• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Bidan Desa terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Bidan Desa terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN BIDAN DESA TERHADAP KEPUASAN IBU BERSALIN PESERTA JAMINAN

PERSALINAN DI PUSKESMAS TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh

SYARIFAH ZAKIA 117032037/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN BIDAN DESA TERHADAP KEPUASAN IBU BERSALIN PESERTA JAMINAN

PERSALINAN DI PUSKESMAS TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SYARIFAH ZAKIA 117032037/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN BIDAN DESA TERHADAP

KEPUASAN IBU BERSALIN PESERTA JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Nama Mahasiswa : Syarifah Zakia Nomor Induk Mahasiswa : 117032037

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E, M.Kes) (

Ketua Anggota

dr. Heldy B,Z, M.P.H)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

pada Tanggal : 27 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes Anggota : 1. dr. Heldy B,Z, M.P.H

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH PERSEPSI TENTANG KUALITAS PELAYANAN BIDAN DESA TERHADAP KEPUASAN IBU BERSALIN PESERTA JAMINAN

PERSALINAN DI PUSKESMAS TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Oktober 2013

(6)

ABSTRAK

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila kualitas pelayanan yang diberikan oleh jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan harapan pasien. Terobosan pemerintah untuk menekan AKI dan percepatan pencapaian target MDGs melalui program jaminan persalinan (Jampersal) belum sepenuhnya sesuai dengan harapan ibu bersalin peserta Jampersal. Jumlah kematian ibu bersalin tahun 2012 tercatat sebanyak 2 orang dan kematian bayi sebanyak 5 orang di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini diduga terkait dengan belum optimalnya pelaksanaan program Jampersal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa terhadap kepuasan ibu bersalin peserta Jampersal di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan Juni 2013. Populasi adalah seluruh ibu bersalin berjumlah 135 orang, sampel berjumlah 57 orang diambil dengan teknik accidental sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi berganda pada pengujian α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa (pelayanan umum, pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, pelayanan nifas, kegawatan obstetri dan neonatal, serta sarana dan prasarana pelayanan) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan ibu bersalin peserta Jampersal. Persepsi tentang kualitas pelayanan nifas merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kepuasan.

Disarankan kepada : (1) Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai: (a) mengupayakan penyusunan tim untuk memantau dan mengevaluasi SOP pelayanan Jampersal kemudian dilakukan feedback, (b) melengkapi dan mengadakan evaluasi kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan antenatal minimal setiap 6 bulan sekali, (c) mengupayakan pelatihan tentang persalinan dan kegawatdaruratan kepada bidan yang bertugas di desa. (2) Puskesmas; (a) meningkatkan sosialisasi program Jampersal secara mendetail kepada bidan di desa dan masyarakat, (b) mengupayakan bidan desa bisa selalu tinggal di desa. (3) Bidan : (a) diharapkan ada peningkatan persuasif untuk bersikap positif terhadap Jampersal, (b) melakukan perbaikan pelayanan dan proaktif berkunjung ke rumah pasien.

(7)

ABSTRACT

Patients’ satisfaction will be met if the quality of health service provided by the health service provider is in accordance with patients’ expectation. The breakthrough done by the government to minimize Maternal Mortality Rate and to accelerate the target of MDGs through Jampersal (Delivery Assurance) program is not yet fully in line with the expectation of pregnant mother, mother delivering a baby, post-partum mother and newly born baby. In 2012, there were 2 (two) maternal mortality and 5 (five) infant mortality in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Tanjung Beringin, Serdang Bedagai District. This condition is assumed to be related to the non-optimal implementation of Jampersal (Delivery Assurance) program.

The purpose of this explanatory survey study conducted from March to June 2013 was to analyze the influence of perception on the quality of service provided by rural midwife on the satisfaction of the mothers who belong to Jampersal program delivering their babies at Puskesmas Tanjung Beringin, Serdang Bedagai District. The population of this study was all of the 135 mothers delivering their babies and 57 of them were selected to be the samples for this study through accidental sampling technique. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple regression tests at α = 0.05.

The result of this study showed that statistically the perception on the quality of the service provided by rural midwives (general service, antenatal service, delivery assistance service, post-partum service, neonatal and obstetric emergency, and facility and infrastructure service) had a significant influence on the satisfaction of the mothers (the members of Jampersal program) delivering their babies. Perception on the quality of post-partum service was the most influencing variable on the satisfaction of the mothers.

It is suggested that (1) the management of Serdang Bedagai District Health Service (a) establish a team to monitor and evaluate the SOP of Jampersal service, and then provide the feedback, (b) complete and evaluate the completeness of the facilities and infrastructure for antenatal service at least once in six months, and (c) provide the midwives working in the villages with training on delivery and emergency; (2) Puskesmas (a) increase further socialization of Jampersal program in detail to the midwives working in the villages and rural community, and (b) try to encourage the rural midwives to stay in the village; (3) the midwives be more persuasive and have positive attitude towards the Jampersal program, and (b) improve their services and be proactive to pay door to door visit.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat serta pertolonganNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul " Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Bidan Desa terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai".

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis, dalam menyusun tesis ini mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

(9)

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Juanita, S.E, M.Kes selaku ketua komisi pembimbing dan dr. Heldy B.Z. M.P.H selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

6. Siti Zahara Nasution, S.Kp, M.N.S dan dr. H. Asmui Lubis, M.Kes selaku penguji tesis yang dengan penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.

7. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dr. r. r. Siti Hatati Surjantini, M.Kes yang telah berkenan memberikan masukan kepada penulis.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai drg. Zaniar M.A.P yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kabupaten tersebut.

9. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

10. Ayahanda H. Z. Zainal Arifin (Alm) dan Ibunda Hj. Aminatuzzahra atas segala jasanya, sehingga penulis selalu mendapat pendidikan terbaik.

(10)

Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2013 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Syarifah Zakia, lahir di Medan pada tanggal 03 Mei 1974, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan H. Z. Zainal Arifin (Alm) dan Ibunda Hj. Aminatuzzahra.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar SD Negeri 061874, Medan pada tahun 1986, pendidikan menengah pertama di SMP Swasta Yosua Medan, pada tahun 1989, pendidikan menengah atas di SMA Swasta Yosua Medan, pada tahun 1992, pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Medan pada tahun 2002.

Mulai bekerja sebagai Pegawai Tidak Tetap di Rumah Sakit Haji Medan, tahun 2005 sampai tahun 2007, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2007 sampai sekarang.

