ii
mendatang dan risiko (beta) tertentu yang berkaitan dengan investasi pada saham syari’ah. Oleh karena itu, investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar tingkat pengembalian investasi mereka. Untuk mengurangi kemungkinan risiko dan ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan yang mampu menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan, serta prospek pertumbuhan perusahaan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara di masa yang akan datang dengan lebih baik.
Penelitian ini termasuk kategori penelitian terapan. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji bagaimana pengaruh karakteristik perusahaan yang diproksikan dengan kinerja keuangan perusahaan yang terdiri dari rasio TAT, ROA, DPR, PBV, serta ekonomi makro yang terdiri dari inflasi dan kurs mata uang terhadap return dan beta saham syari’ah pada perusahaan yang konsisten terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII) selama tahun 2004-2008. Untuk menjelaskan pengaruh variabel tersebut dalam penelitian ini dianalisis menggunakan model regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan dan ekonomi makro secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap return dan beta saham syari’ah. Karakteristik perusahaan dan ekonomi makro pada penelitian ini dapat menjelaskan variabilitas return saham syari’ah sebesar 33,6%, dan dapat menjelaskan variabilitas beta saham syari’ah sebesar 28,2%. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis menunjukkan bahwa hanya kurs mata uang yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham syari’ah, karena tingkat kurs yang berfluktuatif tinggi maka memberikan efek negatif terhadap tingkat return yang diperoleh. Sementara itu, hasil pengujian dan analisis yang lainnya menunjukkan bahwa hanya rasio TAT yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap beta saham syari’ah, karena semakin efisien tingkat perputaran aktiva maka akan meminimalkan tingkat risiko yang terjadi.
vii
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal zet (dengan titik di bawah)
viii
C. Ta’ marbutah di Akhir Kata
1. Bila dimatikan ditulis h
ditulis Hikmah
ditulis ‘illah
Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.
2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’, maka ditulis dengan h.
ا آء ؤ ا ditulis Karamah al-auliya’
آز اة ditulis Zakah al-fitri
ix
ضوُ ditulis furud
F. Vokal Rangkap
1 Fathah + ya mati ditulis ai
) 'َْ- ditulis bainakum
2 Fathah + wawu mati ditulis au
لْ/َ0 ditulis qaul
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan apostrof
) 1اا Ditulis a'antum
ت ا Ditulis u'iddat
34 5)( Ditulis lain syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam
Bila diikuti huruf Qamariyyah dan huruf Syamsiyyah maka ditulis dengan menggunakan huruf awal “al”
6 انا ditulis al-Qur'an
8 9 ا ditulis al-Syams I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut penulisannya.
يوذضو ا ditulis zawi al-furud
x
"
!
"
"
xi
%
&
' ( $(
)
*
(+ (
$ ( ,
-
.
* + $ (
&
'
xii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
nikmat-Nya; sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan
salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, beliaulah figur manusia sempurna yang mesti dijadikan teladan dalam
mengarungi kehidupan di dunia ini.
Dalam penyelesaian skripsi dengan judul “Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Dan Makro Ekonomi Terhadap Return Dan Beta Saham Syari’ah Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index” ini telah banyak pihak yang membantu penyusun baik secara langsung maupun tidak
langsung, baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, penyusun tidak lupa untuk
menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak atas segala bimbingan
dan bantuan dalam penulisan skripsi ini, semoga amal baik tersebut mendapat
balasan dan limpahan karunia dari Allah. Sebagai rasa hormat dan ucapan terima
kasih penyusun sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’arie, M.A., selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Muhammad Fakhri Husein, SE., M.Si., selaku Ketua Program
xiii
4. Bapak Drs. Ibnu Qizam, SE., M.Si., Akt. selaku pembimbing I dan Ibu
Sunaryati, SE., M.Si. selaku pembimbing II, yang dengan sabar memberikan
pengarahan, saran, dan bimbingan sehingga terselesaikan skripsi ini.
5. Ibu Muyassarotussolichah, S.Ag., SH., M.Hum. (alm) selaku pembimbing
akademik selama masa kuliah.
6. Segenap Staff TU prodi KUI dan Staff TU Fakultas Syari'ah dan Hukum yang
memberi kemudahan administratif bagi penyusun selama masa perkuliahan.
7. Ayahanda Drs. H. Muhammad Ismail, M.Si. dan Ibunda Hj. Lathifah
Usman, SmHk. tercinta, atas doa yang selalu dipanjatkan serta perhatian,
kasih sayang dan dukungan baik moriil maupun materiil kepada penyusun
dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk abangku Ismail Adha Kesuma dan adikku Nathasa Meutia Sari terima
kasih atas dukungan dan doa yang selama ini selalu kalian berikan. Serta
semua saudaraku tersayang yang selalu jadi inspirasi dan motivasi dalam
perjuangan ini.
9. Teman-teman seperjuangan di KUI A, B, dan C angkatan 2006 yang tidak
bisa disebutkan satu per satu, serta seluruh mahasiswa Program Studi
Keuangan Islam, yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Kebersamaan kita selama ini adalah
pengalaman yang akan menjadi kenangan indah.
10.Seluruh sahabat dan semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan
satu per satu, yang telah memberikan dukungan, motivasi, inspirasi dan
xiv
Akhirnya penyusun hanya bisa berdo’a kepada Allah semoga semua yang
telah dilakukan menjadi amal sholeh dan dikaruniai keberkatan dari Allah.
Penyusun menyadari sepenuhnya masih banyak kesalahan dan kekurangan
dalam skripsi ini, maka berbagai saran dan kritik demi perbaikan sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Terima kasih.
