• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah Daerah Pada Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah Daerah Pada Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, Faried, Syamsu Alam dkk, Studi Analisa Kebijakan, Bandung: Refika Aditama, 2012.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum Jakarta : Grafitti Press, 2006.

Damuri, Yose Rizal. dkk, Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia: Tinjauan atas Peluang dan Permasalahan, Yogyakarta: PT Kanisius, 2015

Djojodipuro, Marsudi Pengembangan Kawasan Industri Dalam Meningkatkan Investasi di Kota Semarang. Semarang. Universitas Diponegoro, 2007.

Hadjon, Philipus M., dkk., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the Indonesian Administrative Law), Cet. Kesembilan Yogjakarta: Gajahmada University Press), 2005

Hidayat, Syarif. Peran Pemerintah dan Relasi Kewenangan dalam Penyelenggaraan KKE:Studi Kasus Batam,dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus, Jakarta:Rajawali Press.

Hutagalung, Arie Sukanti dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan. Jakarta:Rajawali Press, 2008.

Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Bandung : Citra Aditya Bakti, 2007.

Maringan, Masry S. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum Jakarta: Prenada Media Group, 2005

Murhaini, H. Suriansyah Hukum Pemerintahan Daerah (Kewenangan Pemerintah Daerah Mengurus Bidang pertanahan), Surabaya: Laksbang Grafika, 2016

Rajagukguk, Erman. Hukum Investasi di Indonesia Pokok Bahasan Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006.

(2)

Syamsulbahri, Darwin. dkk, Peluang, Tantangan dan Prakondisi bagi Program KEK:Studi Kasus Kota Batam, dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus Jakarta:Rajawali Press, 2010.

Suprianto,J. Metode Penelitian Hukum dan Statistik Jakarta : Pradnya Paramitha, 2003.

Yesuari, Ayu Prima. Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus, Jakarta: Erlangga,2014.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, LN No. 147 Tahun 2009, TLN No. 5066.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

Jurnal/Makalah/Artikel

Dinas Perdagangan Pemerintahan “Standar Penyelenggaraan Infrastruktur Dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)”. Jakarta: Kawasan Ekonomi Khusus 2011.

Ilyas, Husin. Pembinaan Dan Pengawasan Pemerintah Pusat Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Jurnal Universitas Muara Bango Jambi, 2012.

Lingga, Doriani. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Sebagai Klaster Industri, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2012.

Panjaitan, Poltak UB. Analisis Hukum Fasilitas Bagi Investor Di Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2013.

(3)

Superintending Company of Indonesia (SUCOFINDO). Laporan Kajian Mengenai Kelembagaan, Insentif, Kebijakan/Peraturan Terkait dan Infrastruktur pada Wilayah/Lokasi yang Potensial untuk Dikembangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Jakarta. 2007.

Susilawati, Dwi. Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Medan, skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2014.

Yuhani, Octarina. Analisis Perbandingan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Berikat Dengan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Non Berikat, 2015, Skripsi Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Sumatera Utara Medan.

Yenny Lay Rade, Evaluasi Kebijakan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Bintan Wilayah Kota Tanjungpinang, Jurnal Universitas Maritim Raja Haji Tanjungpinang 2014.

Website

Sihombing, Jonker. Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal Bandung : PT. Alumni, 2008.1Ukay Karyadi, blogspot.com/2009/01 “KEK Sebagai Kawasan Pertumbuhan,” (diakses pada tanggal 28 Desember 2016).

Triyono Utomo dan Ragimun, “Kawasan Ekonomi Khusus Tidak Cukup Dengan Insentf Fiskal”, http//www.fiskal.depkeu.go.id/2010/default.asp (diakses tanggal 28 Desember 2016).

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia Diakses Pada Tanggal 04 november 2016.

www.palu.bpk.go.id/.../ Tulisan-Hukum-Pembentukan-Kawasan-Ekonomi-Khusus-Palu (1).docx (diakses tanggal 28 Desember 2016).

https://malikazisahmad.wordpress.com/2012/01/13/pengertian-pengawasan/(diakses tanggal 28 Desember 2016).

Tulisan-Hukum-Pembentukan-Kawasan-Ekonomi-Khusus-Palu.docx, diakses tanggal 21 Desember 2016.

(4)

diakses tanggal 1 Februari 2017

(diakses

tanggal 28 Desember 2016)

tanggal 21 Desember 2016

diakses tanggal 1 Februari 2017.

Basuki Antariksa “Konsep Indonesia Kreatif : Tinjauan Awal Mengenai Peluang

dan Tantangannya Bagi Pembangun Indonesia”

http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/Zona% 20Kreatif .pdf#page=3&zoom=auto,0,522 (diakses tanggal 21 Desember 2016).

Mas Rozak.

diakses tanggal 21 Desember 2016

(5)

tanggal 11 Desember 2016.

diakses tanggal 21 Desember 2016.

tanggal 11 Maret 2017

12 Maret 2017.

(6)

BAB III

KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM KAWASAN EKONOMI KHUSUS

C. Kedudukan Pemerintah Daerah dalam KEK

4. Pengertian Pemerintah Daerah

Pembentukan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Pasal 18 UUD

1945 menjadi dasar dari berbagai produk undang-undang dan peraturan

perundang-undangan lainnya yang mengatur mengenai pemerintah daerah. Undang-undang

tersebut antara lain Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945, Undang-undang Nomor

22 Tahun 1948, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957, Undang-undang Nomor 18

Tahun 1965, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, Undang-Undang Nomor 22

Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 serta Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Philipus M. Hadjon memberikan pendapatnya mengenai Pemerintahan

sebagai berikut: Pemerintahan dapat dipahami melalui dua pengertian: di satu pihak

dalam arti “fungsi pemerintahan” (kegiatan memerintah), di lain pihak dalam arti

“organisasi pemerintahan” (kumpulan dari kesatuan-kesatuan pemerintahan).

Fungsi pemerintahan ini secara keseluruhan terdiri dari berbagai macam

tindakan-tindakan pemerintahan: keputusan-keputusan, ketetapan-ketetapan yang bersifat

(7)

perundang-undangan dari penguasa politik dan peradilan oleh para hakim tidak

termasuk di dalamnya.55

Pemerintahan daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.56

a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;

Definisi

Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan

daerah Pasal 1 ayat (2), adalah sebagai berikut:“Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam UUD 1945”.