(12)

DAFTAR ISI

2.1.2 Karakteristik Jasa dan Pemasaran Jasa ... 16

2.2 Persepsi ... 17

2.3 Pelayanan Kesehatan ... 19

2.3.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan... 19

2.3.2 Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar... 19

2.3.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pengguna Jasa Pelayanan Kesehatan ... 20

2.4.5 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan ... 25

2.5 Standar Pelayanan Kebidanan ... 26

2.5.1 Standar Persyaratan Minimal ... 26

2.5.2 Standar Kualitas Pelayanan Kebidanan ... 27

2.6 Puskesmas ... 31

2.7 Jaminan Persalinan (Jampersal) ... 33

(13)

2.7.2 Tujuan Jampersal ... 33

2.7.3 Sasaran Jampersal ... 34

2.7.4 Manfaat Jampersal ... 34

2.7.5 Kebijakan Operasional Jampersal ... 35

2.8 Landasan Teori ... 36

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 44

3.6 Metode Pengukuran ... 46

3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 46

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 47

3.7 Metode Analisis Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49

4.2 Analisis Univariat ... 51

4.2.1 Identitas Responden ... 52

4.2.2 Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Bidan Desa ... 53

4.2.3 Kepuasan ... 68

4.3 Analsis Bivariat ... 78

4.3.1 Hubungan Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Bidan Desa dengan Kepuasan ... 78

(14)

5.1.1 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Umum

terhadap Kepuasan ... 87

5.1.2 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Antenatal terhadap Kepuasan ... 90

5.1.3 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Pertolongan Persalinan terhadap Kepuasan... 93

5.1.4 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Nifas terhadap Kepuasan ... 96

5.1.5 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Kegawatan Obstetri dan Neonatal terhadap Kepuasan ... 99

5.1.6 Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Sarana dan Prasarana Pelayanan terhadap Kepuasan ... 102

5.2 Kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jampersal ... 105

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

6.1 Kesimpulan ... 108

6.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas ... 46

3.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat ... 47

4.1 Distribusi Penduduk Kecamatan Tanjung Beringin ... 50

4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

4.3 Distribusi Sarana dan Tenaga Kesehatan ... 51

4.4 Distribusi Identitas Responden ... 52

4.5 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Persepsi tentang Pelayanan Umum ... 54

4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pelayanan Umum ... 55

4.7 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Persepsi tentang Pelayanan Antenatal ... 57

4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pelayanan Antenatal ... 58

4.9 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Persepsi tentang Pelayanan Pertolongan Persalinan ... 59

4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi tentang Pelayanan Pertolongan Persalinan ... 60

4.11 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Persepsi tentang Pelayanan Nifas ... 61

4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi tentang Pelayanan Nifas ... 62

4.13 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Persepsi tentang Pelayanan Kegawatan Obstetri dan Neonatal ... 64

4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi tentang Pelayanan Kegawatan Obstetri dan Neonatal ... 65

(16)

4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi tentang Sarana dan Prasarana Pelayanan ... 68 4.17 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Umum ... 69 4.18 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Antenatal ... 71 4.19 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Pertolongan

Persalinan ... 72 4.20 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Nifas ... 73 4.21 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pelayanan Kegawatan

Obstetri dan Neonatal ... 75 4.22 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sarana dan Prasarana

Pelayanan ... 77 4.23 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepuasan ... 78 4.24 Hubungan Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Bidan Desa dengan

Kepuasan ... 80 4.25 Uji Kelayakan Model ... 81 4.26 Hasil Pengujian Secara Serentak ... 81 4.27 Hasil Uji Regresi Berganda Pengaruh Persepsi tentang Kualitas

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 116

2 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 124

3 Uji Univariat dan Bivariat ... 130

4 Uji Multivariat ... 156

5 Surat izin penelitian dari Program Studi S2 IKM FKM USU Medan ... 157

6 Surat izin selesai penelitian dari Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai ... 158

5. Dokumentasi Penelitian ... 154

6. Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana USU ... 155

(19)

ABSTRAK

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila kualitas pelayanan yang diberikan oleh jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan harapan pasien. Terobosan pemerintah untuk menekan AKI dan percepatan pencapaian target MDGs melalui program jaminan persalinan (Jampersal) belum sepenuhnya sesuai dengan harapan ibu bersalin peserta Jampersal. Jumlah kematian ibu bersalin tahun 2012 tercatat sebanyak 2 orang dan kematian bayi sebanyak 5 orang di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Hal ini diduga terkait dengan belum optimalnya pelaksanaan program Jampersal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa terhadap kepuasan ibu bersalin peserta Jampersal di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Jenis penelitian survei explanatory. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai dengan Juni 2013. Populasi adalah seluruh ibu bersalin berjumlah 135 orang, sampel berjumlah 57 orang diambil dengan teknik accidental sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis dengan regresi berganda pada pengujian α=0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa (pelayanan umum, pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, pelayanan nifas, kegawatan obstetri dan neonatal, serta sarana dan prasarana pelayanan) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan ibu bersalin peserta Jampersal. Persepsi tentang kualitas pelayanan nifas merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kepuasan.

Disarankan kepada : (1) Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai: (a) mengupayakan penyusunan tim untuk memantau dan mengevaluasi SOP pelayanan Jampersal kemudian dilakukan feedback, (b) melengkapi dan mengadakan evaluasi kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan antenatal minimal setiap 6 bulan sekali, (c) mengupayakan pelatihan tentang persalinan dan kegawatdaruratan kepada bidan yang bertugas di desa. (2) Puskesmas; (a) meningkatkan sosialisasi program Jampersal secara mendetail kepada bidan di desa dan masyarakat, (b) mengupayakan bidan desa bisa selalu tinggal di desa. (3) Bidan : (a) diharapkan ada peningkatan persuasif untuk bersikap positif terhadap Jampersal, (b) melakukan perbaikan pelayanan dan proaktif berkunjung ke rumah pasien.

(20)

ABSTRACT

Patients’ satisfaction will be met if the quality of health service provided by the health service provider is in accordance with patients’ expectation. The breakthrough done by the government to minimize Maternal Mortality Rate and to accelerate the target of MDGs through Jampersal (Delivery Assurance) program is not yet fully in line with the expectation of pregnant mother, mother delivering a baby, post-partum mother and newly born baby. In 2012, there were 2 (two) maternal mortality and 5 (five) infant mortality in the working area of Puskesmas (Community Health Center) Tanjung Beringin, Serdang Bedagai District. This condition is assumed to be related to the non-optimal implementation of Jampersal (Delivery Assurance) program.

The purpose of this explanatory survey study conducted from March to June 2013 was to analyze the influence of perception on the quality of service provided by rural midwife on the satisfaction of the mothers who belong to Jampersal program delivering their babies at Puskesmas Tanjung Beringin, Serdang Bedagai District. The population of this study was all of the 135 mothers delivering their babies and 57 of them were selected to be the samples for this study through accidental sampling technique. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through multiple regression tests at α = 0.05.

The result of this study showed that statistically the perception on the quality of the service provided by rural midwives (general service, antenatal service, delivery assistance service, post-partum service, neonatal and obstetric emergency, and facility and infrastructure service) had a significant influence on the satisfaction of the mothers (the members of Jampersal program) delivering their babies. Perception on the quality of post-partum service was the most influencing variable on the satisfaction of the mothers.

