian kembali dan durasi intensitas dan alirannya mungkin bertambah atau berkurang.

2. Menopause prematur terjadi agak lebih cepat dibanding yang pertama, pada wanita di usia 30 tahun atau awal 40 tahun yang mempunyai setidak tidaknya satu

indung telur. Durasinya biasanya lebih pendek dari pada menopause alamiah, satu hingga tiga tahun.

3. Menopause buatan dapat terjadi secara sangat mendadak, karena terdorong oleh

(30)

2.1.6. Pra-Menopause dan Kadar Hormon

Pandangan konvensional mengenai apa yang terjadi pada masa pra menopause adalah bahwa kadar estrogen turun drastis. Ini merupakan penyederhanaan yang terlalu berlebihan dan terlalu sering mengakibatkan timbulnya gejala-gejala yang

tidak terlalu nyaman menjadi semakin parah. Dalam menopause alamiah, perubahan hormonal pertama yang terjadi adalah turunnya kadar progesteron secara gradual,

sementara kadar estrogen tetap berada dalam kisaran normal atau bahkan meningkat. Karena progesteron dan estrogen saling mengimbangi satu sama lain selama siklus menstruasi, jika yang satu turun maka yang lain naik, penurunan drastis pada kadar

progesteron memungkinkan kadar estrogen naik tanpa terhalang yaitu tanpa penyeimbang yang biasanya ada. Akibatnya adalah terjadi ekses estrogen, suatu

kondisi yang sering dinamakan dominasi estrogen yang justru merupakan kebalikan dari pandangan konvensional (Northrup, 2006).

2.1.7. Perubahan Fisik pada Menopause

Menurut Aina (2009), yang mengutip pendapat Hurlock, ketika seorang memasuki menopause, fisik mengalami ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu

yang dapat terjadi secara tiba–tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan dada bagian atas. Kadang–kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar.

(31)

a. Menurunnya gairah seks (Hilangnya hasrat seksual)

Wanita mengalami penurunan dalam kadar testosteron mereka selama pra menopause ini dapat mengakibatkan hilangnya hasrat seksual. Tapi bagi sebagian wanita masalah libido terkait dengan kurangnya hormon estrogen atau menipisnya

jaringan vagina (Northrup, 2006).

b. Menstruasi yang tidak teratur atau abnormal (yang paling sering, perdarahan

vagina yang berlebihan)

Ketika seorang wanita mengalami perubahan hormon di masa pra menopause, segala macam perdarahan mungkin terjadi, mulai dari menstruasi yang menjadi

sangat ringan dan sebentar sampai menstruasi yang berjarak tiga bulan atau lebih. Dan sebagian wanita mempunyai pola perdarahan yang begitu tidak menentu

sehingga tampak seperti bukan menstruasi sama sekali (MacKenzei, 2002). c. Pembengkakan (Retensi air)

Ketidaknyamanan menahan kencing (lepasnya air kencing saat batuk, bersin,

tertawa dan sebagainya) terjadi dikarenakan menipisnya lapisan saluran kencing luar yang sangat bergantung pada estrogen. Gejala-gejala kencing sering dapat diatasi

dengan penggunaan secolek kecil krim estrogen di lokasi tersebut. Latihan kegel juga dapat meningkatkan aliran darah ke area itu dan membantu mengatasi ketidakmampuan menahan kencing (Northrup, 2006).

d. Mengembang dan melembutnya payudara

Banyak wanita mengalami payudaranya melembut tepat sebelum menstruasi

(32)

membesar jauh lebih sering. Ini jauh lebih umum jika seorang wanita mengalami

dominasi estrogen.

e. Perubahan suasana hati (yang paling sering rasa kesal dan depresi)

Banyak wanita merasakan bahwa perubahan suasana hati mereka lebih parah

dibanding sebelumnya menjelang haid mereka datang, meningkatnya suasana hati yang negatif dan gelap, bersifat abnormal.

f. Berkeringat di malam hari

Berkeringat di malam hari merupakan suatu kesatuan dengan gelora panas. Terlebih pada pukul 3 dan 4 pagi merupakan saat yang paling umum dimana wanita

pra menopause mandi keringat. Sehingga perlu mengganti pakaian di malam hari. Berkeringat malam hari tidak saja mengganggu tidur melainkan juga teman atau

pasangan tidur. Akibatnya diantara keduanya merasa lelah dan lebih mudah tersinggung, karena tidak dapat tidur nyenyak.

