• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaturan Kapal Laut yang Dapat Dijadikan Jaminan

BAB II PENGATURAN TENTANG KAPAL LAUT YANG

B. Pengaturan Kapal Laut yang Dapat Dijadikan Jaminan

Pada Kantor Administrasi Pelabuhan Belawan Utama Medan selama ini yang pernah terjadi pembebanan jaminan hipotik.70Dengan demikian yang akan diuraikan selanjutnya tentang jaminan hipotik.

Dari pengaturan tentang jaminan kapal laut yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan syarat-syarat kapal laut yang dapat dijadikan jaminan hipotik, yakni sebagai berikut:

1. Kapal milik Warga Negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;

2. Kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia;

3. Kapal yang sudah terdaftar pada Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal yang ditetapkan oleh Menteri, yakni Syahbandar;

4. Kapal dengan ukuran diatas 7 GT.

Sebelum membahas pengertian menurut peraturan akan diulas terlebih dahulu pendapat dari para ahli. Menurut H.F.A Vollmar hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tidak bergerak, yang seperti hak gadai tidak bertujuan untuk memberikan kenikmatan dari barangnya kepada yang berhak, tetapi hanya merupakan jaminan untuk pembayaran dari utangnya dengan hak pendahuluan.71

Kemudian masih menurut H.F.A Vollmar hipotik adalah sebuah hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, yang seperti hak gadai, tidak bermaksud

70Wawancara dengan Bapak Marnala Simanungkalit, Pegawai Pembantu Untuk Pendaftaran

dan Baliknama Kapal, Kantor Syahbandar Utama Belawan Medan, pada tanggal 6 Mei 2011.

memberikan kepada orang yang berhak (disebut pengambil hipotik, atau sebutan yang lebih lazim pemegang hipotik) sesuatu nikmat dari sebuah benda, tetapi ia bermaksud memberikan jaminan belaka bagi pelunasan sebuah hutang dengan hak dilebihdahulukan.72

Menurut G. Kartasapoetra, dan R.G. Kartasapoetra hipotik adalah hak kebendaan atas benda tidak bergerak, sebagai jaminan pembayaran utang dengan hak yang didahulukan. Hak yang didahulukan maksudnya ialah bahwa utang yang dijamin dengan hipotik harus dibayar lebih dahulu dari hasil eksekusi.73

Pasal 1162 KUH Perdata memberikan pengertian Hipotik sebagai berikut: ”Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan.” Menurut ketentuan Pasal 1162 KUHPerdata tersebut, hipotik adalah hak kebendaan atas suatu benda tak bergerak untuk mengambil penggantian dari benda tersebut bagi pelunasan utang. Dari ketentuan pasal ini dapat diuraikan unsur-unsur hipotik itu sebagai berikut:

1. Hak atas benda tak bergerak;

2. Benda tak bergerak itu untuk jaminan utang;

3. Dengan mengambil penggantian dari benda tersebut;

4. Bagi pelunasan suatu hutang apabila debitur tidak membayar hutangnya.74

72H.F.A. Vollmar,Pengantar Studi Hukum Perdata, Rajawali Pres, Jakarta, 2000, hal. 328. 73

G. Kartasapoetra, dan R.G. Kartasapoetra, Pembahasan Hukum Benda Hipotek Hukum Waris, Bumi Aksara, Jakarta, 1990, hal, 36.

74 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,

Sebagai hak kebendaan atas benda tak bergerak, hipotik perlu diketahui oleh umum dan perlu dirinci secara khusus benda tak bergerak mana yang dibebani oleh hipotik, dan perlu didaftarkan dalam daftar khusus pula. Asas-asas ini disebut publikasi dan spesifikasi. Asas publikasi mengharuskan hipotik itu didaftarkan supaya diketahui oleh umum. Asas spesifikasi mengharuskan hipotik itu diletakkan diatas benda tak bergerak yang ditunjuk secara khusus berupa apa, berapa luas, besar, dan jumlah ukuran.75

Pengertian hipotek menurut Undang-Undang Pelayaran diatur dalam Pasal 1 butir 12, disebutkan sebagai berikut:”Hipotek Kapal adalah hak agunan kebendaan atas kapal yang terdaftar untuk menjamin pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor lain.”