Kewenangan pemerintahan daerah di tingkat provinsi yang tercantum dalam

Pasal 11 pada ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah, meliputi:

b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;

c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah

kabupaten/kota; dan/atau

d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumberdayanya lebih efisien apabila

dilakukan oleh Daerah Provinsi.

55

Philipus M. Hadjon, dkk., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to

the Indonesian Administrative Law), Cet. Kesembilan (Yogjakarta: Gajahmada University Press),

2005, hlm. 6-8 56

(8)

Kekuasaan yang dimiliki pemerintah pusat dalam bentuk negara kesatuan

sangatlah besar, oleh sebab itu bentuk negara kesatuan terkesan sentralistik.

Penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bentuk negara kesatuan mengadopsi

model negara serikat dengan mendistribusikan sepenuhnya kekuasaan kepada

Pemerintah Daerah. Kekuasaan di level pusat dikurangi melalui Pemerintah Daerah

yang otonom sehingga kekuasaan Pemerintah yang cukup besar dikurangi melalui

pendistribusian kewenangan kepada Pemerintah Daerah. Hubungan antara

Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah adalah sebagai pelindung dan

pengawas kekuasaan yang ada di daerah-daerah sehingga pusat menjalankan fungsi

sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan citra negara kesatuan.

Tujuan penyelenggaraan pemerintahan secara umum seperti yang tertuang

dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 yaitu bertujuan “..melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

sosial”. Amanat dari UUD 1945 kemudian dilaksanakan dengan membentuk

struktur pemerintahan secara bertingkat dengan segala fungsi dan kewenangan yang

diberikan oleh konstitusi baik ditingkat pusat ataupun daerah.

Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam

konsiderans Undang-Undang 23 Tahun 2014 bertujuan untuk mempercepat

terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan,

(9)

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan

kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesi

5. Kedudukan Pemerintah Daerah dalam KEK

Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan

daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah

dan DPRD. Kepala Daerah adalah Kepala Pemerintah Daerah yang dipilih secara

demokratis. Pemilihan secara demokratis terhadap Kepala Daerah tersebut, dengan

mengingati bahwa tugas dan wewenang DPRD menurut Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat,

Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah, menyatakan antara lain bahwa DPRD tidak memiliki tugas dan

wewenang untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka

pemilihan secara demokratis dalam Undang-undang ini dilakukan oleh rakyat

secara langsung. Kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang

wakil kepala daerah, dan perangkat daerah.57

Kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat sebagaimana dimaksud,

gubernur bertanggung jawab kepada presiden. Penyelenggaraan pemerintahan

daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan. Tugas pembantuan

(medebewind) adalah keikutsertaan pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan

pemerintah yang kewenangannya lebih luas dan lebih tinggi di daerah tersebut.58

57

diakses tanggal 21 Desember 2016

(10)

Pemerintah daerah dapat menetapkan pengurangan, keringanan, dan

pembebasan atas pajak daerah dan/atau retribusi daerah kepada Badan Usaha

dan/atau Pelaku Usaha di KEK sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah59 6. Manfaat KEK bagi Daerah

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sangat besar manfaatnya bagi roda

perekonomian. Sebab dengan adanya KEK, maka roda perekonomian akan

semakin menggeliat dan perputaran uang akan semakin cepat. Disamping itu,

KEK juga berfungsi sebagai daya tarik para investor baik dari dalam maupun luar

negeri. Dengan banyaknya investor yang meng- investasikan uangnya di kawasan

KEK, maka perekonomian masyarakat menjadi semakin bagus dan berkembang.60 Manfaat lain dari adanya KEK bagi pemerintah daerah adalah, pertama

: menarik para investor baik dari dalam maupun luar negeri, kedua : insentif dari

para pengusaha, ketiga : menjadi kawasan ekonomi khusus, keempat : KEK

menjadi tempat transaksi- transaksi bisnis baik nasional maupun internasional.

Kelima, perputaran uang dan perekonomian semakin cepat dan besar,keenam

: investasi di kawasan KEK akan semakin menambah daya saing, ketujuh : daerah

sekitar akan semakin maju, kedelapan : pelaku-pelaku ekonomi bertambah dan

meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia, kesembilan : potensi- potensi

di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara antara lain pelabuhan, sumber daya

maritim, perikanan, sawit, kakao, dan teh serta masih banyak yang lainnya, akan

semakin berkembang pesat.

59

(11)

D. Peran Permerintah Daerah dalam KEK

5. Peran Pemerintah Daerah dalam Persiapan Penetapan KEK

Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat

khusus bagi kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus

(harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah) dalam wilayah provinsi dan/atau

kabupaten/kota. Penetapan kawasan khusus dapat diusulkan oleh Menteri dan/atau

Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), gubernur, dan

bupati/walikota. Selanjutnya kawasan khusus ditetapkan dengan peraturan

pemerintah. Dalam menetapkan kawasan khusus, pemerintah mengikutsertakan

daerah yang bersangkutan mulai dari perencanaan sampai ke pelaksanaan,

pemeliharaan, dan pemanfaatan.61

a. Rencana penetapan kawasan khusus yang paling sedikit memuat: studi

kelayakan yang mencakup antara lain sasaran yang ingin dicapai, analisis

dampak terhadap politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, ketertiban

dan ketenteraman, pertahanan dan keamanan; luas dan status hak atas

tanah; rencana dan sumber pendanaan; dan rencana strategis);

Penetapan kawasan khusus harus memenuhi persyaratan administratif,

teknis, dan fisik kewilayahan. Dalam memenuhi persyaratan administratif, ada

tiga hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh Menteri dan/atau

Pimpinan meliputi:

b. Rekomendasi bupati/walikota dan gubernur yang bersangkutan; dan

61

(12)

c. Rekomendasi DPOD setelah berkoordinasi dengan menteri yang bidang

tugasnya terkait dengan fungsi pemerintahan tertentu yang akan

diselenggarakan dalam kawasan khusus.

Kedua, usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh gubernur meliputi:

a. Rekomendasi dari pemerintah kabupaten/kota yang bagian wilayahnya

akan diusulkan sebagai kawasan khusus;

b. Keputusan DPRD provinsi tentang persetujuan penetapan kawasan

khusus; dan

c. Rencana penetapan kawasan khusus.