Cara kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi pancaran panas pada tubuh

akibat pengaruh hormon yang mengatur thermostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi

terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri (Kasdu, 2002).

g. Jantung berdebar-debar

(33)

menakutkan. Itu merupakan akibat ketidakseimbangan antara sistem syaraf simpatik

dan para simpatik dan sering terkait dengan ketakutan dan kecemasan h. Sakit kepala, terutama sebelum menstruasi

Kadar hormon yang tidak seimbang ikut menambah apa yang dinamakan

migrain menstruasi selama masa pra menopause dan menopause. Jenis sakit kepala ini biasanya datang tepat sebelum menstruasi anda, ketika kadar estrogen maupun

progesteron dapat turun secara drastis. Ratusan wanita dapat sembuh dari migrain menstruasi dan migrain menopause mereka sepenuhnya dengan menggunakan krim progesteron (Yatim, 2001).

i. Gelora panas

Gelora panas adalah gejala pra menopause yang paling umum dalam budaya

kita terjadi sekitar 70 sampai 85% dari semua wanita pra menopause. Gelora panas itu bisa sangat ringan atau sangat berat sehingga mengakibatkan kurang tidur dan depresi. Itu dimulai dengan sensasi hangat yang muncul tiba-tiba dan selintas yang

kemudian dapat menjadi sangat panas di wajah, kulit kepala, dan area dada, kadang-kadang bisa disertai dengan kulit kemerahan dan keringat. Kadang-kadang-kadang itu disertai

(34)

2.1.8. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Menopause

Menurut Kasdu (2002) beberapa faktor yang mempengaruhi menopause yaitu: a. Usia saat haid pertama sekali

Semakin muda seorang mengalami haid pertama sekali, semakin tua atau lama

ia memasuki masa menopause artinya wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau 17 tahun akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan wanita yang haid

lebih dini seringkali akan mengalami menopause sampai pada usianya mencapai 50 tahun.

b. Faktor psikis

Wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian mereka akan mengalami masa

menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan bekerja. c. Jumlah anak

Beberapa penelitian menemukan bahwa makin sering seorang wanita

melahirkan, maka makin tua mereka memasuki menopause. Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi wanita

dan juga memperlambat penuaan tubuh. e. Usia melahirkan

Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia memulai memasuki

(35)

f. Pemakaian kontrasepsi

Pemakaian kontrasepsi, khususnya kontrasepsi hormonal, pada wanita yang menggunakannya akan lebih lama atau lebih tua memasuki usia menopause. Hal ini dapat terjadi karena cara kerja kontrasepsi yang menekan fungsi indung telur

sehingga tidak memproduksi sel telur. g. Merokok

Diduga, wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause dini dibandingkan dengan perempuan yang tidak merokok.

h. Sosial Ekonomi

Menopause dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, disamping pendidikan dan pekerjaan suami.

2.1.9. Gangguan-Gangguan yang Terjadi Selama Menopause

Menurut Mustopo (2005) gangguan-gangguan yang sering terjadi selama menopause adalah:

a. Osteoporosis

b. Penyakit jantung koroner

Kolesterol baik yang tinggi pada wanita muda dipengaruhi oleh estrogen. Setelah menopause risiko terkena penyakit jantung koroner dua kali lipat pada wanita karena lemak golongan atherogenik (yang memproduksi lemak pada arteri)

(36)

c. Kanker

Pada masa menopause terjadi proses degenerasi sehingga menyebabkan perubahan-perubahan tidak saja pada organ reproduksi juga bagian tubuh lainnya, salah satu proses degenerasi tersebut adalah penyakit kanker. Kondisi ini adalah

suatu keadaan pertumbuhan jaringan yang abnormal. d. Demensia tipe alzhaimer

Selama periode pra menopause dan pasca menopause terjadi penurunan kadar hormon seks steroid. Penurunan ini menyebabkan beberapa perubahan neuro endokrin sistem susunan saraf pusat, maupun kondisi biokimiawi otak. Padahal

sistem susunan saraf pusat merupakan target organ yang penting bagi hormon seks steroid seperti estrogen. Pada keadaan ini terjadi proses degeneratif sel neuron

