• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

6.3. Pengawasan dan Pengendalian Mutu

6.3.1 Pengawasan dan Pengendalian Mutu Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam suatu struktur harus memenuhi syarat-syarat kualitas yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu adanya pengendalian kualitas bahan material bangunan. Hal ini dapat dilakukan dengan uji visual dan tes laboratorium. Pengujian secara visual dilakukan dengan melihat kondisi fisik dari material konstruksi yang ada dengan melihat warna, keretakan, bentuk penampang bahan, hingga campuran (untuk beton ready mix). Jika material tersebut sudah lolos dalam pengujian visual maka selanjutnya diuji lebih lanjut dengan melakukan uji laboratorium seperti uji kuat tekan beton di batching plant dan uji tarik baja di laboratorium. Pengujian tersebut dilakukan di laboratorium teknik sipil universitas Tri Sakti Jakarta.

Pada kegiatan kerja praktek, kegiatan pengujian bahan yang diamati adalah kegiatan uji kuat tekan beton di batching Plant untuk sampel benda uji yang berumur tujuh hari. Sedangkan untuk uji kuat tarik baja belum sempat diamati karena memang sedang tidak ada jadwal pengujian kuat tarik baja. Hasil pekerjaan dipengaruhi oleh mutu dan kualitas bahan, sehingga diperlukan pengawasan dalam hal:

a. Ketersediaan Bahan Konstruksi

Tersedianya bahan sesuai dengan spesifikasi, termasuk di dalamnya persetujuan di masing-masing pihak yang terlibat terhadap

124

mutu dari bahan-bahan tersebut. Dalam menyediakan bahan harus memperhatikan kemudahan mendapatkannya, harga bahan konstruksi dan biaya pengadaan bahan tersebut. Supplier bahan diusahakan lokasinya dekat dengan proyek sehingga mengurangi biaya pengiriman bahan dan harga bahan yang dipatok relatif murah dengan mutu bahan yang sesuai dengan standar dan spesifikasi yang direncanakan.

b. Jadwal Pengadaan Bahan Konstruksi

Jadwal pengadaan bahan harus tepat karena keseluruhan kegiatan di proyek membutuhkan bahan konstruksi sehingga mengurangi kemungkinan mundurnya kegiatan konstruksi akibat terhambatnya pengadaan bahan. Sebelum memesan barang dari supplier, tim Logistik mengecek dan menghitung ketersediaan barang di gudang penyimpanan dan stock yard untuk mengetahu jumlah barang yang ada. Jika persediaan sudah mulai menipis atau hampir habis, maka tim Logistik membuat pemesanan barang ke pihak supplier dengan disetujui terlebih dahulu oleh Site Manager proyek.

Pengadaan bahan konstruksi dalam segi jumlah bahan yang dipesan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan guna mengurangi penumpukan bahan di gudang atau stock yard yang dapat menurunkan kualitas bahan konstruksi.

c. Penerimaan Bahan Konstruksi

Penerimaan bahan konstruksi dari pihak supplier hendaknya diawasi dan dicek secara teliti agar kualitas dan kuantitas dari bahan yang diperoleh sesuai dengan kualitas dan kuantitas bahan yang dipesan. Kegiatan penerimaan bahan cek kuantitasnya oleh tim logistik dan dicek kualitasnya oleh pihak quality control.

Untuk bahan bangunan berupa beton ready mix, saat concrete mixer truck sudah sampai di area proyek kemudian tim Logistik bertugas untuk mencatat jumlah truck mixer yang datang dan volume beton ready mix, sedangkan quality control bertugas dalam mengawasi kualitas beton

125

ready mix dengan cara pengujian nilai slump beton dan pengambilan sampel benda uji kuat tekan beton.

Untuk bahan bangunan berupa baja tulangan, tim Logistik bertugas dalam penghitungan jumlah baja tulangan yang telah disetorkan, sedangkan quality control bertugas dalam pengawasan kualitas baja dengan cara mengukur diameter baja dan pengecekan kondisi permukaan baja tulangan apakah ada cacat permukaan/karat atau tidak.

d. Pemakaian Bahan Konstruksi

Bahan bangunan yang sudah sesuai dengan mutu yang direncanakan saat akan digunakan dalam pemakaiannya harus sesuai dengan prosedur yang ada guna menjaga mutu bahan tersebut. Saat akan dipakai, tim Logistik harus mencatat jumlah bahan bangunan yang akan digunakan dan sisa ketersediaannya di gudang dan stock yard guna mengantisipasi habisnya ketersediaan bahan bangunan.

