PENGAWASAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KAWASAN EKONOMI KHUSUS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG
E. Pengawasan dalam KEK
5. Pengawasan oleh Pemerintah Pusat
Pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.76
Negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang berbentuk republik melandasi pelaksanaan pemerintahan di daerah pada asas desentralisasi. Kaidah asas inilah yang kemudian melahirkan makna otonom, dengan substansi penyerahan kewenangan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Di samping asas desentralisasi dikenal juga asas dekonsentrasi dengan substansi yang agak berbeda yaitu penugasan dari pemerintah pusat. Makna kewenangan yang diserahkan, dilimpahkan dan ditugaskan sifatnya untuk mengatur dan mengurus pelaksanaan pemerintahan di daerah.
Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik.
77
Era otonomi daerah sekarang, ada kecenderungan otonomi ditafsirkan sebagai kebebasan daerah untuk melakukan apa saja tanpa campur tangan
76
Maringan, Masry S. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm 61
77
Pemerintah Pusat. Padahal dalam negara kesatuan, Pemerintah Daerah merupakan subordinasi dari Pemerintah Pusat dimana pada tingkat terakhir Pemerintah Pusat-lah yang akan mempertanggungjawabkan segala sesuatunya kepada Parlemen. Kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat harus tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat.
Pengawasan oleh pusat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah, akibat mutlak dari negara kesatuan, hal ini dikemukan Ninik Widyanti dan Sunindhia yaitu: “Pengawasan terhadap segala kegiatan pemerintah daerah termasuk Keputusan Kepala Daerah dan Peraturan Daerah merupakan suatu akibat mutlak dari adanya negara kesatuan”78
Pemerintah melaksanakan pembinaan umum dan pembinaan teknis atas penyelenggaraan KEK. Pembinaan umum dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri, meliputi: (a) koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan; (b) pemberian pedoman dan standar pelaksanaan kawasan khusus; (c) pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi penyelenggaraan kawasan khusus; (d) perencanaan umum penyelenggaraan kawasan khusus; dan (e) penyiapan dan pengelolaan sistem informasi manajemen dan akuntabilitas kinerja kawasan khusus. Pembinaan teknis dilaksanakan oleh Menteri dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang terkait sesuai dengan ketentuan
78
Husin Ilyas, Pembinaan Dan Pengawasan Pemerintah Pusat Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Jurnal
peraturan perundang-undangan79
6. Pengawasan oleh Dewan Nasional
. Pemerintah bersama-sama dengan pemerintah daerah melakukan pengawasan dan evaluasi atas penyelenggaraan kawasan khusus. Hasil pengawasan dan evaluasi digunakan oleh pemerintah sebagai bahan pembinaan umum dan pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi pemerintahan tertentu pada kawasan khusus.
Dewan Nasional KEK bertanggung jawab kepada Presiden dan bertugas membantu Presiden dalam:
a. Menyusun Rencana Induk Nasional KEK;
b. Menetapkan kebijakan umum serta langkah strategi untuk mempercepat pembentukan dan pengembangan KEK;
c. Menetapkan standar infrastruktur dan pelayanan minimal dalam KEK; d. Melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk dijadikan KEK; e. Memberikan rekomendasi pembentukan KEK;
f. Mengkaji dan merekomendasikan langkah pengembangan di wilayah yang potensinya belum berkembang;
g. Menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan pengembangan KEK; dan
h. Memantau dan mengevaluasi keberlangsungan KEK serta merekomendasikan langkah tindak lanjut hasil evaluasi kepada Presiden, termasuk mengusulkan pencabutan status KEK.
79
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Dewan Nasional dapat:
a. meminta penjelasan Dewan Kawasan dan Administrator mengenai pelaksanaan kegiatan;
b. meminta masukan dan/atau bantuan instansi Pemerintah, pemerintah daerah, atau para ahli sesuai dengan kebutuhan; dan/atau
c. melakukan kerja sama dengan pihak lain sesuai dengan kebutuhan80
Dewan Nasional mengawasi KEK dengan cara mengadakan rapat konsultasi dan/atau koordinasi dengan Ketua Dewan Kawasan paling kurang 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun.81
7. Pengawasan oleh Dewan Kawasan
Dewan Kawasan terdiri atas wakil pemerintah dan wakil pemerintah daerah. Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk membantu Dewan Nasional dalam penyelenggaraan KEK. Menurut UU KEK, Pasal 19, Dewan Kawasan diusulkan oleh Dewan Nasional kepada Presiden untuk ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Namun Dewan Kawasan bertanggung jawab kepada Dewan Nasional KEK.82
Secara organisasi, Dewan Kawasan terdiri atas ketua, yaitu gubernur, wakil ketua, yaitu bupati/walikota, dan anggota, yaitu unsur Pemerintah di provinsi, unsur pemerintah provinsi, dan unsur pemerintah kabupaten/kota UU KEK Pasal 20. Menurut UU KEK, Pasal 21, ada beberapa tugas yang dijalankan
80
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 18 81
Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2010 Tentang Dewan Nasional dan Dewan Kawasan, Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 17.