(kesatuan saraf) pada hampir seluruh bagian otak, terutama di daerah yang berkaitan dengan fungsi ingatan.

e. Berat badan meningkat

Usia menopause terjadi peningkatan berat badan akibat turunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak. Selain pada usia ini biasanya

aktivitas tubuh berkurang, selain itu daya elastis kulit juga menurun, yang memudahkan lemak disimpan dalam tubuh.

f. Perubahan kulit

Gangguan di atas dasarnya terjadi karena hormon estrogen yang mulai tertekan. Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika menstruasi

(37)

wajah, leher dan lengan. Kulit di bagian bawah mata menjadi mengembung seperti

kantong, dan lingkaran hitam di bagian ini menjadi lebih permanen dan jelas.

2.1.10. Menopause Bukan Akhir Kehidupan

Perubahan pertama dalam urutan peristiwa yang memuncak pada berhentinya

haid atau menopause adalah folikel telur di indung telur menjadi kurang peka terhadap rangsangan hormon pituitari, FSH, dan LH yang merangsang pertumbuhan

beberapa folikel setiap bulan sejak remaja. Dengan berlalunya waktu, semakin sedikit folikel telur yang dirangsang oleh hormon, dan jumlah estrogen yang dikeluarkan semakin berkurang, sampai akhirnya haid berhenti sama sekali menopause pun tiba.

Seluruh periode perubahan ini lebih sesuai jika disebut klimakterium atau perubahan kehidupan (Jones, 2005).

2.1.11. Perubahan Psikologis Menopause

Seperti hal nya gangguan gelombang hormon dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan cara-cara baru membuat masa pubertas dan remaja menjadi masa

yang sulit. Beberapa wanita menemukan perubahan gelombang hormon dan kebutuhan untuk menyesuaikan dengan perubahan membuat menopause menjadi

sangat sulit (Jones, 2005).

Perubahan ini seperti kehilangan sesuatu yang dibayangkan tentang kehidupan dan harus menyesuaikan gejala menopause yang asing baginya. Ketidakteraturan haid

(38)

kehidupan. Emosi yang negatif ini tentu saja hanya berlangsung sementara (Mustopo

2005)

Psikiatris menemukan, banyak wanita pada masa menopause melampaui tiga tahap sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya. Pertama adalah tahap

dimana perasaan cemas makin menonjol biasanya periode ini cukup singkat. Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlangsung berbulan-bulan, ketika

gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainnya muncul. Yang ketiga merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapan itu tidak benar kelak si wanita akan memasuki tahap penyesuaian ulang. Semua kesedihan dari bulan-bulan

sebelumnya tinggal sebagai mimpi buruk (Yatim, 2001).

Akibat perubahan pada organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat

menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari (Glasier, 2006) seperti :

1. Depresi

Ini adalah kondisi gejala yang pasti dan sering dialami pada ibu menopause

yang dikarenakan perubahan – perubahan yang ada pada diri setiap seorang wanita karena perubahan fisik dan psikologi pada tubuh (Nirmala, 2003).

2. Kecemasan

Gangguan kecemasan dianggap sebagai bagian dari satu mekanisme pertahanan diri yang dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi

(39)

umumnya bersifat relatif artinya ada orang – orang yang cemas dan dapat tenang

kembali setelah mendapat dukungan dari orang-orang di sekitarnya namun ada juga orang-orang yang terus menerus cemas meskipun orang di sekitarnya memberikan dukungan. Kecemasan yang timbul pada wanita menopause sering dihubungkan

dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatikan. Meski cemas dengan berakhirnya masa reproduksi yang berarti

berhentinya nafsu seksual dan fisik. Apalagi menyadari bahwa dirinya akan menjadi tua yang berarti kecantikan akan mundur. Seiring dengan hal itu vilatitas dan fungsi organ-organ tubuhnya akan menurun. Hal ini dapat menghilangkan kebanggaannya

sebagai seorang wanita. Keadaan ini dikhawatirkannya akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun dengan lingkungan sosialnya.

3. Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat di bandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak

mengganggu. Ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses yang sedang berlangsung dalam dirinya.

Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan prilaku tersebut di persiapkan sebagai proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.