Yogyakarta, 10 Rabiul Awal 1432 H
14 Februari 2011 M
Penyusun
H. Ali Muhayatsyah
xv
ABSTRAK ... ii
PERSETUJUAN SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... v
SURAT PERNYATAAN ... vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... vii
MOTTO ... x
PERSEMBAHAN ... xi
KATA PENGANTAR ... xii
DAFTAR ISI ... xv
DAFTAR TABEL ... xx
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
D. Sistematika Pembahasan ... 9
BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 11
A. Investasi ... 11
1. Pengertian Investasi ... 11
2. Jenis-Jenis Investasi ... 12
xvi
2. Landasan Syari’ah Tentang Saham ... 19
3. Analisis Terhadap Saham ... 20
C. Karakteristik Perusahaan... 23
1. Analisis Laporan Keuangan ... 25
1. Rasio Aktivitas ... 27
2. Rasio Profitabilitas ... 29
3. Rasio Pasar ... 30
2. Teori Signalling ... 33
D. Ekonomi Makro ... 35
1. Inflasi ... 37
2. Kurs Mata Uang ... 39
E. Return Saham ... 42
F. Risiko Sistematis (Beta Saham) ... 44
G. Telaah Pustaka ... 47
H. Hubungan antar Variabel Independen dan Dependen... 52
1. Hubungan Total Assets Turnover dengan Return dan Beta Saham ... 52
2. Hubungan Return On Asset dengan Return dan Beta Saham ... 54
3. Hubungan Dividend Payout dengan Return dan Beta Saham ... 55
4. Hubungan Price Book Value dengan Return dan Beta Saham ... 57
xvii
B. Populasi dan Sampel ... 63
1. Populasi ... 63
2. Sampel... 64
C. Metode Pengumpulan Data ... 64
D. Definisi Operasional Variabel ... 65
1. Variabel Dependen... 65
2. Variabel Independen... ... 67
E. Teknik Analisa Data ... 69
1. Uji Asumsi Klasik... ... 69
2. Analisis Regresi Berganda ... 73
3. Uji Persamaan Regresi ... 75
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 77
A. Deskriptif Data ... 77
B. Pengujian Asumsi Klasik ... 77
1. Uji Multikolienaritas ... 78
2. Uji Autokorelasi ... 79
3. Uji Heteroskedastisitas... 81
4. Normalitas ... 83
C. Pengujian Regresi Linier Berganda Terhadap Return Saham Syari’ah ... 85
xviii
a. Pengaruh TAT Terhadap Return Saham Syari’ah ... 87
b. Pengaruh ROA Terhadap Return Saham Syari’ah ... 88
c. Pengaruh DPR Terhadap Return Saham Syari’ah ... 88
d. Pengaruh PBV Terhadap Return Saham Syari’ah ... 89
e. Pengaruh Inflasi Terhadap Return Saham Syari’ah ... 89
f. Pengaruh Kurs Terhadap Return Saham Syari’ah ... 90
D. Pengujian Regresi Linier Berganda Terhadap Beta Saham Syari’ah ... 90
1. Uji Simultan (Uji F) ... 90
2. Koefisien Determinasi ... 91
3. Uji Parsial (Uji t) ... 92
4. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ... 93
a. Pengaruh TAT Terhadap Beta Saham Syari’ah ... 93
b. Pengaruh ROA Terhadap Beta Saham Syari’ah ... 94
c. Pengaruh DPR Terhadap Beta Saham Syari’ah ... 94
d. Pengaruh PBV Terhadap Beta Saham Syari’ah ... 95
e. Pengaruh Inflasi Terhadap Beta Saham Syari’ah ... 95
f. Pengaruh Kurs Terhadap Beta Saham Syari’ah ... 96
E. Interpretasi dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 96
xix
Syari’ah ... 102
4. Pengaruh PBV terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah ... 105
5. Pengaruh Inflasi terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah ... 108
6. Pengaruh Kurs terhadap Return Saham Syari’ah dan Beta Saham Syari’ah ... 110
BAB V. PENUTUP ... 114
A. Kesimpulan ... 114
B. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 122 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xx
Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah ... 79
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah. ... 80
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah ... 81
Tabel 4.5 Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah (Uji Glejser) ... 82
Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah (Uji Park) ... 83
Tabel 4.7 Uji Normalitas Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah ... 84
Tabel 4.8 Uji Normalitas Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah ... 84
Tabel 4.9 Uji Simultan Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah ... 85
Tabel 4.10 Uji Determinasi Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah ... 86
Tabel 4.11 Uji Parsial Terhadap Variabel Return Saham Syari’ah ... 87
Tabel 4.12 Uji Simultan Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah ... 91
Tabel 4.13 Uji Determinasi Terhadap Variabel Beta Saham Syari’ah ... 92
1 A. Latar Belakang Masalah
Dalam berbagai aktivitas investasi hal yang utama yang sering
dipertimbangkan oleh investor adalah return (tingkat pengembalian) yang
diharapkan di masa mendatang dan risiko tertentu yang berkaitan dengan investasi
tersebut. Pada pasar modal khususnya pada perdagangan sekuritas, saham
merupakan investasi yang selalu dihadapkan pada berbagai macam risiko dan
ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh investor. Oleh karena itu,
investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar tingkat
pengembalian investasi. Untuk mengurangi kemungkinan risiko dan
ketidakpastian yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi,
baik informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan yang mampu
menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan, serta prospek pertumbuhan
perusahaan seperti kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara di masa yang
akan datang dengan lebih baik.
Informasi mengenai kinerja perusahaan sangat penting diperlukan bagi
para investor baik itu kinerja keuangan maupun manajemen perusahaan karena
informasi kinerja perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan
keputusan investor dalam memilih investasi pada suatu perusahaan. Indikator
yang biasa mendapat perhatian utama dari investor adalah aspek keuangan yaitu
keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan investor untuk
mengetahui kondisi suatu perusahaan pada suatu masa pelaporan. Maka informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan
dan transparan. Hal ini dikarenakan kegiatan investasi merupakan kegiatan yang
mengandung risiko dan ketidakpastian sehingga dengan adanya informasi yang
disajikan akan mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh
investor. Untuk itu, diperlukan pengungkapan (disclosure) yang memadai dalam
laporan keuangan. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
memadai agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga
menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat.
Selain informasi mengenai kinerja perusahaan dalam melakukan suatu
penilaian terhadap saham, informasi mengenai ekonomi makro seperti nilai mata
uang dan inflasi menjadi sangat penting bagi kelangsungan investasi saham. Naik
turunnya kurs dolar Amerika berpengaruh terhadap perdagangan dan harga saham
di Indonesia. Proses meningkatnya harga-harga secara umum dan menurunnya
nilai uang terus-menerus akan mempengaruhi tingkat pengembalian saham.
Kedua variabel tersebut merupakan variabel yang berpengaruh secara langsung
terhadap return dan risiko yang dihadapi. Ketika kondisi ekonomi makro
mengalami penurunan atau perlambatan, maka harga saham juga akan mengalami
penurunan. Sebaliknya, kondisi perekonomian yang membaik diharapkan akan
berdampak pada kenaikan harga saham.
Pada umumnya analisis saham menggunakan dua pendekatan, yaitu
saham di masa datang adalah dengan cara mengenali pola perilaku harga saham di
masa datang. Analisis fundamental menitikberatkan pada nilai intrinsik saham.