It is suggested that (1) the management of Serdang Bedagai District Health Service (a) establish a team to monitor and evaluate the SOP of Jampersal service, and then provide the feedback, (b) complete and evaluate the completeness of the facilities and infrastructure for antenatal service at least once in six months, and (c) provide the midwives working in the villages with training on delivery and emergency; (2) Puskesmas (a) increase further socialization of Jampersal program in detail to the midwives working in the villages and rural community, and (b) try to encourage the rural midwives to stay in the village; (3) the midwives be more persuasive and have positive attitude towards the Jampersal program, and (b) improve their services and be proactive to pay door to door visit.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan yang memuaskan apabila pelayanan itu dapat memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pasien. Ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yang disediakan akan berdampak pada jumlah kunjungan pasien. Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia, namun sampai sejauh ini pelayanan tersebut masih belum cukup memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya keluhan masyarakat pengguna pelayanan terhadap kinerja petugas pelayanan kesehatan, baik dari media massa maupun dari pengaduan institusi-institusi pengawas yang ada.

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan pasien. Pelayanan yang peduli dan mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat, merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh organisasi penyedia jasa pelayanan kesehatan. Meskipun dalam kenyataan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masih berorientasi pada kepentingan provider daripada kepentingan pasien dan masyarakat.

(22)

perlindungan kesehatan masyarakat dalam meningkatkan status kesehatannya melalui institusi penyelenggara pelayanan kesehatan. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk pemenuhuan hak dasar perlindungan kesehatan dan mendukung peningkatan status kesehatan dengan membentuk sarana pelayanan kesehatan, yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan unit organisasi fungsional dinas kesehatan kabupaten/kota dan diberi tanggungjawab sebagai pengelola kesehatan bagi masyarakat yang berdomisili di wilayah kecamatan, kabupaten dan kota.

Salah satu pelayanan kesehatan di wilayah puskesmas adalah pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau pelayanan kebidanan. Menurut Wahyuningsih (2006) bahwa pelayanan kebidanan meliputi aspek biopsikososial, spiritual dan budaya. Pasien memerlukan bidan yang mempunyai karakter semangat melayani, simpati, empati, ikhlas dan memberi kepuasan. Pelayanan kebidanan yang berkualitas adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan pasien. Jika pelayanan yang diberikan tidak berkualitas akan dapat menimbulkan ketidakpuasan pada pasien.

(23)

WHO dalam Indonesia Development Report 2005, menyatakan bahwa tingginya angka kematian ibu dan balita di Indonesia memperlihatkan rendahnya pelayanan kesehatan yang diterima ibu dan anak serta rendahnya akses informasi yang dimiliki oleh ibu dan anak. Hal ini senada dengan pernyataan Depkes RI (2005), yang menyatakan bahwa angka kematian ibu mencerminkan risiko ibu selama kehamilan dan melahirkan yang selain dipengaruhi oleh keadaan kesehatan yang kurang baik menjelang kehamilan, juga oleh kejadian berbagai komplikasi saat kehamilan dan kelahiran serta sangat dipengaruhi juga oleh ketersediaan dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan kebidanan.

Menurut Depkes RI (2007), beberapa penyebab kematian ibu seperti (1) pendarahan (42%) akibat atonia uteri; (2) eklamsia dan komplikasi abortus (11%); (3) infeksi (10%) sebagai akibat pencegahan dan manajemen infeksi yang kurang baik; (4) persalinan lama (9%); (5) faktor lain (28%). Penyebab kematian neonatal di Indonesia adalah: (1) gangguan pernapasan (37%); (2) prematuritas (34%); (3) sepsis (12%). Secara umum kematian ibu dan bayi saat proses persalinan disebabkan oleh 3T berupa: (1) terlambat mengenali bahaya dan memutuskan mencari pertolongan; (2) terlambat merujuk ke rumah sakit; dan (3) terlambat mendapat pertolongan dan pemberian pelayanan kesehatan.

(24)

menempati urutan (124) dari 187 negara, jauh tertinggal dari negara terdekat Singapura (26), Brunei (33), Malaysia (61) dan Filipina (112). Data UNDP (United Nations Development Programme) menyebutkan bahwa dari 5.000.000 kelahiran

yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan, hal ini menunjukkan ada 20.000 anak piatu yang terlahir tanpa pernah merasakan air susu ibu serta kasih sayang ibu kandungnya di Indonesia. Rasio kematian ibu melahirkan di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN, yaitu 1 dari 65. Rasio ini sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga, Thailand, yang hanya memiliki rasio ibu meninggal 1 dari 1.100. AKI yang tinggi menunjukkan kualitas hidup perempuan masih rendah. Hal ini pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia secara umum.

Upaya pemerintah untuk menekan AKI yang masih tinggi dituangkan melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, dimana salah satu prioritasnya adalah menurunkan AKI menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup pada 2014 sebagai suatu upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. RPJMN yang dikeluarkan pemerintah didukung oleh kesepakatan MDGs (Millenium Development Goals) tahun 2000. Dalam MDGs disepakati pada tahun

2015 AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB diturunkan menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup (RPJMN, 2010-2014).

(25)

Jaminan Persalinan (Jampersal) pada tahun 2011 bagi seluruh ibu hamil, bersalin, dan nifas serta bayi baru lahir yang tidak memiliki jaminan pembiayaan paket persalinan. Program ini digulirkan sejak 22 Pebruari 2011 melalui Permenkes 631/Menkes/Per/III/2011. Pada bulan Januari 2012 kementerian kesehatan mengeluarkan Permenkes baru tentang petunjuk teknis pelaksanaan Jampersal tahun 2012 melalui Peraturan Menkes No. 2562/MENKES/PER/XII/2011.

Kebijakan Jampersal ini diharapkan dapat mengurangi hambatan finansial bagi ibu hamil/bersalin yang tidak memiliki jaminan pembiayaan persalinan, dan dapat mengakses pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas. Pelayanan Jampersal yang disediakan oleh pemerintah meliputi; pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan dan bayi baru lahir, baik untuk keadaan normal maupun kasus-kasus komplikasi yang perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.

(26)

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau pelayanan kebidanan di puskesmas perlu dipersiapkan sebaik-baiknya. Seorang bidan diharapkan memiliki kompetensi meliputi pengetahuan, ketrampilan, pribadi yang tercermin dari perilaku dalam memberikan pelayanan yang berkualitas oleh bidan sebagai tenaga penolong persalinan. Menurut Parasuraman dan Zeithmal (dalam Irawan, 2008), service quality

meliputi 5 dimensi, yaitu ; (1) tangible (bukti fisik), (2) reliability (keandalan), (3)

responsiveness (daya tanggap), (4) assurance (jaminan), dan (5) emphaty (Empati).

Menurut Robbins (2006), terdapat tiga faktor yang memengaruhi persepsi, yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi. Ketika individu memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi itu. Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi antara lain adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.