82
oleh dewan kawasan, yaitu: (a) melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh Dewan Nasional untuk mengelola dan mengembangkan KEK di wilayah kerjanya; (b) membentuk Administrator KEK di setiap KEK; (c) mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Administrator KEK dalam penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu satu pintu dan operasionalisasi KEK; (d) menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan KEK di wilayah kerjanya; (e) menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional setiap akhir tahun; dan (f) menyampaikan laporan insidental dalam hal terdapat permasalahan strategis kepada Dewan Nasional.
Menurut Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2010, Pasal 18-27, dewan kawasan memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) dewan kawasan dibentuk pada setiap provinsi yang wilayahnya ditetapkan sebagai KEK;
(2) dewan kawasan diusulkan oleh dewan nasional dan ditetapkan oleh presiden dengan keputusan presiden;
(3) dewan kawasan bertanggungjawab kepada dewan nasional;
(4) dewan kawasan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan dewan nasional;
(5) dewan kawasan diketuai oleh gubernur, wakil ketua (bupati/walikota) dan anggota (unsur pemerintah provinsi yang menangani urusan pemerintahan di bidang perpajakan, kepabeanan, pertanahan dan keimigrasian dan unsur pemerintah daerah yang menangani urusan perekonomian dan
perencanaan pembangunan daerah di pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota;
(6) Membentuk sekretariat dewan kawasan, bertanggung jawab kepada ketua dewan kawasan dan memiliki tugas menyelenggarakan dukungan dan pelayanan teknis operasional dan adminsitratif kepada dewan kawasan; (7) Sekretariat dewan kawasan menyelenggarakan fungsi : pemberian
dukungan teknis operasional kepada dewan kawasan, pemberian pelayanan administrasi penyusunan rencana dan program kerja dewan kawasan, penyelenggaraan kegiatan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi administrasi kegiatan dan tindak lanjut pelaksanaan tugas dewan kawasan, pemberian pelayanan administrasi kerja sama dewan kawasan dengan lembaga pemerintah dan pihak lain yang terkait, pemberian pelayanan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data serta penyusunan laporan kegiatan dewan kawasan dan penyelenggaraan administrasi keanggotaan dewan nasional serta pembinaan organisasi, adminsitrasi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana secretariat dewan kawasan; (8) Sekretariat dewan kawasan secara ex-officio dilaksanakan oleh unit kerja /
perangkat daerah provinsi yang menangani tugas dan fungsi di bidang investasi atau perdagangan; dan
(9) Apabila dianggap perlu, maka dewan kawasan dapat membentuk tim ahli, yang susunan keanggotaanya ditetapkan oleh ketua dewan kawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Kawasan terhadap KEK, yaitu
Dewan kawasan melakukan pengawasan KEK, yaitu mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Administrator KEK dalam penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu satu pintu dan operasionalisasi KEK. 83
8. Pengawasan oleh Badan Usaha Pengelola
Badan Usaha adalah perusahaan berbadan hukum yang berupa Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, swasta, dan usaha patungan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha KEK. Menurut UU KEK, pasal 26, bahwa penyelenggaraan kegiatan usaha di KEK dilaksanakan oleh Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK, dapat berupa:
(a) Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah; (b) Badan Usaha Koperasi;
(c) Badan Usaha Swasta; atau
(d) Badan Usaha Patungan antara Swasta dan/atau Koperasi dengan Pemerintah, dan/atau pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
Menurut PP 2/2011, Pasal 47-49, badan usaha pengelola KEK harus ditetapkan pada masa pelaksanaan pembangunan KEK sebelum dinyatakan siap beroperasi oleh Dewan Nasional. Apabila KEK adalah hasil dari usulan badan usaha, maka badan usaha pengusul ditetapkan sebagai badan usaha pengelola KEK oleh pemerintah provinsi (jika lokasi KEK berada pada lintas wilayah
kabupaten/kota) atau oleh pemerintah kabupaten/kota (jika lokasi KEK berada dalam satu wilayah kabupaten/kota).