Hipotik sebagai hak kebendaan atas benda jaminan tak bergerak, hipotik mempunyai sifat-sifat khusus sebagai berikut:

1. Hipotik bersifat (accessoir), artinya sebagai pelengkap dari perjanjian pokok yaitu hutang piutang. Adanya hipotik tergantung pada adanya perjanjian pokok hutang-piutang. Tanpa hutang-piutang tidak ada hipotik.

2. Hipotik bersifat tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar), artinya sebagian hipotik tidak hapus dengan pembayaran sebagian hutang debitur. Hipotik melekat di atas seluruh benda objeknya (Pasal 1163 ayat 1 KUH Perdata).

3. Hipotik bersifatzaaksgevolg, yaitu mengikuti bendanya di dalam tangan siapa saja benda itu berada (Pasal 1163 ayat 2 KUH Perdata).

4. Hipotik bersifat droit de preference, yaitu hak lebih didahulukan pelunasannya daripada piutang-piutang lain (Pasal 1134 ayat 2 KUH Perdata). Hipotik bersifat jaminan untuk pelunasan hutang tetapi tidak memberi hak untuk menguasai dan memiliki benda jaminan.76

75 Ibid, hal.178. 76Ibid, hal. 177-178.

Rachmadi Usman dalam bukunya juga memberikan beberapa sifat-sifat hipotek, yakni antara lain:

1. Bersifataccessoirpada perjanjian pokok tertentu;

Perjanjian hipotek bersifataccessoir, maka keberadaan hak hipotek ditentukan oleh adanya piutang yang dijamin pelunasannya, dengan hapusnya utang yang dijamin pelunasannya maka hak hipotek hapus karenanya.

Perjanjian hipotek ini mengabdi kapada perikatan pokoknya, dengan konsekuensi sebagai berikut:

a. Turut beralih dengan beralihnya perikatan pokoknya (misalnya melalui

cessiedansubrogatie);

b. Menjadi hapus apabila perikatan pokoknya berakhir atau batal; c. Tidak dapat dialaihkan secara terpisah dari perikatan pokoknya. 2. Tidak dapat dibagi-bagi;

Menurut Pasal 1163 ayat (1) KUH Perdata salah satu ciri dan sifat hipotek itu tidak dapat dibagi-bagi (ondeelbaar) dan melekat di atas seluruh benda objeknya. Dengan adanya sifat hipotek tidak dapat dibagi-bagi, maka hak hipotek membebani secara keseluruhan kebendaan jaminan. Telah dilunasinya sebagian dari utang yang dijamin tidak berarti terbebasnya sebagaian kebendaan jaminan dari beban hak hipotek, melainkan hak hipotek itu tetap membebani secara keseluruhan atas benda jaminan untuk sisa utang yang belum dilunasi.

Dari ketentuan Pasal 1163 ayat (2) KUH Perdata, sebagai konsekuensi dari hak kebendaan, maka hipotek tetap mengikuti kebendaannya yang dijaminkan didalam tangan siapapun kebendaan jaminan itu berada atau pindah. Sifat ini dikenal dengan istilah droit de suite atau zaaksgevolg dan merupakan salah satu sifat dari jaminan kebendaan yang diperuntukkan bagi kepentingan kreditur (pemegang hipotik). Walaupun kebendaan jaminan sudah berpindah tangan menjadi hak milik orang lain, kreditur masih tetap dapat menggunakan haknya untuk menuntut pelaksanaan eksekusi guna mengambil pelunasan piutangnya, jika debitur wanprestasi.

