• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. PEMECAHAN MASALAH

6.2.6 Pengawasan

1. Manajemen atau penanggung jawab kegiatan sortasi bahan bokar ini harus melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap semua komponen kegiatan sortasi termasuk pengaturan jadwal dan kedisiplian pekerja, serta konsistensi pengendalian rekaman atau pencatatan.

2. Pimpinan harus melakukan tindakan pencegahan terhadap semua aspek yang berpotensi untuk menimbulkan resiko kecelakaan kerja pada bagian ini.

3. Untuk meminimalkan resiko kecelakaan kerja perusahaan harus menyediakan unit fasilitas pemeliharaan kesehatan seperti kelinik serta sarana komunikasi

dengan pihak luar seperti rumah sakit (bila perusahaan tidak memiliki sendiri), dan unit bantuan darurat lainnya.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7. 1 Kesimpulan

7.1.1 Penggunaan Mesin Dengan Pisau Terbuka

Bila kegiatan sortasi bokar yang dilakukan tetap menggunakan mesin potong bokar dengan konstruksi pisau potong terbuka seperti yang ada sekarang, maka sistem kerja kegiatan sortasi bokar harus disempurnakan seperti sistem kerja yang dikembangkan dalam penelitian ini dengan:

1. Merancang kembali konstruksi lebar meja dan panjang gancu yang digunakan oleh pekerja yang melakukan pemotongan bahan agar jarak jangkau tangan atau badan pekerja dengan letak pisau agar lebih jauh dan dalam posisi aman, bila pekerja terjatuh kearah mesin saat mesin hidup. 2. Selalu melakukan pembinaan dalam bentuk pengembangan keterampilan

pekerja secara berkala agar pekerja tetap terampil dan bekerja dengan disiplin yang baik serta memahami pentingnya keselamatan kerja.

3. Melakukan pengawasan mulai dari tingkat pimpinan sampai kepada pekerja termasuk pemeliharaan mesin, kedisiplinan pekerja terhadap aturan dan metode atau prosedur kerja.

7.1.2 Penggunaan Mesin Dengan Pisau Tertutp

Untuk meningkatkan effisiensi dan produktivitas perusahaan serta menjamin keselamatan pekerja dari potensi resiko kecelakana kerja pada proses sortasi bokar ini, perlu dilakukan perancangan kembali konstruksi mesin. Penggunaan mesin dengan kondisi tertutup dapat mengurangi gerakan kerja, sehingga gerakan menarik dan mengarahkan bahan ke pisau dapat dihilangkan.

7.2.Saran-saran

Untuk menghidari terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh sistem kerja yang tidak baik, perusahaan harus selalu mengembangkan sistem kerja sesuai dengan perkembangan yang ada, terhadap hasil penelitian ini disarankan agar:

1. Dilakukan pengukuran kemampuan pekerja terhadap beban kerja yang ditimbulkan dari berat bokar yang akan diproses dalam kegiatan sortasi.

2. Perlu dilakukan perancangan ulang konstruksi mesin potong bokar dengan mempertimbangkan faktor resiko terjadinya kecelakaan kerja.

3. Perlu disempurnakan standar mutu bahan baku bokar dengan mencakup dimensi ukuran panjang dan lebar, agar penggunaan mesin potong yang tetutup dapat lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Aditama Yoga Tjandra, Tri Hastuti, (editor). (2006) Kesehatan dan keselamatan kerja ,penerbit UI Press, Jakarta

2. Daryanto, drs.(2003) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bengkel, penerbit, Rineka Cipta, Jakarta

3. Husein Umar, Drs, SE, MM, MBA, (2001) Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, penerbit PT. Raja Garfindo persada, Jakarta

4. Sutalaksana Iftikar Z, dan Anggwisastra, Ruhana, dan Tjakraatmadja, Jann H (2006) Teknik Perancangan Sistem Kerja, Penerbit Teknik Industri ITB, Bandung

5. Marimin, Prof, Dr, MSc, Ir (2004). Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk, teknik dan aplikasi. Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta

6. Nurmianto, Eko. (1996) Ergonomi, Konsep Dan Aplikasi, Edisi Pertama, penerbit Guna Widya, Jakarta

7. Ronny Kountour, D.M.S, Ph.D, (2006) Statistik Praktis Pengolahan Data Untuk Penyusunan Skripsi Dan Tesis, penerbit PPM, Jakarta

8. Santoso Gempur, Dr, Drs, M.kes (2006) Analisis Ergonomis kelayakan Pabrik, Penerbit Prestasi pustaka, Jakarta

9. Sedarmayanti,Dra,M.Pd (1996) Tata Kerja Dan Produktivitas Kerja, Penerbit Bandar Maju, Bandung

10. Tarwaka, PGDip.Sc, M.Erg, dan Solichul HA bakrri, Ir, M.Erg, dan Lilik Sudiajeng, Ir, M.Erg (2004) Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Produktivitas, penerbit UNIBA Press, Surakarta

11. Undang-undang, Republik Indonesia No.13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Penerbit.Fokusmedia, Bandung

12. Sritomo Wignyosoebroto (1995) Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu, Penerbit Guna Widya, Jakarta

L - 1 GERAKAN THERBLIG DAN PENJELASANNYA

NAMA THERBLIG LAMBANG

Mencari ( Search) SH

Memilih (Select) ST

Memegang (Grasp) G

Menjangkau (Reach) RE

Membawa (Move) M

Memegang untuk memakai (Hold) H Melepas (Released load) RL Pengarahan (Position) P Pengarahan sementara (Pre-Positon) PP Memeriksa (Inspektion) I

Merakit (Asemble) A

Lepas rakit (Desamble) DA

Memakai (Use) U

Kelambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay) UD Kelambatan yang dapat dihindarkan (unavoidable delay) AD

Merencana (Plan) Pn

Pengertian masing-masing gerakan therblig ini adalah sebagai berikut: a. Mencari (Search)

Elemen gerakan mencari merupakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi objek, yang bekerja dalam gerakan ini adalah mata. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek sudah ditemukan.

b. Memilih (Select)

Memilih merupakan gerakan untuk menemukan objek yang tercampur, tangan dan mata adalah dua bagian badan yang digunakan untuk melakukan gerakan ini.. gerakan ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila objek sudah ditemukan. Batas antara memilih dan akhir dari mencari agak sulit untuk ditentukan karena ada pembauran pekerjaan diantara dua gerakan tersebut.

c. Memegang (Grasp)

Gerakan untuk memegang objek biasanya didahului oleh gerakan menjangkau dan dilanjutkan oleh gerakan membawa. Gerakan ini merupakan gerakan yang efektif dari suatu pekerjaan dan meskipun sulit untuk dihilangkan dalam beberapa keadaan masih dapat dikurangi.

d. Menjangkau (Reach)

Pengertian menjangkau adalah gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun gerakan menjauhi objek. Gerakan ini

biasanya didahului oleh gerakan melepas (release) dan diikuti oleh gerakan memegang, gerakan ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir bila tangan sudah berhenti. Waktu yang digunakan untuk menjangkau tergantung pada jarak dari pergerakan tangan dan dari type jangkauanya.

e. Membawa (Move)

Elemen gerakan membawa juga merupakan gerakan perpindahan tangan, hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerak membawa biasanya didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga oleh pengarahan (position). Gerakan ini dimulia dan diakhiri pada saat yang sama dengan menjangkau, karena itu faktor-faktor yang mempengaruhi waktu geraknyapun hampir sama yaitu jarak pindah dan macamnya pengaruh yang lain adalah beratnya beban yang dibawa oleh tangan.

f. Memegang untuk memakai (Hold)

Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa mengerakan objek yang dipegang tersebut. perbedaanya dengan memegang yang terdahulu adalah pada perlakukan terhadap objek yang dipegang. Pada memegang, pemegang dilanjutkan dengan gerak membawa, sedangkan memegang untuk memakai tidak demikian. Gerakan ini termasuk tidak efektif, dengan demikian sedapat mungkin dihindari atau paling tidak dikurangi.