(27)

Propinsi Sumatera Utara telah melaksanakan program Jampersal sejak 2011. Sampai dengan bulan Agustus 2012, sebanyak 24.390 ibu hamil telah memanfaatkan program Jampersal saat melahirkan. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 24.065 ibu melahirkan secara normal dan sebanyak 325.000 ibu melahirkan melalui operasi sesar. Beberapa kabupaten yang telah memanfaatkan program ini, yaitu Serdang Bedagai sebanyak 4.465 ibu hamil, Deli Serdang sebanyak 3.229 ibu hamil, Tapanuli Tengah 1.896 ibu hamil, Karo 1.517 ibu hamil, Padang Lawas 1.193 ibu hamil, Toba Samosir sebanyak 1.169 ibu hamil, Padang Sidempuan sebanyak 1.091 ibu hamil, Tanjung Balai sebanyak 1.013 ibu hamil, Padang Lawas Utara sebanyak 952 ibu hamil, Samosir 855 ibu hamil, Gunung Sitoli sebanyak 604 ibu hamil, Nias 974 ibu hamil, dan Tapanuli Selatan sebanyak 616 ibu hamil (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2012)

Kabupaten Serdang Bedagai sendiri juga telah melaksanakan program Jampersal sejak 2011. AKI di Kabupaten Serdang Bedagai 110/100.000 kelahiran hidup dan AKB 30/1.000 kelahiran hidup. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 88,3%. Cakupan K1 mencapai 85,4 %, dan K4 87,9 %, namun belum mencapai standar nasional, yaitu 90% (Profil Dinkes Kabupaten Serdang Bedagai, 2012).

(28)

kelainan (tidak normal) serta sebanyak 201 orang ibu hamil (50,8%) tidak ditangani oleh bidan desa (Profil Dinkes Kabupaten Serdang Bedagai, 2012).

Salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang telah melaksanakan program Jampersal adalah wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin. Puskesmas ini memiliki 8 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 37.583 jiwa. Cakupan K1 mencapai 72 %, K2 mencapai 76 %, K3 mencapai 66%, K4 mencapai 68 %, persalinan ibu yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 77,2%, pelayanan ibu nifas sebesar 45,2%, dan cakupan penanganan komplikasi obstetri sebesar 10% (Profil Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, 2012).

Puskesmas Tanjung Beringin tercatat memiliki jumlah kematian ibu bersalin paling tinggi dibanding kecamatan lainnya. Jumlah kematian ibu bersalin tahun 2012, tercatat sebanyak 2 orang. Penyebab kematian antara lain; perdarahan 1 orang, dan eklamsia 1 orang. Angka kematian bayi sebanyak 5 orang. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan program penurunan AKI di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin belum optimal (Laporan Bulanan Dinas Kabupaten Serdang Bedagai, 2012).

Jumlah tenaga bidan desa yang disediakan untuk melayani 8 desa sebanyak 5 orang bidan desa. Artinya masih ada satu orang bidan melayani 2 desa. Sebaiknya untuk memaksimalkan kinerja bidan desa 1 orang bidan desa melayani 1 desa secara penuh. Berdasarkan jumlah bidan yang ada masih diperlukan sebanyak 2 bidan desa (Profil Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, 2012).

(29)

Tanjung Beringin, mengemukakan beberapa hal terkait dengan kepuasan atas kualitas pelayanan bidan desa meliputi; penampilan bidan, keandalan bidan, ketanggapan bidan, jaminan pelayanan, dan empati seperti; (a) bidan desa lambat dalam menangani ibu hamil peserta Jampersal, (b) kurang mendapatkan informasi tentang kondisi ibu dan bayinya, (c) bidan desa tidak ramah dalam memberikan pelayanan

Jampersal, (d) bidan desa lebih sering tidak ditempat, sehingga sulit dihubungi, dan (e) pelayanan nifas hampir tidak pernah dilakukan.

Beberapa penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh kualitas pelayanan bidan desa terhadap kepuasan ibu bersalin seperti hasil penelitian Pribadi (2012) menyimpulkan bahwa faktor emphaty 60,4%, reliability 72,2%, responsiveness

65,8% kategori kurang baik dan sebanyak 80,7% ibu hamil peserta Jampersal kurang puas. Dimensi emphaty, reliability, responsivenes berhubungan dengan kepuasan

peserta Jampersal di Puskesmas Batu Brak Kabupaten Lampung Barat.

Hasil penelitian Hermanto (2010), di RSUD Dr. H. Soemarno Sostroatmodjo Bulungan, Kalimantan Timur, mengungkapkan persepsi keandalan, baik 58,3%, ketanggapan, baik 50,8%, jaminan, tidak baik 50,0 %, empati, tidak baik 58,3%, bukti langsung, tidak baik 53,3% dan persepsi kepuasan pasien tidak puas 53,3%. Secara bersamaan variabel yang berpengaruh adalah empati dan bukti langsung.

(30)

Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai”.

1.2 Permasalahan

Bagaimana pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa meliputi; (pelayanan umum, pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, pelayanan nifas, kegawatan obstetri dan neonatal serta sarana dan prasarana pelayanan) terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa meliputi; (pelayanan umum, pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, pelayanan nifas, kegawatan obstetri dan neonatal serta sarana dan prasarana pelayanan) terhadap kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4 Hipotesis

(31)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi Puskesmas Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai dalam manajemen strategi kualitas pelayanan bidan desa.

2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan administrasi dan kebijakan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kualitas pelayanan bidan desa.

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kepuasan

2.1.1 Pengertian Kepuasan

Kata ‘kepuasan atau satisfaction’ berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai) dan “factio” (melakukan atau membuat). Kepuasan dapat

diartikan sebagai ‘upaya pemenuhan sesuatu’ atau ‘membuat sesuatu memadai’ (Tjiptono, 2004). Kepuasan juga dapat diartikan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya (Kotler, 2000).

Kepuasan dan ketidakpuasan merupakan perbandingan antara harapan kinerja sebelum membeli dan persepsi kinerja yang diterima konsumen setelah membeli. Jika harapan kinerja sebelum membeli lebih besar dari kinerja yang diterima setelah membeli maka dikatakan konsumen mengalami ketidakpuasan. Sebaliknya jika harapan kinerja sebelum membeli lebih kecil dari persepsi kinerja yang diterima setelah membeli maka konsumen mengalami kepuasan, J. Paul Peter, Jerry C. Olson dalam Usmara (2003).

(33)

terhadap jasa sesuai pilihannya, tetapi bila tidak puas pasien akan menceritakan dua kali lebih buruk tentang pengalaman yang telah dialami.

Kepuasan pelanggan atau bisa disebut pelanggan pada industri rumah sakit merupakan konsep yang sangat terkenal dan senantiasa digunakan pada berbagai disiplin ilmu (Andreassen, 1994). Terdapat banyak definisi mengenai kepuasan pelanggan, diantaranya adalah Oliver (1989) (dalam Supranto, 2000) yang mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan karakteristik pelanggan yang merasa surprise atas harapannya. Tse dan Wilton (1988) menyarankan bahwa kepuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan.

Kepuasan pelanggan sebagai perbandingan antara layanan yang diharapkan (expectation) dan kinerja (performa), Parasuraman et al (1990) dalam Irawan (2008),

Engel et al (1994) dalam Supranto (2000) mengungkapkan bahwa kepuasan

pelanggan merupakan evaluasi purna beli yang mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan,

sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Definisi-definisi mengenai kepuasan pelanggan tersebut secara umum menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi atas post consumption suatu barang atau jasa.