4. Bersifat terbuka;

Berdasarkan ketentuan Pasal 1179 KUH Perdata, agar suatu ikatan hipotek itu memepunyai kekuatan hukum, maka ikatan hipotek tersebut wajib didaftarkan dalam sutau daftar yang diperuntukkan untuk itu. Sifat ini erat kaitannya dengan kedudukan diutamakan (preferent) yang diberikan kepada kreditur terhadap kreditur lainnya. Karena suatu pendaftaran pada asasnya dimaksudkan untuk kepentingan umum, maka buku pendaftaran sifatnya terbuka untuk umum, dan karenanya dikatakan, bahwa hipotek menganut asas publisitas. Artinya, setiap orang (publik) mungkin dengan membayar sejumlah uang administrasi tertentu berhak untuk melihat buku daftar. Disanalah letak perlindungan terhadap pihak ketiga.

Hipotek mengandung pertelaan (specialiteit) artinya hipotek hanya dapat dibebani terhadap kebendaan yang ditunjuk secara khusus untuk itu, jadi didalam akta hipotek harus disebutkan secara jelas dan terang, baik mengenai subjek hipotek, objek hipotek maupun hutang yang dijaminkan. Mengenai asas spesialis ini berlaku ketentuan Pasal 1174 KUH Perdata. Pengikatan hipotek hanya dapat dilakukan atas benda-benda yang disebutkan atau ditunjuk khusus, baik itu menyangkut bentuk bendanya, sifat bendanya, letak bendanya, ukuran bendanya, dan lain-lain. Pendaftaran hipotek menunjukkan dengan tepat benda jaminan mana (tertentu) yang dijaminkan dan subjek penjaminan.

6. Mengenal pertingkatan;

Suatu objek hipotek dapat dibebani dengan lebih dari satu hipotek guna menjamin pelunasan lebih dari satu utang, sehingga terdapat Pemegang Hipotek peringkat pertama, Pemegang Hipotek peringkat kedua, dan seterusnya. Pemegang Hipotek peringkat pertama akan mempunyai hak didahulukan dari Pemegang Hipotek peringkat kedua, dan begitu seterusnya. Dapat disimpulkan, bahwa hipotek lahir pada saat pendaftarannya. Demikian pula dengan hipotek atas kapal laut, dapat dilakukan lebih dari satu kali. Terhadap hipotek kapal laut yang didaftarkan pada tanggal yang sama, maka mempunyai tingkat yang sama secara bersama-sama. Hal ini ditafsirkan dari ketentuan Pasal 315 KUH Dagang.

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1134 ayat (2) KUH Perdata, piutang atas gadai dan hipotek lebih didahulukan atau tinggi dari privilege, yang eksistensinya diberikan oleh undang-undang, tidak didasarkan kepada kehendak para pihak, sepanjang oleh undang-undang tidak ditentukan lain. Dengan demikian, hipotek mengandung hak untuk lebih didahulukan dalam pelunasan utang tertentu yang diambil dari hasil pendapatan eksekusi benda yang menjadi objek hipotek.

Untuk hipotek kapal laut, pemegang hipotek atas kapal laut juga mempunyai hak untuk lebih didahulukan. Namun secara khusus ditentukan, bahwa piutang-piutang yang diistimewakan atas kapal laut lebih didahulukan dibandingkan hipotek. Keistimewaan tersebut diatur dalam Pasal 316a ayat (3) KUH Dagang. Piutang-piutang yang diistimewakan tersebut meliputi:

a. Biaya-biaya lelang sita (eksekusi);

b. Piutang-piutang yang lahir dari perjanjian perburuhan (perjanjian kerja laut) antara pengusaha perkapalan dan pelaut;

c. Upah penolongan, upah pandu laut, uang petunjuk, uang pelabuhan dan lain-lain yang menyangkut biaya-biaya pelabuhan;

d. Piutang karena penubrukan kapal.