4. Stres

Perubahan yang terjadi pada massa menopause dengan menyebabkan stres

(40)

pada saat situasi yang menakutkan atau tidak nyaman. Tidak ada orang yang bisa

lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas termasuk wanita menopause. Ketegangan perasaan atau stres selalu berdebar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyusup ke dalam tidur.

Kalau tidak ditanggulangi stres dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja, dan menurunkan kekebalan terhadap penyakit. Namun demikian stres tidak hanya

memberikan dampak negatif tetapi juga dampak positif tergantung bagaimana individu memandang dan mengendalikannya karena stres sangat individual sifatnya (Anwar, 2003).

2.2. Pengetahuan Wanita tentang Menopause (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hal yang diketahui dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan

lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku yang baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu :

1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

(41)

2. Interest (merasa tertarik), yaitu terhadap stimulus atau objek tersebut di sini

subjek sudah mulai tertarik.

3. Evaluation (menimbang-nimbang), yaitu terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

5. Adoption, yaitu subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Wanita diharapkan memiliki pengertian yang cukup saat menghadapi

menopause. Materi-materi yang diperoleh dari petugas kesehatan atau media lainnya diharapkan dapat diterima dengan baik, serta dimengerti oleh para wanita.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara

(42)

menopause memiliki kemampuan untuk menjelaskan kembali apa itu menopause

serta hal-hal yang berkaitan dengan menopause. 3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Materi menopause yang telah didapat dan dipelajari, mampu dijelaskan kembali saat ada yang memerlukannya,

termasuk untuk dirinya sendiri. 4. Analisa (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Dalam kaitannya dengan menopause, pada

tahapan ini wanita sudah mampu menganalisis masalah yang akan dihadapinya saat memasuki masa menopause, serta menjabarkan materi-materi menopause secara lengkap.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Dalam tahapan ini, wanita telah mengetahui jika

(43)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Pada

tahap evaluasi ini, wanita telah mampu menentukan sendiri apa-apa saja hal yang benar dan salah yang berkaitan dengan menopause. Hal ini memperkuat bahwa

wanita telah mampu menghadapi menopause, karena ia telah tahu apa yang dilakukan saat terjadi masalah kesehatan yang berhubungan dengan menopause.

Pengetahuan wanita tentang masa kehidupannya perlu disosialisasikan, karena

diantara masa kehidupan tersebut ada suatu periode peralihan dari masa reproduktif ke masa tidak reproduktif yang disebut dengan masa klimakterium. Berbagai hasil

penelitian mengungkapkan bahwa pengetahuan ibu tentang gejala-gejala klimakterium sangat rendah serta berbedanya keluhan sindrom klimakterik yang dialami tiap-tiap wanita. Keadaan ini akan berdampak pada ketidaksiapan ibu untuk

menerima keadaan menopause sehingga berakibat pada gangguan psikologisnya yang menyebabkan keluhan klimakterik akan semakin serius dan akan mengganggu

kualitas hidupnya (Hutapea, 1998 : Hanafiah, 1999).

Pandangan seseorang mengenai menopause sangat mempengaruhi perubahan psikologis pada masa menopause. Pandangan ini dipengaruhi oleh faktor yang berasal

dari dalam diri individu serta faktor yang berasal dari luar diri individu serta faktor yang berasal dari lingkungan sosial. Pada masyarakat yang mengagungkan kemudaan

(44)

yang timbul di masyarakat dan stereotip negatif tentang menopause dapat

menimbulkan kecemasan, sedangkan wanita yang memahami tentang menopause dapat berfikir secara wajar karena menopause merupakan peristiwa alami yang dialami oleh wanita (Yatim, 2001).

Gangguan kecemasan dapat terjadi pada setiap orang di segala umur. Wanita lebih sering mendapat gangguan cemas dan stres dari pada pria. Keadaan ini

disebabkan wanita cenderung lebih merasakan kecemasan dan stres dalam menghadapi permasalahan yang menimpa dirinya. Ini dilihat dari pada pria, misalnya pada saat menstruasi, saat mengandung, melahirkan, menopause, dan menghadapi

masalah-masalah anak dan suami (Handayani, 2008).

Dengan munculnya perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita

menopause inilah individu harus berusaha untuk tetap berfikir positif. Sudah menjadi kodrat alam bahwa dengan bertambahnya usia seseorang akan menimbulkan berbagai perubahan mental. Perubahan dalam kehidupan ini dapat mengganggu kestabilan

emosi (Purwanto, 2007).