Ketiga, usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh bupati/walikota

meliputi:

a. Rekomendasi gubernur yang bersangkutan;

b. Keputusan DPRD kabupaten/kota tentang persetujuan penetapan kawasan

khusus; dan

c. Rencana penetapan kawasan khusus.62

Persyaratan teknis terhadap usulan yang disampaikan oleh Menteri

dan/atau Pimpinan LPNK, gubernur, bupati/walikota meliputi faktor kemampuan

ekonomi dan potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, luas kawasan,

kemampuan keuangan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Penilaian terhadap

faktor-faktor tersebut dilakukan berdasarkan indikator masing-masing faktor yang

disusun oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian,

(13)

Persyaratan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

terhadap usulan penetapan kawasan khusus yang disampaikan oleh Menteri

dan/atau Pimpinan LPNK, gubernur, dan bupati/walikota meliputi: (a) peta lokasi

kawasan khusus ditetapkan dengan titik koordinat geografis sebagai titik batas

kawasan khusus; (b) status tanah kawasan khusus merupakan tanah yang dikuasai

pemerintah/pemerintah daerah dan tidak dalam sengketa; dan (c) batas kawasan

khusus.

Ada lima tata cara pengusulan kawasan khusus diatur sebagai

berikut. Pertama, usulan Menteri dan/atau Pimpinan LPNK. Menteri dan/atau

pimpinan LPNK menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada

pemerintah provinsi yang bersangkutan. Pemerintah provinsi bersama-sama

dengan pemerintah kabupaten/kota, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota

melakukan pembahasan terhadap rencana penetapan kawasan khusus yang

disampaikan Menteri dan/atau Pimpinan LPNK.63

Kedua, usulan Gubernur. Gubernur menyampaikan rencana penetapan

kawasan khusus kepada bupati/walikota yang bagian wilayahnya akan diusulkan

sebagai kawasan khusus untuk meminta persetujuan. Kemudian Bupati/Walikota Setelah persetujuan, gubernur menyampaikan persetujuan tersebut kepada

Menteri dan/atau Pimpinan LPNK yang mengusulkan. Menteri dan/atau Pimpinan

LPNK menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada Presiden

melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan

(14)

bersama-sama dengan DPRD kabupaten/kota melakukan pembahasan atas

rencana penetapan kawasan khusus yang disampaikan gubernur. Setelah rencana

penetapan kawasan khusus mendapat persetujuan, gubernur menyampaikan

rencana penetapan kawasan khusus kepada DPRD provinsi untuk mendapat

persetujuan bersama. Setelah mendapat persetujuan bersama, gubernur

menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui

Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif,

teknis, dan fisik kewilayahan.

Ketiga, usulan Bupati/Walikota. Bupati/walikota menyampaikan rencana

penetapan kawasan khusus kepada DPRD kabupaten/kota untuk meminta

persetujuan. Setelah persetujuan, bupati/walikota menyampaikan rencana

penetapan kawasan khusus kepada gubernur untuk meminta rekomendasi. Setelah

mendapatkan rekomendasi dari gubernur, bupati/walikota menyampaikan rencana

penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri

disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik

kewilayahan.

Keempat, usulan Lintas Kabupaten/Kota Dalam 1 (Satu) Provinsi. Dalam

hal kawasan khusus yang diusulkan berada dalam 2 (dua) kabupaten/kota atau

lebih dalam 1 (satu) provinsi, terlebih dahulu dilakukan kesepakatan bersama

antara pemerintah provinsi dan DPRD provinsi dengan seluruh pemerintah

kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota yang bersangkutan untuk mengusulkan

penetapan kawasan khusus. Kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada

(15)

penetapan kawasan khusus. Kemudian Gubernur sebagai koordinator dalam

pengusulan penetapan kawasan khusus menyampaikan usulan penetapan kawasan

khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan

kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.64

6. Peran Pemerintah Dareah dalam Pembangunan KEK

Kelima, usulan Lintas Kabupaten/Kota Beda Provinsi. Dalam hal kawasan

khusus yang diusulkan berada dalam 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih dalam

provinsi yang berbeda, terlebih dahulu dilakukan kesepakatan bersama seluruh

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, DPRD provinsi, dan DPRD

kabupaten/kota yang bersangkutan untuk mengusulkan penetapan kawasan

khusus. Kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus

menunjuk salah satu gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan penetapan

kawasan khusus. Kemudian Gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan

penetapan kawasan khusus menyampaikan usulan penetapan kawasan khusus

kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan

persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.

Dalam masa otonomi kepala daerah sudah dipilih langsung masyarakat yang

berdomisili di wilayah tersebut. Pada masa otonomi seharusnya pemerintah daerah

memainkan peran yang berbeda tetapi dalam kenyataan masih banyak yang melihat

kehariran mereka sebagai wakil pusat di daerah. Hal ini karena sebagian besar

kepala daerah yang terpilih adalah mantan birokrat pada masa yang lalu. para

(16)

pembangunan wilayah.65

Peranan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan KEK, antara lain :

penyediaan Lahan, penataan ruang, dan infrastruktur; Sistem perizinan/pelayanan

terpadu; Peraturan daerah yang kondusif bagi investasi. Dukungan terhadap

keamanan dan ketertiban.

Salah satu aspek kelembagaan yang perlu mendapatkan

perhatian adalah birokrasi pemerintah. Kata birokrasi bisa bermakna administrasi

pemerintahan tapi bisa juga berarti organisasi pemerintah. Pada awalnya birokrasi

mempunyai arti yang positif, sebagai suatu metode organisasi yang rasional dan

efisien (metode mengatasi pelaksanaan kekuasaan yang sewenang wenang oleh

rejim yang otoriter). Birokrasi diibaratkan teknisi pabrik yang bekerja berdasarkan

hirarki dan spesialisasi sehingga tugas yang sulit sekali pun dapat dilaksanakan

secara efisien

66

7. Peran Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaran, Pelaksanaan KEK

Peranan Pemerintah Daerah dalam pengembangan KEK, antara lain : 67 a. Penyediaan lahan, penataan ruang dan infrastruktur;

b. Sistem perizinan/pelayanan terpadu;

c. Peraturan daerah yang kondusif bagi investasi.

d. Dukungan terhadap keamanan dan ketertiban

2016

66

Desember 2016.

