• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN HAK CIPTA LOGO YANG DIGUNAKAN

C. Pengaturan Hak Cipta Logo yang Digunakan Sebagai Merek

Merek atau juga biasa dikenal dengan istilah brand adalah penanda identitas dari sebuah produk barang atau jasa yang ada dalam perdagangan.

Namun tidak hanya sebagai identitas semata, merek juga berperan penting mewakili reputasi tidak hanya produknya, namun juga penghasil dari produk barang/jasa yang dimaksud. Tak heran jika branding menjadi bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan pemasaran suatu produk/ jasa.

Hak Merek adalah bentuk perlindungan HKI yang memberikan hak eksklusif bagi pemilik merek terdaftar untuk menggunakan merek tersebut dalam perdagangan barang dan/atau jasa, sesuai dengan kelas dan jenis barang/jasa untuk mana merek tersebut terdaftar.

Suatu merek yang dapat didaftar harus memiliki daya pembeda dan dipergunakan dalam perdagangan barang/jasa, dan dapat berupa:58

a. gambar, seperti lukisan burung garuda pada logo Garuda Indonesia atau gambar kelinci pada logo Dua Kelinci;

b. kata, seperti Google, Toyota, atau Mandiri;

d. frasa, seperti Sinar Jaya atau Air Mancur;

e. kalimat, seperti Building for a Better Future atau Terus Terang Philip Terang Terus;

f. huruf, seperti huruf "F" pada logo Facebook atau huruf "K" pada logo Circle-K;

g. huruf-huruf, seperti IBM atau DKNY;

h. angka, seperti angka "7" pada logo Seven Eleven atau angka "3" pada logo provider GSM Three;

i. angka-angka, seperti merek rokok 555 atau merek wewangian 4711;

j. susunan warna, seperti pada logo Pepsi atau Pertamina;

k. bentuk 3 (tiga) dimensi;

l. suara;

m. hologram;

n. kombinasi dari unsur-unsur tersebut.

Dalam putusan ini, logo yang digugat yaitu Diesel- only- the brave yang telah lebih dulu digunakan oleh penggugat sebagai merek produknya berupa produk parfum. Kemudian oleh Tergugat di Indonesia mempergunakan logo tersebut sebagai merek di bidang fashion. Maka kemudian timbul perdebatan apakah logo dapat dilindungi atau tidak.

Adanya perlindungan hukum terhadap hak cipta yang tertuang dalam bentuk peraturan perundang-undangan di bidang hak cipta merupakan wujud dari pembangunan di bidang hukum dimana dimaksudkan juga untuk mewujudkan iklim yang lebih baik bagi berkembangnya gairah mencipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Perubahan dan pembaharuan peraturan

perundang-rangka perlindungan terhadap hak cipta, ternyata belum mencapai hasil yang diharapkan. Dalam realitanya, pelanggaran hak cipta masih terus berlangsung bahkan dapat dilihat dan dirasakan dalam kehidupan sehari- hari. Dampak dari pelanggaran tersebut antara lain :

1. Merusak tatanan kehidupan bangsa di bidang ekonomi, hukum, dan sosial budaya.

2. Mengakibatkan lesunya hasrat untuk berkarya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

3. Berkurangnya penghasilan atau pemasukan negara berupa pajak penghasilan yang seharusnya dibayar oleh pencipta atau pemegang hak cipta.

Menurut ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta disebutkan bahwa ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pegetahuan, seni dan sastra:

a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasilkarya tulis lainnya;

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan

e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. Karya seni rupa dalam segala bentukseperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

g. Karya seni terapan;

h. Karya arsitektur;

i. Peta;

j. Karya seni batik atau seni motif lain;

k. Karya fotografi;

l. Potret;

m. Karya sinematografi;

n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional;

p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya;

merupakan karya yang asli;

r. Permainan video; dan

s. Program Komputer.

Karya seni rupa dalam bentuk gambar antara lain berupamotif, diagram, sketsa, logo, unsur-unsur warna dan bentuk huruf indah. Hak Cipta diberikan terhadap ciptaan yang berwujud atau berupa ekspresi yang dapat dilihat, dibaca, didengarkan dan sebagainya. Hak Cipta tidak melindungi ciptaan yang masih berupa ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah ciptaan. Oleh karena itu agar suatu ciptaandapat dilindungi, maka ciptaan tersebut harus diekspresikan terlebih dahulu dan sejak telah diekspresikan atau diwujudkan dalam bentuknyata dan mempunyai sifat yang khas dan pribadi,sejak saat itupul asuatu ciptaan dilindungi.