2.3. Peran Petugas Kesehatan

Peran dan tanggung jawab petugas kesehatan dalam kesehatan reproduksi

khususnya pada persiapan menghadapi masa menopause sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada masa menopause. Hal-hal penting seperti apa yang dilakukan jika muncul gejala-gejala saat menopause akan memudahkan para wanita dalam

(45)

memberikan materi, emosi ataupun informasi yang berpengaruh terhadap

pengetahuan dan kesiapan wanita menghadapi menopause. Peran petugas kesehatan ini dapat dibagi atas (Baziad, 2003):

1. Peran Petugas Kesehatan Sebagai Motivator

Motivator menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu;

pendorong; penggerak. Dalam persiapan menghadapi masa menopause, dukungan petugas kesehatan sangat diperlukan. Seperti diketahui, kebanyakan wanita merasa takut akan datangnya masa menopause. Mereka takut akan gejala-gejala atau

perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa ini. Jadi, dalam hal ini petugas kesehatan mestinya memberikan dukungan dan semangat untuk meyakinkan wanita

bahwa menopause bukanlah masa yang harus ditakuti. 2. Peran Petugas Kesehatan Sebagai Edukator

Selain peran penting dalam mendukung wanita bahwa masa menopause

adalah masa yang tidak harus ditakuti, peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi ibu yang memasuki masa menopause. Peran

seperti memberikan penyuluhan atau pembagian brosur-brosur atau selebaran mengenai apa-apa yang dilakukan saat menopause akan sangat berperan bagi wanita saat menghadapi masa menopause. Besarnya peran petugas kesehatan akan sangat

(46)

3. Peran Petugas Kesehatan Sebagai Fasilitator

Peran lain petugas kesehatan adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan ibu saat menghadapi masalah pada masa menopause. Petugas kesehatan harus membuka layanan konsultasi di fasilitas

kesehatan seperti puskesmas atau menyediakan sarana informasi seperti poster, brosur ataupun selebaran yang berguna bagi wanita dalam memberikan pengetahuan

mengenai menopause. Jika hal ini sudah dipenuhi, maka kesiapan wanita menghadapi menopause juga akan terpenuhi. Akhirnya, masalah-masalah yang dihadapi wanita saat menopause akan mampu dicegah.

Kecemasan yang dialami seseorang pada saat menopause erat hubungannya dengan proses menopause itu sendiri, dimana kadar estrogen yang mulai menurun

dapat menimbulkan kecemasan (Nugroho, 2002). Mustopo (2005) juga menyatakan bahwa kesehatan, pikiran dan ketenangan dipengaruhi oleh hormon estrogen. Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah menopause mereka berubah menjadi pencemas.

Kecemasan yang dialami selama menopause tidak hanya disebabkan oleh proses dari menopause saja, tetapi juga karena adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi

yang sebelumnya tidak pernah dialami dan juga cemas akan hal-hal yang mungkin muncul menyertai berakhirnya masa reproduksinya (Kasdu, 2003).

Seseorang yang cemas dalam menjalani menopause, pada umumnya tidak

mendapat informasi yang benar tentang menopause sehingga yang dibayangkannya adalah efek negatif yang akan dialaminya setelah memasuki masa menopause. Salah

(47)

menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti kecantikannya akan memudar.

Seiring dengan itu, vitalitas dan fungsi organnya akan menurun. Hal ini dapat menghilangkan kebanggaan dirinya sebagai wanita. Keadaan ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi hubungannya dengan suami ataupun keluarga (Kasdu, 2002). Rasa

takut akan hilangnya kemudaan dan kecantikan dapat mengakibatkan adanya penolakan terhadap pasangan, pekerjaan serta lingkungan sosial (Gunadarsa, 1991).

