• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Bidan Desa terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Persepsi tentang Kualitas Pelayanan Bidan Desa terhadap Kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan yang memuaskan apabila pelayanan itu dapat memenuhi

kebutuhan, keinginan dan harapan pasien. Ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan

yang disediakan akan berdampak pada jumlah kunjungan pasien. Berbagai usaha

dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat

di Indonesia, namun sampai sejauh ini pelayanan tersebut masih belum cukup

memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya keluhan masyarakat pengguna

pelayanan terhadap kinerja petugas pelayanan kesehatan, baik dari media massa

maupun dari pengaduan institusi-institusi pengawas yang ada.

Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila kualitas pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan yang diharapkan pasien.

Pelayanan yang peduli dan mampu mengakomodasi kebutuhan masyarakat,

merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh organisasi penyedia jasa pelayanan

kesehatan. Meskipun dalam kenyataan, penyelenggaraan pelayanan kesehatan masih

berorientasi pada kepentingan provider daripada kepentingan pasien dan masyarakat.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1, pasal 34 ayat 1 dan 3, menegaskan

(2)

perlindungan kesehatan masyarakat dalam meningkatkan status kesehatannya melalui

institusi penyelenggara pelayanan kesehatan. Upaya yang dilakukan pemerintah

untuk pemenuhuan hak dasar perlindungan kesehatan dan mendukung peningkatan

status kesehatan dengan membentuk sarana pelayanan kesehatan, yaitu Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas merupakan unit organisasi

fungsional dinas kesehatan kabupaten/kota dan diberi tanggungjawab sebagai

pengelola kesehatan bagi masyarakat yang berdomisili di wilayah kecamatan,

kabupaten dan kota.

Salah satu pelayanan kesehatan di wilayah puskesmas adalah pelayanan

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau pelayanan kebidanan. Menurut Wahyuningsih

(2006) bahwa pelayanan kebidanan meliputi aspek biopsikososial, spiritual dan

budaya. Pasien memerlukan bidan yang mempunyai karakter semangat melayani,

simpati, empati, ikhlas dan memberi kepuasan. Pelayanan kebidanan yang berkualitas

adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan pasien. Jika pelayanan yang

diberikan tidak berkualitas akan dapat menimbulkan ketidakpuasan pada pasien.

Menurut Mukti (2007) yang mengutip pendapat para ahli (Cosby,1984;

Donabedian,1980; dan Zeithaml,1990) dapat disimpulkan pelayanan kesehatan yang

berkualitas adalah sejauh mana realitas layanan kesehatan yang diberikan sesuai

dengan kriteria dan standar professional medis terkini dan sekaligus memenuhi

bahkan melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan tingkat efisiensi yang

(3)

WHO dalam Indonesia Development Report 2005, menyatakan bahwa

tingginya angka kematian ibu dan balita di Indonesia memperlihatkan rendahnya

pelayanan kesehatan yang diterima ibu dan anak serta rendahnya akses informasi

yang dimiliki oleh ibu dan anak. Hal ini senada dengan pernyataan Depkes RI (2005),

yang menyatakan bahwa angka kematian ibu mencerminkan risiko ibu selama

kehamilan dan melahirkan yang selain dipengaruhi oleh keadaan kesehatan yang

kurang baik menjelang kehamilan, juga oleh kejadian berbagai komplikasi saat

kehamilan dan kelahiran serta sangat dipengaruhi juga oleh ketersediaan dan

penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan

kebidanan.

Menurut Depkes RI (2007), beberapa penyebab kematian ibu seperti

(1) pendarahan (42%) akibat atonia uteri; (2) eklamsia dan komplikasi abortus (11%);

(3) infeksi (10%) sebagai akibat pencegahan dan manajemen infeksi yang kurang

baik; (4) persalinan lama (9%); (5) faktor lain (28%). Penyebab kematian neonatal di

Indonesia adalah: (1) gangguan pernapasan (37%); (2) prematuritas (34%); (3) sepsis

(12%). Secara umum kematian ibu dan bayi saat proses persalinan disebabkan oleh

3T berupa: (1) terlambat mengenali bahaya dan memutuskan mencari pertolongan;

(2) terlambat merujuk ke rumah sakit; dan (3) terlambat mendapat pertolongan dan

pemberian pelayanan kesehatan.