Menurut L.J. Taylor, yang dilindungi Hak Cipta adalah ekspresinya dari sebuah ide, jadi yang dimaksud disini adalah bukan melindungi idenya itu sendiri namun secara garis besar, bidang yang dilindungi oleh hak cipta yang dapat digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu: 59

dibidang kesusastraan (literary) dalam pekerjaan artistik (artisticwork), termasuk pula didalamnya drama, musik, dan drama musikal.

b. Kategori yang muncul belakangan karena perkembangan teknologi, seperti sinematografi, fotografi, rekaman suara, dan penyiaran (broadcasting), baik radio maupun televisi.

c. Kelompok yang berhubungan dengan komputer, yaitu mengenai program komputer. Di Perancis program komputer ini sendiri mulai dilindungi pada tahun 1985, di Inggris diatur dalam Copyright Amandement Act 1985, di Amerika Serikat diatur dalam Computer Software Copyright Act1980, dan di Indonesia mulai dilindungi sejak Undang-Undang Hak Cipta tahun 1987.

Penekanan yang sama juga dijelaskan pada pasal 41 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta bahwa adanya hasil karya cipta yang tidak dilindugi Hak Ciptanya, yakni meliputi:

a. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;

b. Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah Ciptaan; dan

masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan fungsional.

Dasar pemikiran diberikannya perlindungan hukum kepada seorang individu terhadap ciptaannya, bermula dari teori yang tidak lepas dari dominasi pemikiran madzhab atau doktrin hukum alam yang menekankan pada faktor manusia dan penggunaan akal. Teori ini berpengaruh pada negara-negara dengan sistem civil law. Menurut teori hukum alam, bahwa pencipta memiliki hak moral untuk menikmati hasil kerjanya, termasuk keuntungan yang dihasilkan oleh keintelektualannya. Di samping itu, karena pencipta telah memperkaya masyarakat melalui ciptaannya, pencipta memiliki hak untuk mendapatkan imbalan yang sepadan dengan nilai sumbangannya. Jadi hak cipta memiliki hak eksklusif atas suatu karya pencipta. Hal ini berarti mempertahankan hukum alam dari individu untuk mengawasi karya- karyanya dan mendapat kompensasi yang adil atas sumbangannya kepada masyarakat. Selain teori alam, muncul kemudian teori utilitarian yakni dalam hal perlindungan hak- hak kekayaan tidak berwujud.

Berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, pendekatan utilitarian membela undang-undang hak cipta sebagai suatu sistem insentif bagi pencipta untuk menciptakan karya- karya ciptaannya, dan dengan demikian meningkatkan kesejahteraan masyarakat.60

Sebagai karya, hak cipta logo sebenarnya tidak harus didaftarkan kepada negara. Menurut UU Hak Cipta, begitu sebuah logo jadi maka hak eksklusif

didaftarkan sebagai merek, sesuai Undang-Undang tentang Merek dan Indikasi Geografis Tahun 2016.

Hak cipta logo sebagai merek yang berfungsi sebagai pembeda tidak lagi dapat didaftarkan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Pasal 65 yang menyebutkan bahwa Pencatatan Ciptaan tidak dapat dilakukan terhadap seni lukis yang berupa logo atau tanda pembeda yang digunakan sebagai merek dalam perdagangan barang/jasa atau digunakan sebagai lambang organisasi, badan usaha, atau badan hukum. Maka sebagai langkah antisipasi adanya pelanggaran hak pencipta logo, maka logo dapat didaftarkan sebagai merek. 61

Melihat hal- hal di atas, maka gugatan Disesel S.P.A terhadap Jemmy Wantono sepanjang penggugat dapat memenuhi ketentuan Undang- Undang Hak cipta, dan dapat membuktikan bahwa logo Diesel dan Variasinya berupa kepala orang adalah ciptaannya, maka penggugat dapat menuntut haknya sebagai wujud perlindungan hak cipta atas penggunaan logo tanpa seizin dari pencipta logo tersebut.