2.4. Landasan Teori

Kecemasan yang dialami seseorang wanita selama menopause dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap orang tersebut terhadap menopause, dimana menopause

sering dilihat sebagai sesuatu yang menakutkan bagi wanita (Dacey & Travers, 2002). Kekhawatiran ini berawal dari pemikiran seseorang bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar dan tidak cantik lagi. Padahal, masa menopause merupakan salah

satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya, dan kecemasan yang mereka alami dapat menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa ini. Agar dapat menjalani menopause dengan baik, diperlukan kemauan diri untuk memandang

hidup sebagai sebuah harapan, dan dibutuhkan pikiran yang positif dalam memandang setiap kejadian/ peristiwa yang dialami. Apabila seseorang dapat berpikir

(48)

Menurut Green yang mendasari timbulnya perilaku dapat dikelompokkan

menjadi faktor prediposing, enabling, dan reinforcing. Faktor–faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain pengetahuan, dalam hal ini adalah pengetahuan ibu tentang menopause. Faktor enabling (faktor pemungkin), mencakup

ketersediaan sarana dan prasarana, sedangkan faktor reinforcing (faktor penguat) mencakup faktor tidak langsung yang mempengaruhi, dalam hal ini adalah peran

serta petugas kesehatan sebagai motivator, edukator dan fasilitator bagi ibu yang memasuki masa pra menopause sehingga mereka siap untuk menghadapi masa menopause.

2.5. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut

ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kesiapan Mental Menghadapi

Menopause Pengetahuan

Peran Petugas Kesehatan :

(49)

Berdasarkan Gambar 2.1 di atas, diketahui variabel independen dalam

(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survai analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang) yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh yaitu

pengetahuan dan peran petugas kesehatan (motivator, edukator, fasilitator) terhadap kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause di Puskesmas Kota

Juang Kabupaten Bireuen tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan survei pendahuluan dengan wawancara 10 orang ibu usia 40-45

tahun di Puskesmas Kota Juang sebanyak 70% ibu tidak dapat menjawab dengan benar tentang pengertian menopause, tanda dan gejala menopause, cara mengatasi

keluhannya, hanya 3 orang yang dapat menjawab benar. Sebanyak 60% ibu mengatakan bahwa peran petugas kesehatan sebagai motivator, edukator, dan fasilitator masih minim.

2. Jumlah wanita yang berada pada kurun usia 40-45 tahun di Kabupaten Bireuen ada sebanyak 11.328 orang (9,1%) dari 125.739 jumlah wanita di daerah tersebut

(51)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan terhitung mulai bulan Februari sampai Juli 2012.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memasuki masa pra menopause atau ibu yang berusia 40-45 tahun di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bireuen didapat jumlah ibu yang berusia 40-45 tahun berjumlah 620 orang (WHO, 2011).

Untuk wanita yang memasuki masa pra menopause yang tidak berpatokan pada umur tersebut tidak dijadikan populasi, karena sangat sulit untuk menentukannya. Jadi, populasinya hanya berpatokan pada umur wanita pra menopause.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang ditentukan berdasarkan teknik tertentu dan mampu mewakili populasi (bersifat representatif). Sampel pada

(52)

d = Tingkat kepercayaan (0,05)

Jadi, besar sampel pada penelitian ini adalah 150 orang ibu yang memasuki masa pra menopause (usia 40-45 tahun), dan pernah berinteraksi dengan tenaga kesehatan dalam perannya sebagai motivator, edukator, dan fasilitator.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional random sampling, dimana setiap kecamatan di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen memiliki wakil sesuai dengan proporsinya. Perhitungan jumlah sampel tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1. Jumlah Sampel Penelitian Tiap Kelurahan/Desa/Gampong di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen

(53)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

12 21 5

13 33 8

14 23 6

15 24 6

16 20 5

17 21 5

18 19 5

19 24 6

20 27 7

21 28 7

22 27 7

23 35 8

Jumlah 620 150

3.4. Metode Pengumpulan data 3.4.1. Jenis Data

Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara terhadap responden yang berpedoman pada kuesioner yang telah disusun.

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan dari dokumen Dinas Kesehatan Kabupaten Bireuen dan Kantor Bupati Bireuen dan Puskesmas Kota Juang mengenai jumlah ibu yang memasuki masa pra menopause.