Terkait dengan rendahnya pelayanan kesehatan yang diterima ibu dan anak,

maka hal ini berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Berdasarkan laporan

(4)

menempati urutan (124) dari 187 negara, jauh tertinggal dari negara terdekat

Singapura (26), Brunei (33), Malaysia (61) dan Filipina (112). Data UNDP (United Nations Development Programme) menyebutkan bahwa dari 5.000.000 kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat

komplikasi kehamilan atau persalinan, hal ini menunjukkan ada 20.000 anak piatu

yang terlahir tanpa pernah merasakan air susu ibu serta kasih sayang ibu kandungnya

di Indonesia. Rasio kematian ibu melahirkan di Indonesia merupakan yang tertinggi

di ASEAN, yaitu 1 dari 65. Rasio ini sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan

negara tetangga, Thailand, yang hanya memiliki rasio ibu meninggal 1 dari 1.100.

AKI yang tinggi menunjukkan kualitas hidup perempuan masih rendah. Hal ini pada

akhirnya akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia secara

umum.

Upaya pemerintah untuk menekan AKI yang masih tinggi dituangkan melalui

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014,

dimana salah satu prioritasnya adalah menurunkan AKI menjadi 118 per 100.000

kelahiran hidup pada 2014 sebagai suatu upaya meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. RPJMN yang dikeluarkan pemerintah didukung oleh kesepakatan MDGs

(Millenium Development Goals) tahun 2000. Dalam MDGs disepakati pada tahun 2015 AKI dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB

diturunkan menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup (RPJMN, 2010-2014).

Salah satu terobosan pemerintah untuk menekan AKI dan percepatan

(5)

Jaminan Persalinan (Jampersal) pada tahun 2011 bagi seluruh ibu hamil, bersalin, dan

nifas serta bayi baru lahir yang tidak memiliki jaminan pembiayaan paket persalinan.

Program ini digulirkan sejak 22 Pebruari 2011 melalui Permenkes

631/Menkes/Per/III/2011. Pada bulan Januari 2012 kementerian kesehatan

mengeluarkan Permenkes baru tentang petunjuk teknis pelaksanaan Jampersal tahun

2012 melalui Peraturan Menkes No. 2562/MENKES/PER/XII/2011.

Kebijakan Jampersal ini diharapkan dapat mengurangi hambatan finansial

bagi ibu hamil/bersalin yang tidak memiliki jaminan pembiayaan persalinan, dan

dapat mengakses pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas. Pelayanan

Jampersal yang disediakan oleh pemerintah meliputi; pelayanan antenatal,

pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan dan bayi baru

lahir, baik untuk keadaan normal maupun kasus-kasus komplikasi yang perlu dirujuk

ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.

Pelayanan Jampersal sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan

AKI dan AKB akan sulit terwujud apabila tidak didukung sumber daya manusia yang

terampil dan profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan. Salah satu sumber

daya manusia yang terlibat langsung dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak serta

Keluarga Berencana (KIA-KB) di puskesmas adalah tenaga bidan. Peran bidan dalam

menurunkan AKI melalui pemberian asuhan kebidanan kepada ibu hamil, bersalin

dan nifas serta bayi baru lahir untuk mendukung upaya-upaya kesehatan ibu dan anak

(6)

Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau pelayanan kebidanan di

puskesmas perlu dipersiapkan sebaik-baiknya. Seorang bidan diharapkan memiliki

kompetensi meliputi pengetahuan, ketrampilan, pribadi yang tercermin dari perilaku

dalam memberikan pelayanan yang berkualitas oleh bidan sebagai tenaga penolong

persalinan. Menurut Parasuraman dan Zeithmal (dalam Irawan, 2008), service quality

meliputi 5 dimensi, yaitu ; (1) tangible (bukti fisik), (2) reliability (keandalan), (3)

responsiveness (daya tanggap), (4) assurance (jaminan), dan (5) emphaty (Empati). Menurut Robbins (2006), terdapat tiga faktor yang memengaruhi persepsi,

yakni pelaku persepsi, target yang dipersepsikan dan situasi. Ketika individu

memandang kepada objek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,

penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu pelaku persepsi

itu. Karakteristik pribadi yang memengaruhi persepsi antara lain adalah sikap,

kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan.