8. Mengandung hak untuk pelunasan piutang tertentu.

Ketentuan dalam Pasal 1176 KUH Perdata mengharuskan bahwa dalam akta hipotek harus disebutkan secara pasti jumlah uang yang merupakan utang yang dibebani dengan hipotek. Dengan kata lain dalam akta hipotek harus

disebutkan secara jelas dan tegas mengenai nilai penjaminan yang diberikan oleh pemberi hipotek yang nantinya akan diikat sebagai jaminan utang dengan hipotek. Dalam kaitannya dengan asas publisitas, dimana pihak ketiga diberikan kesempatan untuk mengetahui tidak saja ada atau tidaknya beban, tetapi juga berapa besarnya beban benda jaminan yang bersangkutan. Selain itu nilai tersebut juga penting untuk menentukan, sampai jumlah berapa kreditor berkedudukan sebagai kreditor preferent atas hasil eksekusi benda hipotek yang bersangkutan.77

Mengenai hutang yang didahulukan yang diatur pada Undang-Undang Pelayaran Pasal 65, dinyatakan sebagai berikut:

(1) Apabila terdapat gugatan terhadap piutang yang dijamin dengan kapal, pemilik, pencarter, atau operator kapal harus mendahulukan pembayaran piutang-pelayaran yang didahulukan.

(2) Piutang-pelayaran yang didahulukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu sebagai berikut:

a. untuk pembayaran upah dan pembayaran lainnya kepada Nakhoda, Anak Buah Kapal, dan awak pelengkap lainnya dari kapal dalam hubungan dengan penugasan mereka di kapal, termasuk biaya repatriasi dan kontribusi asuransi sosial yang harus dibiayai;

b. untuk membayar uang duka atas kematian atau membayar biaya pengobatan atas luka badan, baik yang terjadi di darat maupun di laut yang berhubungan langsung dengan pengoperasian kapal;

c. untuk pembayaran biayasalvageatas kapal;

d. untuk biaya pelabuhan dan alur-pelayaran lainnya serta biaya pemanduan; dan

e. untuk membayar kerugian yang ditimbulkan oleh kerugian fisik atau kerusakan yang disebabkan oleh pengoperasian kapal selain dari kerugian atau kerusakan terhadap muatan, peti kemas, dan barang bawaan penumpang yang diangkut di kapal.

(3) Piutang-pelayaran yang didahulukan tidak dapat dibebankan atas kapal untuk menjamin gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf e apabila tindakan tersebut timbul sebagai akibat dari:

a. kerusakan yang timbul dari angkutan minyak atau bahan berbahaya dan beracun lainnya melalui laut; dan

b. bahan radioaktif atau kombinasi antara bahan radioaktif dengan bahan beracun, eksplosif atau bahan berbahaya dari bahan bakar nuklir, produk, atau sampah radioaktif.

Tuntutan atau klaim tersebut dijamin terhadap maritime liens (jaminan maritim yang didahulukan) sesuai dengan International Convention for the Unification of Certain Rules Relating To Maritime Liens and Mortgages, (Brussel 1967, Pasal 4). Jaminan maritim yang didahulukan ini merupakan hak jaminan yang

bersifat kebendaan. Dengan kata lain, kepada siapa saja pemilikan kapal itu beralih, maka hak jaminan itu mengikuti kapal tersebut.

Dari landasan operasional dan landasan yuridis sumber hukum, ketentuan hukum jaminan hipotik kapal laut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hipotik kapal adalah hak kebendaan atas benda terdaftar untuk mengambil penggantian dari pelunasan suatu perikatan.

2. Hipotik kapal mengikuti bendanya di dalam tangan siapapun ia berada.

3. Hipotik kapal adalah perjanjian accessoir yang lahir dan berakhir yang bergabung pada perjanjian (kredit) pokok.

4. Hipotik tidak dapat dibagi-bagi dan terletak di atas semua benda terdaftar yang terikat dalam keseluruhannya di atas masing-masing benda dan tiap-tiap bagiannya.

