Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa daya berkecambah dan kecepatan tumbuh dipengaruhi oleh interaksi galur dan perlakuan benih. Indeks vigor, bobot kering kecambah normal dan bobot 1000 butir benih tidak dipengaruhi interaksi galur dan perlakuan benih. Galur dan perlakuan benih menunjukkan pengaruh nyata terhadap indeks vigor dan menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering kecambah normal. Galur menunjukkkan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir benih, sedangkan perlakuan benih menunjukkan pengaruh nyata terhadap bobot 1000 butir benih (Lampiran 7). Uji lanjut rata-rata indeks vigor dan bobot kering kecambah normal tersaji pada Tabel 13.
Tabel 13 Pengaruh galur dan perlakuan benih terhadap mutu fisiologis benih jagung manis
Perla Indeks vigor
a
(%) Bobot kering kecambah
normala (g)
Galur 06 Galur 07 Rata-rata Galur 06 Galur 07 Rata-rata
M0 76.7 77.3 77.0 c 1.8 1.9 1.8 M1 86.7 76.7 81.7 abc 1.1 2.1 1.6 M2 90.7 84.0 87.3 ab 1.7 1.9 1.8 M3 85.3 76.0 80.7 bc 2.0 1.7 1.9 M6 86.0 81.3 83.7 abc 2.1 1.5 1.8 M7 74.0 80.0 77.0 c 1.7 2.0 1.9 M10 94.0 85.3 89.7 a 1.6 1.6 1.6 Rata-rata 84.8 a 80.1 b 1.7 1.8 a
= nilai rata-rata pada tiap baris dan kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut DMRT pada alpha = 5%.
M0= kontrol, M1= matriconditioning, M2= campuran fungisida sintetik, M3= agen hayati B. laterosporus, M6= matriconditioning + campuran fungisida sintetik, M7= matriconditioning +
B. laterosporus, M10= matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus.
Indeks vigor. Tabel 13 menunjukkan bahwa galur 06 menghasilkan indeks vigor benih hasil panen yang lebih tinggi dibanding galur 07, hal tersebut menunjukkan bahwa galur 06 lebih cepat tumbuh saat dikecambahkan. Widajati
et al. (2013) menyatakan bahwa benih yang vigornya tinggi akan lebih cepat tumbuh dibanding benih yang vigornya rendah. Uji lanjut rata-rata indeks vigor benih hasil panen menunjukkan perlakuan matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus berbeda nyata dengan kontrol. Perlakuan
matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus mampu meningkatkan indeks vigor benih hasil panen sebesar 12.7% dibanding kontrol.
Bobot kering kecambah normal. Galur dan perlakuan benih menghasilkan bobot kering kecambah normal yang tidak berbeda nyata (Tabel 13). Hal tersebut dikarenakan benih yang digunakan sebagai pengujian memiliki viabilitas awal yang baik. Daya berkecambah benih yang dihasilkan menunjukkan nilai yang relatif baik, dimana daya berkecambah terendah yaitu 86% sedangkan daya berkecambah tertinggi yaitu 97.3% (Tabel 14). Benih dengan viabilitas awal yang
35 baik akan mampu tumbuh dan menghasilkan biomasa yang tinggi. Hasil uji lanjut rata-rata kecepatan tumbuh dan daya berkecambah benih hasil panen tersaji pada tabel 14.
Tabel 14 Pengaruh galur dan perlakuan benih serta interaksinya terhadap kecepatan tumbuh dan daya berkecambah benih hasil panen Perlakuan Kecepatan tumbuh
a
(% etmal-1) Daya berkecambaha (%) Galur 06 Galur 07 Galur 06 Galur 07
M0 22.3 Acd 22.4 Aa 91.3 Ab 96.0 Aa M1 22.9 Abcd 22.1 Aa 89.3 Bbc 94.7 Aa M2 24.7 Aab 23.1 Aa 96.0 Aab 96.0 Aa M3 24.7 Aab 21.8 Ba 94.0 Aab 94.7 Aa M6 24.1 Aabc 22.9 Aa 95.3 Aab 92.7 Aa M7 21.3 Ad 23.2 Aa 86.0 Bc 95.3 Aa M10 25.3 Aa 23.5 Aa 96.7 Aa 97.3 Aa a
= angka-angka yang diikuti huruf besar yang sama pada baris yang sama dan angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada alpha = 5%.
M0= kontrol, M1= matriconditioning, M2= campuran fungisida sintetik, M3= agen hayati B. laterosporus, M6= matriconditioning + campuran fungisida sintetik, M7= matriconditioning +
B. laterosporus, M10= matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus.
Kecepatan tumbuh. Tabel 14 menunjukkan bahwa kecepatan tumbuh benih hasil panen yang dihasilkan perlakuan matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus pada galur 06 berbeda nyata dengan kontrol pada galur yang sama . Perlakuan ini mampu meningkatkan kecepatan tumbuh sebesar 3% etmal-1 dibanding dengan kontrol. Perlakuan matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus pada galur 07 menunjukkan cenderung mampu meningkatkan kecepatan tumbuh dibanding kontrol pada galur yang sama, meskipun tidak berbeda nyata sacara statistik. Secara umum menunjukkan bahwa perlakuan benih yang diaplikasikan pada galur 06 memiliki respon yang lebih baik untuk meningkatkan kecepatan tumbuh benih hasil panen dibanding galur 07.