67

(17)

Berdasarkan penetapan KEK, pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/kota, atau kementerian/lembaga pemerintah non kementerian

menetapkan Badan Usaha untuk melakukan pembangunan KEK.68

8. Peran Pemerintah dalam Memberikan Fasilitas Penanaman Modal di KEK

Secara umum peraturan perundang-undangan bidang penanaman modal

setelah berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal adalah Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 Tentang Pedoman

Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah,

Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 Tentang Kriteria dan Persyaratan

Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun

2010 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka

dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Presiden Nomor 27

Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal,

Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Rencana Umum Penanaman

Modal, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 6

Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan dan Pelaporan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM Nomor

12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal,

Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM Nomor 5

Tahun 2013 Tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan

68

(18)

Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2011 Tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Penanaman Modal Provinsi dan

Kabupaten/Kota, Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem

Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik.69

a. Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)

Fasilitas KEK diberikan kepada investor dengan tujuan untuk meningkatkan

daya saing agar lebih diminati oleh penanam modal yang terdiri atas fasilitas fiskal

dan non fiskal. Fasilitas dan kemudahan yang diberikan kepada investor ini diatur

dalam Bab VI Undang-Undang KEK. Bentuk fasilitas yang diberikan kepada

investor yang melakukan kegiatan penanaman modal di KEK yaitu:

b. Fasilitas pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam waktu

tertentu kepada penanam modal di KEK sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan;

c. Barang yang diimpor ke KEK diberikan fasilitas berupa: penangguhan bea

masuk, pembebasan cukai sepanjang merupakan bahan baku atau bahan

penolong produksi, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk barang kena pajak,

serta tidak dipungut PPh Impor.

d. Setiap wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha di KEK diberikan

insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak dan retribusi daerah

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

69

(19)

e. Di KEK diberikan kemudahan dan keringanan di bidang perizinan usaha,

kegiatan usaha, perindustrian, perdagangan, kepelabuhanan dan

keimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis, serta diberikan fasilitas

keamanan;

f. Di KEK tidak diberlakukan ketentuan yang mengatur bidang usaha yang

terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal, kecuali yang

dicadangkan untuk UMKM maupun Koperasi

Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal tersendiri

di KEK”, Pasal 31 ayat (2) UU Penanaman Modal Indonesia. Ketentuan pasal

tersebut mengisyaratkan pentingnya peran pemerintah dalam suksesnya

pemberlakuan status k awasan ekonomi khusus. Berkaitan dengan peran

pemerintah dalam pengembangan KEK, ada 6 (enam) karakteristik utama yang

dimiliki Model KEK yang dikembangkan di KEK, yaitu:

a. Lokasi KEK yang memiliki akses yang prima terhadap sarana transportasi,

khususnya transportasi laut dan udara;

b. Infrastruktur pendukung tersedia dengan baik;

c. Adanya komitmen politik yang kuat dari pemerintah dalam memberikan

kelonggaran perizinan dan perpajakan

d. Tersedianya tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan dengan upah

yang relatif murah;

(20)

f. Hadirnya iklim politik dan ekonomi yang relatif stabil 70 Peran pemerintah dalam KEK, yaitu

1. Sebagai pelaksana

Sebagai pelaksana pemerintah melakukan fase persiapan KEK. Bentuk

konkret dari fungsi ini, antara lain:

a. Menyiapkan lahan bagi pembentukan; dan

b. Membangun sarana infrastruktur pendukung aktivitas di KEK.

2. Sebagai fasilitatif

Sebagai fasilitator pemerintah melakukan fase persiapan maupun pada fase

operasionalisasi KEK, dalam bentuk antara lain,

a. Menetapkan payung hukum bagi KEK.

b. Menetapkan regulasi-regulasi pendukung lainnya, dan

c. Memberikan pelayanan public yang efisien

3. Fungsi koordinasi dan supervisi

Sebagai koordinasi dan supervise pemerintah dalam rangka membangun

kesamaan visi dan relasi kerja yang sehat diantara instansi-instansi pemerintah

yang terlibat dalam pengelolaan KEK. Sementara fungsi supervisi pemerintah

dilakukan sebagai upaya untuk mencegah kemungkinan dampak negative dari

bias implementasi KEK seperti menetapkan regulasi yang terkait dengan upaya

mencegah dan mengatasi dampak tidak menguntungkan dari implementasi

KEK.71

70

Syarif Hidayat, Peran Pemerintah dan Relasi Kewenangan dalam Penyelenggaraan KKE:Studi Kasus Batam,dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus, (Jakarta:Rajawali Press), hlm 91

(21)

Peranan Pemerintah Pusat Pengembangan KEK, yaitu Perumusan kebijakan

dan kerangka regulasi; ketersediaan norma, standar, prosedur, dan manual (NSPM);

Pengembangan skema insentif fiskal dan non-fiskal; Fasilitasi terhadap proses

perpajakan, bea cukai, keimigrasian dan ketenagakerjaan; Menyiapkan paket

(22)

BAB IV

PENGAWASAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KAWASAN EKONOMI KHUSUS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 23 TAHUN 2014

D. Kewenangan Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

3. Kewenangan Pemerintah Provinsi

Istilah wewenang seringkali disamaartikan dengan istilah kemampuan atau

bevoegdheid dalam ranah hukum perdata. Istilah wewenang sebenarnya tidak dapat

disamakan dengan bevoegdheid, karena kedua istilah tersebut mempunyai

perbedaan yang mendasar berkaitan dengan karakter hukumnya.73

Gubernur karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintah

pusat di wilayah provinsi yang bersangkutan. Artinya, gubernur menjembatani dan

memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah termasuk Bevoegdheid

digunakan dalam konsep hukum public dan hukum privat, sedangkan istilah

wewenang hanya berlaku dalam konsep publik. Wewenang mengandung arti

kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik.

Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Setiap

daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah. Kepala

daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan untuk

kota adalah walikota.

73

(23)

dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan

pada strata pemerintahan kabupaten/kota.

Dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat sebagaimana

dimaksud, gubernur bertanggung jawab kepada presiden. Penyelenggaraan

pemerintahan daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan. Tugas

pembantuan adalah keikutsertaan pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan

pemerintah yang kewenangannya lebih luas dan lebih tinggi di daerah tersebut.74 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

mempertegas kewenangan gubernur agar fungsi sebagai kepala daerah otonom

danwakil pemerintah pusat dapat berjalan secara efektif. Jika pemerintah pusat

memilkiyang bersifat standar, norma, dan pedoman nasional, maka provinsi

memiliki kewenangan yang bersifat lintas kabupaten/kota dan koordinasi

penyelenggaraan kewenangan di wilayah provinsi itu. Sementara itu,

kabupaten/kota memilikikewenangan mengatur dan mengurus dalam bidang

kewenangan yang dimiliki berdasarkan standar dan norma dari pusat dan dari

provinsi.75

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang kewenangan

provinsi sebagai daerah otonom adalah meliputi bidang-bidang pertanian, kelautan,

pertambangan dan energi, kehutanan dan perkebunan, perindustrian dan

perdagangan, perkoperasian, penanaman modal, kepariwisataan, ketenagakerjaan,

kesehatan, pendidikan nasional, sosial, penataan ruang, pertanahan, pemukiman,

diakses tanggal 21 Desember 2016.

75

(24)

pekerjaan umum dan perhubungan, lingkungan hidup, politik dalam negeri dan

administrasi publik, pengembangan otonomi daerah, perimbangan keuangan

daerah, kependudukan, olah raga, hukum dan perundang-undangan, serta

penerangan.

Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah tidak dijelaskan sejauhmana peran pemerintah daerah terhadap pengelolaan

KEK, sehingga menimbulkan kerancuan sejauhmana peran pemerintah daerah serta

tugas dan wewenangnya. Demikian dibutuhkan lebih lanjut terkait dengan

implementasi pelaksanaan urusan, yang dapat mencerminkan hubungan antara

lembaga pemerintahan daerah, pada akhirnya akan menentukan keberhasilan

pencapaian tujuan dan sasaran pembentukan kawasan khusus. Pengaturan lebih

spesifik terhadap KEK ada di undang-undang

4. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun

2015 Tentang Fasilitas Dan Kemudahan Di Kawasan Ekonomi Khusus Pasal 22

Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota atas beberapa hal, yaitu

a. Pemerintah daerah dapat menetapkan pengurangan, keringanan, dan

pembebasan atas pajak daerah dan/atau retribusi daerah kepada Badan Usaha

dan/atau Pelaku Usaha di KEK sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah.

b. Pengurangan pajak daerah dan/atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diberikan paling rendah 50% (lima puluh persen) dan paling

(25)

c. Ketentuan mengenai bentuk, besaran dan tata cara pengurangan, keringanan,

dan pembebasan pajak daerah dan/atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah.

E. Pengawasan dalam KEK

5. Pengawasan oleh Pemerintah Pusat

Pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil

pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah,

tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.76

Negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang berbentuk republik

melandasi pelaksanaan pemerintahan di daerah pada asas desentralisasi. Kaidah

asas inilah yang kemudian melahirkan makna otonom, dengan substansi

penyerahan kewenangan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Di samping

asas desentralisasi dikenal juga asas dekonsentrasi dengan substansi yang agak

berbeda yaitu penugasan dari pemerintah pusat. Makna kewenangan yang

diserahkan, dilimpahkan dan ditugaskan sifatnya untuk mengatur dan mengurus

pelaksanaan pemerintahan di daerah.

Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah

disusun dapat terlaksana dengan baik.

77

Era otonomi daerah sekarang, ada kecenderungan otonomi ditafsirkan

sebagai kebebasan daerah untuk melakukan apa saja tanpa campur tangan

76

Maringan, Masry S. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm 61

77

(26)

Pemerintah Pusat. Padahal dalam negara kesatuan, Pemerintah Daerah merupakan

subordinasi dari Pemerintah Pusat dimana pada tingkat terakhir Pemerintah

Pusat-lah yang akan mempertanggungjawabkan segala sesuatunya kepada Parlemen.

Kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat harus tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat.

Pengawasan oleh pusat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah,

akibat mutlak dari negara kesatuan, hal ini dikemukan Ninik Widyanti dan

Sunindhia yaitu: “Pengawasan terhadap segala kegiatan pemerintah daerah

termasuk Keputusan Kepala Daerah dan Peraturan Daerah merupakan suatu akibat

mutlak dari adanya negara kesatuan”78

Pemerintah melaksanakan pembinaan umum dan pembinaan teknis atas

penyelenggaraan KEK. Pembinaan umum dilaksanakan oleh Menteri Dalam

Negeri, meliputi: (a) koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan; (b)

pemberian pedoman dan standar pelaksanaan kawasan khusus; (c) pemberian

bimbingan, supervisi, dan konsultasi penyelenggaraan kawasan khusus; (d)

perencanaan umum penyelenggaraan kawasan khusus; dan (e) penyiapan dan

pengelolaan sistem informasi manajemen dan akuntabilitas kinerja kawasan khusus.

Pembinaan teknis dilaksanakan oleh Menteri dan/atau Pimpinan Lembaga

Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang terkait sesuai dengan ketentuan

78

(27)

peraturan perundang-undangan79

6. Pengawasan oleh Dewan Nasional

. Pemerintah bersama-sama dengan pemerintah

daerah melakukan pengawasan dan evaluasi atas penyelenggaraan kawasan

khusus. Hasil pengawasan dan evaluasi digunakan oleh pemerintah sebagai bahan

pembinaan umum dan pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi pemerintahan

tertentu pada kawasan khusus.

Dewan Nasional KEK bertanggung jawab kepada Presiden dan bertugas

membantu Presiden dalam:

a. Menyusun Rencana Induk Nasional KEK;

b. Menetapkan kebijakan umum serta langkah strategi untuk mempercepat

pembentukan dan pengembangan KEK;

c. Menetapkan standar infrastruktur dan pelayanan minimal dalam KEK;

d. Melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk dijadikan KEK;

e. Memberikan rekomendasi pembentukan KEK;

f. Mengkaji dan merekomendasikan langkah pengembangan di wilayah yang

potensinya belum berkembang;

g. Menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan

pengembangan KEK; dan

h. Memantau dan mengevaluasi keberlangsungan KEK serta merekomendasikan

langkah tindak lanjut hasil evaluasi kepada Presiden, termasuk mengusulkan

pencabutan status KEK.

