• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT

7 Pengawasan, Pembinaan Dan Pelaporan

a. Kantor Cabang / Kantor Cabang Pembantu BRI berkewajiban melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap debitur / terjamin.

122

Ibid.

123

Ibid. Bandingkan dengan Surat Keputusan Direksi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, Nomor: S.39-DIR/ADK/02/2007 Tanggal 14 Februari 2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Bisnis Mikro PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.

b. Kantor Cabang Penjamin dapat memeriksa pembukuan debitur / terjamin, aset- aset debitur / terjamin yang dijadikan agunan tambahan, kegiatan usaha debitur / terjamin dan kegiatan-kegiatan lain yang dianggap penting oleh Penjamin.124

D. Lembaga Penjamin Kredit Sebagai Mitra Perbankan dan UMKM Untuk Solusi Penyelesaian kredit Bermasalah.

Lembaga penjaminan kredit di Indonesia pada dasarnya telah ada sejak lama. Penjamin kredit terutama bagi koperasi antara lain Perum Sarana Pengembangan Usaha (Perum SPU) merupakan pengembangan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK)125 yang didirikan pada tahun 1971 serta PT. Penjamin Kredit Pengusaha Indonesia (PT.PKPI) mewakili perusahaan swasta yang didirikan pada tahun 1995-an. Selain itu masih ada perusahaan asuransi kredit yaitu PT. Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) yang didirikan pada tahun 1971 yang juga menyelenggarakan penjaminan dalam bentuk financial guarantee antara lain surety

bond, custom bond dan asuransi kredit perdagangan.

124

Ibid.

125

Dahulu Lembaga Jaminan Kredit Koperasi (LJKK) merupakan BUMN bernaung di bawah Departemen Koperasi dan Tenaga Kerja. Tugas utama LJKK adalah menjamin skim kredit yang disalurkan kepada koperasi. Sejarah mencatat bahwa sejak berdirinya LJKK telah banyak memberikan bantuan kepada Koperasi dalam hal penjaminan sehingga citra koperasi di masyarakat menjadi baik. Selanjutnya untuk lebih mengembangkan kemampuan keuangan koperasi sekaligus menyehatkan beroperasinya lembaga penjaminan, Pemerintah memutuskan untuk membentuk Perusahaan Umum (Perum). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51/1981 dibentuklah Perusahaan Umum pengembangan Keuangan Koperasi. Selanjutnya sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun 2000, nama Perum Sarana berada di bawah naungan Kantor Meneg BUMN. ”Upaya Konversi Tanah dari Asset Menjadi Modal Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Usaha Mikro dan Penggerak Ekonomi Rakyat”, DL05-03 Bank Indonesia.

Dalam sejarah perkembangannya, bentuk kemitraan lembaga penjamin dengan bank pada era tahun 1970-an dapat dikatakan gagal. Bertolak dari pengalaman masa lampau, maka pendekatan yang sama kembali dicoba untuk diterapkan dalam mengatasi pemberdayaan UMKM saat ini. Untuk mengantisipasi kegagalan program pada masa lalu agar dapat mengeliminasi kemungkinan yang akan terjadi, maka diharapkan adanya kerjasama yang saling cek dan ricek antara bank dengan lembaga penjamin sehingga upaya pemberdayaan UMKM dapat tepat sasaran.126 Perlu diketahui bahwa konsep pemberian pada lembaga penjamin tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan melihat cash flow dan menghitung kemampuan membayar (repayment capacity) calon nasabah yang digunakan sebagai jaminan utama. Fungsi lembaga penjamin difokuskan pada opsi bahwa jaminan tambahan yang selama ini berupa aset dirubah menjadi dalam bentuk corporate

guarantee oleh lembaga penjamin.127

Dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah untuk menggerakkan sektor riil yang tercantum dalam Inpres Nomor 6 tahun 2007 tanggal 8 Juni 2007 tentang kebijakan percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM serta

126

Menurut Krisna Wijaya bahwa terdapat dua hal penting agar tidak terulang kembali kegagalan program pemberdayaan UMKM dengan pola penjaminan yakni:

1. Program penjaminan dilakukan secara komprehensif sehingga tidak mengandung moral hazard bagi oknum tertentu. Hal ini penting agar program ini tidak disalah artikan oleh pelaku UMKM sebagai suatu hak/hibah dari pemerintah yang justru menjadi alat politik di masyarakat.