AKB setiap tahunnya mengalami penurunan di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan data BPS tahun 2011, AKB mampu diturunkan dari 39,4 per 1.000

kelahiran hidup pada tahun 2001 menjadi 25,6 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun

2008. Berdasarkan hasil survei AKB tahun 2010, di Provinsi Sumatera Utara, AKB

diperhitungkan 23 per 1.000 kelahiran hidup, dan berdasarkan trend penurunan yang

terjadi kurun waktu 2001-2010, maka diperkirakan AKB Sumatera Utara menjadi 22

per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2011 sedangkan untuk AKI tahun 2010 adalah

(7)

Propinsi Sumatera Utara telah melaksanakan program Jampersal sejak 2011.

Sampai dengan bulan Agustus 2012, sebanyak 24.390 ibu hamil telah memanfaatkan

program Jampersal saat melahirkan. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 24.065

ibu melahirkan secara normal dan sebanyak 325.000 ibu melahirkan melalui operasi

sesar. Beberapa kabupaten yang telah memanfaatkan program ini, yaitu Serdang

Bedagai sebanyak 4.465 ibu hamil, Deli Serdang sebanyak 3.229 ibu hamil, Tapanuli

Tengah 1.896 ibu hamil, Karo 1.517 ibu hamil, Padang Lawas 1.193 ibu hamil, Toba

Samosir sebanyak 1.169 ibu hamil, Padang Sidempuan sebanyak 1.091 ibu hamil,

Tanjung Balai sebanyak 1.013 ibu hamil, Padang Lawas Utara sebanyak 952 ibu

hamil, Samosir 855 ibu hamil, Gunung Sitoli sebanyak 604 ibu hamil, Nias 974 ibu

hamil, dan Tapanuli Selatan sebanyak 616 ibu hamil (Dinas Kesehatan Propinsi

Sumatera Utara, 2012)

Kabupaten Serdang Bedagai sendiri juga telah melaksanakan program

Jampersal sejak 2011. AKI di Kabupaten Serdang Bedagai 110/100.000 kelahiran

hidup dan AKB 30/1.000 kelahiran hidup. Cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan 88,3%. Cakupan K1 mencapai 85,4 %, dan K4 87,9 %, namun

belum mencapai standar nasional, yaitu 90% (Profil Dinkes Kabupaten Serdang

Bedagai, 2012).

Berdasarkan data Profil Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2012, jumlah

persalinan peserta Jampersal tercatat sebanyak 396 orang ibu hamil. Jumlah yang

ditangani oleh bidan desa sebanyak 124 ibu hamil (31,3%), dan sebanyak 71 ibu

(8)

kelainan (tidak normal) serta sebanyak 201 orang ibu hamil (50,8%) tidak ditangani

oleh bidan desa (Profil Dinkes Kabupaten Serdang Bedagai, 2012).

Salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang telah

melaksanakan program Jampersal adalah wilayah kerja Puskesmas Tanjung Beringin.

Puskesmas ini memiliki 8 desa dengan jumlah penduduk sebanyak 37.583 jiwa.

Cakupan K1 mencapai 72 %, K2 mencapai 76 %, K3 mencapai 66%, K4 mencapai

68 %, persalinan ibu yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 77,2%, pelayanan

ibu nifas sebesar 45,2%, dan cakupan penanganan komplikasi obstetri sebesar 10%

(Profil Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, 2012).

Puskesmas Tanjung Beringin tercatat memiliki jumlah kematian ibu bersalin

paling tinggi dibanding kecamatan lainnya. Jumlah kematian ibu bersalin tahun 2012,

tercatat sebanyak 2 orang. Penyebab kematian antara lain; perdarahan 1 orang, dan

eklamsia 1 orang. Angka kematian bayi sebanyak 5 orang. Hal ini dapat diasumsikan

bahwa pelaksanaan program penurunan AKI di wilayah kerja Puskesmas Tanjung

Beringin belum optimal (Laporan Bulanan Dinas Kabupaten Serdang Bedagai, 2012).

Jumlah tenaga bidan desa yang disediakan untuk melayani 8 desa sebanyak 5

orang bidan desa. Artinya masih ada satu orang bidan melayani 2 desa. Sebaiknya

untuk memaksimalkan kinerja bidan desa 1 orang bidan desa melayani 1 desa secara

penuh. Berdasarkan jumlah bidan yang ada masih diperlukan sebanyak 2 bidan desa

(Profil Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, 2012).