5. Objek hipotik adalah kapal yang terdaftar.

6. Yang berhak memberikan hipotik hanayalah yang memiliki wenang menguasai untuk memindahkan benda jaminan.

7. Tingkat hipotik ditentukan oleh hari pendaftaran.78

Berdasarkan ketentuan Pasal 509 KUH Perdata kebendaaan bergerak karena sifatnya ialah kebendaaan yang dapat berpindah atau dipindahkan. Sehingga kapal laut termasuk benda bergerak karena sifatnya disebabkan kapal laut dapat berpindah atau dipindahkan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 314 KUH Dagang, kapal Indonesia yang berukuran paling sedikit 20 meter kubik isi kotor dapat didaftarkan dan akan ditetapkan dengan suatu undang-undang tersendiri. Dari ketentuan tersebut menentukan bahwa kapal adalah termasuk benda tidak bergerak karena dapat didaftarkan.

Terdapat perbedaan dari KUH Perdata dan KUH Dagang mengenai status hukum kapal laut sebagai benda bergerak dan benda tidak bergerak. Status hukum kapal laut sebagai benda bergerak atau benda tidak bergerak sangat penting dalam hukum, yaitu antara lain:

a. Bezit(Kedudukan Berkuasa)

Dalam hal bezit kedudukan berkuasa, untuk benda bergerak berlaku Pasal 1977 KUH Perdata yaitu seseorang yang menguasai (bezitter) suatu benda bergerak dianggap sebagai pemilik (eigenaar) dari benda tersebut. Bezitter

atas benda bergerak tidak perlu memperlihatkan tanda bukti tentang kepemilikan atas benda tersebut. Sedangkan bezitter dari benda tidak bergerak belum tentu merupakan eigenaar dari benda tersebut. Bezitter dari benda tidak bergerak harus memperlihatkan tanda bukti bahwa benda tidak bergerak tersebut merupakan miliknya.

b. Levering(Penyerahan)

Penyerahan terhadap benda bergerak dilakukan dengan penyerahan secara nyata atau penyerahan kekuasaan belaka (feitelijke levering). Sedangkan penyerahan terhadap benda tidak bergerak dilakukan dengan memindahkan hak milik benda tersebut kepada orang lain melalui prosedur balik nama (jurisdische levering).

c. Verjaring(Kadaluarsa)

Ketentuan mengenai verjaring (kadaluarsa) hanya berlaku bagi benda tidak bergerak saja. Berdasarkan Pasal 1963 KUH Perdata, seseorang yang dengan

itikad baik dan berdasarka suatu alas hak yang sah, dapat memperoleh hak milik atas suatu benda tidak bergerak, dengan jalan daluarsa, dengan suatu penguasaan selama 20 (dua puluh) tahun. Sedangkan untuk benda bergerak tidak dikenal verjaring karena bezitter atas suatu benda bergerak adalah

eigenaar atas benda bergerak tersebut. Selama benda bergerak tersebut masih ada dalam penguasaan bezitter, maka selama itu pula bezitter akan memiliki benda tersebut.

d. Bezwaring(Pembebanan)

Benda bergerak yang akan dijadikan jaminan hutang dapat dibebani dengan gadai (pand), fidusia atau cessie. Sedangkan terhadap benda tidak bergerak akan dibebani dengan hipotik.79

Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan status hukum kapal laut sebagai benda tidak bergerak, apabila:

a. Bezit(Kedudukan Berkuasa)

Ketentuan Pasal 158 ayat (2) Undang-Undang Pelayaran pada huruf a, kapal dengan ukuran tonase kotor sekurang-kurangnya 7 GT (tujuh gross tonnage) dapat didaftarkan. Ayat selanjutnya menyatakan pendaftaran kapal dilakukan dengan pembuatan akta pendaftaran dan dicatat dalam daftar kapal Indonesia. Bukti kapal telah terdaftar diberikan grosse akta pendaftaran kapal yang berfungsi sebagai bukti hak milik atas kapal yang telah terdaftar. Dengan demikian seseorang yang mengatakan bahwa kapal tersebut adalah miliknya

harus dapat memperlihatkan grosse akta pendaftaran kapal. Ketentuan tersebut menyatakan bahwa kapal merupakan benda tidak bergerak.