2. Bahwa kerjasama yang diharapkan antara bank dengan lembaga penjamin adalah adanya kesimetrisan informasi dari bank terhadap nasabahnya, sehingga dapat memperkecil kesalahan dalam memilih calon nasabah yang potensial. Disinilah peran pemerintah sebagai fasilitator dalam menyediakan profil UMKM.

127

Delmon Frengki, Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro,

Kecil Dan Menengah / UMKM (Studi Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Lubuk Pakam), (Medan: Sekolah Pasca Sarjana USU, 2008), hlm. 92.

kesepahaman bersama antara pemerintah, perbankan dan perusahaan penjamin, maka dalam implementasinya perbankan akan bekerja sama dengan menyalurkan usaha mikro dan kecil dengan pola penjaminan (KUMKP). Hal ini bertujuan bagi pelaku usaha mikro dengan pola penjaminan kredit oleh bank untuk mikro, kecil dan koperasi sebagai penjamin.

Seiring dengan kebijakan pemerintah yang tercantum dalam program pengembangan UMKM bagi ekonomi masyarakat kecil, maka dipandang perlu untuk membuat suatu mekanisme percepatan penyaluran kredit bagi pelaku sektor riil. Program ini dilakukan pemerintah dengan dukungan dan pendanaan dari perbankan dengan konsep kemitraan dan penjaminan dari pihak asuransi kredit sebagai mitra perbankan. Program tersebut diberi nama Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dengan program ini, kebuntuan permasalahan permodalan yang selama ini dihadapi oleh pelaku UMKM setidaknya dapat terpecahkan. Pemerintah terhadap KUR dapat membantu UMKM dalam meningkatkan usahanya dengan menambah modal sehingga dampak lanjutannya adalah semakin banyaknya tenaga kerja yang dapat diserap oleh UMKM untuk mengurangi angka pengangguran. Untuk mensukseskan program ini, pemerintah telah menunjuk Lembaga Asosiasi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) sebagai lembaga resmi yang menjamin kredit mikro tersebut.128

128

Nota Kesepahaman (MoU) tentang pembiayaan UMKM ditandatngani di Jakarta, 5 November 2007 antara pemerintah yang diwakili sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dengan lembaga penjaminan kredit Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan PT. Askrindo (Asuransi Kredit Indonesia), serta pihak perbankan yaitu BRI, BNI, BTN, Mandiri, Mandiri Syariah dan

Perjanjian kerjasama ini menjadi tindak lanjut dari kesepakatan kerja bersama antara Askrindo dan SPU dengan departemen serta enam bank nasional yang ditunjuk pemerintah yaitu BRI, BNI, Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah dan Bank Bukopin. Dengan perjanjian kerjasama ini memungkinkan asuransi Askrindo dan SPU secara otomatis menjamin pemberian kredit atau pembiayaan yang dilakukan perseroan kepada pelaku usaha mikro dan kecil. 129

Dari segi persyaratannya, kredit bagi usaha mikro, kecil dan koperasi dengan pola penjaminan (KUMKP) ini adalah kredit modal kerja dan atau investasi dengan plafond kredit sampai dengan Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta) yang diberikan kepada pelaku usaha kecil, mikro dan koperasi dengan usaha produktifnya dan mendapat penjaminan dari perusahaan penjamin. Proses pengajuannya lebih mudah dan cepat, disamping itu kendala selama ini yang menjadi hambatan bagi pelaku usaha mikro dan kecil untuk memperoleh modal sudah dapat diatasi, karena kewajiban menyerahkan agunan / jaminan tidak mutlak dibutuhkan, sehingga pelaku usaha kecil dapat memperoleh kredit tersebut.130 Askrindo sendiri dapat menjamin Bukopin. Program ini untuk mendukung program unggulan di daerah yang dilakukan oleh dinas-dinas koperasi di daerah dan dilakukan dengan tim pendamping yaitu BDS (Business Development Service dan KKMB / Konsultan Keuangan Mitra Bank). Risiko yang ditanggung yaitu perusahaan penjamin 70% dan perbankan 30%. http://www.antaranews.co.id, diakses tanggal 27 Maret 2010.