61 Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004 hal. 140

Hukum mengenal adanya suatu dikotomi atau pembagian hak menjadi 2 yakni hak perseorangan (jus in personam) dan hak kebendaan (jus in rem). 83 Hak perseorangan secara sederhananya adalah suatu hak yang melekat pada seseorang.

Hak seseorang sebenarnya merupakan kewajiban bagi pihak yang dan dalam hal ini hukum memainkan perannya agar menjamin bahwa kepentingan seseorang akan diperhatikan oleh pihak yang lainnya.

Dalam hal ini ketika seseorang melakukan hubungan hukum dengan pihak lain maka timbullah suatu perikatan antara orang-orang tersebut, dan ketika perikatan 21 itu berkaitan dengan untuk memenuhi suatu prestasi. berupa melakukan sesuatu atau tidak berbuat sesuatu maka disinilah muncul hak perseorangan tersebut, sedangkan mengenai perbuatan prestasi untuk memberikan sesuatu selain terhadapnya melekat suatu hak perseorangan melekat juga padanya suatu hak kebendaan. Jadi perkataan “perikatan” ada kalanya tertuju pada hubungan hukumnya, tetapi kadang kala tertuju pada pasiva dari hubungan hukumnya. Oleh karenanya suatu hubungan hukum dapat melahirkan suatu hak perseorangan dan suatu hak kebendaan.

Jus in rem secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu hak atas suatu benda. Perbedaan yang paling mendasar dari kedua hak tersebut adalah bahwa hak

kepada orang-orang tertetu saja yakni kepada subjek hukum yang kepada siapa seseorang melakukan suatu hubungan hukum dengannya, sehingga hak perseorangan tidak dapat dituntut kepada orang lain yang tidak memiliki hubungan hukum tertentu dengan orang yang memiliki hak tersebut, kecuali seseorang yang kepadanya melekat suatu kewajiban hukum (debitur) yang timbul karena hak dari seseorang tersebut telah menyerahkan kewajibannya kepada pihak lain berdasarkan suatu perjanjian tertentu dengan pihak yang lain tersebut, atau karena debitur tersebut memiliki suatu hak tertentu terhadap pihak yang lain tersebut.

Sebagai contoh dari hak perseorangan adalah ketika seseorang memiliki suatu utang dengan jumlah uang tertentu kepada pihak lain berdasarkan suatu perjanjian utang-piutang, dalam hal ini pihak kreditur memiliki suatu hak perseorangan kepada pihak debitur untuk melakukan sesuatu yakni melakukan pembayaran, dengan demikian pihak kreditur tidak dapat menuntut orang lain bagi pembayaran kepada pihak lain kecuali si debitur berdasarkan suatu hak tertentu terhadap pihak lain telah mengalihkan kewajibannya kepada pihak lain tersebut untuk melakukan pembayaran utangnya atau kecuali di dalam perjanjian utangpiutang itu melekat suatu perjanjian assesoir berupa perjanjian pertanggungan (bortocht).

Berbeda dengan hak perseorangan yang bersifat relatif, hak kebendaan adalah hak-hak kekayaan yang mepunyai ciri-ciri: bersifat absolut (bisa ditujukan kepada semua orang pada umumnya) dan yang lahir lebih dulu mempunyai

karenanya suatu hak kebendaan adalah suatu hak yang dapat dituntut terhadap setiap orang yang berkaitan dengan benda yang dihaki oleh seseorang, karena hak kebendaan itu sendiri adalah hak yang mengikuti kemanapun benda itu berada (droit de suite). 84

Hak kebendaan yang mengikuti kemanapun benda tersebut berada memiliki sifat yang bertingkat dalam artian bahwa ada suatu hak kebendaan yang tingkatannya lebih tinggi dari hak kebendaan yang lainnya dan begitu pula sebaliknya bahwa ada suatu kebendaan yang tingkatnya lebih rendah dari hak kebendaan yang lainnya. Tinggi rendahnya tingkatan hak kebendaan tersebut akan berimplikasi mengenai luasnya cakupan hak terhadap suatu kebendaan tertentu.