Nilai intrinsik (harga keseimbangan) tergantung dari kemampuan saham tersebut
menghasilkan return. Dengan demikian seorang investor akan dapat menentukan
harga-harga saham yang sesungguhnya terjadi di pasar, di atas atau di bawah nilai
intrinsiknya.1
Saham merupakan salah satu sekuritas di antara sekuritas-sekuritas lainnya
yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi tercermin dari
ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa mendatang. Hal
ini sejalan dengan definisi investasi dimana investasi adalah menempatkan uang
atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu
atas uang atau dana tersebut.2
Ada dua aspek yang melekat dalam suatu investasi saham, yaitu return
yang diharapkan dan risiko tidak tercapainya return yang diharapkan. Dalam
konsep return dan risiko, investor tidak boleh hanya memperhatikan besarnya
return suatu aset, tetapi juga harus melihat seberapa besar risiko yang harus ditanggung. Untuk meminimalkan risiko investasi, investor harus mampu
mendiversifikasikan dananya pada berbagai pilihan aset dengan membentuk
portofolio yang terdiri dari banyak aset. Return merupakan salah satu faktor yang
memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian
1 Imam Ghozali dan F.X. Sugianto, Meneropong Hitam Putih Pasar Modal dan Lika-Liku
Kebijakan Ekonomi Moneter (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm. 92-95.
2 Kamaruddin Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio (Jakarta:
investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya.3 Return dan
risiko secara teoretis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang positif.
Semakin tinggi risiko akan semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan,
begitu juga sebaliknya.4 Return dan risiko yang tinggi pada saham berhubungan
dengan kondisi karakteristik perusahaan dan ekonomi makro.
Karakteristik perusahaan pada umumnya dapat dilihat dari beberapa
faktor, antara lain bidang usaha, pasar, sumber daya dan sebagainya. Menurut
Lang, dalam Subiyantoro yang dikutip oleh Dian Syafitri, variabel yang
mencerminkan karakteristik perusahaan didasarkan pada tiga kelompok yaitu
variabel struktur (structure related variable) yang dititikberatkan pada struktur
financial perusahaan. Kedua adalah variabel kinerja (performance related variable). Ketiga adalah variabel pasar (market related variable).5 Dari ketiga
faktor tersebut menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan memiliki hubungan
dengan tingkat return dan risiko dalam suatu investasi saham.
Dalam hal ini karakteristik perusahaan dalam penelitian ini digambarkan
dengan melihat struktur kinerja keuangan. Kinerja keuangan dapat diperhatikan
melalui rasio-rasio keuangan, seperti Total Assets Turnover (TAT), Return on
3 Varietmi Wira, “Analisa Karakteristik Perusahaan Terhadap Return dan Beta
Perusahaan Makanan dan Minuman Di Bursa Efek Jakarta,” http://fekon.unand.ac.id/icbe/images/Paper/Analisa_Karakteristik_Perusahaan_Terhadap_Return_ Dan_Beta_Perusahaan_Makanan_Dan_Minuman_Di_Bursa_Efek_Jakarta.pdf, akses 30 Mei 2010, hlm. 2.
4 Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: STIM
YKPN, 2007), hlm. 299.
5 Dian Syafitri, “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas
Asset (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR), dan Price Book Value (PBV). Faktor tersebut secara umum dapat mengambarkan kondisi dan karakteristik dari sebuah
perusahaan. Investor dapat menjadikan karakteristik perusahaan sebagai indikator
yang penting dalam mengambil keputusan suatu investasi sehingga investor dapat
mengukur seberapa besar kinerja dalam hal ini kinerja keuangan yang dimiliki
ketika perusahaan mengalami kondisi pertumbuhan atau penurunan.
Ekonomi makro secara umum juga memiliki hubungan dengan tingkat
return dan risiko terutama dampak inflasi dan pergerakan kurs mata uang karena faktor ekonomi makro tersebut merupakan faktor eksternal perusahaan yang
mempengaruhi tingkat harga saham dan tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Dalam analisis fundamental, kondisi variabel ekonomi makro sangat
mempengaruhi keputusan-keputusan investasi yang diambil oleh investor karena
dampak tersebut tidak terjadi pada suatu perusahaan tetapi memiliki dampak
terhadap pasar modal. Ketika tingkat inflasi meningkat maka akan memiliki
dampak yang negatif terhadap pasar modal, sedangkan ketika pergerakan kurs
mata uang meningkat dalam artian mengalami pergerakan yang normal maka akan
memiliki dampak yang positif bagi pasar modal. Saat terjadi gejolak pada kondisi
moneter dimana indikator ekonomi makro menunjukkan trend penurunan atau
perlambatan, maka harga-harga saham akan mengalami penurunan yang juga akan
berpengaruh pada return investasi saham. Sedangkan keadaan perekonomian yang
diharapkan membaik merupakan sentimen positif yang berdampak pada kenaikan
Karakteristik perusahaan dengan kondisi ekonomi makro pada dasarnya
memiliki hubungan yang saling berkaitan, terutama pada aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam perdagangan saham. Tingkat return yang diperoleh oleh
perusahaan dari investasi saham tidak terlepas dari faktor eksternal salah satunya
yaitu kondisi ekonomi makro yang dihadapi seperti inflasi dan kurs mata uang.
Proses meningkatnya harga-harga secara umum dan menurunnya nilai uang
terus-menerus akan mempengaruhi tingkat pengembalian saham (return), walaupun
dalam analisis fundamental perusahaan atau investor menggunakan informasi
mengenai kinerja perusahaan atau laporan keuangan sebagai indikator
mengestimasikan tingkat return dan risiko dari investasi saham. Jadi setiap
perubahan ekonomi yang terjadi baik itu mengalami pertumbuhan atau penurunan
sangat memiliki dampak terhadap kinerja perusahaan dalam menghasilkan return
dan ketidakpastian risiko yang dihadapi oleh perusahaan maupun investor.
Perdagangan saham, baik pada pasar modal konvensional maupun pasar
modal syari’ah mempunyai tingkat return dan risiko yang berbeda. Penelitian
yang dilakukan oleh Ardi Hamzah mengenai perbandingan tingkat return antara
saham syari’ah dan non syari’ah menjelaskan bahwa saham non syari’ah
mempunyai tingkat return yang lebih tinggi dibandingkan saham syari’ah.6 Hal
ini menunjukkan bahwa saham syari’ah masih menghasilkan return yang rendah.
Return yang diharapkan oleh investor biasanya dalam bentuk kenaikan atau penurunan capital gain dan dividen. Risiko dari sekuritas berupa risiko
6 Ardi Hamzah, “Analisa Karakteristik Perusahaan dan Ekonomi makro Terhadap Return
spesifik dan risiko sistematik. Risiko spesifik dapat dihilangkan dengan
membentuk portofolio yang baik. Risiko sistematik tidak dapat dihilangkan
dengan membentuk portofolio yang baik, dikarenakan risiko tersebut terjadi di
luar perusahaan seperti gejala ekonomi makro. Risiko sistematik juga disebut
dengan beta, karena beta merupakan pengukur dari risiko sistematik. Untuk
mengukur risiko digunakan koefisien beta. Beta suatu sekuritas merupakan hal
yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu sekuritas
menunjukkan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap
perubahan-perubahan pasar.7
Berdasarkan hal tersebut, maka menarik untuk diteliti variabel-variabel
karakteristik perusahaan dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham
syari’ah pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Dalam
penelitian ini variabel karakteristik perusahaan diproksikan dengan rasio
keuangan karena untuk mengendalikan perbedaan ukuran antara perusahaan antar
periode dan untuk lebih memenuhi asumsi yang dituntut oleh beberapa alat
analisis statistik. Rasio keuangan tersebut terdiri dari Total Assets Turnover
(TAT), Return on Asset (ROA), Dividend Payout Ratio (DPR), dan Price Book
Value (PBV), serta variabel ekonomi makro yang terdiri dari kurs rupiah terhadap dolar dan inflasi.