(34)

1. Sistem keluhan dan saran

Pelanggan diberikan kesempatan untuk menyampaikan saran, keluhan dan pendapat pasien mengenai produk/jasa. Metode ini bersifat pasif sehingga agak sulit mendapatkan gambaran lengkap mengenai kepuasan/ketidakpuasan pelanggan. Tidak semua pelanggan yang tidak puas lantas akan menyampaikan keluhannya, bisa saja lantas pasien langsung beralih kepada produk/penyedia jasa lain dan tidak akan membeli lagi produk/jasa perusahaan tersebut. Upaya mendapatkan saran dari pelanggan juga sulit diwujudkan terlebih bila perusahaan tidak memberikan timbal balik yang memadai kepada pasien yang telah bersusah payah berpikir menyumbangkan ide untuk perusahaan.

Survei kepuasan pelanggan untuk mengetahui kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan metode survei, baik melalui pos, telepon maupun wawancara pribadi. Melalui survei perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan sekaligus memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian kepada pelanggan.

2. Ghost shopping

Metode ini dilakukan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost shopes) untuk berperan sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan

(35)

3. Lost customer analisys

Perusahaan berusaha menghubungi pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan adalah akan diperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini akan sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.

Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi pelanggan atas performance produk/jasa dalam memenuhi harapan pelanggan. Pelanggan akan merasa puas apabila harapannya terpenuhi dan akan sangat puas jika harapan pelanggan terlampaui (Supranto, 2000). Terpenuhinya kebutuhan pasien akan memberikan gambaran kepuasan pasien, oleh karena itu tingkat kepuasan pasien sangat tergantung pada pandangan pasien terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.

Faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam identifikasi lebih banyak untuk pengenalan kebutuhan konsumen, maka kepuasan pasien/pelanggan lebih cenderung untuk mengevaluasi hasil pemanfaatan yang lalu dan pengalaman tersebut akan dijadikan sebagai dasar untuk pemanfaatan berikutnya. Menurut Umar (2000) ada 4 (empat) faktor yang berpengaruh terhadap persepsi pelanggan tentang suatu jasa, yaitu :

(36)

2. Citra, citra yang buruk menimbulkan persepsi produk tidak berkualitas sehingga pelanggan mudah marah untuk kesalahan kecil sekalipun. Citra yang baik akan menimbulkan persepsi bahwa produk berkualitas, sehingga pelanggan akan mudah memaafkan suatu kesalahan meskipun tidak untuk kesalahan selanjutnya. 3. Tahap pelayanan, kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai pelayanan yang

didapatkan selama menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan akan menimbulkan persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap pelayanan selanjutnya, sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan yang ada. 4. Momen pelayanan, kinerja pelayanan ditentukan oleh : pelayanan, proses

pelayanan dan lingkungan fisik pelayanan yang diberikan. Kesinambungan pelayanan akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan/pasien, dan pasien yang merasa terpuaskan akan melakukan pemanfaatan ulang terhadap pelayanan kesehatan yang pernah diterimanya.

2.1.2 Karakteristik Jasa dan Pemasaran Jasa

(37)

ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain, pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

2.2Persepsi

Persepsi adalah proses dimana sensasi yang datang dan diterima manusia melalui panca indra (sistem sensorik) dipilah dan dipilih, kemudian diaatur dan akhirnya diintepretasikan. Persepsi merupakan proses dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan, dan menginterprestasi stimuli yang diterima pancaindra, ke dalam suatu gambaran dunia yang berarti dan menyeluruh (Simamora, 2004).

Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan persepsi seseorang adalah : (Prasetijo, 2005)

1. Faktor internal a.Pengalaman b.Kebutuhan saat itu. c.Nilai-nilai yang dianut. d.Ekspektasi / pengharapan. 2. Faktor eksternal

a.Tampakan produk b.Sifat-sifat stimulus c.Situasi lingkungan

(38)

objek yang dipersepsikan dan faktor situasi dimana persepsi dilakukan, faktor pelaku persepsi terdiri dari faktor psikologi seperti sikap, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan pengharapan. Umur, tingkat pendidikan, latar belakang social ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman hidup individu menentukan persepsi pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan (Jacobalis, 1995).

Perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka terhadap realitas dan bukan realitas itu sendiri. Bila seseorang ingin membeli produk, maka ia merespon

persepsinya tentang produk dan bukan produk itu sendiri (Prasetijo, 2005). Sedangkan menurut Parasuraman et al., 1988, persepsi pasien terhadap kualitas

pelayanan dipengaruhi oleh harapan terhadap pelayanan yang diinginkan. Harapan ini dibentuk oleh apa yang konsumen dengar dari konsumen lain dari mulut ke mulut, kebutuhan pasien, pengalaman masa lalu dan pengaruh komunikasi eksternal. Pelayanan yang diterima dari harapan yang ada mempengaruhi konsumen terhadap mutu pelayanan.

(39)

Beberapa hal dapat dilakukan oleh pemberi pelayanan jasa untuk memperbaiki persepsi konsumen (Parasuraman et al., 1988).

1. Membuat konsumen sadar akan adanya komitmen pemberi layanan untuk memperbaiki kualitas pelayanan.

2. Memberikan penjelasan kepada konsumen untuk penggunaan layanan yang lebih baik.

3. Memberikan penjelasan yang adekuat kepada konsumen beberapa hal yang mungkin dapat mengganggu / menghambat proses layanan.

Kotler (2003) menyatakan bahwa mutu harus bias dirasakan oleh pelanggan. Mutu kerja harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan diakhiri dengan persepsi pelanggan. Pembaharuan kualitas hanya berarti bila dirasakan oleh pelanggan.

2.3 Pelayanan Kesehatan

2.3.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 2000).

2.3.2 Komponen Pelayanan Kesehatan Dasar

(40)

1. Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran sumberdaya bukan hanya sumberdaya kesehatan seperti dokter, perawat, klinik, obat, melainkan juga sumberdaya sosial-ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan.

2. Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada adanya kepastian bahwa sumberdaya kesehatan dan sumberdaya sosial yang ada telah tersebar merata dengan lebih memperhatikan pasien yang paling membutuhkan.

3. Kesehatan adalah satu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh. Faktor yang memengaruhi kesehatan adalah faktor sosial, budaya, ekonomi, biologi dan lingkungan.

4. Pencapaian tarif kesehatan yang lebih baik memerlukan keterlibatan yang lebih baik dari penduduk, seperti perorangan, keluarga, dan masyarakat, dalam pengambilan tindakan demi kegiatan pasien sendiri dengan cara menerapkan perilaku sehat dan mewujudkan lingkungan yang sehat.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kepuasan Pengguna Jasa Pelayanan Kesehatan

Kepuasan pelanggan pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien/klien) dipengaruhi oleh :

1) Empathy (perhatian pelayanan) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.