Elemen gerak melepas terjadi bila seseorang pekerja melepaskan objek yang dipegangnya. Bila dibandingkan dengan gerakan lainya, melepas merupakan gerakan yang relatif singkat. Gerakan ini dimulai pada saat pekerja mulai melepaskan tanganya dari objek dan berakhir bila seluruh jarinya sudah tidak menyentuh objek lagi. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan mengangkat atau dapat pula gerakan mengarahkan dan biasanya diikuti oleh gerakan menjangkau.

h. Mengarahkan (Position)

Gerakan ini merupakan gerakan mengarahkan suatu objek pada suatu lokasi tertentu. Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan mengakut dan biasanya diikuti oleh gerakan merakit. Gerakan dimulai sejak tangan mengendalikan objek, misalnya memutar, mengeser ketempat yang diinginkan dan berakhir pada saat gerakan merakit atau memakai dimulai. i. Mengarahkan sementara ( Pre-position)

Mengarahkan sementara merupakan elemen gerak mengarahkan pada suatu tempat sementara. Tujuan penempatan sementara ini adalah untuk memudahkan pemegangan apabila objek tersebut akan dipakai kembali. Dengan demikian untuk siklus kerja berikutnya elemen gerak mengarah diharapkan berkurang. Gerakan ini sering terjadi bersama dengan gerakan lain diataranya adalah mengangkut dan melepas.

Gerakan ini merupakan pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa gerakan melihat seperti untuk memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan permukaan, mencium, mendengarkan dan kadang-kadang merasa dengan lidah. Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan objek dengan suatu standard sehingga banyak atau sedikitnya waktu yang diperlukan untuk memeriksa tergantung pada kecepatan operator untuk menemukan perbedaan objek dengan standard yang dibandingkan.

k. Perakitan (Asemble)

Perakitan adalah gerakan untuk mengabungkan satu objek dengan objek yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh satu gerakan membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan dengan melepas. Pekerjaan perakitan dimulai bila objek sudah siap dipasang (biasanya setelah diarahkan )dan berakhir bila objek tersebut sudah tergabung secara sempurna. l. Lepas rakit (Disamble)

Gerakan ini merupakan kebalikan dari therblig di atas, disini dua bagian objek dipisahkan dari satu kesatuan. Gerakan lepas rakit biasanya didahului oleh memegang dan dilajutkan oleh membawa atau biasanya juga dilanjutkan oleh melepas. Gerakan ini dimulai pada saat pemegangan atas objek telah selesai dan dilanjutkan dengan usaha memisahkan dan berakhir bila kedua objek telah terpisah secara sempurna. Biasanya akhir dari rakit merupakan awal

m. Memakai (Use)

Yang dimaksud memakai disini adalah bila satu tangan atau kedua-duanya dipakai untuk menggunakan alat. Lamanya waktu yang dipergunakan untuk gerakan ini tergantung dari jenis pekerjaannya dan keterampilan dari pekerjaannya.

n. Kelambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable delay)

Kelambatan yang dimaksud disini adalah kelambatan yang dilakukan oleh hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara kerja yang mengakibatkan satu tangan mengangkut sedangkan tangan lain bekerja. Misalnya operator mesin drill, yang menurut ketentuan cara kerja yang ditetapkan sebagai akibat sifat pekerjaannya hanya memungkinkan satu tangan kerja. Ganguan yang terjadi misalnya padamnya listrik, rusaknya alat-alat dan lain-lain menyebabkan juga kelambatan ini. Kelambatan ini dapat dikurangi dengan mengadakan perubahan atau perbaikan pada proses operasi.

o. Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable delay)

Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh pekerjaanya, baik disengaja maupun tidak disengaja. Misalnya pekerja yang sedang menderita sakit batuk, ia batuk-batuk sepanjang waktu kerjanya dan hal ini akan menimbulkan ganguan pada pekerjaanya, contoh lain adalah pekerja yang merokok ketika sedang bekerja. Untuk mengurangi kelambatan

ini, harus diadakan perbaikan oleh pekerjanya sendiri tanpa harus merubah proses operasinya.

p. Merencana (Plan)

Merencana merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk menemukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Waktu untuk gerakan ini lebih sering terjadi pada seseorang pekerja baru.

q. Istirahat untuk menghilangkan fatique (Ret to overcome fatique)

Hal ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi terjadi secara periodik. Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badannya dari rasa fatique sebagai akibat kerja berbeda-beda, tidak saja karena jenis pekerjaanya tetapi juga oleh individu pekerjanya.