7 Ardi Hamzah, “Analisa Ekonomi Makro, Industri dan Karakteristik Perusahaan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil beberapa rumusan
masalah:
1. Apakah karakteristik perusahaan dan ekonomi makro berpengaruh signifikan
terhadap return saham syari’ah?
2. Apakah karakteristik perusahaan dan ekonomi makro berpengaruh signifikan
terhadap beta saham syari’ah?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh karakteristik
perusahaan dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syari’ah pada
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) selama tahun 2004-2008.
Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan diantaranya:
1. Bagi penyusun sebagai sarana pembelajaran dalam penulisan karya ilmiah
sekaligus pendalaman pemahaman tentang materi yang didapatkan dari
kegiatan perkuliahan yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan secara
fakta, khususnya yang berkaitan dengan masalah return dan beta saham
syari’ah.
2. Bagi kalangan akademis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
melengkapi pengetahuan teoritis terutama di bidang keuangan, khususnya
3. Bagi perusahaan dan investor diharapkan mampu memberikan tambahan
informasi, sebagai pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi perusahaan
didalam mengambil keputusan, khususnya yang berkaitan dengan
pengharapan return dan beta yang akan dihadapi dalam berinvestasi.
D. Sistematika Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab dan setiap bab berisi
sub bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, pokok
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab II : Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis
Bab ini berisi mengenai tinjauan teoritis yang digunakan sebagai
landasan dan pendukung dalam penelitian ini. Kemudian dalam
bab ini memuat telaah pustaka, hubungan antar variabel dan
pengembangan hipotesis penelitian.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini memaparkan tentang metode penelitian yang berkaitan
dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi pembahasan dalam
bab ini terdiri dari jenis dan sifat penelitian yang digunakan,
populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi
Bab IV : Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang hasil analisis dari pengolahan data, baik
analisis data secara deskriptif maupun analisis hasil pengujian
hipotesis yang telah dilakukan. Selanjutnya, dilakukan
pembahasan mengenai pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen yang diteliti.
Bab V : Penutup
Bab ini memaparkan kesimpulan, keterbatasan dan saran dari
11 A. Investasi
1. Pengertian Investasi
Investasi menurut Jogiyanto dapat didefinisikan sebagai penundaan
konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama
periode waktu tertentu.1 Dengan adanya kesempatan produksi yang efisien,
penundaan konsumsi sekarang untuk diinvestasikan pada kegiatan produksi
tersebut akan dapat meningkatkan total utilitas. Sedangkan menurut Ahmad,
investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
pemperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.2
Dalam kamus istilah ekonomi investasi dalam teori ekonomi berarti
penanaman modal untuk aktiva-aktiva produksi dan aktiva tetap lain.
Sementara investasi dalam artian khusus adalah pembelian surat-surat
berharga obligasi, saham, dan lain-lain.3 Jadi investasi adalah penempatan
sejumlah kekayaan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan
datang.
1 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE, 2008),
hlm. 5.
2 Kamaruddin Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio (Jakarta:
Rineka Cipta, 2004), hlm. 3.
3 Indra Darmawan, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka
2. Jenis-JenisInvestasi
Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu, real assets dan
financial assets. Aset riil adalah bersifat berwujud seperti gedung-gedung, kendaraan, dan sebagainya. Sedangkan aset keuangan merupakan dokumen
(surat-surat) klaim tidak langsung pemegangnya terhadap aktiva riil pihak
yang menerbitkan sekuritas tersebut.4 Bagi seseorang yang ingin melakukan
investasi yang menguntungkan atau setidak-tidaknya untuk mengamankan
kekayaan dari berbagai risiko yang mungkin terjadi. Investor mempunyai
banyak pilihan investasi terutama di pasar modal. Pasar modal termasuk
dalam investasi keuangan (financial assets), investasi keuangan memiliki dua
macam tipe investasi yaitu investasi langsung dan tidak langsung.5
a. Investasi langsung dapat dilakukan dengan cara membeli aktiva
keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar uang (money market),
pasar modal (capital market), atau pasar turunan (derivative market).
Investasi langsung juga dapat dilakukan dengan cara membeli aktiva
keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan. Aktiva keuangan yang tidak
dapat diperjualbelikan biasanya diperoleh melalui bank komersial.
Aktiva ini dapat berupa tabungan di bank atau sertifikat deposito.
b. Investasi tidak langsung dapat dilakukan dengan membeli surat berharga
dari perusahaan investasi, seperti reksa dana. Perusahaan investasi adalah
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual saham
4 Kamaruddin Ahmad, Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, hlm. 2.
ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke
dalam portofolionya. Ini berarti perusahaan investasi membentuk
portofolio (diharapkan portofolionya optimal) dan menjualnya eceran
kepada publik dalam bentuk saham-sahamnya.
3. Proses Investasi
Analisis investasi secara tradisional, jika ingin melakukan investasi
atas sekuritas, dasarnya adalah proyeksi dari harga dan dividen sekuritas
tersebut. Karena itu, harga potensial dari saham suatu perusahaan dan pola
dividen yang akan datang diramalkan lebih dahulu, kemudian dilakukan
diskon untuk memperoleh nilai sekarang (present value). Nilai intrinsik ini
kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang berlaku (setelah
disesuaikan dengan pajak dan komisi). Jika harga pasar di bawah nilai
intrinsiknya, pembelian dilaksanakan. Sebaliknya jika harga pasar di atas
nilai intrinsiknya, penjualan atas saham yang dimiliki lebih disarankan.
Meskipun analisis sekuritas modern akarnya adalah konsep
fundamental, tetapi dasarnya berubah. Pendekatan yang paling modern atas
sekuritas berdasarkan estimasi risk and return, tentunya, tergantung pula atas
harga saham dan bersama dengan pola dividen.
Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu proses
dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah
akan dihadapi. Menurut Sharpe, pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam
pengambilan keputusan investasi antara lain:6
a. Menentukan Kebijakan Investasi
Pada tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan
kemampuan/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Dikarenakan ada
hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para
investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk
memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada
kemungkinan risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi tujuan
investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
b. Analisis Sekuritas
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi
penilaian terhadap sekuritas secara individual atau beberapa kelompok
sekuritas. Salah satu tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk
mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced).
c. Pembentukan Portofolio
Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan
identifikasi aset khusus mana yang akan diinvestasikan dan juga
menentukan seberapa besar investasi pada tiap aset tersebut. Disini
masalah selektivitas, penentuan waktu, dan diversifikasi perlu menjadi
perhatian investor.
6 Bukhari, “Tantangan Investasi Syari’ah di Pasar Modal,”
d. Melakukan Revisi Portofolio
Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodik dari
tiga langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu, investor mungkin
mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang
lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan preferensi investor
tentang risiko dan return itu sendiri.
e. Evaluasi Kinerja Portofolio
Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja
portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya return yang
diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran
yang tepat tentang return dan risiko juga standar yang relevan.
4. Investasi Sesuai Syari’ah
Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai
dengan syari’ah dan tidak mengandung riba. Investasi juga dapat dilakukan
pada efek-efek yang diterbitkan oleh pihak (emiten) yang jenis kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syari’ah. Jenis kegiatan usaha yang
bertentangan dengan syari’ah adalah:7
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
b. Usaha keuangan konvensional (ribawi).
7 Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer (Jakarta: Gema
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta pemperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
d. Dan usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta menyediakan
barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan mudharat.
Menurut Adiwarman ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam berinvestasi agar sesuai dengan prinsip syari’ah, yaitu:8
a. Emiten, emiten tersebut bisa kita lihat dari kegiatan usaha yang dilakukan
perusahaan, apabila emiten merupakan perusahaan induk, harus
dipertimbangkan juga jenis kegiatan usaha anak-anak perusahaannya.
Apabila suatu emiten memiliki penyertaan (saham) lebih dari 50% di
perusahaan yang usahanya bertentangan dengan syari’ah, jenis kegiatan
emiten dapat dianggap bertentangan dengan syari’ah.
b. Jenis transaksi investasi, sebab ada beberapa jenis transaksi yang dilarang
seperti najsy, short selling dan insider trading. Pemilihan dan
pelaksanaan transaksi investasi harus dilaksanakan menurut prinsip
kehati-hatian (prudential management) serta tidak diperbolehkan
melakukan spekulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar.
c. Kondisi manajemen perusahaan, apabila manajemen suatu perusahaan
diketahui telah bertindak melanggar prinsip yang islami, risiko atas
investasi pada perusahaan tersebut dianggap melebihi batas wajar.
Dari uraian di atas mengenai investasi sesuai dengan prinsip
syari’ah, terdapat banyak dalil ayat Al-Qur’an yang menjelaskan berkaitan
dengan suatu investasi. Salah satunya adalah firman Allah mengenai riba
dilarang karena termasuk dalam kategori pengambilan atau perolehan harta
dengan cara tidak benar. Dalil ayat yang lainnya juga dijelaskan mengenai
bahayanya maysir dan gharar berikut ini:
"# $
kejahatan judi itu lebih parah daripada keuntungan yang diperolehnya.
Maysir yang diartikan perjudian dilarang karena merupakan usaha memperoleh harta kekayaan dengan cara tidak benar, yang cenderung akan
menimbulkan permusuhan dalam hubungan sosial.
9 Ali Imrān (3) : 130.
B. Saham
1. Pengertian dan Jenis Saham
Saham dalam istilah kamus istilah ekonomi adalah bukti kepemilikan
atas suatu perusahaan, yang berarti juga klaim atas penghasilan dan aktiva
perusahaan.11 Saham memiliki tiga macam jenis, yaitu terdiri dari:12
1. Saham Preferen (Prefered Stock)
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
antara obligasi dan saham biasa. Dibandingkan dengan saham biasa,
saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap
dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu
saham preferen dianggap mempunyai karakteristik di tengah-tengah
antara bond dan saham biasa.
2. Saham Biasa (Common Stock)
Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja ini disebut
dengan saham biasa. Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan
yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi
perusahaan.
3. Saham Treasuri (Treasury Stock)
Saham treasuri adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah
dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan
untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.
11 Indra Darmawan, Kamus Istilah Ekonomi Kontemporer, hlm. 507.
2. Landasan Syari’ah Tentang Saham
Saham dalam pandangan syari’ah (saham syari’ah) merupakan salah
satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa
kontrol yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkupnya. Kegiatan usaha
saham syari’ah dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII).
Bagi perusahaan yang terdaftar di JII paling tidak dinilai telah memenuhi
penyaringan syari’ah dan kriteria untuk indeks.
Dengan demikian transaksi saham di pasar modal menganut
transaksi jual-beli. Jual-beli dalam pandangan Islam dihalalkan, sesuai dengan
Firma Allah:
Ditinjau dari prinsip ekonomi Islam, saham merupakan konsep yang
memiliki banyak kesamaan dengan syirkah. Syirkah adalah adanya transaksi
(akad) antara dua orang yang bersekutu pada pokok harta dan keuntungan.14
Transaksi persekutuan/perseroan mengharuskan adanya ijab kabul
sebagaimana yang dilakukan dalam transaksi yang lainnya. Dimana salah satu
di antara dua orang bersekutu tersebut mengajak yang lain mengadakan kerja
sama dalam suatu urusan, sehingga kesepakatan tersebut belum cukup hanya
dengan kesepakatan untuk melakukan perseroan saja atau memberikan modal
untuk perseroan tersebut, tetapi harus mengandung makna bekerja sama dalam
melakukan suatu urusan. Adapun syarat sah atau tidaknya transaksi perseroan
13 Al-Baqarah (2): 275.
sangat tergantung pada sesuatu yang ditransaksikan, yaitu yang sesuatu hal
bisa dikelola. Hal ini sesuai dengan akad syirkah yang berbunyi:
…
Mengingat hukum saham diperbolehkan dalam syari’ah, maka return
yang diperoleh dari investasi saham sebagai hasil dari kepemilikan saham juga
hukumnya mubah (boleh). Hal ini karena investasi saham tidak bersifat tetap
melainkan berfluktuasi sesuai dengan besarnya return yang diperoleh dari
investasi perusahaan yang bersangkutan.
3. Analisis Terhadap Saham
Pada umumnya analisis saham menggunakan dua pendekatan, yaitu
teknikal dan fundamental.