3.4.2. Pengumpulan Data

Data primer dikumpulkan melalui wawancara secara langsung kepada ibu

(54)

wanita pra menopause menghadapi menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten

Bireuen.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner pengetahuan, peran petugas kesehatan dan kesiapan mental wanita

pra menopause menghadapi menopause yang telah disusun terlebih dahulu dilakukan uji coba sebelum dijadikan sebagai alat ukur penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur. Uji coba kuesioner dilakukan terhadap 30 ibu yang memasuki masa pra menopause di Kecamatan Kuta Blang Kabupaten Bireuen.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variable atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment (r), dengan ketentuan jika nilai r-hitung > r-tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya. Nilai r-tabel untuk 30

responden yang diuji coba adalah sebesar 0,361. Ketentuan kuesioner dikatakan valid pada penelitian ini, jika :

1. Nilai r-hitung variabel ≥ 0,361 dikatakan valid. 2. Nilai r-hitung variabel < 0,361 dikatakan tidak valid.

Reliabilitas dapat merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat

(55)

pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r-Alpha > r-tabel, maka dinyatakan reliabel.

Nilai r-Alpha untuk penentuan reliabilitas adalah : 1. Nilai r-Alpha ≥ r-tabel dikatakan reliabel 2. Nilai r-Alpha < r-tabel dikatakan tidak reliabel.

Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

No. Pertanyaan Corrected Item-Total

Correlation Keterangan

1 Pengetahuan

Pertanyaan 1 0,8319 Valid

Pertanyaan 2 0,7525 Valid

Pertanyaan 3 0,7062 Valid

Pertanyaan 4 0,6453 Valid

Pertanyaan 5 0,5905 Valid

Pertanyaan 6 0,7980 Valid

Pertanyaan 7 0,7690 Valid

Pertanyaan 8 0,7906 Valid

Pertanyaan 9 0,7407 Valid

Pertanyaan 10 0,8057 Valid

Alpha Cronbach 0,9355 Reliabel

2 Motivator

Pertanyaan 1 0,4598 Valid

Pertanyaan 2 0,5378 Valid

Pertanyaan 3 0,5972 Valid

Pertanyaan 4 0,5936 Valid

Pertanyaan 5 0,7229 Valid

Pertanyaan 6 0,5296 Valid

Pertanyaan 7 0,5631 Valid

Pertanyaan 8 0,7062 Valid

Pertanyaan 9 0,7233 Valid

Pertanyaan 10 0,7685 Valid

(56)

Tabel 3.2. (Lanjutan)

3 Edukator

Pertanyaan 1 0,8032 Valid

Pertanyaan 2 0,9081 Valid

Pertanyaan 3 0,9627 Valid

Pertanyaan 4 0,8895 Valid

Pertanyaan 5 0,8776 Valid

Pertanyaan 6 0,7558 Valid

Pertanyaan 7 0,8915 Valid

Pertanyaan 8 0,9474 Valid

Pertanyaan 9 0,8144 Valid

Pertanyaan 10 0,9189 Valid

Alpha Cronbach 0,9743 Reliabel

4 Fasilitator

Pertanyaan 1 0,9731 Valid

Pertanyaan 2 0,8990 Valid

Pertanyaan 3 0,8684 Valid

Pertanyaan 4 0,8051 Valid

Pertanyaan 5 0,7465 Valid

Pertanyaan 6 0,9382 Valid

Pertanyaan 7 0,9088 Valid

Pertanyaan 8 0,8089 Valid

Pertanyaan 9 0,8709 Valid

Pertanyaan 10 0,7884 Valid

Alpha Cronbach 0,9703 Reliabel

5 Kesiapan

Pertanyaan 1 0,9727 Valid

Pertanyaan 2 0,9245 Valid

Pertanyaan 3 0,8471 Valid

Pertanyaan 4 0,8491 Valid

Pertanyaan 5 0,7135 Valid

Pertanyaan 6 0,9082 Valid

Pertanyaan 7 0,8251 Valid

Pertanyaan 8 0,7843 Valid

Pertanyaan 9 0,8228 Valid

Pertanyaan 10 0,8871 Valid

Pertanyaan 11 0,8961 Valid

Pertanyaan 12 0,8414 Valid

Pertanyaan 13 0,8871 Valid

Pertanyaan 14 0,8837 Valid

Pertanyaan 15 0,8733 Valid

(57)

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

variabel penelitian dikatakan valid, karena nilai hasil pengujian pada Corrected item-total Correlation menunjukkan nilai >0,361, demikian juga dengan reliabilitas alat ukur juga dapat dikatakan reliabel, karena diperoleh hasil Alpha Cronbach > 0,6.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

1. Pengetahuan ibu (responden) adalah hasil dari penginderaan tentang pengetahuan menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen sehingga diperoleh

informasi-informasi mengenai keluhan dan bagaimana cara menangani masalah kesehatan yang mungkin muncul saat masa menopause.