79

(28)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,

Dewan Nasional dapat:

a. meminta penjelasan Dewan Kawasan dan Administrator mengenai

pelaksanaan kegiatan;

b. meminta masukan dan/atau bantuan instansi Pemerintah, pemerintah daerah,

atau para ahli sesuai dengan kebutuhan; dan/atau

c. melakukan kerja sama dengan pihak lain sesuai dengan kebutuhan80

Dewan Nasional mengawasi KEK dengan cara mengadakan rapat

konsultasi dan/atau koordinasi dengan Ketua Dewan Kawasan paling kurang 1

(satu) kali dalam 2 (dua) tahun.81 7. Pengawasan oleh Dewan Kawasan

Dewan Kawasan terdiri atas wakil pemerintah dan wakil pemerintah

daerah. Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk

membantu Dewan Nasional dalam penyelenggaraan KEK. Menurut UU KEK,

Pasal 19, Dewan Kawasan diusulkan oleh Dewan Nasional kepada Presiden untuk

ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Namun Dewan Kawasan bertanggung

jawab kepada Dewan Nasional KEK.82

Secara organisasi, Dewan Kawasan terdiri atas ketua, yaitu gubernur,

wakil ketua, yaitu bupati/walikota, dan anggota, yaitu unsur Pemerintah di

provinsi, unsur pemerintah provinsi, dan unsur pemerintah kabupaten/kota UU

KEK Pasal 20. Menurut UU KEK, Pasal 21, ada beberapa tugas yang dijalankan

80

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 18 81

Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2010 Tentang Dewan Nasional dan Dewan Kawasan, Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 17.

82

(29)

oleh dewan kawasan, yaitu: (a) melaksanakan kebijakan umum yang telah

ditetapkan oleh Dewan Nasional untuk mengelola dan mengembangkan KEK di

wilayah kerjanya; (b) membentuk Administrator KEK di setiap KEK; (c)

mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan mengoordinasikan pelaksanaan

tugas Administrator KEK dalam penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu satu

pintu dan operasionalisasi KEK; (d) menetapkan langkah strategis penyelesaian

permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan KEK di wilayah kerjanya; (e)

menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional setiap akhir

tahun; dan (f) menyampaikan laporan insidental dalam hal terdapat permasalahan

strategis kepada Dewan Nasional.

Menurut Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2010, Pasal 18-27, dewan

kawasan memiliki karakteristik sebagai berikut:

(1) dewan kawasan dibentuk pada setiap provinsi yang wilayahnya ditetapkan

sebagai KEK;

(2) dewan kawasan diusulkan oleh dewan nasional dan ditetapkan oleh

presiden dengan keputusan presiden;

(3) dewan kawasan bertanggungjawab kepada dewan nasional;

(4) dewan kawasan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan

sinkronisasi dengan dewan nasional;

(5) dewan kawasan diketuai oleh gubernur, wakil ketua (bupati/walikota) dan

anggota (unsur pemerintah provinsi yang menangani urusan pemerintahan

di bidang perpajakan, kepabeanan, pertanahan dan keimigrasian dan unsur

(30)

perencanaan pembangunan daerah di pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota;

(6) Membentuk sekretariat dewan kawasan, bertanggung jawab kepada ketua

dewan kawasan dan memiliki tugas menyelenggarakan dukungan dan

pelayanan teknis operasional dan adminsitratif kepada dewan kawasan;

(7) Sekretariat dewan kawasan menyelenggarakan fungsi : pemberian

dukungan teknis operasional kepada dewan kawasan, pemberian

pelayanan administrasi penyusunan rencana dan program kerja dewan

kawasan, penyelenggaraan kegiatan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi

administrasi kegiatan dan tindak lanjut pelaksanaan tugas dewan kawasan,

pemberian pelayanan administrasi kerja sama dewan kawasan dengan

lembaga pemerintah dan pihak lain yang terkait, pemberian pelayanan

pengumpulan, pengolahan dan penyajian data serta penyusunan laporan

kegiatan dewan kawasan dan penyelenggaraan administrasi keanggotaan

dewan nasional serta pembinaan organisasi, adminsitrasi ketatausahaan,

kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana secretariat dewan kawasan;

(8) Sekretariat dewan kawasan secara ex-officio dilaksanakan oleh unit kerja /

perangkat daerah provinsi yang menangani tugas dan fungsi di bidang

investasi atau perdagangan; dan

(9) Apabila dianggap perlu, maka dewan kawasan dapat membentuk tim ahli,

yang susunan keanggotaanya ditetapkan oleh ketua dewan kawasan.

(31)

Dewan kawasan melakukan pengawasan KEK, yaitu mengawasi,

mengendalikan, mengevaluasi, dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas

Administrator KEK dalam penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu satu pintu

dan operasionalisasi KEK. 83

8. Pengawasan oleh Badan Usaha Pengelola

Badan Usaha adalah perusahaan berbadan hukum yang berupa Badan

Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, swasta, dan usaha

patungan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha KEK. Menurut UU KEK, pasal

26, bahwa penyelenggaraan kegiatan usaha di KEK dilaksanakan oleh Badan

Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK, dapat berupa:

(a) Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah;

(b) Badan Usaha Koperasi;

(c) Badan Usaha Swasta; atau

(d) Badan Usaha Patungan antara Swasta dan/atau Koperasi dengan

Pemerintah, dan/atau pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah

kabupaten/kota.

Menurut PP 2/2011, Pasal 47-49, badan usaha pengelola KEK harus

ditetapkan pada masa pelaksanaan pembangunan KEK sebelum dinyatakan siap

beroperasi oleh Dewan Nasional. Apabila KEK adalah hasil dari usulan badan

usaha, maka badan usaha pengusul ditetapkan sebagai badan usaha pengelola

(32)

kabupaten/kota) atau oleh pemerintah kabupaten/kota (jika lokasi KEK berada

dalam satu wilayah kabupaten/kota).