b. Levering(Penyerahan)

Mengacu pada ketentuan Pasal 162 ayat (1) Undang-Undang Pelayaran pengalihan hak milik atas kapal wajib dilakukan dengan cara balik nama di tempat kapal tersebut semula didaftarkan. Cara penyerahan ini termasuk cara penyerahan benda tidak bergerak karena penyerahan dilakukan dengan proses balik nama.

c. Bezwaring(Pembebanan)

Ketentuan Pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Pelayaran menyatakan kapal yang telah didaftarkan dalam daftar kapal Indonesia dapat dijadikan jaminan utang dengan pembebanan hipotek atas kapal. Pembebanan hipotek tersebut mempertegas bahwa kapal yang telah terdaftar merupakan benda tidak bergerak.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan pada Pasal 13 ayat (2) menyatakan 7 GT adalah setara dengan 20 meter kubik. Dan sebagaimana yang ditegaskan pada Pasal 353 Undang-Undang Pelayaran bahwa semua peraturan pelaksana Undang-Undang Nomor 21 taun 1992 tentang Pelayaran dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru. Maka terhadap kapal yang berukuran kurang dari 7 GT tidak dapat didaftarkan sehingga berlaku ketentuan Pasal 510 KUH Perdata yaitu terhadap kapal tersebut akan

dianggap sebagai benda bergerak dan semua ketentuan terhadap benda bergerak berlaku terhadap kapal tersebut.

Pada kenyataannya dalam pelaksaannya di Propinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan pembebanan kapal laut sebagai benda bergerak belum pernah terjadi. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi kepada pihak bank dan terjadi kerancuan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Pelayaran tahun 2008 tetapi peraturan pelaksanaannya Peraturan Pemerintah tahun 2002, sampai sekarang belum ada peraturan pelaksanaan pengganti PP Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan. Kemudian terjadi kerancuan lagi antara PP Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi, dengan PP Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Pembantuan, dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam peraturan perundangan-undangan tersebut tidak jelas, tumpang tindih dan tidak sinkron, sehingga pelimpahan kewenangan terhadap agunan kapal sebagai benda bergerak belum bisa dilaksanakan. Untuk kapal yang berukuran dibawah 7 GT dapat juga dijadikan jaminan hipotek, atas permintaan pemilik kapal yang bersangkutan langsung (tidak dapat berdasarkan surat kuasa kepada notaris, dalam hal ini peran notaris yang diperbolehkan hanya sebagai konsultasi hukum).80

Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.27/MEN/2009 tentang Pendaftaran dan Penandaan Kapal Perikanan, yang

80Wawancara dengan Bapak Rusli, Staf Sub Dis Laut, Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera

menjadikan tolak ukur untuk pendaftaran kapal dengan ukuran diatas 5 GT, akan tetapi bertentangan dengan Undang-undang Pelayaran.

Kansil dalam bukunya mengutarakan beberapa penyebab berakhirnya perikatan, yakni sebagai berikut:

a. Pembayaran (beraling) artinya jika kewajiban terhadap perikatan itu telah terpenuhi. Pembayaran harus diartikan luas, misalnya ada kemungkinan pihak ketiga yang membayar hutang seseorang debitur.

b. Penawaran bayar tunai diikuti penyimpanan (consignatie) yaitu pembayaran tunai yang diberikan oleh debitur, namun tidak diterima oleh kreditur tetapi kemudian oleh debitur disimpan pada pengadilan. Kalau pengadilan mengesahkan pembayaran itu maka perikatan dianggap berakhir.

c. Pembaharuan hutang atau novasi yaitu apabila hutang yang lama digantikan oleh hutang yang baru.