1. Analisis Teknikal
Analisis teknikal adalah analisis pasar atau sekuritas yang memusatkan
perhatian pada indeks saham, harga atau statistik pasar lainnya dalam
menemukan pola yang mungkin dapat memprediksikan dari gambaran
yang telah dibuat. Atau analisis yang menganggap bahwa saham adalah
komoditas perdagangan yang gilirannya, permintaan dan penawarannya
merupakan manifestasi kondisi psikologis dari pemodal.16 Dalam Suad
Husnan dikemukakan bahwa analisis teknikal merupakan upaya untuk
memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati
15 An-Nisā’ (4): 12.
perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu.
Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah bahwa harga saham
mencerminkan informasi yang relevan, bahwa informasi tersebut
ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan karenanya
perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut
akan berulang.17
2. Analisis Fundamental
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental
yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan
menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.18 Penelitian dalam bentuk fundamental atau basic
dalam menentukan nilai surat berharga. Analisis ini mempelajari brosur
atau data-data industri perusahaan, penjualan, kekayaan, pendapatan,
produk dan penyerapan pasar, evaluasi manajemen perusahaan,
membandingkan dengan pesaingnya, dan memperkirakan nilai intrinsik
dari saham perusahaan tersebut. Secara umum untuk menganalisa
perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental terdiri dari tiga
langkah yaitu:19
17 Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas (Yogyakarta: UUP
AMP YKPN, 2001), 349.
18 Ibid., hlm. 315.
19 “Analisis Fundamental,” http://bursa-investasi.tripod.com/id14.html, akses 23 Oktober
a. Menghitung Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi
ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. Adanya
kecenderungan ekonomi makro berpengaruh pada kinerja
perusahaan. Investasi akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.
Variabel ekonomi makro yang biasa dipertimbangkan adalah:
Indikator Perubahan Pengaruh Terhadap
Pasar Modal
Nilai Tukar (Kurs) Naik Positif
Inflasi Naik Negatif
b. Menghitung Kondisi Industri
Industri di mana perusahaan berada secara langsung mempengaruhi
masa depan perusahaan tersebut. Bahkan saham yang paling baik
pun dapat menghasilkan pengembalian yang pas-pasan jika industri
sedang berada dalam kesulitan. Biasanya saham yang lemah dalam
industri yang kuat lebih disukai daripada saham yang kuat dalam
industri yang lemah.
c. Menghitung Kondisi Perusahaan
Setelah melihat dari sisi ekonomi dan industri selanjutnya perlu
memperhitungkan kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Jika
sebuah perusahaan yang telah dianalisa secara ekonomi dan industri
itu baik, tetapi tidak menghitung kondisi perusahaan tersebut maka
akan sia-sialah semua analisa fundamental yang dilakukan. Karena
mengharapkan perusahaannya selalu menghasilkan laba yang pada
akhirnya laba ini akan dibagikan kepada pemegang saham yang
dikenal dengan istilah dividen. Walaupun tidak semua pemegang
saham tidak mengharapkan pembagian dividen ini karena
pada dasarnya keuntungan yang diperoleh dari permainan saham ini
bukan hanya dividen, tetapi ada juga yang disebut dengan capital
gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari fluktuasi harga saham
yang biasanya diharapkan oleh investor yang memiliki time horizon
yang pendek. Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam
laporan keuangan.
C. Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan bisa dilihat dari beberapa faktor, antara lain
bidang usaha, pasar, sumber daya dan sebagainya. Menurut Lang dalam
Subiyantoro yang dikutip oleh Dian Syafitri, variabel yang mencerminkan
karakteristik perusahaan didasarkan pada tiga kelompok:20
1. Pertama adalah variabel struktur (structure related variable) yang
dititikberatkan pada struktur financial perusahaan. Struktur financial
mencerminkan perimbangan antara modal dipinjam, baik jangka pendek atau
jangka panjang, dengan modal sendiri. Faktor yang mempengaruhi
20 Dian Syafitri, “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas
perimbangan tersebut adalah ukuran perusahaan (size), variabilitas
pendapatan (operating of income) dan operating leverage.
2. Karakteristik kedua adalah variabel kinerja (performance related variable),
pengukuran kinerja disini dilakukan berdasarkan pada kinerja financial yang
meliputi profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan.
3. Kelompok karakteristik yang ketiga adalah variabel pasar (market related
variable). Variabel pasar bersifat kualitatif yang berbeda di luar kendali
perusahaan. Variabel ini berbeda dengan variabel struktur dan variabel
kinerja yang bersifat kuantitatif dengan skala yang bisa didefinisikan dengan
baik. Contoh dari variabel pasar adalah jenis industri, tipe auditor, atau pasar
modal tempat perusahaan terdaftar.
Sebelum para investor menginvestasikan modalnya, terlebih dahulu
investor tersebut harus membuat pertimbangan-pertimbangan tertentu sebelum
memutuskan untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan, dikarenakan
setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pertimbangan yang
bisa dijadikan alasan dalam pengambilan keputusan investasi adalah dengan
melihat dari kinerja perusahaan dalam hal ini kinerja finansial perusahaan.
Mempertimbangkan pertumbuhan perusahaan terutama pada aspek keuangan
jelas. Pertumbuhan perusahaan yang baik akan meningkatkan dividen yang akan
dibayarkan di masa yang akan datang.21
Perusahaan yang terdaftar di di Jakarta Islamic Index (JII) mempunyai
banyak karakteristik yang berbeda-beda, untuk membandingkan risiko dengan
tingkat return dari berbagai perusahaan dalam membantu investor dan kreditor
membuat keputusan investasi biasanya digunakan laporan keuangan untuk
mengukur sejauh mana tingkat kinerja yang diperoleh perusahaan, sehingga dapat
memahami kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum mengambil
keputusan-keputusan penting yang akan berpengaruh terhadap kondisi keuangan perusahaan
di masa yang akan datang.
1. Analisis Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Kuangan (KDPLK) adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.22
Analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis
tentang rasio keuangan. Berdasarkan sumber analisis, terdapat dua teknik
analisis rasio keuangan yang biasa digunakan, yaitu (1) cross sectional
approach, yaitu membandingkan rasio-rasio antara perusahaan satu dengan
21 Abdul Naser Hasibuan,“Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Ekonomi Makro
Terhadap Return Saham LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia,” Tesis Universitas Sumatra Utara (2009), hlm. 7.
perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan atau
membandingkannya dengan rasio rata-rata industri pada saat yang sama. (2)
time series analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan
dari satu periode ke periode lainnya.23
Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis
kelemahan dan kekuatan di bidang finansialnya akan sangat membantu dalam
menilai manajemen perusahaan masa lalu dan prospeknya di masa
mendatang. Rasio keuangan tersebut dapat memberikan indikasi apakah
perusahaan memiliki kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban
finansialnya, besarnya piutang yang cukup rasional, efisiensi manajemen
persediaan, perencanaan pengeluaran investasi yang baik dan struktur modal
yang sehat, sehingga tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham
dapat dicapai.24
Data keuangan yang dipergunakan untuk analisis keuangan,
diambilkan dari laporan keuangan yang pokok, yaitu neraca dan laporan rugi
laba.25 Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan
rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio
keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam
neraca saja, dalam laporan rugi laba saja, atau pada neraca dan rugi laba.