(41)

mengamati dan menginterpretasikan perilaku pasien. Hal ini tergantung pada kemampuan tenaga kesehatan untuk menginterpretasikan informasi-informasi yang diberikan oleh pasien tentang situasi internalnya melalui perilaku dan sikap mereka. Setiap tenaga kesehatan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam berempati. 2. Tangible (Penampilan)

Penampilan fisik (kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan. Kenyamanan dalam pelayanan kesehatan dapat ditunjukkan dari penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media komunikasi. Serta kenyamanan tidak hanya yang menyangkut fasilitas yang disediakan, tetapi terpenting lagi menyangkut sikap serta tindakan para petugas kesehatan ketika memberikan pelayanan kesehatan. 3.Assurance (Jaminan)

Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan, ketepatan jadwal pemeriksaan, dan kunjungan dokter juga termasuk dalam faktor ini. Jaminan pelayanan kesehatan merupakan salah satu pendekatan atau upaya yang sangat mendasar dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

4. Reliability (Keandalan)

Keandalan petugas kesehatan dalam memberi pelayanan seperti akurasi data dan pelayanan yang sesuai janji sehingga memuaskan pasien.

5. Responsivenes (Daya Tanggap).

Responsivenes merupakan kecepatan petugas dalam memberi tanggapan

(42)

mendengarkan dan mengatasi keluhan yang diajukan ibu hamil, ibu hamil mendapatkan informasi secara lengkap dan jelas tentang kondisi kesehatannya.

Menurut Parasuraman, Berry dan Zeithaml (dalam Irawan, 2008), dimensi kualitas pelayanan yang berkaitan dengan kepuasan meliputi :

1) Tangibles (keberwujudan), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel

dan media komunikasi.

2) Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melaksanakan pelayanan jasa

yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya.

3) Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau tanggap.

4) Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan dan kesopanan petugas serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan/

assurance.

5) Empathy (empati), yaitu merupakan syarat untuk peduli, memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan.

2.4 Bidan

2.4.1 Pengertian Bidan

(43)

abnormal ibu dan anak, usaha mendapatkan bantuan medik dan melaksanakan tindakan kedaruratan dimana tidak ada tenaga bantuan medik. Bidan mempunyai tugas penting dalam pendidikan dan konseling, tidak hanya untuk klien tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1990).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 363/ Menkes/Per/IX/1989 tentang wewenang bidan, bidan ialah seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

2.4.2 Pengertian Bidan Desa

Bidan desa ialah bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja 1 desa dalam melaksanakan tugas pelayanan medis, baik di dalam maupun di luar jam kerjanya. Bidan desa harus tetap bertanggung jawab kepada Puskesmas di wilayah Kecamatan, ditempatkannya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak (Depkes RI, 1995). Dasar pelaksanaan penempatan bidan di desa ini sesuai dengan kebijaksanaan Departemen Kesehatan yang telah disebarluaskan keseluruh propinsi dengan surat edaran Direktur Jenderal Pembina Kesehatan Masyarakat No. 429/Binkesmas/DJ/ III/89 pada tanggal 29 Maret 1989.

Bidan Desa juga dinamakan midwife atau pendamping istri. Kata bidan

(44)

yang diakui dan mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktek kebidanan (Sofyan

et.al, 2006)

2.4.3 Tujuan Penempatan Bidan Desa

Tujuan penempatan bidan di desa secara umum adalah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dan posyandu dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, anak balita dan menurunkan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup sehat. Secara khusus tujuan penempatan bidan di desa adalah:

1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. 2. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan.

3. Meningkatnya mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi.

4. Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan, persalinan dan perinatal.

5. Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare.

6. Meningkatnya kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan membantu pembinaan kesehatan masyarakat.

7. Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan PKMD termasuk gerakan Dana Sehat.

2.4.4 Tugas Pokok dan Fungsi Bidan

(45)

2. Melakukan asuhan persalinan fisiologis kepada ibu bersalin (Post Natal Care) 3. Menyelenggarakan pelayanan terhadap bayi baru lahir (kunjungan neonatal) 4. Mengupayakan kerjasama kemitraan dengan dukun bersalin diwilayah kerja

puskesmas.

5. Memberikan edukasi melalui penyuluhan kesehatan reproduksi dan kebidanan. 6. Melaksanakan pelayanan Keluarga Berencana (KB) kepada wanita usia subur

(WUS).

7. Melakukan pelacakan dan pelayanan rujukan kepada ibu hamil risiko tinggi (bumil risti).

8. Mengupayakan diskusi audit maternal perinatal (AMP) bila ada kasus kematian ibu dan bayi

9. Melaksanakan mekanisme pencatatan dan pelaporan terpadu pelayanan Puskesmas.

2.4.5 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan

(46)

Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat. Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi:

1. Layanan kebidanan primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggungjawab bidan

2. Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan

3. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan kesistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/fasilitas pelayanan kesehatan lainnya secara horizontal maupun vertikal atau keprofesi kesehatan lainnya (IBI, 2007).

2.5 Standar Pelayanan Kebidanan

Menurut Depkes RI (2004), standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dirgunakan sebagai batas penerimaan, seperti rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan untuk dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan kesehatan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal atas pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

(47)

1. Standar masukan

a Jenis tenaga, generalis (pelaksana), spesialistik (pengelola), dan konsultan

b Fasilitas, fasilitas yang mendukung terlaksananya pelayanan kebidanan sesuai standar, yaitu: (a) peralatan, (b) tempat, (c) kebijakan, (d) protap, dan (e) petunjuk pelaksanaan

2. Standar lingkungan, meliputi; (a) kebersihan, (b) proses kerja, (c) tata letak, (d) kedisiplinan, (e) keramahan

3. Standar proses, meliputi; (a) proses asuhan (S.O.P), (b) standar praktik profesional, dan (c) kode etik (Depkes RI, 2004)

2.5.2 Standar Kualitas Pelayanan Kebidanan

Ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yaitu : A. Standar Pelayanan Umum

Standar 1 : Persiapan untuk kehidupan keluarga sehat

Penyuluhan tentang kehamilan, kesehatan umum, Gizi, KB Standar 2 : Pencatatan dan pelaporan,.

Bidan dengan mengikutsertakan kader dalam melakukan kunjungan atau pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, dan BBL kemudian dicatat dalam Register (Depkes RI, 2004).

B. Standar Pelayanan Antenatal

(48)

berkala untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Pelayanan antenatal care ini meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya koreksi terhadap penyimpangan intervensi dasar yang dilakukan.

Standar 3 : Identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan memberikan motivasi pada ibu dan suami agar mendorong ibu memeriksakan kehamilannya

Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan Antenatal

Pemerikasaan kehamilan dilakukan minimal 4x selama kehamilan. Bila ditemukan kelainan, segera dirujuk

Standar 5 : Palpasi abdominal

Tujuan pemeriksaan, cara melakukan Palpasi Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan melakukan pencegahan, penemuan, penanganan dan rujukan pada kasus anemia

Standar 7 : Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan Mengenal tanda dan gejala Pre Eklamsi

Standar 8 : Persiapan persalinan

Bidan melakukan kunjungan rumah, identifikasi tentang penolong, biaya, pengambil keputusan (Depkes RI, 2004).

