• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

5.1 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Bidan Desa terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan Kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan

5.1.2 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Antenatal terhadap Kepuasan Kepuasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi ibu bersalin peserta Jampersal tentang kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh bidan desa sebanyak 56,1% pada kategori tidak baik. Hal ini terkait dengan jawaban responden tentang persepsi kualitas pelayanan antenatal (pemeriksaan kehamilan dan upaya koreksi terhadap penyimpangan intervensi dasar yang dilakukan) yang diberikan oleh bidan desa atas 5 dimensi kualitas pelayanan, yaitu keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness) jaminan (assurance), empati (emphaty) dan penampilan (tangibles) lebih banyak menyatakan tidak setuju dan kurang setuju. Hal ini memberikan gambaran bahwa kualitas pelayanan yang diterima ibu bersalin peserta Jampersal dari bidan desa selama kunjungan antenatal tidak memadai atau pelayanan yang diterima

belum sesuai dengan yang diharapkan. Seharusnya peran bidan desa begitu penting dalam keadaan seperti ini karena kualitas pelayanan antenatal erat hubungannya dengan penerapan standar pelayanan kebidanan.

Hasil wawancara dengan ibu bersalin bahwa selama pemeriksaan kehamilan bidan desa belum sepenuhnya memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan, seperti melakukan kunjungan rumah, pemeriksaan dan pemantauan selama kehamilan, memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan jenis, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin dengan rutin, sehingga ibu bersalin memiliki persepsi pelayanan antenatal yang diberikan bidan desa belum sepenuhnya sesuai dengan harapan.

Menurut Manuaba (2010) tujuan pelayanan antenatal adalah memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat.

Hasil uji statistik secara multivariat persepsi tentang kualitas pelayanan antenatal berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan ibu bersalin peserta Jampersal, dengan nilai probabilitas p=0,001<p=0,05. Hal ini berarti semakin baik persepsi ibu bersalin terhadap kualitas pelayanan antenatal, maka ibu bersalin peserta Jampersal semakin puas. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hermanto (2010) mengungkapkan bahwa secara bersama-sama variabel kualitas

pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan adalah persepsi keandalan, ketanggapan, jaminan, empati dan bukti langsung.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Ariyanti (2010), yang mengungkapkan bahwa semua bidan yang diteliti dalam pelaksanakan pelayanan antental belum sesuai dengan standar pelayanan antenatal. Dalam memberikan pelayanan antenatal ada beberapa bagian yang tidak dilaksanakan di antaranya: anamnesa tidak semua ditanyakan, pada pemeriksaan fisik yang tidak dilakukan mengukur panggul, patela reflek, pemeriksaan laboratorium dan asuhan kebidanan. Hanya 2 dari 8 puskesmas yang diteliti mempunyai termometer, dan 2 puskesmas ini tidak menggunakan termometernya untuk memeriksa suhu badan ibu hamil. Sedangkan patela reflek dan alat pengukur panggul semua puskesmas berdasarkan hasil pengamatan mempunyai tapi tidak dimanfaatkan dengan baik.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan kajian Unicef-Indonesia (2012) yang mengungkapkan kualitas pelayanan yang diterima ibu bersalin selama kunjungan antenatal tidak memadai. Kementerian Kesehatan Indonesia merekomendasikan komponen-komponen pelayanan antenatal yang berkualitas sebagai berikut: (i) pengukuran tinggi dan berat badan, (ii) pengukuran tekanan darah, (iii) tablet zat besi, (iv) imunisasi tetanus toksoid, (v) pemeriksaan perut, dan selain (vi) pengetesan sampel darah dan urin dan (vii) informasi tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan. Sekitar 86 dan 45 persen perempuan hamil masing-masing telah diambil sampel darah mereka dan diberitahu tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan. Akan tetapi, hanya 20 persen perempuan hamil mendapatkan 5 intervensi pertama secara lengkap.

