PADA TERNAK RUMINANSIA
2.3. Bakteri Rumen 1. Umum
2.3.2. Pengaruh Protozoa terhadap Kepadatan Populasi Bakteri In vivo
Suatu penelitian dimana domba sejak lahir bebas ciliata dan diberi makan (hay dan konsetrat) ketika diinokulasi dengan ciliata rumen, jumlah bakteri kecil menurun dari 36×109 menjadi 14×109/ml. Jumlah bakteri yang besar dan oval kurang dipengaruhi tetapi jumlah Oscillospira menurun dari 150×105/ml menjadi kurang dari105/ml dalam waktu satu minggu sementara jumlah protozoa meningkat (Eadie dan Hobson, 1962)
Coleman (1988) melaporkan secara luas tentang hasil-hasil penelitiannya selama 20 tahun terutama interaksi antara protozoa-bakteri di dalam rumen. Ia menyimpulkan bahwa protozoa Entodiniomorphid rumen menelan bakteri, kadang-kadang secara selektif dan membunuh serta mencerna beberapa jenis bakteri tersebut dengan melepaskan produk cernanya ke media. Selanjutnya dikatakan Selenomonas ruminatum dan Butyrivibrio fibrislovens cenderung dimakan dan dicerna dengan cepat oleh banyak spesies protozoa, sedangkan kebalikannya terjadi pada Escheria coli daan Bacterioides ruminocola. Selanjutnya dikatakan keberadaan protozoa ciliate dalam rumen selalu mencerminkan
39
jumlah bakteri antara 50-90%, namun belum ada kesepakatan universal akan adanya efek selektif terhadap spesies tertentu.
Argyle dan Foster (1988) menyatakan bahwa biri-biri yang dipelihara dalam kondisi bebas protozoa selama 9 bulan mempunyai volume cairan rumen yang lebih banyak dan kecepatan pengenceran yang lebih lambat dibandingkan dengan biri-biri control (mengandung protozoa pada rumennya). Sedangkan biri-biri yang rumennya dihuni oleh Epidinium ecaudatum mempunyai nilai diantara kedua nilai tersebut. Kepadatan bakteri selulolitik tidak berbeda pada cairan rumen antara biri-biri yang bebas protozoa dan yang dihuni kembali oleh protozoa, tetapi ternak yang mengandung hanya Epidinium spp, mempunyai densitas bakteri yang lebih rendah tetapi nyata lebih tinggi kandungan bakteri selulolitik. Selanjutnya dikatakan kepadatan bakteri pada partikel digesta paling tinggi pada biri-biri tanpa protozoa dan terendah pada biri-biri yang mengandung hanya epdinium spp.
Kepadatan bakteri selulolitik pada partikel pada partikel digesta tertinggi pada ternak yang mengandung protozoa dan terendah pada ternak yang bebas protozoa. Disimpulkan bahwa ciliata protozoa mempengaruhi populasi bakteri baik yang melekat ataupun bebas pada partikel digesta.
2.4. Fungi, Mycoplasma, dan Bakteriophage dalam Rumen 2.4.1. Fungi rumen
Beberapa spesies fungi diketemukan di dalam rumen (Bauchop, 1979 a,b). Peranan fungi dalam pencernaan mikroba atau lingkungan lain belum jelas. Beberapa fungi tidak berfungsi tapi hanya kebetulan lewat bersama makanan yang dimakan. Akan tetapi phycomyceteous fungi rumen yang anaerob sebagai penyusun bagian terbesar dari mikrobiota
40
rumen pada ternak ruminansia yang diberi pakan yang berserat (Bauchop, 1979b), mempunyai peran penting dalam proses pencernaan ternak ruminansia.
Spesies fungi yang diisolasi dari rumen biri-biri termasuk di dalamnya Neocallimastix frontalis, Piramonas communis dan Sphaeromonas communis (Orphin, 1975) tetapi masih ada banyak lagi yang telah diketemukan. Jenis fungi ini mencerna berbagai struktur penyusun tanaman. Preston dan Leng (1987) menyatakan asumsi yang berdasar adalah fungi memecah hemiselulosa-lignin kompleks dan melarutkan lignin tetapi fungi ini sebenarnya tidak menghancurkan lignin (degrade lignin). Proses ini memberi peluang pada serat yang secara fisik dilindungi oleh lignin difermentasi oleh bakteri rumen.