(49)

Memastikan bahwa ada tanda-tanda persalinan, memberikan asuhan dan pemantauan.

Standar 10 : Persalinan kala II yang aman

Melakukan pertolongan persalinan yang aman dan bersih Standar 11 : Penatalaksanaan aktif persalinan kala III

Melakukan penegangan tali pusat untuk membantu melahirkan plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

Standar 12 : Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomy

Mengenali dengan tepat tanda gawat janin pada kala II lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar persalinan (Depkes RI, 2004)

D. Standar Pelayanan Nifas

Standar 13 : Perawatan bayi baru lahir

Bidan memeriksa dan menilai BBL untuk memastikan pernafasan dan mencegah terjadinya Hipotermi

Standar 14 : Penanganan pada 2 jam setelah persalinan

Melakukan pemantauan terhadap ibu dan bayi akan terjadinya komplikasi pada 2 jam pertama

Standar 15 : Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

(50)

E. Standar Penanganan Kegawatan Obstetrik dan Neonatal

Standar 16 : Penanganan perdarahan dalam kehamilan pada trimester III

Mengenali tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan dan melakukan rujukan

Standar 17 : Penanganan kegawatan pada eklamsi

Mengenali secara tepat tanda dan gejala Eklamsi yang mengancam dan merujuk atau memberikan pertolongan pertama

Standar 18 : Penangannan kegawatan pada partus lama/macet

Mengenali tanda dan gejala partus lama serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu

Standar 19 : Persalinan dengan penggunaan vacum ekstraktor

Bidan mengenali kapan diperlukan Ekstraksi Vakum, melakukan secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan

Standar 20 : Penangan retensio plasenta

Mengenali Retensio Plasenta, memberikan pertolongan pertama (Plasenta Manual dan penanganan perdarahan)

Standar 21 : Penanganan perdarahan post partum primer

Mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (HPP) dan segera memberikan pertolongan pertama

Standar 22 : Penanganan perdarahan post partum sekunder

(51)

Standar 23 : Penanganan sepsis puerperalis

Mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis, melakukan pertolongan pertama dan merujuknya

Standar 24 : Penanganan asfiksia neonatorum

Mampu mengenali dengan tepat BBL dengan asfiksi, serta melakukan resusitasi secepatnya (Depkes RI, 2004).

2.6 Puskesmas

Pengertian Puskesmas suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan terdepan yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan di wilayah kerjanya agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-ingginya (Depkes RI, 2004).

Upaya kesehatan untuk tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dikelompokkan menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib terdiri dari upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat dan upaya pengobatan (Depkes RI, 2004).

(52)

puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok yang telah ada yakni : upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olahraga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut dan upaya pembinaan pengobatan tradisional (Depkes RI, 2004).

Program Pokok Puskesmas meliputi : a. Promosi dan kesehatan

b. Kesehatan lingkungan

c. Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga berencana d. Usaha perbaikan gizi masyarakat

e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Pengobatan

Sedangkan program pengembangan Puskesmas meliputi: a. Usaha kesehatan sekolah

b. Usaha kesehatan olah raga c. Perawatan kesehtan masyarakat d. Kesehatan kerja

e. Keehatan gigi dan mulut f. Kesehatan jiwa

g. Kesehatan mata h. Kesehatan usia lanjut

(53)

2.7 Jaminan Persalinan (Jampersal) 2.7.1 Pengertian Jampersal

Jaminan persalinan (Jampersal) adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, petolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB dan pelayanan bayi baru lahir. Dikeluarkannya Jampersal ini dilatarbelakangi bahwa untuk menjamin terpenuhinya hak hidup sehat bagi seluruh penduduk termasuk penduduk miskin dan tidak mampu, pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2.7.2 Tujuan Jampersal 1. Tujuan Umum

Tujuan umum Jampersal adalah untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan. 2. Tujuan Khusus

Tjuan khusus Jampersal adalah:

a.Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan,

(54)

d.Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan,

e.Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan akuntabel.

Untuk tahun 2012, dibatasi hingga persalinan kedua. 2.7.3 Sasaran Jampersal

Sasaran Jampersal adalah : (1) Ibu hamil,

(2) Ibu bersalin,

(3) Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan) dan (4) Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). 2.7.4 Manfaat Jampersal

(1) Biaya persalinan dijamin pemerintah,

(2) Ibu hamil akan mendapatkan pelayanan antenatal 4 kali sesuai standar oleh tenaga kesehatan,

(3) Ibu bersalin akan mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan

(55)

(5) Ibu hamil, Ibu bersalin, Ibu nifas dan bayi baru lahir yang mempunyai masalah kesehatan akan ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan yang lebih mampu (Puskesmas, Puskesmas mampu PONED dan Rumah sakit) 2.7.5 Kebijakan Operasional Jampersal

Dalam Kebijakan Operasional sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No. 515/Menkes/SK/III/2011 tentang Penerima dana Penyelenggaraan Jamkesmas dan Jampersal di pelayanan Dasar untuk tiap Kabupaten/Kota tahun anggaran 2011 diatur beberapa poin, diantaranya :

(1) Pengelolaan Jampersal di setiap jenjang pemerintahan (pusat, propinsi, dan kabupaten/kota) menjadi satu kesatuan dengan pengelolaan Jamkesmas dan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

(2) Pengelolaan kepesertaan Jampersal merupakan perluasan kepesertaan dari program Jamkesmas yang mengikuti tata kelola kepesertaan dan manajemen Jamkesmas,

(3) Peserta program Jampersal adalah seluruh sasaran yang belum memiliki jaminan untuk pelayanan persalinan,

(56)

persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan swasta dibayarkan dengan mekanisme klaim,

(5) Pelayanan diselenggarakan dengan prinsip portabilitas, pelayanan terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan,

(6) Klaim persalinan didasarkan atas tempat (lokasi wilayah) pelayanan persalinan dilakukan,

(7) Dana untuk pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu kesatuan (secara terintegrasi) disalurkan langsung dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta ke Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab Pengelolaan Jamkesmas di wilayahnya dan Rekening Rumah Sakit untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (pemerintah dan swasta) (Depkes RI, 2012).

2.8 Landasan Teori

Teori yang mendasari dalam mengukur kualitas jasa pelayanan dan kepuasan mengacu kepada konsep SERVQUAL yang telah dikembangkan Zeithaml (1990), yaitu:

1. Tangibles (bukti langsung), berupa fisik petugas kesehatan dan perlengkapan serta

penampilan.

2. Reliability (keandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang sesuai

(57)

3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan petugas keehatan untuk membantu para ibu hamil dan ibu bersalin dengan cepat dan tanggap.

4. Assurance (jaminan), mencakup pengetahuan, kemampuan, keramahan, dan sifat

dapat dipercaya yang dimiliki petugas kesehatan, untuk menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan (bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan).