Misalnya ada suatu hak kebendaan yang hanya memberikan kepada orang yang memiliki hak kebendaan tersebut sekedar menguasainya atau menggunakan manfaat kebendaan tersebut, dan ada juga suatu hak kebendaan yang selain memberikan hak untuk menguasai benda tersebut dan menggunakan benda tersebut kepada si pemegang hak kebendaan tersebut memberikan juga hak untuk mengalihkan kepemilikan dari benda tersebut.

maka dapatlah dipahami bahwa property bukanlah berbicara tentang suatu kebendaan tertentu melainkan berbicara tentang hak yang berada di atas benda tersebut, dan hak dalam hal ini juga dartikan sebagai suatu kepentingan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa property adalah sesuatu yang sama dengan hak kebendaan yang dapat diartikan sebagai suatu suatu kepentingan seseorang,

dijamin keberadaannya, dan pelaksanaan dari pada kepentingan tersebut dapat dipaksakan kepada tiap-tiap orang lain dihadapan “hukum” yang memiliki hubungan hukum dengan orang tersebut.

Karena logo yang dibahas dalam putusan ini telah digunakan sebagai merek, maka dapat disimpulkan bahwa hak kebendaan juga melekat pada logo yang digunakan sebagai merek tersebut. Dengan demikian maka logo yang digunakan sebagai merek menjadi hak kebendaan dan dikuasai oleh si pemilik atau pemegang merek. Logo “Diesel- only- the brave” adalah hak kebendaan dari Penggugat dan telah didaftarkan dan digunakan sebagai merek untuk produk parfum. Maka hak kebendaan hak cipta atas logo yang didaftarkan adalah milik penggugat.

B. Asas- Asas Hukum Kebendaan

Apabila ditelusuri ketentuan-ketentuan hukum kebendaan, dapat dijumpai beberapa asas hukum benda yang menjadi dasar penormaan hukum kebendaan, yaitu: 85

a. Hukum kebendaan merupakan hukum yang bersifat memaksa (dwingen recht) yang tidak dapat dikesampingkan (waive) oleh para pihak

Sebagai hukum memaksa, ketentuan-ketentuan dalam hukum kebendaan yang telah diatur dalam undang-undang tidak dapat disimpangi atau ditiadakan oleh seseorang atau para pihak. Artinya

85 Mieke Komar Kantaatmadja, Op. Cit, hal. 53

kebendaan atas benda tertentu, selain yang telah ditentukan atau ditetapkan dalam undang-undang. Artinya hanya undang-undang saja yang dapat melahirkan hak kebendaan, yang memberikan kekuasaan langsung terhadap seseorang atas suatu benda. Atas suatu benda tersebut hanya dapat diadakan hak kebendaan. Hak- hak kebendaan tersebut tidak akan memberikan wewenang yang lain daripada apa yang sudah ditentukan dalam undang-undang. Dengan lain perkataan, kehendak para pihak tidak dapat mempengaruhi isi hak kebendaan.

b. Dapat Dipindahtangankan/Dialihkan

Pada prinsipnya, semua hak kebendaan dapat dipindahtangankan/

dialaihkan kepada siapapun, asalnya yang bersangkutan mempunyai kewenangan untuk itu. Hal itu sesuai dengan sifatnya hak kebendaan, karenanya para pihak tidak dapat menentukan lain bahwa hak kebendaan itu tidak dapat dipindahtangankan/dialihkan kepada pihak lain. Artinya, sepanjang tidak dikecualikan lain, maka sesuatu dengan sifatnya semua hak kebendaan dapat dipindahtangankan.

c. Asas Individualitas (Individualiteit)

Berdasarkan kepada asas individualitas ini, maka setiap objek hak kebendaan selalu adalah barang yang individueel bapaald, yaitu suatu barang yang dapat ditentukan. Artinya, objek hak kebendaan

kesatuan.86

d. Asas totalitas/ menyeluruh atas benda (totaliteit)

Asas ini menyatakan bahwa kepemilikan oleh individu atas suatu kebendaan berarti kepemilikan menyeluruh atas setiap bagian kebendaan tersebut. Dalam konteks ini misalnya seseorang tidak mungkin memiliki bagian dari suatu kebendaan, jika ia sendiri tidak memiliki titel hak milik atas kebendaan tersebut secara utuh.

e. Asas tidak dapat dipisahkan (onsplitsbaarheid)