Bahan makanan yang masuk rumen segera dihuni oleh koloni mikroba dalam jumlah besar yaitu, protozoa dan bakteri. Bagian tanaman epidermis yang rusak dan bagian yang terpotong adalah bagian pertama yang diserang oleh mikroba. Protozoa menyerang bagian tanaman tertentu dan mencerna langsung jaringan tanaman (Epidinium) atau masuk kedalam jaringan yang sudah rusak untuk mencari bagian/substrat yang larut (Dasythrichor/Isotricha). Bagian tanamam menyediakan rumah bagi fungi rumen anaerobic. Dengan enzym fibrolytic dan merambatnya serta masuknya rhizoidal ke jaringan tanaman, fungi ini mempunyai alat kelengkapan yang merupakan sumbangan besar dalam pencernaan serat. Dengan demikian fungi anaerob mempunyai semua sifat yang dibutuhkan untuk berperan nyata dalam pencernaan ruminansia (Bauchop, 1988). Gordon dan Philips (1988) menyatakan bahwa fungi anaerob yang terdapat pada rumen termasuk genera Neocalimastix, Piromonas dan Sphaeromonas dapat mempergunakan
41
berbagai karbohidrat sebagai satu-satunya sumber karbohidrat yang dapat difermentasi. Semua jenis selobiosa yang dapat difermentasi seperti selobiosa, fruktosa, gentibiosa, glukosa, laktosa dan xylan. Jenis Neocalimastix juga menggunakan selulosa, inulin, maltosa, rafinosa, tepung, sukrosa dan xylosa. Sebagai tambahan, jenis Sphaeromonas menggunakan xylosa tetapi tidak bisa untuk selulosa murni, sedangkan Iromonas menggunakan berbagai jenis gula dan polisakarida. Produk akhir dari fermentasi glukosa dan selulosa oleh fungi anaerob adalah acetat, formate, D(-)lactate, ethanol, CO2 dan H2. Jadi fungi anaerob mampu menyumbangkan kemampuan mencerna karbohidrat dalam rumen, tetapi tingkat kemampuan ini relatif dibanding dengan bakteri-bakteri rumen lain, namun demikian hal ini belum dapat dipastikan / ditentukan.
Jenis fungi Neocalimastix ada tiga yaitu Neocalimastix frontalis yang menghasilkan zoospora berambut banyak (poly flagellata) dari satu spora yang didukung cabang yang besar, rhizoid yang berbentuk filamen (benang). Dewasa ini dikenal jenis Neocalimastix frontalis PN1, Neocalimastix patriciarum dan N.R1. Untuk mengisolasi jenis fungi anaerob ini banyak diuraikan dan dengan rinci oleh Theodorau dan Trinci (1988).
Pemakaian antibiotika disamping untuk menekan jumlah protozoa dan perangsang pertumbuhan, juga dilaporkan membatasi pertumbuhan jenis fungi yang berbeda. Bernalier et al. (1988) dalam penelitian in vitro melaporkan penggunaan ionosphore antibiotika (cationomycin, monensin dan lacalocid) menghambat pertumbuhan beberapa jenis fungi yang berbeda. Kemampuan menghambatnya berbeda menurut jenis dan konsentrasi antibiotika. Dalam penelitiannya dipergunakan jenis
42
Neocalismatix sp, Piromonas communis dan Sphaeromonas communis sp. Dari ketiga jenis antibiotika dengan dua dosis yaitu 0,1mg/l dan 0,5ml/l. Pengukuran biomassa (ug protein/ml). Pada konsenrasi 0,1mg/l antibiotika mempunyai sedikit efek pada pertumbuhan Neocalismastix.
Pertumbuhannya akan lebih ditekan pada konsentrasi 0,5 mg/l pada monensin dan lasalocid dan catiomycin.