Daya berkecambah. Perlakuan matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus pada galur 06 menghasilkan daya berkecambah yang berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 14). Perlakuan matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus pada galur 06 mampu meningkatkan daya berkecambah sebesar 5.3% dibanding kontrol. Seluruh perlakuan benih pada galur 07 menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap daya berkecambah benih hasil panen, namun perlakuan matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus cenderung meningkatkan daya berkecambah dibanding perlakuan yang lainnya pada galur yang sama. Perlakuan
matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus yang diaplikasikan pada galur 06 menunjukkkan peningkatan kecepatan tumbuh dan daya berkecambah benih hasil panen yang lebih baik dibanding perlakuan benih
36
yang sama pada galur 07. Hal tersebut diduga galur 06 yang lebih rentan penyakit bulai memiliki respon yang baik terhadap perlakuan benih dengan
matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus dibanding galur 07. Van Loon (1998) dalam Sutariati (2006) menyatakan bahwa tanaman dari kultivar rentan lebih responsif dibanding tanaman dari kultivar tahan terhadap perlakuan agen biokontrol. Hasil uji lanjut rata-rata bobot 1000 butir benih tersaji pada Tabel 15.
Tabel 15 Pengaruh galur dan perlakuan benih terhadap bobot 1000 butir benih
Perlakuan Bobot 1000 butir benih (g) Rata-rata Galur 06 Galur 07 M0 120.4 133.6 127.0 c M1 128.5 135.6 132.1 bc M2 137.1 142.8 140.0 b M3 139.7 135.5 137.6 b M6 158.4 145.3 151.9 a M7 133.2 138.8 136.0 bc M10 121.8 133.8 127.8 c Rata-rata 134.2 137.9 a
= nilai rata-rata pada tiap kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut DMRT pada alpha = 5%.
M0= kontrol, M1= matriconditioning, M2= campuran fungisida sintetik, M3= agen hayati B. laterosporus, M6= matriconditioning + campuran fungisida sintetik, M7= matriconditioning +
B. laterosporus, M10= matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus.
Bobot 1000 butir benih. Tabel 15 menunjukkan bahwa bobot 1000 butir benih antara galur 06 dengan galur 07 tidak berbeda nyata. Bobot 1000 butir benih perlakuan matriconditioning + campuran fungisida sintetik menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol, dimana bobot 1000 butir benih pada perlakuan
matriconditioning + campuran fungisida sintetik yaitu 151.9 g, sedangkan bobot 1000 butir benih pada kontrol yaitu 127 g. Seluruh perlakuan benih menggunakan fungisida sintetik baik secara tunggal maupun dikombinasikan agen hayati mampu meningkatkan bobot 1000 butir benih, meskipun hanya perlakuan campuran fungisida sintetik + B. laterosporus yang secara statistik tidak berbeda nyata dengan kontrol.
Sacara umum perlakuan fungisida sintetik yang dikombinasikan agen hayati mampu meningkatkan hasil dan mutu benih hasil panen. Penggunaan fungisida sintetik berbahan aktif metalaksil dan dimethomorf sangat efektif di dalam menekan penyakit bulai, sedangkan penggunaan agen hayati di duga mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman karena memiliki kemampuan melarutkan fosfat dan menghasilkan hormon IAA. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sutariati (2006) bahwa perlakuan benih menggunakan agen biokontrol mampu meningkatkan hasil, mutu fisiologis dan patologis benih hasil panen pada tanaman cabai.
37
5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Isolat Bacillus megaterium dan Brevibacillus latersopsorus sebagai agen hayati dapat digunakan sebagai perlakuan benih karena tidak menimbulkan fitotoksisitas pada benih dan menghasilkan uji hipersensitif negatif. Perlakuan benih menggunakan campuran fungisida sintetik dengan dosis 3 g per kg benih Prolaxyl (berbahan aktif metalaksil 35%) dan 5 g per kg benih Demorf (berbahan aktif dimethomorf 60%) tanpa matriconditioning menunjukkan paling efektif di dalam menekan penyakit bulai pada jagung manis.
Galur 07 menunjukkan tingkat ketahanan terhadap penyakit bulai yang lebih tinggi dibanding galur 06. Galur 07 juga menghasilkan pertumbuhan, bobot pipilan kering per tanaman yang lebih tinggi dibanding galur 06. Perlakuan
matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus pada galur 07 mampu meningkatkan bobot tongkol per tanaman paling tinggi. Perlakuan
matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus mampu meningkatkan bobot pipilan kering per tanaman.
Seluruh perlakuan benih pada galur 07 belum mampu meningkatkan mutu fisiologis benih hasil panen, sedangkan perlakuan matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus pada galur 06 mampu meningkatkan kecepatan tumbuh dan daya berkecambah benih hasil panen.
Saran
Matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus
berpotensi sebagai perlakuan benih untuk meningkatkan produksi dan mutu benih hasil panen tanaman jagung manis. Akan tetapi, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevalusi efektivitas perlakuan matriconditioning + campuran fungisida sintetik + B. laterosporus dibandingkan dengan perlakuan campuran fungisida sintetik + B. laterosporus tanpa matriconditioning dalam meningkatkan produksi benih jagung manis.