Asas ini merupakan konsekuensi hukum dari asas totaliteit, dimana dikatakan bahwa seseorang tidak dimungkinkan melepaskan hanya sebagian hak miliknya atas suatu kebendaan yang utuh. Meskipun seorang pemilik diberikan kewenangan untuk membebani hak miliknya dengan hak kebendaan lainnya yang bersifat terbatas (jura in re aliena), namun pembebanan yang dilakukan itupun hanya dapat dibebankan terhadap keseluruhan kebendaan yang menjadi miliknya tersebut. Jadi jura in re alenia tidak mungkin dapat diberikan untuk sebagian dari benda, melainkan harus untuk seluruh benda tersebut sebagai satu kesatuan.

f. Asas prioriteit

Pada uraian mengenai asas onsplitsbaarheid tersebut telah dikatakan bahwa suatu kebendaan dimungkinkan untuk diberikan jura in re aliena

86 Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 42

Hak kebendaan terbatas ini oleh hukum diberikan kedudukan berjenjan (perioritas) antara satu hak dengan hak lainnya. Ingat ada hak kebendaan yang bersifat umum dan ada hak kebendaan yang bersifat terbatas. Di atas hak milik mungkin dibebankan hak pakai hasil, yang atas hak pakai hasil tersebut masih mungkin dibebankan hipotek.

g. Asas percampuran (vermenging)

Asas ini merupakan juga asas kelanjutan dari pemberian jura in re aliena, di mana dikatakan bahwa pemegang hak milik atas kebendaan yang diberikan hak kebendaan terbatas (jura in re aliena) tidak mungkin menjadi pemegang hak kebendaan terbatas tersebut jatuh ke tangan pemegang hak milik kebendaan tersebut, maka hak kebendaan yang bersifat terbatas tersebut demi hukum hapus.87

h. Asas publisitas (publiciteit)

Asas publisitas berkaitan dengan pengumuman suatu kepemilikan suatu benda tidak bergerak kepada masyarakat. Pada dasarnya peralihan kepemilikan dan pembebanan suatu benda tidak bergerak dilakukan melalui pendaftaran dalam daftar umum agar diketahui masyarakat (umum). Sementara itu terhadap benda bergerak, pada prinsipnya peralihan kepemilikan dan pembebanannya tidak diwajibkan didaftarkan. Hal ini mengandung artinya, bahwa peralihan kepemilikan suatu benda bergerak cukup dengan penguasaan dan

ditentukan lain oleh undang-undang.

i. Pengaturan dan perlakuan yang berbeda terhadap benda yang berbeda Hal ini sesuai dengan pembedaan benda yang membawa konsekuensi pula perbedaannya pengaturan dan perlakuan terhadap benda yang yang berbeda. Artinya hal-hal yang berkaitan dengan penguasaan (bezit), penyerahan (leavering), pembebanan (bezwaring), lewat waktu (verjaring) masing-masing benda akan berbeda. Hal yang sama juga berlaku terhadap jura in re aliena atas masing-masing benda. Misalnya, leavering atas benda bergerak cukup dilakukan penyerahan secraa nyata (fisik), sedangkan leavering atas benda tidak bergerak dilakukan dengan akta balik nama.

j. Sifat perjanjian sebagai perjanjian kebendaan

Adanya sifat perjanjian dalam setiap pengadaan atau pembentukan hak kebendaan. Bahwa pada dasarnya dalam setiap hukum perjanjian terkandung pula asas kebendaan dan dalam setiap hak kebendaan melekat pula sifat hukum perjanjian di dalamnya. Sifat perjanjian ini menjadai makin penting adanya dalam pemberian hak kebendaan yang terbatas (jura in re aliena) sebagaimana dimungkinkan oleh undang-undang.

Kemudian menurut ilmu hukum, tanda-tanda pokok kebendaan adalah sebagai berikut:88

88 Rachmadi Usman, Hukum Kebendaa, Op.Cit., hal. 46- 47

terhadap setiap orang. Pemegang hak berhak menuntut setiap orang yang mengganggu haknya;

b. Hak kebendaan jangka waktunya tidak terbatas;

c. Hak kebendaan mempunyai droit de suite, artinya hak itu mengikuti bendanya di tangan siapapun benda itu berada. Jika ada beberapa hak kebendaan diletakkan di atas suatu benda, maka kekuatan hak tersebut ditentukan oleh urutan waktunya;

d. Hak kebendaan memberikan wewenang yang luas kepada pemiliknya.

Hak itu dapat dialihkan, diletakkan sebagai jaminan, disewakan atau dipergunakan sendiri.