23 Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2002), hlm. 268.
24 Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2001),
hlm. 113.
25 Suad Husnan, Manajemen Keuangan: Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka
Setiap analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap
mencerminkan aspek tertentu.26
Rasio keuangan menggambarkan hubungan atau perimbangan antara
suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dengan menggunakan analisis
berupa rasio keuangan ini akan dapat menjelaskan atau memberikan
gambaran kepada analis tentang perusahaan, terutama apabila angka rasio
tersebut dibandingkan dengan angka rasio perbandingan digunakan sebagai
standar.27 Rasio keuangan juga menyediakan suatu cara yang tepat dan
berguna untuk mengekspresikan suatu hubungan di antara angka-angka,
manajer, kreditur dan analisis keuangan menggunakan rasio yang relevan
untuk pengambilan keputusan tertentu.
Sebagai alat analisis, rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain:
1. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana efisiensi
perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh penjualan.28
Menurut Mamduh, rasio aktivitas melihat pada beberapa aset kemudian
menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat
kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu
akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam
26
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), hlm. 69.
27 Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, hlm. 268.
pada aktiva tersebut. Rasio aktivitas memungkinkan para analis menduga
kebutuhan ini serta menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
aset yang dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhannya.
Rasio aktivitas terdiri dari empat, yaitu rata-rata umur piutang,
perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran aktiva tetap, dan
perputaran total aktiva (total asset turnover).29
Dalam Ulupui, aktivitas operasi perusahaan membutuhkan
investasi, baik untuk aset yang bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang. Rasio aktivitas menggambarkan hubungan antara tingkat
operasi perusahaan (sales) dengan aset yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan operasi perusahaan tersebut. Rasio aktivitas juga
dapat digunakan untuk memprediksi modal yang dibutuhkan perusahaan
(baik untuk kegiatan operasi maupun jangka panjang). Misalnya untuk
meningkatkan penjualan akan membutuhkan tambahan aset. Rasio
aktivitas memungkinkan para analis menduga kebutuhan ini serta menilai
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan aset yang dibutuhkan untuk
mempertahankan tingkat pertumbuhannya.30
Dalam penelitian ini penyusun hanya menggunakan variabel total
asset turnover (TAT). TAT pada dasarnya digunakan untuk mengukur
29 Mamduh Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: STIM
YKPN, 2007), hlm. 78.
30 I G. K. A. Ulupui, “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas dan
sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan total aktiva. Rasio TAT
yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya
rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi,
pemasarannya, dan pengeluaran modalnya (investasi).31 TAT
menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva
perusahaan di dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin
tinggi rasio TATO berarti semakin efisien penggunaan seluruh aktiva di
dalam menghasilkan penjualan. TATO ini penting bagi para kreditur dan
pemilik perusahaan, tetapi akan lebih penting lagi bagi manajemen
perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya
penggunaan seluruh aktiva di dalam perusahaan.32
2. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan,
aset maupun laba bagi modal sendiri.33 Ada tiga rasio yang terdapat
dalam rasio profitabilitas, yaitu profit margin, return on total asset
(ROA), dan return on equity (ROE). Dalam penelitian ini penyusun
hanya menggunakan variabel return on asset (ROA) karena dapat
menunjukkan tingkat efisiensi dari investasi yang dilakukan perusahaan.
31 Ibid., hlm. 81.
32 Lukman Syamsudin, Manajemen Keuangan Perusahaan Konsep Aplikasi:
Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2009), hlm. 62.
ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan.34 Menurut Munawir, ROA merefleksikan seberapa banyak
perusahaan telah memperoleh hasil atas seluruh sumber daya keuangan
yang ditanamkan pada perusahaan.35 ROA dapat dihitung dengan laba
bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva.36 Semakin besar ROA
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat
pengembalian investasi (return) semakin besar diterima dan risiko atau
kerugian yang terjadi dalam investasi relatif kecil. Tingginya ROA akan
menjadi sinyal positif yang akan meningkatkan kepercayaan investor
terhadap prospek perusahaan.
3. Rasio Pasar
Rasio pasar adalah rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif
terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan
pada sudut investor (calon investor), meskipun pihak manajemen juga
berkepentingan terhadap rasio-rasio ini.37 Ada beberapa rasio yang
termasuk dalam rasio pasar, yaitu price earning ratio, dividend yield,
earning per share, price book value, dan pembayaran dividen (dividend
34
Ibid., hlm. 123.
35 Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, hlm. 269.
36 Mamduh Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, hlm. 87.
payout). Dalam penelitian ini penyusun menggunakan variabel dividend payout ratio (DPR) dan price book value (PBV).
a. Dividend Payout Ratio
Dividend payout ratio adalah rasio yang melihat bagian earning
(pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor.
Dividen pay out ratio dihitung dengan cara membandingkan antara
dividen yang dibagi dengan earning per share.38 Dividend payout
diukur sebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang
tersedia untuk pemegang saham umum. Lintner memberikan alasan
rasional bahwa perusahaan-perusahaan enggan untuk menurunkan
dividen. Jika perusahaan memotong dividen, maka akan dianggap
sebagai sinyal yang buruk karena dianggap perusahaan
membutuhkan dana. Oleh karena itu perusahaan yang mempunyai
risiko tinggi cenderung untuk membayar dividend payout lebih kecil,
dengan maksud bahwa nanti tidak perlu mengurangi dividen jika
laba yang diperoleh turun. Untuk perusahaan yang berisiko tinggi,
probabilitas untuk mengalami laba yang menurun adalah tinggi. Dari
hasil pemikiran ini, maka dapat disimpulkan adanya hubungan yang
negatif antara risiko dan dividend payout, yaitu risiko tinggi, dividen
payout rendah. Karena beta merupakan pengukur risiko, maka dapat juga dinyatakan bahwa beta dan dividen payout mempunyai
hubungan yang negatif. Alasan lain yang menyatakan hubungan
negatif antara beta dengan dividen payout adalah bahwa pembayaran
dividen dianggap lebih kecil risikonya dibandingkan dengan capital
gains. Dengan demikian perusahaan yang membayar rasio dividen yang tinggi akan mempunyai risiko yang kecil dibandingkan dengan
yang menahannya dalam bentuk laba yang ditahan.39
b. Price Book Value
Price book value adalah rasio yang menunjukkan jumlah pendapatan
yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang
beredar.40 Dalam pengertian yang lain PBV adalah angka rasio yang
menjelaskan seberapa kali seorang investor bersedia membayar
sebuah saham untuk setiap nilai buku per sahamnya.41 PBV
diperoleh dengan cara membagi harga pasar saham dengan nilai
buku per saham. PBV mempunyai dua fungsi utama, yaitu:42
1. Melihat apakah sebuah saham saat ini sudah diperdagangkan di
harga yang sudah mahal, masih murah, atau masih wajar
menurut rata-rata historisnya. Berdasarkan fungsi yang pertama
sebuah saham akan dianggap sudah terlalu mahal atau tinggi jika
PBV saham tersebut saat ini sudah di atas rata-rata PBV
39 Jogiyanto Hartono, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, hlm. 371-372.
40 Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, hlm. 76.
