• Tidak ada hasil yang ditemukan

Depresi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat stres yang dapat memicu peningkatan produksi hormon stress yaitu kortisol. Hormon stres kortisol juga dapat merusak atau membuat hippocampus menjadi lebih kecil.

Hippocampus yang lebih kecil memiliki reseptor serotonin lebih sedikit. Serotonin adalah zat kimia yang terdapat pada otak yang berfungsi untuk menenangkan dan mengatur kesimbangan mood atau suasana hati. Serotonin juga dikenal sebagai neurotransmitter yang memungkinkan komunikasi antara saraf di otak dengan tubuh. Beberapa peneliti menemukan bahwa hormon stres kortisol diproduksi secara berlebihan pada orang yang mengalami depresi sehingga membuat hippocampus menjadi lebih kecil, apabila hippocampus mengecil maka otak akan menghasilkan reseptor serotonin yang lebih sedikit sehingga membuat seseorang mengalami penurunan mood seperti kesedihan, apatis, kecemasan serta penurunan aktivitas hingga menjadi depresi (Davison, 2000).

Pemberian terapi murattal pada orang yang mengalami depresi dapat menurunkan hormon-hormon stress, dimana hormon stres tersebut merupakan hormon yang menyebabkan terjadinya depresi. Terapi murattal memiliki efek yang sama dengan terapi relaksasi musik. Terapi murattal yang diperdengarkan pada orang yang mengalami depresi dapat menjaga keseimbangan zat kimia pada otak (Campbell, 2001). Terapi murattal yang diperdengarkan selanjutnya akan masuk ke telinga kemudian akan menggerakkan gendang telinga. Saat suara menggetarkan gendang telinga, kemudian akan diteruskan ke sususan saraf pusat tepatnya pada sistem limbic. Sistem limbic memiliki fungsi sebagai neurofisiologi

yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sensasi. Suara yang sampai pada

limbic akan menurunkan hormon stres kortisol dan suara akan membentuk gelombang alfa, merangsang pelepasan hormon serotonin sehingga memberikan efek relaksasi, merubah mood menjadi positif serta menurunkan depresi (Purbowinoto & Kartinah, 2011).

Seperti yang dikatakan Beck (1985), simtom depresi dapat dilihat dari berbagai simtom, salah satunya pada simtom afektif. Pada simtom afektif, orang yang mengalami gangguan depresi mengalami perubahan pada perasaan, manifestasinya berupa kesedihan, berkurangnya bahkan hilangnya kesenangan, apatis, berkurang bahkan hilangnya perasaan cinta pada orang lain, kecemasan dan hilangnya respon terhadap kegembiraan.

Terapi murattal yang diperdengarkan pada orang yang mengalami depresi akan mengaktifkan hormon endorphin alami yang ada pada otak, dimana hormon ini akan membuat seorang merasa bahagia dan mengurangi kesedihan serta meningkatkan perasaan relaks (Mustamir, 2009). Menurut Ortiz (dalam Anggraini, 2004). Hormon endorphin alami juga dapat mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh dan aktifitas gelombang otak, sehingga dapat menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung menjadi lebih stabil. Menurut Abdurrochman (2008), pada saat mendengar suara bacaan Al Quran, otak mengalami relaksasi yang baik sehingga seolah-seolah sedang berada dalam keadaan tidur. Pada kondisi tersebut, sel kemudian memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan

hormon endorphin. Kondisi inilah yang dialami oleh seseorang ketika melakukan terapi mendengarkan suara Al Qur’an.

Menurut Salamon (dalam Anggraini, 2004), proses relaksasi suara ini diperantarai oleh molekul NO (Nitric Oxide) yang terlibat dalam sistem auditorik secara fisik pada perkembangan cochlea. Saraf halus cochlea ini berada disepanjang talamus memasuki otak hingga korteks auditorik. Disepanjang jalur kecil inilah pusat emosi dan sistem limbik diaktifkan. Dalam proses ini NO bertindak sebagai neurotransmitter dan sebagai hormon yang mengaktifkan

Guanilat Cyclase yang menyebabkan relaksasi. Menurut Abdurrochman (2008), lantunan suara Al Qur’an yang diperdengarkan pada orang yang mengalami depresi akan menghasilkan gelombang delta sehingga menghasilkan ketenangan, ketentraman dan relaksasi. Menurut Salim (dalam medicalzone, 2015), mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dapat menimbulkan efek positif pada tingkat kecemasan, stres ataupun depresi.