Apabila KEK adalah hasil dari usulan pemerintah kabupaten/kota, maka badan usaha pengelola KEK dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota yang sesuai dengan:
(a) ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik daerah, jika pembangunan KEK dibiayai dari APBD kabupaten/kota; (PP No. 2/2011), atau
(a) perjanjian pembangunan KEK jika pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama antara pemerintah kabupaten/kota dengan badan usaha.
Apabila KEK adalah hasil dari usulan pemerintah provinsi, maka badan usaha pengelola KEK dilakukan oleh pemerintah provinsi yang sesuai dengan:
(b) ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik daerah, jika pembangunan KEK dibiayai dari APBD provinsi (PP) No. 2/2011
(c) perjanjian pembangunan KEK jika pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama antara pemerintah provinsi dengan badan usaha.
Apabila KEK adalah hasil dari usulan Kementerian/LPNK, maka badan usaha pengelola KEK dilakukan oleh Kementerian/LPNK yang sesuai dengan: (a) ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik daerah, jika pembangunan KEK dibiayai dari APBN, atau (b) perjanjian pembangunan KEK jika pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama antara kementerian / lembaga pemerintahan non kementerian dengan badan usaha.
Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK akan melaksanakan pengelolaan KEK berdasarkan perjanjian pengelolaan KEK yang ditandatangani bersama antara badan usaha dengan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK sesuai dengan kewenangannya. Perjanjian ini paling sedikit memuat:
(1) Lingkup pekerjaan; (2) Jangka waktu;
(3) Standar kinerja pelayanan; (4) Sanksi;
(5) Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa;
(6) Pemutusan perjanjian oleh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK;
(7) Pengakhiran perjanjian;
(8) Pertanggungjawaban terhadap barang milik negara/daerah;
(9) Serah terima asset atau infrastruktur oleh badan usaha pengelola kepada pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK kerjasama pengelolaan berakhir; dan
(10) Kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan pelayanan kepabeanan dan cukai.
Menurut PP 2/2011, Pasal 9, menyatakan bahwa pemerintah provinsi dan atau pemerintah kabupaten/kota, paling sedikit memberikan dukungan dalam bentuk:
(1) Komitmen rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan restribusi daerah serta kemudahan lainnya; dan
(2) Pendelegasian kewenangan di bidang perizinan, fasilitas dan kemudahan. Fasilitas atau insentif yang diberikan bagi perusahaan dalam wilayah KEK terdiri atas:
(1) fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) dan tambahan fasilitas PPh sesuai dengan karakteristik Zona (UU KEK Pasal 30);
(2) Fasilitas perpajakan dalam waktu tertentu kepada penanam modal berupa pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (UU KEK, Pasal 31);
(3) Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa: (a) penangguhan bea masuk;
(b) pembebasan cukai, sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku atau bahan penolong produksi;
(c) tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk barang kena pajak; dan
(d) tidak dipungut PPh impor. UU KEK Pasal 32;
(4) Penyerahan barang kena pajak dari tempat lain di dalam daerah pabean ke KEK dapat diberikan fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyerahan barang kena pajak dari KEK ke tempat lain di dalam daerah pabean sepanjang tidak ditujukan kepada pihak yang mendapatkan fasilitas PPN dikenakan
PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 31 UU KEK.
(5) Setiap wajib pajak yang melakukan usaha di KEK diberikan insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain insentif pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah daerah dapat memberikan kemudahan lain Pasal 35 UU KEK.
(6) Di KEK diberikan kemudahan untuk memperoleh hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan Pasal 36 UU KEK (7) Di KEK diberikan kemudahan dan keringanan di bidang perizinan usaha,
kegiatan usaha, perindustrian, perdagangan, kepelabuhan, dan keimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis, serta diberikan fasilitas keamanan Pasal 38 UU KEK.
Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Usaha Pengelola KEK melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK. Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK akan melaksanakan pengelolaan KEK berdasarkan perjanjian pengelolaan KEK yang ditandatangani bersama antara badan usaha dengan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK sesuai dengan kewenangannya. Perjanjian ini paling sedikit memuat: (1) Lingkup pekerjaan; (2) Jangka waktu; (3) Standar kinerja pelayanan; (4) Sanksi; (5) Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa; (6) Pemutusan perjanjian oleh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK; (7) Pengakhiran perjanjian; (8) Pertanggungjawaban terhadap barang milik
negara/daerah; (9) Serah terima asset atau infrastruktur oleh badan usaha pengelola kepada pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK kerjasama pengelolaan berakhir; dan (10) Kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan pelayanan kepabeanan dan cukai.84