41 Dev Group on Research dan Until, “Price to Book Value,”
http://www.infovesta.com/roller/penjelasan/entry/price_to_book_value. htm, akses 2 Agustus 2010.
historisnya. Demikian sebaliknya, sebuah saham akan dianggap
masih murah atau wajar jika PBV saham tersebut saham saat ini
masih berada di bawah atau sama dengan rata-rata PBV
historisnya.
2. Menentukan mahal atau murahnya sebuah saham saat ini
berdasarkan perkiraan harga wajar untuk periode satu tahun
mendatang. Berdasarkan fungsi yang kedua, sebuah saham akan
dianggap mahal atau murah berdasarkan perkiraan harga
wajarnya.
Dalam penelitian ini penyusun menggunakan analisis fundamental,
karena variabel yang digunakan adalah dari laporan keuangan atau kinerja
perusahaan. Menurut analisis fundamental harga saham merupakan refleksi
dari nilai perusahaan bersangkutan. Analisis fundamental mencoba
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi
nilai faktor-faktor funadamental yang mempengaruhi harga saham di masa
yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham.43
2. Teori Signalling
Teori signalling dikembangkan dalam ilmu ekonomi dan keuangan
untuk memperhitungkan kenyataan bahwa orang-dalam (insiders) perusahaan
pada umumnya memiliki informasi yang lebih baik dan lebih cepat berkaitan
dengan kondisi mutakhir dan prospek perusahaan dibandingkan dengan
investor luar. Munculnya asymmetric information tersebut menyulitkan
investor dalam menilai obyektif berkaitan dengan kualitas perusahaan.
Munculnya masalah asymmetric information ini membuat investor secara
rata-rata memberikan penilaian yang lebih rendah terhadap semua saham
perusahaan. Dalam bahasa teori signalling, kecenderungan ini disebut pooling
equilibrium karena perusahaan berkualitas bagus dan perusahaan berkualitas
jelek dimasukkan dalam “pool” penilaian yang sama.44
Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau
informasi lain yang menyatakan bahwa prospek perusahaan tersebut lebih
baik daripada perusahaan lain. Informasi-informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan akan menjadi daya tarik bagi para investor untuk membeli atau
menjual saham yang dipunyai, karena dengan kondisi keuangan yang baik
dimungkinkan dapat menaikkan harga saham perusahaan tersebut sehingga
informasi tersebut memberikan sinyal yang positif bagi pemegang saham.
Salah satu contoh perusahaan dapat memberikan sinyal kepada pihak
luar adalah dengan membayarkan dividen tunai dalam jumlah yang relatif
besar. Dividen yang besar memang akan mengurangi jumlah capital
44 Zainal Arifin, Teori Keuangan dan Pasar Modal (Yogyakarta: Ekonisia, 2005), hlm.
expenditure sehingga pertumbuhan perusahaan mungkin akan terganggu namun karena kinerja perusahaan bagus, perusahaan tetap dapat
menghasilkan laba bahkan masih tetap tumbuh.
Investor yang paham dan berpikir rasional akan memberi nilai yang
lebih tinggi pada perusahaan yang membagikan dividen besar dan memberi
nilai rendah pada perusahaan yang dividennya rendah atau dapat diistilahkan
dengan separating equilibrium. Selain dividen, keputusan manajer yang juga
dapat dijadikan sinyal bahwa perusahaan berkinerja baik adalah ketika
perusahaan memutuskan mengambil dana dari eksternal untuk membiayai
suatu proyek merupakan sinyal bahwa proyek tersebut memiliki nilai intrinsik
yang tinggi. Penambahan hutang baru juga dapat menjadi sinyal karena hanya
perusahaan yang prospek pendapatan relatif stabil yang berani menambah
hutang.45
D. Ekonomi makro
Ilmu ekonomi makro adalah suatu ilmu yang mempelajari perilaku
perekonomian secara keseluruhan. Analisis ekonomi makro memberikan
penekanan pada keseluruhan kegiatan perekonomian yang bersifat global. Ruang
lingkup pembahasan ekonomi makro meliputi output total dari barang dan jasa,
pertumbuhan output total dari barang dan jasa, pertumbuhan output, tingkat
inflasi, pengangguran, neraca pembayaran, dan nilai tukar.46
45 Ibid., hlm. 12.
46 Tedy Herlambang dkk, Ekonomi Makro: Teori, Analisis, dan Kebijakan (Jakarta: PT
Dalam memahami kinerja perekonomian secara keseluruhan, ilmu
ekonomi makro memberikan tekanan perhatian pada kebijaksanaan ekonomi dan
variabel ekonomi yang mempengaruhi kinerja dari suatu perekonomian. Untuk
keperluan tersebut, para ekonom menggunakan banyak data dan variabel ekonomi
untuk mengukur kinerja dari suatu perekonomian. Para ekonom mengumpulkan
data pendapatan (income), harga, pengangguran, produksi, investasi, dan berbagai
variabel ekonomi lainnya. Dari berbagai variabel yang dikumpulkan tersebut
diketahui bahwa satu dan lain variabel saling memiliki ketergantungan maupun
pengaruh mempengaruhi.47
Secara teori, banyak terdapat indikator yang dapat mengukur variabel
makro, termasuk didalamnya indikator politik ekonomi. Namun demikian dari
sekian banyak indikator yang cukup lazim digunakan untuk memprediksi
fluktuasi saham adalah variabel yang secara langsung dikendalikan melalui
kebijakan moneter dengan mekanisme transmisi melalui pasar keuangan.
Variabel-variabel tersebut meliputi laju inflasi, dan kurs mata uang.
Keputusan seorang investor akan sangat dipengaruhi kondisi ekonomi
makro secara nasional. Ketika kondisi ekonomi makro mengalami penurunan atau
perlambatan, maka harga saham juga akan mengalami penurunan. Sebaliknya,
kondisi perekonomian yang membaik diharapkan akan berdampak pada kenaikan
harga saham.
Analisis pengaruh kondisi ekonomi makro secara nasional merupakan
proses yang sangat penting dalam analisis investasi. Dengan adanya proses