L-2 HUBUNGKAN PRINSIP EKONOMI GERAK DENGAN TUBUH MANUSIA,

TEMPAT KERJA DAN PERANCANGAN PERALATAN

1. Hubungan Ekonomi Gera Dengan Tubuh Manusia

a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang sama

b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggu pada saat yang sama kecuali pada waktu istirahat.

c. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainya simetris dan berlawanan arah.

d. Gerakan tangan atau tangan sebaiknya dihemat, yaitu hanya mengerakan tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

e. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu pekerjaanya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam bekerja.

f. Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambat gerak tersebut.

g. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti dari pada gerakan yang dikendalikan. Yang dimaksud dengan gerakan yang dikendalikan di atas adalah gerakan yang terjadi pada suatu pekerjaan, dimana memerlukan dua otot yang berlawanan kerjanya, sedangkan yang dimaksud gerakan balistik adalah gerakan bebas, dengan demikian dapat menggunakan tenaga sepenuhnya.

h. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan irama kerja harus mengikuti irama kerja yang alamiah bagi pekerja

i. Usahalan sesedikit mungkin gerakan mata, gerakan mata kadang-kadang tidak dapat dihindarkan terutama bila pekerjanya baru mengahadapi jenis pekerjaan tersebut.

2. Hubungan Ekonomi Gerakan - Pengaturan Tata Letak Tempat Kerja

a. Usahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.

b. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah, cepat dan enak untuk dicapai.

c. Tempat penyimpan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan perinsip gaya berat, sehingga bahan yan dipakai akan selalu tersedia ditempat yang dekat untuk diambil.

d. Sebaiknya untuk menyalurkan atau menempatkan objek yang sudah selesai dikerjakan diatur dengan sebaik-baiknya dengan pertimbangan cara kerja secara keseluruhan termasuk urutan-urutan geraknya.

e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan-urutan yang baik. f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa, sehingga

alternatif berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan suatu hal yang menyenangkan.

g. Type tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya bersikap (mempunyai postur ) yang baik.

h. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.

3. Hubungan Ekonomi Gerak Dengan Perancangan Peralatan :

a. Sebaiknya tangan dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan dari perkakas pembantu yang dapat digerakan dengan kaki dapat ditingkatkan b. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih dari

c. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemegangan dan penyimpanan.

d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan kekuatan masing-masing jari. e. Roda tangan, palang, dan peralatan yang sejenis dengan itu sebaiknya diatur

sedemikian sehingga dapat melayaninya sesuai dengan posisi yang baik, dengan tenaga yang minimum.

L-3 FAKTOR PENYESUAIAN METODE WESTINGHOUSE

KETERAMPILAN DAN SKILL

Super skill. 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya 2. Bekerja dengan sempurna

3. Tampak seperti telah terlatih dengan baik

4. Gerakan –gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sulit untuk diikuti.

5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan- gerakan mesin.

6. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.

8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang baik.

Exelent skill. 1.Percaya pada diri sendiri.

2.Tampak cocok dengan pekerjaannya. 3.Terlihat telah terlatih baik.

4.Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan dengan pengukuran-pengukuran atau pemeriksaan- pemeriksaan.

5. Gerakan-gerakan kerjanya berserta urutan-tannya dijalankan tanpa kesalahan.

6. Menggunakan peralatan dengan baik.

7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu. 8. Bekerjanya cepat tetapi halus.

9. Bekerja berirama dan terkoordinasi. Good Skill: 1.Kwalitas hasil baik.

2.Bekerjanya tampak lebih baik dari pada kebanyakan pekerjaan pada umumnya.

3.Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah.

4.Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5.Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6.Tiada keragu-raguan.