5. Emphaty (empati), perhatian secara individual yang diberikan petugas keehatan kepada ibu hamil dan ibu bersalin, seperti kemudahan melakukan hubungan, berkomunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami keinginan dan kebutuhan ibu hamil dan ibu bersalin.

(58)

2.9Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Kualitas Pelayanan

a. Persepsi tentang kualitas pelayanan umum b. Persepsi tentang kualitas pelayanan antenatal c. Persepsi tentang kualitas pelayanan pertolongan

persalinan

d. Persepsi tentang kualitas pelayanan nifas e. Persepsi tentang kualitas pelayanan kegawatan

obstetri dan neonatal

f. Persepsi tentang kualitas sarana dan prasarana pelayanan

Kepuasan Ibu Bersalin Peserta

(59)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan explanatory

yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap terikat, yaitu pengaruh persepsi ibu bersalin tentang kualitas pelayanan bidan desa meliputi: (pelayanan umum, pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, pelayanan nifas, kegawatan obstetri dan neonatal, serta sarana dan prasarana pelayanan) terhadap kepuasan ibu bersalin peserta Jampersal di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai dengan pertimbangan bahwa pelayanan yang diterima ibu bersalin peserta Jampersal belum sepenuhnya sesuai dengan harapan ibu bersalin. 3.2.2 Waktu Penelitian

(60)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin. Berdasarkan catatan Puskesmas Tanjung Beringin jumlah ibu hamil K1 sejak bulan September 2012 sampai dengan Maret 2013 sebanyak 135 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebagai peserta Jampersal. Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus penentuan sampel untuk penelitian survei. Besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin (Notoatmodjo, 2003), sebagai berikut :

2

Dengan demikian besarnya sampel sebagai berikut :

2

n = 57,4 digenapkan menjadi 57 orang

Teknik pengambilan sampel secara accidental sampling, dimana pengambilan sampel yang secara kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2003).

(61)

a. Pernah memeriksakan kehamilannya minimal 1 kali kunjungan.

b. Bersedia diwawancarai dan mampu menjawab pertanyaan dengan baik.

Adapun kriteria eksklusi pemilihan sampel adalah pasien yang tinggal di luar wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dan disesuaikan dengan variabel pada tujuan penelitian. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

3.4.1 Data Primer

(62)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan maupun dokumen-dokumen resmi lainnya terutama data di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin untuk membantu analisis terhadap data primer yang diperoleh.

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas

Instrumen penelitian data primer berupa kuesioner, sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 30 orang ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Pangkalan dengan alasan memiliki karakteristik yang relatif sama dan relatif dekat.

a. Uji Validitas

Kelayakan menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dengan mengukur korelasi antar

item variabel menggunakan rumus teknik korelasi Pearson Product Moment Correlation Coeficient (r), dengan ketentuan nilai koefisien korelasi >0,3 (valid) (Gozhali, 2005).

Hasil uji validitas variabel bebas dan terikat sebagai berikut : (1) Variabel Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Bidan Desa

Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation diketahui bahwa variabel persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa indikator (pelayanan umum 8 pernyataan, pelayanan antenatal 10

(63)

prasarana pelayanan 10 pernyataan) mempunyai nilai koefisien korelasi (r) >0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa valid (Lampiran 2).

(2) Variabel Kepuasan

Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation diketahui bahwa variabel terikat kepuasan indikator (pelayanan umum 8 pernyataan, pelayanan antenatal 10 pernyataan, pelayanan pertolongan persalinan 5 pernyataan, pelayanan nifas 5 pernyataan, kegawatan obstetri dan neonatal 9 pernyataan serta sarana dan prasarana pelayanan 10 pernyataan), mempunyai nilai koefisien korelasi (r) >0,3, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel kepuasan valid (Lampiran 2).

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat di percaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach, apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6, maka

alat ukur tersebut reliabel (Gozhali, 2005).

Hasil uji reliabilitas variabel bebas persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa dan variabel terikat kepuasan mempunyai nilai r-alpha cronbach >0,6, maka

(64)

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Variabel adalah karakteristik yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nazir, 2005). Dengan demikian, variabel adalah merupakan objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan. Adapun definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Definisi Operasional Variabel Bebas

Persepsi ibu bersalin peserta Jampersal tentang kualitas pelayanan adalah merupakan penilaian atau pandangan terhadap kualitas pelayanan yang diterima dinyatakan berdasarkan pengalaman yang dirasakan selama menjalani pemeriksaan kehamilan sampai melahirkan, meliputi : pelayanan umum, pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, pelayanan nifas, kegawatan obstetri dan neonatal yang di ukur melalui 5 (lima) dimensi kualitas pelayanan, meliputi:

(a) Persepsi ibu bersalin peserta Jampersal tentang kualitas pelayanan umum adalah penilaian atau pandangan tentang kualitas pelayanan bidan desa terkait dengan penyuluhan kehamilan, kesehatan umum, Gizi, KB dan melakukan kunjungan terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, serta BBLR meliputi : keandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti langsung atas pelayanan umum.

(65)

pada kehamilan, dan persiapan persalinan meliputi : keandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti langsung atas pelayanan antenatal.

(c) Persepsi ibu bersalin peserta Jampersal tentang kualitas pelayanan pertolongan persalinan adalah penilaian atau pandangan tentang kualitas pelayanan bidan desa terkait dengan asuhan persalinan kala I, persalinan kala II yang aman, Penatalaksanaan aktif persalinan kala III, dan penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomy, meliputi : keandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti langsung atas pelayanan pertolongan persalinan.

(d) Persepsi ibu bersalin peserta Jampersal tentang kualitas pelayanan nifas adalah penilaian atau pandangan tentang kualitas pelayanan bidan desa terkait dengan perawatan bayi baru lahir, penanganan pada 2 jam setelah persalinan, pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas, meliputi : keandalan, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti langsung atas pelayanan nifas.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Metode Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kecamatan Tanjung Beringin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pengetahuan bidan dalam pertolongan persalinan untuk mencegah robekan jalan lahir pada persalianan normal, berdasarkan umur

Pelayanan persalinan tingkat lanjutan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan spesialistik untuk pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir kepada ibu hamil,

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui perilaku bidan dalam penetalksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan ibu bersalin terhadap pertolongan persalinan oleh bidan APN di Klinik Wipa berdasarkan bukti langsung adalah puas,

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan ibu bersalin terhadap pertolongan persalinan oleh bidan APN di Klinik Wipa berdasarkan bukti langsung adalah puas,

berdasarkan dimensi Kehandalan dan Jaminan pada April-Mei 2015. 3) Untuk mengetahui tingkat kepuasan ibu bersalin terhadap pertolongan. persalinan oleh bidan APN di Klinik Wipa

Berdasarkan tabel 11 diketahui tidak ada hubungan fasilitas pelayanan persalinan dengan pemilihan pertolongan persalinan di bidan wilayah atau luar wilayah di Wilayah

Tujuan Penelitian : untuk mengetahui perilaku bidan dalam penetalksanaan pencegahan infeksi pada pertolongan persalinan diwilayah kerja puskesmas hamparan perak kabupaten