d. Imbalan (vergelijking) atau kompensasi yaitu apabila kedua belah pihak saling mempunyai hutang, maka hutang mereka masing-masing diperhitungkan. e. Percampuran hutang (schuldvermengging) yaitu apabila pada suatu perikatan

kedudukan kreditur dan debitur ada disatu tangan seperti warisan, perkawinan dengan harta gabungan dan sebagainya.

f. Pembebasan hutang (kwijtschelding der schuld) yaitu apabila kreditur membebaskan segala hutang-hutang dan kewajiban pihak debitur.

g. Batal dan pembatalan (nietigheid of te niet doening) apabila perikatan itu batal atau dibatalkan, yaitu karena tidak terpenuhi syarat sahnya perjanjian.

h. Hilangnya benda yang diperjanjikan (het vergaan der verschuldigde zaak) apabila benda yang diperjanjikan binasa, hilang atau menjadi tidak dapat diperdagangkan, maka perjanjian menjadi batal.

i. Timbul syarat yang membatalkan (door werking ener ontbindende voorwaarde), hal ini biasanya dipergunakan dalam perikatan bersyarat.

j. Kadaluwarsa (verjaring).81

Selanjutnya cara hapusnya hipotek diatur juga dalam KUH Perdata, menurut ketentuan Pasal 1209 KUH Perdata adalah sebagai berikut:

a. Karena perjanjian hutang piutang pokok hapus (lunas).

Hapusnya perjanjian pokok, yaitu hapusnya utang yang dijaminkan dengan hipotek yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan sifat accessoir dari perjanjian hipotek, adanya hak hipotek tergantung pada adanya piutang yang dijaminkan pelunasannya dengan ikatan jaminan hipotek. Apabila piutang tersebut hapus karena pelunasan, maka dengan sendirinya hak hipotek menjadi hapus.

b. Karena pelepasan hipotek oleh kreditur.

Setiap orang bebas untuk menggunakan atau tidak menggunakan hak yang dipunyainya, termasuk untuk melepaskan hak tersebut. Biasanya pelepasan dilakukan dengan cara memberitahukan kepada debitur. Untuk meroya beban

81 C.S.T. Kansil,Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,

hipotek atas persilnya, maka pemberi hipotek membutuhkan surat pernyataaan tertulis dari pemegang hipotek.

c. Karena penetapan tingkat oleh hakim.

Penetapan peringkat oleh hakim sehubungan dengan pembersihan (zuivering) benda yang menjadi objek hipotek.82

Kemudian J. Satrio dalam bukunya menambahkan hapus/berakhirnya hipotik karena:

a. Pembayaran.

b. Penawaran pembayaran yang diikuti dengan consognatie. c. Novatie.

d. Percampuran hutang. e. Pembebasan utang.

f. Dilepaskannya hak hipotik.

g. Musnahnya benda/hak yang dihipotikkan.

h. Berakhirnya hak pemberi hipotik seperti yang disebutkan dalam Pasal 1169 KUH Perdata.

i. Berakhirnya jangka waktu pemberian hipotik. j. Terpenuhinya syarat batal dalam akta hipotik. k. Karena pencabutan hak.

l. Benda jaminan dicabut haknya demi kepentingan umum.

m. Karena adanya penetepan tingkat-tingkatan kedudukan kreditur oleh hakim (rangregeling).83

Dengan hapusnya atau berakhirnya hak hipotek, selanjutnya diikuti dengan pencoretan (roya) atas benda yang dibebani dengan hipotek yang tidak lagi diperlukan sebagai jaminan pelunasan hutang tetentu. Pencoretan terhadap benda yang dibebani hipotek diatur pada Pasal 26 Peraturan Pendaftaran Kapal dan Balik Nama Kapal, yang menetapkan sebagai berikut:

82Rachmadi Usman,Op Cit, hal.312-313.

Dokumen terkait