7.Bekerjanya “stabil”.

8.Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik. 9.Gerakan-gerakannya cepat.

Average Skill:1.Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 2.Gerakannya cepat tapi tidak lambat.

3.Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan yang perencanaan. 4.Tampak sebagai pekerja yang cakap.

5.Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tiadanya keragu- raguan.

6.Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik. 7.Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya.

8.Bekerjanya cukup teliti.

9.Secara keseluruhan cukup memuaskan. Fair Skill: 1.Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.

2.Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya. 3.Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum

melakukan gerakan.

4.Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.

5.Tampak seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah ditempatkan dipekerjaan itu sejak lama.

6.Mengetahui apa yang dilakukan dan harus dilakukan tetapi tampak tidak selalu yakin.

7.Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.

8.Jika tidak bekerja sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah.

9.Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan- gerakannya.

Poor Skill: 1.Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2.Gerakan-gerakannya kaku.

3.Kelihatan ketidak yakinannya pada urutan-urutan gerakan.

4.Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan.

5.Tidak terlihat adanya kecocokan dengan pekerjaannya. 6.Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakan kerja. 7.Sering melakukan kesalahan-kesalahan.

8.Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. 9.Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.

FAKTOR USAHA WESTINGHOUSE

Faktor ini dibagi atas kelas-kelas dengan ciri masing-masing, yaitu :

Excessive Effort: 1.Kecepatan sangat berlebihan.

2.Usahannya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.

Exelent Effort: 1.Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang tinggi. 2.Gerakan-gerakan lebih “ekonomis” dari pada operator-operator biasa.

3.Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4.Banyak memberi saran-saran.

5.Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang.

6.Percaya kepada kebaikan maksud pengukuran waktu.

7.Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa hari. 8.Bangga atas kelebihannya.

9.Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali.

10.Bekerjanya sistematis.

11.Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.

Good Effort: 1.Bekerja berirama.

2.Saat-saat menganggur sangat sedikit, bahkan kadang-kadang tidak ada

3.Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4.Senang pada pekerjaannya.

5.Kecepatannya baik dan dapat dipertahankan sepanjang hari.

6.Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu.

7.Menerima saran-saran dan petunjuk-petunjuk dengan senang.

8.Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja. 9.Tempat kerjanya diatur baik dan rapih.

10.Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik. 11.Memelihara dengan baik kondisi peralatan. Average Effort: 1.Tidak sebaik good, tetapi lebih baik dari poor. 2.Bekerja dengan stabil.

3.Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.

4.Set-up dilaksanakan dengan baik.

5.Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan. Fair Effort: 1.Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.

pekerjaannya.

3.Kurang sungguh-sungguh.

4.Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5.Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja

baku.

6.Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.

7.Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannya.

8.Terlampau hati-hati.

9.Sistematika kerjanya sedang-sedang saja. 10.Gerakan-gerakannya tidak terrencana.

Poor Effort: 1.Banyak membuang-buang waktu.

2.Tidak memperhatikan adanya minat bekerja. 3.Tidak mau menerima saran-saran.

4.Tampak malas dan lambat bekerja.

5.Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-bahan.

6.Tempat kerjanya tidak diatur rapih. 7.Tidak perduli pada cock/baik tidaknya peralatan

yang dipakai.

8.Mengubah-bah tata letak tempat kerja yang telah diatur.

9.Se-tup kerjanya terlihat tidak baik.

Keterampilan Usaha Kondisi Kerja Konsistensi Superskill Excelent Good Average Fair Poor Excessive Excellent Good Average Fair Poor Ideal Excellenty Good Average Fair Poor Perfect Excellent Good Average Fair Poor A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A B C D E F A B C D E F + 0,15 + 0,13 + 0,11 + 0,08 + 0,06 + 0,03 .. 0,00 + 0,05 + 0,10 + 0,16 + 0,22 + 0,13 + 0,12 + 0,10 + 0,08 + 0,05 + 0,02 .. 0,00 + 0,04 + 0,06 + 0,12 + 0,17 + 0,06 + 0,04 + 0,02 .. 0,00 + 0,03 + 0,07 + 0,04 + 0,03 + 0,01 .. 0,00 + 0,02 + 0,04