Survei pendahuluan pada bulan September 2012 dalam bentuk wawancara

(9)

Tanjung Beringin, mengemukakan beberapa hal terkait dengan kepuasan atas kualitas

pelayanan bidan desa meliputi; penampilan bidan, keandalan bidan, ketanggapan

bidan, jaminan pelayanan, dan empati seperti; (a) bidan desa lambat dalam

menangani ibu hamil peserta Jampersal, (b) kurang mendapatkan informasi tentang

kondisi ibu dan bayinya, (c) bidan desa tidak ramah dalam memberikan pelayanan

Jampersal, (d) bidan desa lebih sering tidak ditempat, sehingga sulit dihubungi, dan

(e) pelayanan nifas hampir tidak pernah dilakukan.

Beberapa penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh kualitas pelayanan

bidan desa terhadap kepuasan ibu bersalin seperti hasil penelitian Pribadi (2012)

menyimpulkan bahwa faktor emphaty 60,4%, reliability 72,2%, responsiveness 65,8% kategori kurang baik dan sebanyak 80,7% ibu hamil peserta Jampersal kurang

puas. Dimensi emphaty, reliability, responsivenes berhubungan dengan kepuasan peserta Jampersal di Puskesmas Batu Brak Kabupaten Lampung Barat.

Hasil penelitian Hermanto (2010), di RSUD Dr. H. Soemarno Sostroatmodjo

Bulungan, Kalimantan Timur, mengungkapkan persepsi keandalan, baik 58,3%,

ketanggapan, baik 50,8%, jaminan, tidak baik 50,0 %, empati, tidak baik 58,3%,

bukti langsung, tidak baik 53,3% dan persepsi kepuasan pasien tidak puas 53,3%.

Secara bersamaan variabel yang berpengaruh adalah empati dan bukti langsung.

Berdasarkan teori dan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di

atas, dan permasalahan yang ditemui, maka perlu di kaji ” Bagaimana Pengaruh

(10)

Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin Kabupaten Serdang

Bedagai”.

1.2 Permasalahan

Bagaimana pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa meliputi;

(pelayanan umum, pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, pelayanan

nifas, kegawatan obstetri dan neonatal serta sarana dan prasarana pelayanan) terhadap

Kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin

Kabupaten Serdang Bedagai.

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis pengaruh persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa

meliputi; (pelayanan umum, pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan,

pelayanan nifas, kegawatan obstetri dan neonatal serta sarana dan prasarana

pelayanan) terhadap kepuasan Ibu Bersalin Peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas

Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4 Hipotesis

Persepsi tentang kualitas pelayanan bidan desa meliputi; (pelayanan umum,

pelayanan antenatal, pelayanan pertolongan persalinan, pelayanan nifas, kegawatan

obstetri dan neonatal serta sarana dan prasarana pelayanan) berpengaruh terhadap

kepuasan Ibu Bersalin peserta Jaminan Persalinan di Puskesmas Tanjung Beringin

(11)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan bagi Puskesmas Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang

Bedagai dalam manajemen strategi kualitas pelayanan bidan desa.

2. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan administrasi dan kebijakan kesehatan

khususnya yang berkaitan dengan kualitas pelayanan bidan desa.

3 Penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang

Referensi

Dokumen terkait

1) Data dasar diperoleh dari wawancara dan kuesioner tertulis. 2) Pot tinja yang sudah diberi nomor dibagikan pada semua murid SDN 102052 Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) di Perairan Selat Malaka, Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara.. Dibimbing

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) di Perairan Selat Malaka, Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara.. Dibimbing

Valenciennes, 1847) di Perairan Selat Malaka Tanjung Beringin Serdang Bedagai Sumatera Utara ” , yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

Untuk itu diharapkan kepada seluruh bidan diwilayah kerja Puskesmas Perbaungan Plus Kabupaten Serdang Bedagai menambah pengetahuan mengenai sistem rujukan pada

Untuk itu diharapkan kepada seluruh bidan diwilayah kerja Puskesmas Perbaungan Plus Kabupaten Serdang Bedagai menambah pengetahuan mengenai sistem rujukan pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat pendapatan dan distribusi pendapatan nelayan dan petani di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin

analisis permintaan ibu yang telah mendapatkan pelayanan Jampersal di Kabupaten Serdang Bedagai untuk menggunakan kembali pelayanan Jaminan Persalinan dimana. faktor tarif