• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh TAT terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham

Dalam dokumen Pengaruh Karakteristik Perusahaan and Ma (Halaman 117-125)

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

E. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh TAT terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham

Berdasarkan hasil regresi pengaruh TAT terhadap return saham syari’ah menyimpulkan bahwa TAT berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis

(Ha1) yang dibangun di awal, yaitu TAT berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham syari’ah. Artinya berapa pun jumlah TAT selama

periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat

pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham.

Berdasarkan hasil regresi pengaruh TAT terhadap beta saham syari’ah menyimpulkan bahwa TAT berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta

saham syari’ah. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis (Ha2) yang dibangun di

awal, yaitu TAT berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Besarnya pengaruh TAT terhadap beta saham tersebut adalah sebesar -0,294,. Dengan demikian dapat diartikan bahwa jika jumlah TAT naik, maka kenaikan tersebut akan menyebabkan penurunan beta saham syari’ah sebesar -0,294. Sedangkan jika jumlah TAT menurun, maka penurunan tersebut menyebabkan beta saham syari’ah meningkat sebesar - 0,294.

Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa TAT memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah berapa pun jumlah TAT tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah. Sementara pola hubungan TAT dengan beta saham syari’ah memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan. Artinya jika jumlah TAT mengalami kenaikan maka akan menurunkan tingkat risiko (beta saham syari’ah), sebaliknya jika jumlah TAT mengalami penurunan maka akan meningkatkan tingkat risiko (beta saham syari’ah) dalam perdagangan saham syari’ah.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa TAT menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam

menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin tinggi rasio TAT berarti semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva di dalam menghasilkan penjualan yang akan meningkatkan laba. Pada penelitian ini menunjukkan berapa pun tingkat keefisienan aktiva dalam menghasilkan laba tidak memiliki pengaruh yang berarti terhadap tingkat return yang diperoleh dalam perdagangan saham syari’ah. Karena sebagian kalangan menganggap rasio TAT tidak bermanfaat untuk memprediksi return yang diperoleh dari perdagangan saham syari’ah.

Meskipun penelitian ini mengindikasikan bahwa rasio aktivitas belum mendapat perhatian dari investor untuk memprediksi return saham syari’ah, tetapi bila dilihat pengaruhnya terhadap risiko (beta saham syari’ah) rasio ini memiliki pengaruh yang negatif terhadap tingkat risiko (beta) yang terjadi pada perdagangan saham syari’ah. Jika jumlah TAT mengalami kenaikan maka akan menurun tingkat risiko (beta saham syari’ah), sebaliknya jika jumlah TAT mengalami penurunan maka akan meningkatkan tingkat risiko (beta saham syari’ah) dalam perdagangan saham. Hal ini mengindikasikan semakin cepat tingkat perputaran aktiva maka laba yang dihasilkan akan semakin meningkat, karena perusahaan sudah dapat memanfaatkan aktiva tersebut untuk meningkatkan penjualan yang berpengaruh terhadap pendapatan. Kenaikan pendapatan dapat menaikkan laba bersih perusahaan sehingga banyak investor yang menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Maka diharapkan investor dapat mengamati aktivitas perusahaan berdasarkan rasio aktivitas ini.

2. Pengaruh ROA terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah

Berdasarkan hasil regresi pengaruh ROA terhadap return saham syari’ah menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap return saham. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis (Ha3)

yang dibangun di awal, yaitu ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham syari’ah. Artinya berapa pun jumlah ROA selama

periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat

pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah.

Berdasarkan hasil regresi pengaruh ROA terhadap beta saham syari’ah menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis

(Ha4) yang dibangun di awal, yaitu ROA berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap beta saham syari’ah. Besarnya pengaruh ROA terhadap beta saham syari’ah tersebut adalah sebesar 0,018. Dengan demikian dapat diartikan bahwa jika jumlah ROA naik, maka kenaikan tersebut akan menyebabkan beta saham syari’ah meningkat sebesar 0,018. Sedangkan jika jumlah ROA menurun, maka penurunan tersebut menyebabkan beta saham syari’ah menurun sebesar 0,018.

Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa ROA memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah

berapa pun jumlah ROA tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah. Sementara pola hubungan ROA dengan beta saham memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya jika jumlah ROA mengalami kenaikan maka akan meningkatkan tingkat risiko (beta saham syari’ah), sebaliknya jika jumlah ROA mengalami penurunan maka akan menurunkan tingkat risiko (beta saham syari’ah) dalam perdagangan saham syari’ah.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar diterima dan risiko atau kerugian yang terjadi dalam investasi relatif kecil. Tingginya ROA akan menjadi sinyal positif yang akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan. Hasil pengujian hipotesis di atas tidak mendukung teori signaling yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat laba yang dihasilkan maka semakin besar tingkat return yang dihasilkan, karena ROA sebagai rasio profitabilitas tentunya akan memberikan informasi atau sinyal bagi investor terhadap prospek perusahaan di masa mendatang. Informasi mengenai keuntungan perusahaan sebagai hasil dari investasi perusahaan tidak mempengaruhi tingkat return yang diperoleh dan mengindikasikan risiko yang diperoleh semakin bertambah akibat kenaikan keuntungan dari investasi. Walaupun dalam penelitian ini mengindikasikan seberapa pun tingkat ROA yang dihasilkan tidak memiliki pengaruh terhadap

return saham syari’ah, sebagian investor masih menganggap bahwa rasio tersebut masih penting untuk dipertimbangkan.

3. Pengaruh DPR terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah

Berdasarkan hasil regresi pengaruh DPR terhadap return saham syari’ah menyimpulkan bahwa DPR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis

(Ha5) yang dibangun di awal, yaitu DPR berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham syari’ah. Artinya berapa pun jumlah DPR selama periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat pengembalian (return) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah.

Berdasarkan hasil regresi pengaruh DPR terhadap beta saham syari’ah menyimpulkan bahwa DPR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

beta saham syari’ah. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis (Ha6) yang

dibangun di awal, yaitu DPR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah. Artinya berapa pun jumlah DPR selama periode pengamatan tidak akan mempengaruhi besarnya tingkat risiko (beta) yang diperoleh oleh perusahaan dalam perdagangan saham syari’ah.

Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa DPR tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat pengembalian saham (return saham syari’ah) dan risiko (beta saham syari’ah). Hubungan yang terjadi adalah perusahaan yang membagikan dividen kepada pemegang saham maka tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat keuntungan (return saham syari’ah)

maupun risiko (beta saham syari’ah) yang diperoleh dalam perdagangan saham syari’ah.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori signaling yang menyatakan bahwa informasi tentang pembagian dividen merupakan suatu sinyal bahwa perusahaan mempunyai kinerja yang baik, khususnya dalam memperoleh keuntungan. Adanya informasi pembagian dividen berarti menggambarkan perusahaan mempunyai arus kas yang baik.

Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwa dividend payout merupakan rasio yang melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Hasil penelitian ini juga bertolak belakang dengan penjelasan yang dikemukakan Lintner bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk menurunkan dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan membutuhkan dana. Perusahaan yang mempunyai risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil. Alasan lain adalah bahwa pembayaran dividen dianggap lebih kecil risikonya dibandingkan dengan capital gains. Dengan demikian perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan mempunyai risiko yang kecil dibandingkan dengan yang

menahannya dalam bentuk laba yang ditahan.9

Hasil penelitian ini menunjukkan ketika perusahaan membagikan atau tidak sebuah dividen maka tidak ikut mempengaruhi terhadap tingkat

9 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE, 2008),

keuntungan (return saham) maupun risiko (beta saham) yang diperoleh dalam perdagangan saham syari’ah. Sebagaimana pendapat Mogdiliani dan Miller (MM) bahwa dividen adalah tidak relevan karena pembayaran dividen tidak

berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham.10 Dalam teori bird in

the hand theory salah satu asumsi dalam pendekatan MM ini adalah bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan

oleh investor.11 Pembayaran dividen bisa saja memberatkan perusahaan

karena akan mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk investasi. Di sisi lain, pembayaran dividen juga merugikan pemegang saham karena harus membayar pajak atas dividen yang diterima tersebut. Ini berarti bahwa hanya perusahaan yang benar-benar menguntungkan yang berani membayarkan dividen karena perusahaan tersebut mampu menangggung biaya atas berkurangnya dana untuk investasi.

Ada beberapa alasan pelaku pasar dapat merespon pengumuman dividen itu sebagai sinyal bad news. Pertama, perusahaan yang membagikan dividen bisa saja akan mengalami kesulitan likuiditas dan solvabilitas di waktu-waktu mendatang dan akan terganggu model kerjanya. Kedua, pelaku pasar bisa mengintepretasikan keputusan RUPS yang menetapkan besaran atau target dividen yang harus dibagikan direksi sebagai suatu sinyal yang akan memicu para direksi berperilaku moral hazard, yaitu melakukan rekayasa laporan keuangan atau memanipulasi laba yang menguntungkan kepentingan

10 Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2001),

hlm. 282.

pemegang saham dan perusahaan serta kepentingan direksi sendiri, tapi justru

merugikan kepentingan stakeholders lainnya.12

4. Pengaruh PBV terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham

Dalam dokumen Pengaruh Karakteristik Perusahaan and Ma (Halaman 117-125)

Dokumen terkait