L - 4 SKEMA PROSES CRUMB RUBBER

Sortasi Bahan baku Gudang Bahan baku Proses creeper Bahan baku Proses drying Packing delivery /pengiriman Penyimpan

L - 5

SKEMA PROSES SORTASI BOKAR

Pengambilan bahan ditumpukan dengan gancu

Mengangkat bahan ke atas meja dengan gancu

Menarik bahan ke arah pisau

Memotong bahan

Ditolak/ out spect Menilai /grading

Di olah/ disimpan

L - 6 Tabel .5.11. Data lamanya waktu kerja (dalam detik) yang dibutuhkan pada

proses pemotongan bokar pada mesin potong

Jumlah pekerja No 2 Orang 4 Orang 1 4.5 2.2 2 7.0 3.0 3 4.0 2.3 4 5.5 2.7 5 5.0 2.5 6 5.7 2.5 7 4.0 2.5 8 6.5 3.0 9 6.0 2.4 10 5.0 2.7 11 5.5 2.5 12 4.5 2.0 13 5.0 2.0 14 4.0 3,5 15 6.5 2.5 16 5.5 2.5 17 4.0 2,5 18 4.5 2.5 19 6.0 3.0 20 5.5 3.0 21 6.5 3.0 22 5.4 2.5 23 5.5 3.0 24 4.0 2.5 25 5.0 3.0

27 5.0 3.0 28 5.0 2.5 29 5.5 2.5 30 4.5 2.5 31 6.0 3.0 32 6.0 2.0 33 5.0 2.5 34 5.5 2.5 35 4.5 3.5 36 5.0 2.5 37 4.5 2.5 38 6.0 2.5 39 5.5 3.0 40 4.5 2,0 41 4.5 2.8 42 6.4 2.5 43 5.5 3.0 44 5.0 2.4 45 6.0 3.0 46 5.5 2.0 47 5.0 3.0 48 4.0 3.0 49 4.5 3.0 50 5.0 2.0 51 5.0 2.5 52 5.0 2.5 53 4.5 2.5 54 6.0 2.5 55 5.5 2.0 56 5.0 3.0 Jumlah 411 287 Rata-rata 7.33 5.13

Tabel 6.2 : Identifikasi faktor resiko dan pencegahan kecelakaan kerja Pada Mesin Potong Sortasi Bahan Baku Bokar

No Masalah Resiko Faktor penyebab

Pencegahan kecelakaan kerja 1 Pisau potong dengan kondisi terbuka Luka Kontruksi mesin

1.Penambahan alat pengaman agar kecelakan kerja dapat diminimalisasi.

2.Melakukan rancang ulang kontruksi mesin sedemikian rupa sehingga pisau tidak dalam posisi terbuka. 2 Jarak pisau- dengan pekerja sangat dekat Luka Lebar meja mesin yang kecil. Panjang gancu

1.Lebar meja perlu ditambah, sehingga jarak pekerja dengan mesin lebih jauh

2.Panjang gancu yang digunakan untuk menarik bahan kepisau perlu ditambah sehingga pekerja dapat menarik dalam posisi lebih jauh dari mesin

pendek 3.Pekerja harus hati-hati dan disiplin agar tidak jatuh.

3 Pemahaman metode/ prosedur kerja Kesalah an kerja Penyedia an dan sosialisasi metode kerja tidak cukup

1.Harus disediakan motede atau prosedur kerja yang cukup dan valid , serta disosialisasikan kepada semua pekerja terkait.

4 Lingkungan tempat kerja Pekerja jatuh/ Sakit Lantai kotor dan licin

1.Selesai sortasi lantai disapu dan disemprot dengan air. 2.Dibuat saluran air dilantai kerja, agar lantai kering 3.Jauhkan barang lain yang tidak

diperlukan.

5 Pengawasan Kurang Pekerja tidak disiplin

1.Manajemen harus melakukan pengawasan yang konsisten agar pekerjaan terkendali dan sesuai prosedur

2.Harus dilakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan.

Dokumen terkait