129

Rhenald Kasali berpendapat bahwa, KUR yang dimaksudkan sebagai ”kail” harus tetap memperhatikan asas kehati-hatian dalam penyalurannya. Kebijakan yang hanya berfokus pada usaha mikro akan menjadi ”hama” ketahanan rakyat. Semua membuka usaha dengan memanfaatkan kemudahan mendapatkan modal dari bank. Menjamurnya usaha mikro seperti itu berpotensi jadi persoalan sosial baru. KUR harus dijaga agar tidak menjadi sarana baru bagi pelaku UMKM dalam ”gali lubang tutup lubang”. KUR diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas pengusaha. ”Program KUR-Penyerapan Tenaga Kerja Baru Sebatas Estimasi”, Stepanus Osa T, Kompas, 28 Juni 2008.

130

Menurut Sandiaga Uno, Nota Kesepahaman diperlukan untuk menyamakan persepsi antara pemerintah, pelaku usaha dan perbankan mengenai skim Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penyaluran KUR yang selama ini kerap terganjal masalah prosedur perbankan yang panjang dan persyaratan

70% dari nilai pinjaman, sementara bank menanggung risiko sebesar 30% dari nilai pinjaman dengan sumber dana sepenuhnya dari Bank BRI. Dengan model kerjasama ini, terbukti bahwa saat ini total pinjaman kredit Askrindo hingga posisi triwulan I, Maret 2008 telah mencapai Rp 20 trilliun. Angka ini naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya Rp 11 trilliun.131 Sebagian alokasi penjaminan tersebut diperuntukkan bagi kredit usaha mikro dan kecil sebesar 90%.

Adapun ketentuan kerugian risiko / klaim yang dijamin oleh pihak Askrindo adalah:

1. Jika debitur tidak dapat melunasi kredit pada saat fasilitas kredit yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan:

a. Untuk kredit dengan jangka waktu satu tahun, hak klaim timbul pada saat kolektibiltas kredit masuk dalam kategori diragukan, atau perjanjian kredit jatuh tempo dan tidak dapat diperpanjang.

b. Untuk kredit lebih dari satu tahun, hak klaim timbul pada saat kolektibilitas kredit dalam kategori diragukan dan masa kredit telah berjalan minimal satu tahun sejak akad kredit atau perjanjian telah jatuh tempo dan tidak dapat diperpanjang.132

agunan dari peminjam. Meski demikian, pola distribusi KUR oleh perbankan dinilai sulit menjangkau sektor usaha mikro dengan plafond Rp.5.000.000 (lima juta) sampai dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta). Hal senada juga disampaikan oleh Nining Soesilo, UMKM Center UI, bahwa KUR belum mampu menyentuh pelaku UMKM hingga ke pelosok daerah. Untuk itu, pemerintah diharapkan mengkaji ulang pola penyaluran KUR bagi usaha Mikro melalui program keterkaitan (linkage) antara bank, BPR dan lembaga keuangan mikro, ”Kadin Minta Komitmen Bank”, Kompas, 31 Agustus 2008.

131

Harian Analisa, 20 April 2008, hlm. 2.

132

Surat Edaran Direksi BRI Nokep: 8/DIR/02/2008 tentang Ketentuan Fasilitas Pinjaman KUR Kupedes.

2. Dalam hal kredit yang telah diterima oleh debitur telah menunjukkan kolektibilitas diragukan sesuai dengan ketentuan dari Bank Indonesia, maka pihak penjamin kerugian akan mengganti sejumlah maksimal yang dapat dibayar sebesar 70% dari outstanding (realisasi).133

Adapun mekanisme dalam penjaminan kredit menjadi kewajiban bank pelapor untuk secara rutin setiap bulannya dalam melaporkan daftar nama debitur secara kolektif ke perusahaan penjamin. Pelaporan yang dibuat harus mencakup daftar nominatif data debitur secara keseluruhan termasuk fasilitas kredit yang diberikan. Sementara itu, untuk biaya premi asuransi sebesar 1,5% dari total plafond kredit menjadi beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), debitur hanya dibebankan biaya administrasi sebesar 0,1%.

Dengan adanya penjaminan kredit UMKM tersebut maka:

1. Pengajuan kredit usaha kecil yang sebelumnya tidak memenuhi persyaratan perbankan menjadi bankable, sehingga usaha kecil dapat mengembangkan usahanya.

2. Risiko bank menjadi berkurang, karena sebagian telah dialihkan menjadi risiko perusahaan penjamin.

3. Dengan terpenuhinya kecukupan agunan dan berkurangnya risiko, maka kemungkinan terjadinya penolakan proposal pinjaman menjadi lebih kecil.