6.3.1.1 Pengendalian Mutu Beton

Pengendalian mutu beton dilakukan dengan dua cara yakni pengujian di lapangan dan pengujian di laboratorium (di batching Plant supplier beton ready mix).

a. Pengujian di lapangan

Pengujian di lapangan yaitu dengan melakukan slump test yang bertujuan untuk mengetahui kekentalan beton ready mix. Tingkat kekentalan beton sangat penting kaitannya dengan kemudahan dalam pengecoran di lapangan. Pada proyek ini, nilai slump yang digunakan adalah 12 ± 2 cm dan dilakukan pengujian setiap 25 m3 atau setiap 3 concrete mixer truck. Pengujian slump test menggunakan alat Kerucut Abrahams dengan diameter lingkaran atas 10 cm, lingkaran bawah 20 cm, dan tinggi kerucut 30 cm. Adapun tahapan pelaksanaan slump test yaitu sebagai berikut:

126

1. Kerucut Abrahams diletakkan di atas bidang yang datar dan rata serta tidak menyerap air.

2. Campuran beton ready mix dimasukkan ke dalam Kerucut Abrahams kira-kira 1/3 bagian dari tinggi Kerucut Abrahams, kemudian campuran beton dipadatkan dengan cara ditusuk-tusuk dengan alat penumbuk berupa batang baja berdiameter 16 mm sebanyak 25 kali.

3. Campuran beton ready mix dimasukkan lagi ke dalam Kerucut Abrahams hingga mencapai 2/3 tinggi kerucut lalu ditusuk-tusuk kembali dengan batang baja sebanyak 25 kali.

4. Campuran beton ready mix dimasukkan lagi ke dalam Kerucut Abrahams setinggi kerucut (hingga penuh) lalu ditusuk-tusuk kembali dengan batang baja sebanyak 25 kali, lalu ratakan permukaan beton di dalam kerucut.

5. Setelah permukaan beton dalam Kerucut Abrahams sudah rata, Kerucut Abrahams ditarik tegak lurus atau vertikal ke atas dengan hati-hati.

6. Saat kerucut ditarik, terjadi keruntuhan permukaan beton yang dicetak dengan Kerucut Abrahams. Penurunan ketinggian dari runtuhnya beton kemudian diukur dengan mengacu pada tinggi Kerucut Abrahams yang diletakkan di sebelah beton tersebut.

Pengujian slump test dilakukan oleh pihak supplier beton dengan diawasi oleh quality control dan konsultan pengawas. Semua hasil pengukuran dicatat dan didokumentasikan untuk dipertanggungjawabkan kepada pemilik proyek.

b. Pengujian di laboratorium

Pengujian beton ready mix di laboratorium berupa tes uji kuat tekan beton terhadap sampel benda uji yang berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik yakni tekanan

127

maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran.

Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

1. Cetakan sampel benda uji berupa silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm disiapkan.

2. Cetakan silinder diletakkan di atas pelat baja yang sudah dibersihkan sisi dalamnya dan diolesi dengan minyak pelumas seperlunya untuk mempermudah pelepasan beton dari cetakan. 3. Campuran beton ready mix dimasukkan ke cetakan silinder secara

bertahap dalam tiga lapisan dengan tebal yang sama.

4. Campuran beton ready mix yang telah dimasukkan ke dalam cetakan silinder dipadatkan dengan cara ditusuk-tusuk sebanyak 10 kali untuk setiap lapisan.

5. Permukaan atas sampel benda uji diratakan dan diberi kode tanggal pembuatan dan lokasi pengecoran.

6. Sampel benda uji yang sudah dicetak kemudian didiamkan selama 24 jam dan kemudian diambil oleh pihak supplier beton untuk selanjutnya direndam dalam air selama 7, 14, dan 28 hari.

