Misi 5: Pengembangan perekonomian yang bertumpu pada perluasan pembangunan infrastruktur perdesaan dan perkotaan untuk pengembangan pertanian, perkebunan,
5.3. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Hasan Basry 2.1. RENCANA STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN
2.3.3. PENGATURAN BANGUNAN
Pengaturan bangunan merupakan salah satu cara untuk memberikan arahan dalam pembangunan pada suatu kavling agar tercipta suatu perwujudan ruang kota yang lebih berkualitas serta memenuhi persyaratan lingkungan yang tertib, aman, nyaman, selaras dan serasi diperlukan suatu aturan dan arahan dalam pembangunannya. Peraturan bangunan yang diterapkan dalam penataan pembangunan di Kawasan Koridor Hasan Basry adalah pengaturan jarak antar bangunan dan juga garis sempadan bangunan.
A. Jarak Antar Bangunan
Jarak antar bangunan ditentukan oleh sifat penyelamatan penghuni maupun bangunan itu sendiri, yaitu :
- Pada sisi luar bangunan harus ada ruang terbuka yang sekaligus berfungsi sebagai jarak pengaman terhadap lalu lintas jalan
- Pembatas persil bangunan dapat berupa pagar, drainase kota, jalur hijau, jalur pedestrian dan jalan
B. Garis Sempadan Bangunan
Garis sempadan bangunan merupakan rencana awal dalam pelaksanaan penataan bangunan. Garis sempadan bangunan terdiri dari:
a. Garis Sempadan Muka Bangunan
Dalam suatu ruas jalan, bagian muka bangunan harus memenuhi syarat sehingga antara bangunan yang satu dengan bangunan lain membentuk suatu garis yang teratur. Pengaturan sempadan ini selain mempertimbangkan aturan yang berlaku sebaiknya juga mempertimbangkan fungsi jalan dan peruntukan lahan disekitarnya.
b. Garis Sempadan Bagian Sudut
Khusus bangunan sudut harus memenuhi batas pandang jalan dan bila mempunyai sudut pandang yang kurang, maka harus dipotong. Bangunan sudut harus berorientasi dua arah, dengan sempadan disarankan 1 kali jarak Rumija (Ruang Milik Jalan).
Untuk sempadan belakang disarankan jarak minimal 2 m antara batas tanah dan dinding struktur bangunan, sedangkan untuk sempadan bagian samping dengan jarak minimal 1,5 m dari batas tanah ke dinding struktur bangunan.
Penentuan Garis Sempadan Bangunan (GSB) dilakukan untuk mewujudkan keteraturan bangunan, memperkecil resiko penjalaran kebakaran, memperlancar aliran udara segar dan pengaturan cahaya matahari. Penetapan pengaturan Garis Sempadan Bangunan (GSB) disesuaikan dengan peruntukan lahannya dan ditentukan berdasarkan beberapa kebijakan sebagai berikut :
1. Jarak garis sempadan bangunan dikaitkan dengan garis sempadan jalan (daerah milik jalan) yang direncanakan.
2. Garis sempadan bangunan dipertimbangkan terhadap bidang terluar bangunan yang saat ini ada di tiap unit lingkungan/blok peruntukan.
3. Penentuan garis sempadan bangunan dikaitkan dengan ketinggian bangunan yang dapat dibangun di atas suatu persil.
Penempatan Garis Sempadan Bangunan (GSB) berkaitan dengan lebar jalan (daerah milik jalan/damija atau Right of Ways/ROW). Berdasarkan Peraturan Bangunan Nasional (DPMB) yang dikeluarkan Dirjen Cipta Karya Departemen PU secara umum perhitungan penentuan Garis Sempadan Bangunan adalah :
GSB = ½ x ROW + 1
Keterangan : ROW = Right of Ways / Damija (Meter) GSB = Garis Sempadan Bangunan (Meter)
LAPORAN AKHIR V-50 Tabel 2.10
Sempadan Bangunan Kawasan Hasan Basry
Sumber: Analisis, 2011
Namun, dalam penerapan GSB samping dan belakang dapat pula disesuaikan dengan luas kavling yang tersedia, yaitu:
1. Kavling < 250 m2
Tidak memerlukan GSB samping dan GSB belakang. Untuk GSB belakang disyaratkan mempunyai ruang untuk sirkulasi udara yang cukup.
2. Kavling 250-1000 m2
Untuk 1 lantai: tidak memerlukan GSB samping, tetapi memerlukan GSB belakang. Bila > 1 lantai: disyaratkan memiliki GSB minimal pada salah satu sisinya.