Beberapa hasil penelitian mengatakan bahwa terapi murattal dapat memberikan efek ketenangan, relaksasi dan meningkatkan kualitas tidur (menurunkan insomnia). Penelitian Anwar (2010) menyatakan bahwa terapi murattal akan memberikan efek ketenangan dalam tubuh sebab adanya unsur meditasi, autosugesti dan relaksasi yang terkandung didalamnya. Rasa tenang ini kemudian akan memberikan respon emosi positif yang sangat berpengaruh dalam mendatangkan persepsi positif. Penelitian terbaru dilakukan oleh Ihsan tahun 2013 mengatakan bahwa suara Al Qur’an dapat menurunkan tingkat depresi terhadap pasien depresi di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta. Suara bacaan Al Qur’an yang

didengarkan pada pasien depresi mampu meningkatkan kesadaran spritual mereka. Masing-masing dari pasien dapat menjadi lebih tenang dan ikhlas menerima kenyataan. Kesadaran spiritual dapat meningkatkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Kuasa mendorong mereka menjadi lebih optimis dari masalah yang mereka hadapi serta mengubah pandangan yang negatif dari selama ini mereka alami (Ihsan, 2013).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terapi murattal apabila diperdengarkan dengan baik maka akan dapat menurunkan hormon stres kortisol pada otak orang yang mengalami depresi. Selain itu dengan mendengarkan murattal akan merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan hormon endorfin, dimana hormon ini akan membuat seseorang merasa bahagia, mengurangi kesedihan dan relaks. Selain itu hormon endorfin yang dihasilkan dari mendengarkan terapi murattal dapat mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi dan aktifitas gelombang otak.

Seperti yang dikatakan Beck sebelumnya, bahwa simtom emosional (afeksi) depresi dapat dilihat berupa perubahan perasaan seperti penurunan mood, kesedihan, kecemasan, hilangnyan perasaan cinta dan kegembiraan. Selanjutnya Beck (1985) mengatakan depresi terjadi karena distorsi kognitif seperti pandangan negatif terhadap diri sendiri, pandangan negatif terhadap lingkungan dan pandangan negatif terhadap masa depan. Orang dengan gangguan depresi akan menilai jelek diri sendiri, penimpaan kesalahan pada diri sendiri (meyakini dirinya

sebagai sumber permasalahan) dan ketidakmampuan seseorang dalam mengambil keputusan.

Menurut Abdurrochman (2008), terapi murattal yang didengarkan merupakan kumpulan ayat-ayat yang memiliki satu kata yang sama. Banyak kata di dalam Al-Quran yang bermakna positif dan sebagai petunjuk bagi manusia, lalu Abdurrochman mengumpulkan bacaan (murattal) ayat-ayat tersebut dan menggunakannya sebagai terapi. Pembacaan makna ayat Al Qur’an juga bermanfaat sebagai edukasi dan meperbaiki kesalahan berfikir atau pandangan negatif seseorang pada suatu masalah. Kesalahan dalam pola pikir akan diluruskan kembali dengan terjemahan dari ayat-ayat Al Qur’an yang memiliki makna sebagai obat dan petunjuk (psikoedukasi) bagi umat manusia (Ihsan, 2013).

Adapun Ayat Al Qur’an yang membahas (simtom afeksi) tentang kesedihan diantaranya adalah surat Ali Imran ayat 139. Shihab (dalam Tafsir, 2017), ayat ini mengajarkan pada manusia untuk tidak merasa lemah dan tidak bersedih hati atas musibah yang menimpa manusia. Dalam ayat ini juga terkandung makna yang memberikan nasehat pada manusia untuk tidak meratapi orang-orang yang telah meninggal. Menurut Hawari (2002), ayat ini memberikan penguatan dan pendidikan pada manusia agar dalam menghadapi permasalahan hidup ini hendaknya tetap tegar dan tidak mudah jatuh dalam depresi . Adapun manfaat membacakan makna ayat di atas pada pasien akan memberikan penguatan positif dan nasehat bagi orang depresi yang mengalami kesedihan.

Simtom depresi selanjutnya menurt Beck adalah simtom kognitif yaitu memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan. Simtom ini termasuk menilai jelek diri sendiri, distorsi citra tubuh dan harapan negatif. Bagian kedua adalah penimpaan kesalahan kepada diri sendiri. Penderita meyakini bahwa dirinya sumber segala permasalahan. Bagian ketiga ditandai dengan ketidakmampuan seorang individu dalam mengambil sebuah keputusan.

Ayat Al Qur’an yang membahas tentang (kognitif) berfikir adalah surat Al Baqarah ayat 286. Menurut Jalalayn (dalam Tafsir, 2017), maksud dari ayat ini adalah bahwa Allah tidaklah memberikan beban kepada seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya, artinya sekadar kesanggupannya. Maka dari itu pembacaan makna ayat ini bisa membangkitkan semangat dan motivasi dari orang yang sedang menghadapi masalah dan merubah cara pandang orang terhadap suatu masalah yang dihadapi. Selain itu ada juga surat Ar-ra’d ayat 11. Menurut Shihab (1999), dari ayat ini Allah memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada kita untuk menentukan nasib kita sendiri sesuai dengan norma dan ajaran agama, norma sosial serta norma susila, sebab kita sendirilah yang paling bertanggung jawab atas hidup dan nasib kita, bukan karena faktor lingkungan, keadaan, kondisi, ekonomi, orang lain, orang tua, saudara, takdir, nasib dan lain sebagainya. Surat Al Baqarah ayat 155 juga berkaitan dengan berfikir. Hawari (2002) menjelaskan, ayat di atas memberitahukan kepada manusia bahwa tiada hidup tanpa cobaan, oleh karena itu perbanyaklah kesabaran agar mempu mengatasi berbagai pengalaman hidup yang tidak selamanya menyenangkan, seperti stres, cemas dan depresi

Simtom depresi selanjutnya menurut Beck (1985) adalah simtom motivasional seperti tidak adanya keinginan untuk melakukan berbagai aktivitas seperti makan dan minum, timbulnya hasrat untuk mati dan meningkatnya ketergantungan pada orang lain. Pada orang depresi terlihat adanya penurunan atau hilangnya motivasi untuk melakukan berbagai aktivitas dari biasanya.