Apabila KEK adalah hasil dari usulan pemerintah kabupaten/kota, maka

badan usaha pengelola KEK dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota yang

sesuai dengan:

(a) ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik

daerah, jika pembangunan KEK dibiayai dari APBD kabupaten/kota; (PP

No. 2/2011), atau

(a) perjanjian pembangunan KEK jika pembangunan KEK dibiayai dari

kerjasama antara pemerintah kabupaten/kota dengan badan usaha.

Apabila KEK adalah hasil dari usulan pemerintah provinsi, maka badan

usaha pengelola KEK dilakukan oleh pemerintah provinsi yang sesuai dengan:

(b) ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik

daerah, jika pembangunan KEK dibiayai dari APBD provinsi (PP) No.

2/2011

(c) perjanjian pembangunan KEK jika pembangunan KEK dibiayai dari

kerjasama antara pemerintah provinsi dengan badan usaha.

Apabila KEK adalah hasil dari usulan Kementerian/LPNK, maka badan

usaha pengelola KEK dilakukan oleh Kementerian/LPNK yang sesuai dengan: (a)

ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik daerah, jika

pembangunan KEK dibiayai dari APBN, atau (b) perjanjian pembangunan KEK

jika pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama antara kementerian / lembaga

(33)

Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK akan melaksanakan

pengelolaan KEK berdasarkan perjanjian pengelolaan KEK yang ditandatangani

bersama antara badan usaha dengan pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK sesuai dengan kewenangannya.

Perjanjian ini paling sedikit memuat:

(1) Lingkup pekerjaan;

(2) Jangka waktu;

(3) Standar kinerja pelayanan;

(4) Sanksi;

(5) Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa;

(6) Pemutusan perjanjian oleh pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK;

(7) Pengakhiran perjanjian;

(8) Pertanggungjawaban terhadap barang milik negara/daerah;

(9) Serah terima asset atau infrastruktur oleh badan usaha pengelola kepada

pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK

kerjasama pengelolaan berakhir; dan

(10) Kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan pelayanan

kepabeanan dan cukai.

Menurut PP 2/2011, Pasal 9, menyatakan bahwa pemerintah provinsi dan

atau pemerintah kabupaten/kota, paling sedikit memberikan dukungan dalam

(34)

(1) Komitmen rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau

keringanan pajak daerah dan restribusi daerah serta kemudahan lainnya;

dan

(2) Pendelegasian kewenangan di bidang perizinan, fasilitas dan kemudahan.

Fasilitas atau insentif yang diberikan bagi perusahaan dalam wilayah KEK

terdiri atas:

(1) fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) dan tambahan fasilitas PPh sesuai

dengan karakteristik Zona (UU KEK Pasal 30);

(2) Fasilitas perpajakan dalam waktu tertentu kepada penanam modal berupa

pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (UU KEK, Pasal 31);

(3) Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa:

(a) penangguhan bea masuk;

(b) pembebasan cukai, sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku

atau bahan penolong produksi;

(c) tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPnBM) untuk barang kena pajak; dan

(d) tidak dipungut PPh impor. UU KEK Pasal 32;

(4) Penyerahan barang kena pajak dari tempat lain di dalam daerah pabean ke

KEK dapat diberikan fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyerahan barang

kena pajak dari KEK ke tempat lain di dalam daerah pabean sepanjang

(35)

PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan Pasal 31 UU KEK.

(5) Setiap wajib pajak yang melakukan usaha di KEK diberikan insentif

berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain insentif

pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah daerah dapat memberikan

kemudahan lain Pasal 35 UU KEK.

(6) Di KEK diberikan kemudahan untuk memperoleh hak atas tanah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang undangan Pasal 36 UU KEK

(7) Di KEK diberikan kemudahan dan keringanan di bidang perizinan usaha,

kegiatan usaha, perindustrian, perdagangan, kepelabuhan, dan

keimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis, serta diberikan fasilitas

keamanan Pasal 38 UU KEK.

Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Usaha Pengelola KEK melakukan

pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK. Badan Usaha yang ditetapkan

sebagai pengelola KEK akan melaksanakan pengelolaan KEK berdasarkan

perjanjian pengelolaan KEK yang ditandatangani bersama antara badan usaha

dengan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK

sesuai dengan kewenangannya. Perjanjian ini paling sedikit memuat: (1) Lingkup

pekerjaan; (2) Jangka waktu; (3) Standar kinerja pelayanan; (4) Sanksi; (5)

Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa; (6) Pemutusan perjanjian

oleh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK; (7)

(36)

negara/daerah; (9) Serah terima asset atau infrastruktur oleh badan usaha pengelola

kepada pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK

kerjasama pengelolaan berakhir; dan (10) Kesanggupan penyediaan ruang kantor

untuk kegiatan pelayanan kepabeanan dan cukai.84

F. Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah

4. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Mengawasi KEK

Sejak diberlakukannya otonomi daerah oleh pemerintahan pusat, kini setiap

daerah menyelenggarakan urusan pemerintahannya sendiri. Penyerahan wewenang

tersebut menjadikan pemerintah daerah mengurus pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan.85

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, bahwa Pemerintahan

daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan

DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD

1945. Pemerintahan daerah dalam mengatur dan mengurus pemerintahan sendiri

harus menjalankan asas otonomi yang seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan

yang menjadi urusan pemerintah pusat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

84

85

(37)

Adapun kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan, dan perencanaan, pemanfaatan,

dan pengawasan tata ruang.

b. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, penyediaan

sarana dan prasarana umum serta penanganan bidang kesehatan.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial dan

penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota.

d. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota, fasilitasi

pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas

kabupaten/kota.

e. Pengendalian lingkungan hidup, pelayanan pertanahan termasuk lintas

kabupaten/kota, pelayanan kependudukan, dan catatan sipil.

f. Pelayanan administrasi umum pemerintahan, pelayanan administrasi

penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota.

g. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh

kabupaten/kota dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

perundang-undangan.86

Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan, perencanaan, pemanfaatan, dan

pengawasan tata ruang.

b. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, penyediaan

(38)

c. Penanganan bidang kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, penanggulangan

masalah sosial, pelayanan bidang ketenagakerjaan, fasilitasi pengembangan

koperasi, usaha kecil dan menengah.

d. Pengendalian lingkungan hidup, pelayanan pertanahan, pelayanan

kependudukan, dan catatan sipil, pelayanan administrasi umum pemerintahan,

pelayanan administrasi penanaman modal.

e. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya dan urusan wajib lainnya yang

diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.87

Kawasan Khusus Pasal 360 undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah, yaitu :

(1) Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat strategis

bagi kepentingan nasional, Pemerintah Pusat dapat menetapkan kawasan

khusus dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota.