C. Status Hak Kebendaan Hak Cipta Atas Logo yang Telah Didaftarkan Sebagai Merek

Jika memperhatikan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hak kebendaan dapat juga melekat pada hak cipta atas logo yang digunakan sebagai merek. Hal ini dapat dilihat bahwa hak cipta adalah hak kebendaan yang bersifat absolut dan hak kebendaan atas benda yang dipublikasikan. Maksudnya adalah bahwa sesuatu yang dapat dikatakan sebagai benda atau diberikan sebagai benda adalah segala sesuatu yang dapat ditentukan sebagai suatu kesatuan atau sebagai suatu jumlah atau ukuran tertentu. Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1333 misalnya yang menyebutkan “suatu perjanjian harus mempunyai pokok berupa suatu barang yang sekurang-kurangnya ditentukan jenisnya. Jumlah

dihitung”.

Dengan demikian maka jelas bahwa hak kebendaan atas hak cipta logo yang digunakan sebagai merek melekat pada pencipta atau pemegang hak kekayaan intelektual karena telah didaftarkan. Adapun pendaftaran hak kekayaan intelektual dalam perkara ini telah dilakukan oleh Penggugat terlebih dahulu.

Maka dengan demikian, maka pencipta dapat disebut sebagai pemegang bezit.

Bezitatau hak berkuasa sebagai salah satu hak kebendaan yang di atur dalam system hukum perdata di Indonesia merupakan suatu hak istimewa yang di berikan kepada pemegang benda khusnya benda bergerak, beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya tentang hak bezit, Prof subekti .S.H dalam bukunya pokok pokok hukum perdata mengemukakan bahwa “ bezitadalah sebuah keadaan lahir batin dimana sesorang menguasai suatu benda yang seolah-olah sebagai benda yang ia miliki dimana di lindungi oleh hukum dimana tidak dapat di persoalkan tentang siapa sebenanya yang memiliki hak milik atas benda tersebut

89

Dalam hal ini Prof. subekti menekankan akan beberapa hal tentang bezityaitu sebuah keadaan lahir batin, yaitu sebuah keadaan yang secara fisik dan dalam alam fikir harus senyatanya di kuasai, selanjutnya adalah seolah olah di kuasai, prof subekti berpendapat bahwa bezziter atau orang yang memiliki bezitharus diakui sebagai pemilik dari seuatu benda itu, unsure berikutnya adalah bahwa dilindungi oleh hukum dalam hal ini prof subekti berpendapat bahwa yang

89 Subekti, Op. Cit, hal. 63

tidak jujur karena dalam hukum berlaku asas universal tentang “kejujuran itu di anggap ada pada tiap orang, sedangkan ketidak jujuran harus di buktikan”90.

Selanjutnya sarjana lain mengemukakan sebuah hal yang berbeda, yaitu Riduan Syahrani, S.H dalam bukunya seluk beluk dan asas asas hukum perdata mengemukan pendapatnya tentang bezitdimana menurutnya bezitadalah suatu keadaan dimana ia menguasai suat benda, baik sendiri atau dengan pelantara orang lain, dimana seolah olah benda itu kepunyaannya sendiri.ng har91 Riduan syahrani mengemukan bahwa supaya terjadinya bezitseseorang harus memenuhi 2 unsur yaitu senyatanya orang itu menguasai suatu benda (Corpus), menguasai disini bahwa iya berkuasa penuh atas benda itu secara fisik. Dan unsure yang kedua adalah adanya keinginan untuk menguasai benda itu (Animus).

Selanjutnya sarjana lain mengemukakan sebuah hal yang berbeda, yaitu Riduan Syahrani, S.H dalam bukunya seluk beluk dan asas asas hukum perdata mengemukan pendapatnya tentang bezitdimana menurutnya bezitadalah suatu keadaan dimana ia menguasai suat benda, baik sendiri atau dengan pelantara orang lain, dimana seolah olah benda itu kepunyaannya sendiri.ng har91 Riduan syahrani mengemukan bahwa supaya terjadinya bezitseseorang harus memenuhi 2 unsur yaitu senyatanya orang itu menguasai suatu benda (Corpus), menguasai disini bahwa iya berkuasa penuh atas benda itu secara fisik. Dan unsure yang kedua adalah adanya keinginan untuk menguasai benda itu (Animus).

Dokumen terkait