Menurut Hawari (2002), surat Ar-ra’d ayat 11 berkaitan dengan semangat dan sebagai motivasi bagi orang depresi dimana pada orang depresi tidak adanya minat dan keinginan untuk melakukan aktivitas. Menurut Shihab (1999), dari ayat ini Allah memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada kita untuk menentukan nasib kita sendiri sesuai dengan norma dan ajaran agama, norma sosial serta norma susila, karena sebenarnya kita sendiri-lah yang paling bertanggung jawab atas hidup dan nasib kita, bukan karena faktor lingkungan,d keadaan, kondisi, ekonomi, orang lain, orang tua, saudara, takdir, nasib dan lain sebagainya. Ayat ini memberikan semangat dan motivasi pada manusia untuk bangkit dari masalah agar bisa merubah diri pada keadaan yang lebih baik. Ayat ini memberikan harapan dan penguatan positif bagi orang yang mengalami cobaan hidup.

Simtom depresi menurut Beck selanjutnya adalah simtom perilaku dan vegetatif. Simtom perilaku menunjukkan pengunduran diri dari hubungan sosial dan keinginan untuk lari, berembunyi atau mati. Pada simtom perilaku, aktifitas individu tidak seperti biasanya dalam bentuk retardasi atau agitasi. Simtom vegetatif menunjukkan perubahan vegetatif seperti gangguan makan, tidur dan dorongan libido. Pada simtom vegetatif, biasanya individu menunjukkan simtom seperti kehilangan nafsu makan dan insomnia.

Surat Al Insyirah ayat 5 juga berisi tentang penguatan positif dan motivasi. Menurut Shihab (1999), ayat ini memberikan penjelasan pada manusia bahwa selalu ada hikmah dibalik masalah yang dihadapi. Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa setiap kesulitan ada kemudahan sehingga dapat membangkitkan semangat dan motivasi dari manusia itu sendiri untuk keluar dari masalah yang sedang dihadapinya.

Selain memiliki manfaat sebagai terapi depresi, menurut Dzaky (2002), aplikasi terapi membacakan dan mendengarkan Al Quran sangat bermanfaat terhadap berbagai masalah rohani atau gangguan kejiwaan. Fungsi dan tujuan pembacaan ayat-ayat Al-Quran tersebut adalah; pertama dalam rangka memberikan nasihat, bimbingan tentang berbagai permasalahan yang dihadapi manusia. Cara penyampainnya dengan penuh kasih sayang dan tidak mengundang perdebatan. Dalam hal ini makna ayat Al Qur’an bisa mengembalikan kesalahan berfikir dan pemahaman seseorang terhadap masalah kehidupan. Kedua, pembacaan ayat Al Qur’an merupakan suatu tindakan pencegahan dan perlindungan dan sebagai doa agar senantiasa dapat terhindar dan terlindungi dari suatu musibah, ujian yang berat yang dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan jiwa. Ketiga, pembacaan ayat Al Qur’an merupakan suatu tindakan pengobatan dan penyembuhan terhadap penyakit fisik dan spiritual. Erlina (2007) mengatakan, depresi yang disebabkan oleh kesalahan berikir dapat ditangani dengan menggunakan pendekatan kognitif dalam berfikir positif seperti affirmasi diri, dan harapan positif.

Pembacaan makna ayat Al Qur’an pada orang yang mengalami deprsi dapat meningkatkan motivasi dan mengubah perilaku manusia. Selain itu makna ayat Al Qur’an juga bisa dijadikan sebagai edukasi dan penguat serta petunjuk dan pegangan bagi manusia. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Hakim (dalam Al Qur’an Pedomanku, 2014) yang artinya:

“Kutinggalkan untukmu dua perkara (pusaka), kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yaitu (al-Qur’ān) dan sunnah rasul

-Nya”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa banyak ayat Al Qur’an yang mengandung makna positif yang bermanfaat untuk orang yang mengalami depresi, misalnya sebagai motivasi, penguatan positif, edukasi dan memperbaiki kesalahan berfikir pada orang yang depresi yang serta melatih kesabaran terhadap masalah yang dialami. Makna ayat Al Qur’an memiliki kandungan yang bisa membangkitkan semangat serta motivasi bagi orang yang mengalami depresi. Selain itu ayat Al Qur’an juga merupakan petunjuk dan pegangan bagi manusia dalam menjalankan kehidupan, sehingga manusia bisa menjalani kehidupan sesuai dengan ketentuan yang ada pada Al Qur’an.

Dokumen terkait