7. Pengujian kuat tekan sampel benda uji beton dilakukan saat sampel sudah berumur 7, 14, dan 28 hari dengan menggunakan alat yang disebut compression machine.

Pengujian kuat tekan beton dilakukan di batching Plant masing-masing supplier dengan diawasi oleh quality control dan konsultan pengawas. Semua hasil pengujian kuat tekan dicatat dan didokumentasikan untuk kemudian dipertanggungjawabkan pada pemilik proyek.

128

Gambar 6.2 Sampel Benda Uji Kuat Tekan Beton

6.3.1.2 Pengendalian Mutu Baja

Pengawasan mutu baja tulangan bertujuan untuk menjamin agar setiap elemen struktur bangunan yang menggunakan besi tulangan dapat menahan beban yang ada dengan baik sesuai dengan perencanaan yang ada. Adapun yang diselidiki dalam mutu baja tulangan ada 2 yakni:

1. Pemeriksaan Visual

Pemeriksaan visual baja tulangan berupa pemeriksaan diameter baja dengan menggunakan jangka sorong dan pemeriksaan cacat pada permukaan baja seperti patah atau karat.

2. Uji Tarik Baja Tulangan

Pengujian tarik baja dilakukan di Laboratorium Universitas Trisakti terhadap sampel tulangan pada berbagai diameter dengan menggunakan mesin uji tarik sehingga didapatkan data regangan, tegangan leleh baja, maupun kuat tarik baja. Pada saat kerja praktek selama 60 hari kerja, tidak ada kegiatan pengujian tarik baja. Seharusnya kegiatan uji Tarik baja dilakukan secara rutin seperti yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) yakni setiap pengadaan 50 ton besi yang berdiameter di bawah 25 mm atau setiap pengadaan 100 ton besi yang berdiameter lebih besar

129

atau sama dengan 25 mm. pengujian kuat tarik baja pada proyek tidak dilakukan secara rutin karena mahalnya proses uji tarik baja.

Dalam pengendalian mutu, baja tulangan diusahakan tidak disimpan atau diletakkan di stock yard yang berada di area terbuka karena dapat menurunkan mutu baja akibat adanya karat.

6.3.1.3 Pengendalian Mutu Semen

Pengujian semen dilakukan secara visual meliputi pemeriksaan kondisi kemasan semen, keadaan butiran semen, serta warna semen itu sendiri. Dalam pengendalian mutu semen, semen disimpan di dalam gudang untuk menghindari paparan sinar matahari dan pengaruh cuaca yang dapat mempengaruhi sifat atau bahkan menurunkan mutu semen. Pengendalian mutu semen ditunjukkan pada Gambar berikut:

Gambar 6.3 Penyimpanan Semen di Gudang Penyimpanan

6.3.1.4 Pengendalian Mutu Multiplex Bekisting

Pemeriksaan kondisi multiplex bekisting dilakukan secara visual dengan melihat kondisi multiplex apakah masih layak untuk dijadikan bekisting atau tidak. Multiplex dikatakan masih layak jika permukaannya masih bagus, tidak keropos, tidak pecah, tidak berlubang

130

serta tidak bergelombang. Jika kondisi multiplex sudah tidak layak maka perlu diganti dengan multiplex yang baru.

Dalam menjaga kelancaran proyek secara keseluruhan perlu adanya pengendalian proyek yang baik, terutama dalam penyimpanan dan penggunaan lahan. Oleh karena itu, pihak logistik harus dapat mengambil tindakan pengamanan yaitu:

1. Jumlah bahan yang disetujui hanya sebesar kebutuhan dalam kurun waktu tertentu untuk menghindari penumpukan dan penyimpanan bahan yang terlalu lama. Penyimpanan bahan diusahakan sebaik mungkin agar mutu terjaga.

2. Untuk mencegah penyalahgunaan bahan, sebaiknya tidak diperkenankan membawa dan memiliki material bekas, misalnya papan, kayu, dan besi.

3. Untuk menjaga kualitas dari hasil pengecoran, dilakukan pemeriksaan dari material yang akan digunakan.

Dokumen terkait