2. Peran petugas kesehatan dukungan atau dorongan yang diberikan kepada ibu pada masa pra menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen sehingga mereka siap menghadapi masa menopause. Peran petugas kesehatan dibagi

menjadi tiga, yaitu:

a. Peran petugas kesehatan sebagai motivator adalah dukungan atau dorongan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada ibu pada masa pra menopause di

Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen berupa pemberian keyakinan sehingga mereka siap menghadapi masa menopause.

(58)

mengenai masa menopause dan bagaimana mengatasi masalah kesehatan yang

mungkin timbul saat menopause.

c. Peran petugas kesehatan sebagai fasilitator adalah dukungan atau dorongan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada ibu pada masa pra menopause

di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen berupa kesediaan petugas kesehatan untuk konsultasi, sarana informasi seperti selebaran dan fasilitas

kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi saat masa menopause.

3. Kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause adalah keadaan

psikologis ibu pada masa pra menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen telah siap atau belum siap menghadapi terjadinya menopause pada dirinya

yang ditandai dengan gejala-gejala perubahan fisik yang dapat membuat ketidaknyamanan pada wanita tersebut.

3.6. Metode Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban responden

terhadap pertanyaan yang telah disediakan dan disesuaikan dengan skor yang ada. Skala pengukuran variabel independen pengetahuan ibu dan peran petugas kesehatan

(59)

item. Pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “Ya (bobot 1)” dan “Tidak

(bobot 0), dan dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu:

1. Baik : jika total nilai yang diperoleh > 50% (skor 6-10) 2. Kurang Baik : jika total nilai yang diperoleh ≤ 50% (skor 0-5)

Skala pengukuran variabel dependen yaitu kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause dalam penelitian ini berdasarkan pada jawaban

yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Jumlah pertanyaan untuk variabel dependen berjumlah 15 item. Pertanyaan yang diajukan dengan alternatif jawaban “Ya (bobot 1)” dan “Tidak (bobot 0), dan dikategorikan

menjadi 2 kategori yaitu:

1. Siap : jika total nilai yang diperoleh > 50% (skor 8-15)

2. Kurang Siap : jika total nilai yang diperoleh ≤ 50% (skor 0-7)

Tabel 3.3. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

No Variabel Jumlah

Soal

Alternatif jawaban

Bobot

Nilai Kategori

Skala

5 Kesiapan mental wanita

menghadapi menopause 15

(60)

3.7. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mencakup:

1. Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen (yaitu pengetahuan dan peran petugas kesehatan

meliputi motivator, edukator, fasilitator) dan dependen (kesiapan mental wanita pra menopause menghadapi menopause) dalam bentuk distribusi

frekuensi.

2. Analisis bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya

hubungan yaitu pengetahuan dan peran petugas kesehatan meliputi motivator,

edukator, fasilitator terhadap kesiapan mental wanita pra menopause

menghadapi menopause di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen dengan menggunakan uji chi square, dengan pertimbangan skala data yang merupakan

skala ordinal. Nilai p dari masing-masing variabel independen yang diujikan

dengan menggunakan uji chi square menentukan apakah variabel tersebut

masuk ke dalam model regresi logistik berganda, dimana hanya variabel

dengan nilai p < 0,25 yang dapat masuk ke dalam model regresi logistik

berganda pada analisis multivariat (Sudigdo, 2006).

3. Analisis multivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor yang

berpengaruh dan paling dominan dari varibel independen yaitu pengetahuan dan

peran petugas kesehatan meliputi motivator, edukator, fasilitator terhadap

(61)

menopause) dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda pada

tingkat kepercayaan 95%. Alasan penggunaan uji ini adalah karena variabel

dependen memiliki skala ukur ordinal dengan skala ukur dua kategori

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1.  Jumlah Sampel Penelitian Tiap Kelurahan/Desa/Gampong di Puskesmas Kota Juang Kabupaten Bireuen
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
+7

Referensi

Dokumen terkait