3. Kavling >1000 m2
No Segmen Tema/Arahan
Pemanfaatan Lahan
1. Segmen I
Luas:4.54Ha
Tema: Perdagangan dan Jasa
1. Perdagangan dan Jasa
2. Permukiman (layer ke-2)
3. Ruang terbuka hIjau
2. Segmen II
Luas:16.7 Ha
Tema: Perkantoran 1. Perkantoran
2. Ruang Terbuka Hijau 3. Permukiman 4. Kesehatan 5. Perdagangan dan Jasa 3. Segmen III Luas:12.4Ha
Tema: Pendidikan dan Permukiman 1. Pendidikan 2. Peribadatan 3. Permukiman campuran 4. Segmen IV Luas:25.8 Ha Tema: Perkantoran 1. Perdagangan & jasa 2. Hutan Buatan 3. Permukiman campuran 4. Perkantoran 5. Danau
6. Ruang Terbuka Hijau
5. Segmen V Luas:7.12Ha Tema: Permukiman 1. Perkantoran 2. Permukiman campuran 3. Pendidikan
NO LAND USE SPACE USE LUAS (Ha)
TEMA KAWASAN: PERDAGANGAN DAN JASA 1. Perdagangan dan Jasa -Pertokoan 0.38 - Bank 2. Permukiman - Rumah 2.33 3. RTH 1.52 4. Pendidikan SDN 0.16
LUAS TOTAL SEGMEN I
4.54
NO RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG
LAND USE SPACE USE LUAS (Ha)
TEMA KAWASAN: PERKANTORAN
1. Pendidikan - SDN 0.19
2. Perkantoran - Rumdin Bupati 3.14 - Gedung Bastari
Harus memiliki GSB samping dan GSB belakang
Persyaratan GSB ditentukan oleh kondisi masing-masing bangunan sesuai dengan peruntukan kawasan seperti kawasan perumahan, perdagangan dan jasa, dan lain-lain.
Gambar 4.24
C. Rencana Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi sungai.
Rencana pengelolaan kawasan sempadan sungai dan saluran di Kawasan Hasan Basry sebagai berikut:
1. Sungai bertanggul
Sungai bertanggul didalam kawasan perkotaan adalah 3 (tiga) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul;
2. Sungai tidak bertanggul
- Sungai berkedalaman kurang dari 3 meter adalah 10 (sepuluh) meter;
- Sungai berkedalaman 3 (tiga) sampai 20 (dua puluh) meter adalah 15 (lima belas) meter;
3. Saluran bertanggul
- 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit 4 m3/detik atau lebih;
- 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit 1 – 4 m3/detik;
- 1 (satu) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit kurang 1 m3/detik
4. Saluran tidak bertanggul
- 4 (empat) kali kedalaman saluran lalu ditambah 5 (lima) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit 4 m3/detik;
- 4 (empat) kali kedalaman saluran ditambah 3 (tiga) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit 1-4 m3/detik;
- 4 (empat) kali kedalaman saluran ditambah 2 (dua) meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan debit kurang dari 1 m3/detik.
Adapun arahan pengelolaan sempadan sungai adalah sebagai berikut :
a. Pada kawasan sempadan sungai yang belum dibangun, pendirian bangunan tidak diijinkan (IMB tidak diberikan).
b. Pada kawasan sempadan sungai yang belum terbangun, masih diperbolehkan kegiatan pertanian dengan jenis tanaman yang diijinkan.
c. Kegiatan lain yang tidak memanfaatkan lahan secara luas seperti misalnya pemasangan papan reklame/baliho/pengumuman, pemasangan pondasi dan rentangan kabel listrik, pondasi jembatan, dan sebagainya masih bisa diperbolehkan. d. Kegiatan atau bentuk bangunan yang secara sengaja dan jelas menghambat arah dan intensitas aliran air sama sekali tidak diperbolehkan.
e. Kegiatan lain yang justru memperkuat fungsi perlindungan kaawsan sempadan sungai tetap boleh dilaksanakan tapi dengan pengendalian agar tidak mengubah fungsi di masa mendatang.
D. Rencana Garis Sempadan Jalan
Pengaturan garis sempadan jalan meliputi sempadan pagar dan sempadan bangunan, dengan ketentuan sebagai berikut :
Sempadan Jalan
1. Garis sempadan jalan lokal primer adalah 10 (sepuluh) meter dari as jalan.
2. Garis sempadan jalan lokal sekunder adalah 7 (tujuh) meter dari as jalan