Menurut Riskesdas (2010), di Yogyakarta, provinsi dengan cakupan tertinggi, proporsi ini hanya 58%. Sulawesi Tengah memiliki cakupan terendah sebesar 7 %. 5.1.3 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Pertolongan Persalinan

terhadap Kepuasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi ibu bersalin peserta Jampersal tentang kualitas pelayanan pertolongan persalinan yang diberikan oleh bidan desa sebanyak 63,2% pada kategori tidak baik. Hal ini terkait dengan jawaban responden tentang persepsi kualitas pelayanan pertolongan persalinan (asuhan persalinan kala I, persalinan kala II yang aman, penatalaksanaan aktif persalinan kala III, dan penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomy) yang diberikan oleh bidan desa atas 5 dimensi kualitas pelayanan, yaitu keandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness) jaminan (assurance), empati (emphaty) dan penampilan (tangibles) lebih banyak menyatakan setuju dan tidak setuju. Hal ini memberikan gambaran bahwa kualitas pelayanan yang diterima ibu bersalin peserta Jampersal dari bidan desa sewaktu pertolongan persalinan belum sepenuhnya sesuai dengan yang diharapkan. Seharusnya seorang bidan merupakan salah satu tenaga profesional yang mempunyai wewenang memberikan pertolongan persalinan dalam program Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA), sehingga pemerintah akhirnya mengambil kebijakan dengan menempatkan bidan di desa.

Hasil wawancara dengan ibu bersalin bahwa selama pertolongan persalinan yang dilakukan bidan desa mengeluhkan keberadaan bidan desa, karena sulit

dihubungi ketika hendak dibutuhkan dan belum sepenuhnya memberikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan, seperti melakukan asuhan persalinan kala I dengan memastikan ada tanda-tanda persalinan, memberikan asuhan dan pemantuan melaksanakan penanganan persalinan dengan sabar, melakukan persalinan kala II yang aman dengan melaksanakan pertolongan persalinan yang aman dan bersih, sehingga ibu bersalin memiliki persepsi pelayanan pertolongan persalinan yang diberikan bidan desa belum sepenuhnya sesuai dengan harapan.

Sesuai dengan standar pelayanan antenatal tentang persiapan persalinan dengan tujuan untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Bidan seharusnya memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami/keluarganya pada tri semester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan seharusnya mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.

Hal ini sejalan dengan pendapat Koentjoro (2007), salah satu indikator mengukur kepuasan pelanggan adalah kenyamanan. Kemudahan petugas untuk dihubungi merupakan hal yang paling penting dibutuhkan untuk menciptakan suatu kenyamanan dalam pelayanan. Semakin mudah petugas untuk dihubungi oleh pasien maka tingkat kenyamanan pelanggan terhadap pelayanan persalinan akan semakin tinggi

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Tjiptono (2004) yang menyatakan bahwa pelayanan yang berkualitas tinggi akan menghasilkan reputasi

baik bagi karyawan, sehingga mendorong karyawan untuk meningkatkan kinerja. Pelayanan yang berkualitas juga akan memberikan kepuasan kepada pelanggan yang menerima pelayanan tersebut. Kualitas pelayanan yang rendah dapat menyebabkan banyaknya keluhan pelanggan, bila hal ini tidak diatasi dengan baik maka perusahaan akan kehilangan pelanggannya.

Hasil uji statistik secara multivariat persepsi tentang pelayanan pertolongan persalinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan ibu bersalin peserta Jampersal, dengan nilai probabilitas p=0,030<p=0,05. Hal ini berarti semakin baik persepsi ibu bersalin terhadap kualitas pelayanan pertolongan persalinan, maka ibu bersalin peserta Jampersal semakin puas. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hermanto (2010) mengungkapkan bahwa secara bersama-sama variabel kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan adalah persepsi keandalan, ketanggapan, jaminan, empati dan bukti langsung.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Ariyanti (2010), yang mengungkapkan bahwa dari delapan puskesmas yang diteliti dalam memberikan pelayanan pertolongan persalinan 6 diantaranya belum menggunakan standar pelayanan antenatal, dan 2 puskesmas sudah menggunakan standar pelayanan antenatal tapi belum dimanfaatkan dengan maksimal.

Hasil penelitian ini juga didukung kajian Unicef-Indonesia (2012) yang mengungkapkan di Indonesia, angka kematian bayi baru lahir pada anak-anak yang ibunya mendapatkan pelayanan antenatal dan pertolongan persalinan oleh profesional medis adalah 1/5 dari angka kematian pada anak-anak yang ibunya tidak

mendapatkan pelayanan ini. Pada 7 provinsi kawasan timur, satu dari setiap tiga persalinan berlangsung tanpa mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan apapun, hanya ditolong oleh dukun bayi atau anggota keluarga.

5.1.4 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Nifas terhadap Kepuasan

Dokumen terkait