133

4. Perusahaan penjamin juga melakukan kelayakan dan pengendalian kredit atas kredit yang dijamin. Dengan adanya dan pengendalian dari dua pihak yang berlainan diharapkan risiko dapat lebih diminimalkan.

5. Dengan berkurangnya risiko tersebut, maka seharusnya risk premium yang ditetapkan menjadi salah satu komponen dalam perhitungan lending rate dapat diturunkan sehingga lending rate menjadi lebih rendah.

6. Perusahaan penjamin akan mendapatkan fee penjaminan.134 Apabila terjadi kemacetan atas kredit yang dijamin, maka:

1. Sejak klaim yang dibayarkan, maka atas kredit tersebut tidak dikenai bunga. Hal ini akan meringankan beban nasabah.

2. Agunan dan atau fix asset yang dimilikinya tidak perlu dilikuidasi, karena kewajiban nasabah yang dijamin akan dipenuhi oleh perusahaan penjamin sebesar porsi kredit yang dijamin. Hal ini memungkinkan usaha kecil tetap dapat dijalankan dan selanjutnya apabila usaha tersebut telah mengalami pemulihan, nasabah tersebut dapat melakukan pembayaran subrogasi.

3. Dengan adanya pembayaran klaim, maka bank akan lebih cepat mendapatkan likuiditas apabila dibandingkan dengan penjualan fix asset yang memerlukan prosedur dan waktu relatif lama.135

Peran asuransi kredit sebagai penjamin UMKM tidak saja dikenal di Indonesia. Beberapa negara maju seperti Jepang juga menggunakan jasa asuransi

134

Untoro Perry Warjiyo, ”Default Risk dan Penjaminan KUKM”, (Jakarta: Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 2008), hlm. 27.

135

kredit dalam upaya mendukung perbankan untuk pembiayaan kredit.136 Di Jepang implementasi penjaminan kredit diselenggarakan oleh credit guarantee system yang diselenggarakan oleh Credit Guarantee Corporation Japan dan Credit Insurance

System yang diselenggarakan Small Business Credit Insurance Corporation yang

mengasuransikan jaminan tersebut. Credit Guarantee System dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk mengusahakan kelancaran permodalan ke perusahaan perdagangan dan berupaya dalam memberikan kontribusi bagi perkembangan dan pertumbuhan perusahaan yang sehat. Secara konkritnya, lembaga yang berusaha keras membantu pengelolaan perusahaan dan berperan sebagai “public guarantor” bagi perusahaan kecil dan menengah yang memiliki potensi yang besar untuk berkembang di masa yang akan datang. Dengan adanya Credit Guarantee

Corporation perusahaan kecil dan menengah di Jepang dimungkinkan dapat

memperoleh modal usaha dari lembaga keuangan. Untuk memperluas jangkauan pelayanan maka perusahaan penjamin di Jepang diperbolehkan melakukan ekspansi penjamin (gearing ratio)137 sebesar 50-60 kali. Ini artinya jika modal disetor perusahaan penjamin Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) maka perusahaan penjamin diperbolehkan menjamin kredit Rp 500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah) sampai dengan Rp 600.000.000.000,00 (enam ratus milliar rupiah) dengan asumsi non performance loan (kredit bermasalah) kurang dari 1%.

136

Noer Soetrisno, Penjaminan Kredit UKM: Pengalaman Kita dan Negara Lain.

http://www.antara.co.id. Diakses tanggal 27 Maret 2010.

137

Gearing Ratio = Utang x 100% Modal

Sedangkan peranan Credit Insurance System diselenggarakan oleh Small Business

Credit Insurance, berfungsi menyelenggarakan pengasuransian kembali terhadap

pembayaran ganti rugi Credit Guarantee Corporation. Selain itu berfungsi pula selama menyelenggarakan peminjaman bunga rendah untuk promosi jaminan kepada

Credit Guarantee Corporation.138

Di Indonesia sendiri gearing ratio perusahaan penjamin dapat mencapai 20 kali atau dengan asumsi non performance loan maksimal 5%. Ini berarti jika perusahaan penjamin memiliki modal Rp 10 milliar dan menjamin Rp 200 milliar rupiah) serta 5% dari seluruh UKM dijamin macet, maka seluruh modal perusahaan penjamin tersebut akan habis untuk menutup klaim atas kredit yang macet tersebut.139

138

Delmon Frengki, Op. Cit, hlm. 98.

139

Dokumen terkait