(2) Kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. kawasan perdagangan bebas dan/atau pelabuhan bebas;

b. kawasan hutan lindung;

c. kawasan hutan konservasi;

d. kawasan taman laut;

e. kawasan buru;

f. kawasan ekonomi khusus;

g. kawasan berikat;

(39)

i. kawasan industri;

j. kawasan purbakala;

k. kawasan cagar alam;

l. kawasan cagar budaya;

m. kawasan otorita; dan

n. kawasan untuk kepentingan nasional lainnya yang diatur dengan ketentuan

peraturan perundangundangan.

(3) Untuk membentuk kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Pemerintah Pusat mengikutsertakan Daerah yang bersangkutan.

(4) Dalam kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Daerah

mempunyai kewenangan daerah yang diatur dengan peraturan pemerintah,

kecuali kewenangan daerah tersebut telah diatur dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(5) Daerah dapat mengusulkan pembentukan kawasan khusus sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Pusat.

5. Tujuan Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah

Adapun tujuan pengawasan KEK oleh pemerintah daerah antara lain:

sebagai Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan upaya

yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau gubernur selaku wakil pemerintah

di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah.

Sedangkan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

(40)

daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

6. Penyelenggaraan Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah

Pembentukan KEK diperuntukkan bagi kegiatan tertentu. Kegiatan

tertentu yang dimaksud adalah melakukan dan mengembangkan usaha dibidang

perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritime dan

perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Untuk

menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK dengan tujuan

untuk mengawasi pengelolaan KEK. Lembaga tersebut terdiri atas Dewan

Nasional ditingkat pusat yang diketuai oleh menteri dan Dewan Kawasan

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya, maka dapat disajikan hasil kesimpulan yaitu sebagai

berikut :

1. Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) disebutkan pertama sekali dalam

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada Pasal

31 dan selanjutnya diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Operasional penyelenggaraan

KEK diatur lebih lanjut dalam beberapa peraturan pemerintah dan peraturan

menteri terkait. Kepastian hukum pengaturan KEK tersebut melengkapi

kawasan ekonomi yang sudah ada sebelumnya, seperti Kawasan Perdagangan

Bebas, Pelabuhan Bebas, Kawasan Berikat, Kawasan Industri. Keberadaan

KEK yang memiliki legitimasi secara hukum diharapkan mampu meningkatkan

investasi dan pembangunan ekonomi nasional dan di daerah.

2. Peranan pemerintah daerah dalam pengembangan KEK antara lain penyediaan

lahan, penataan ruang dan infrastruktur, sistem perizinan/pelayanan terpadu,

peraturan daerah yang kondusif bagi investasi dan dukungan terhadap

keamanan dan ketertiban Daerah juga berperan dalam memberikan fasilitas

fiskal dan non fiskal sesuai dengan kewenangan berdasarkan

perundang-undangan. Izin Badan Usaha Pengelolaan KEK dikeluarkan oleh pemerintah

(42)

3. Pengawasan pemerintah daerah terhadap KEK berdasarkan Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2014, yang diawasi pemerintah daerah berupa fiskal dan non

fiskal, dasar pemberintah daerah mengawasi KEK yaitu Pasal 360, cara

pemerintah daerah mengawasi KEK, yaitu melalui peraturan daerah.

D. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan tersebut, dapat dikembangkan saran sebagai

berikut.

1. Agar KEK berkembang dan menarik penanaman modal utamanya penanaman

modal asing baru dan lebih kompetitif dibandingkan dengan KEK sejenis di

berbagai negara, perlu diberikan fasilitas dan kemudahan dalam bentuk

perpajakan, kepabeanan, dan cukai, lalu lintas barang, ketenagakerjaan,

keimigrasian, pertanahan, serta perizinan dan nonperizinan

2. Dengan kekuasaan yang dimiliki pemerintah daerah dalam KEK, seharusnya

penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah perlu benar-benar

dilaksanakan dan bukan hanya sekedar teori dalam penyelenggaraannya yang

diatur dalam undang-undang saja.

3. Mengingat banyaknya kemudahan perpajakan yang ditawarkan bagi para

investor oleh pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

sehingga tidak terjadi overlapping (tumpang tindih) dalam pemberian

(43)

BAB II

KEBERADAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

E. Tinjauan Umum KEK

4. Pengertian dan Sumber Hukum KEK

Penanaman modal sebagai sarana pengembangan ekonomi setidaknya akan

menjadi suatu hubungan yang tidak terelakkan. Hubungan ini terjadi karena adanya

rasa saling membutuhkan antara satu sama lain dalam memenuhi kebutuhannya. Di

satu sisi penanam modal memerlukan bahan baku, tenaga kerja, sarana dan

prasarana, pasar, jaminan keamanan serta kepastian hukum untuk dapat lebih

mengembangkan usaha dan memperbesar perolehan keuntungan. Di lain sisi

penerima modal membutuhkan sejumlah dana, teknologi, dan skill bagi

kepentingan pembangunan dalam bentuk penanaman modal.22

Pada tahun 2009, usaha pemerintah Indonesia untuk mengembangkan

kawasan khusus dilanjutkan dengan pembentukan KEK. KEK didefinisikan sebagai

kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk

menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK

akan menjadi basis bagi kegiatan industri, ekspor, impor, dan aktivitas lainnya

dengan nilai ekonomi tinggi, untuk menunjang daya saing nasional. KEK terdiri

atas satu atau lebih dari zona-zona berikut ini: pengolahan ekspor, logistik, industri,

22

(44)

pengembangan teknologi, energi, dan zona ekonomi lainnya. Saat ini, telah ada

delapan kawasan yang ditetapkan sebagai KEK23

Istilah baru KEK (Special Economic Zone) sebenarnya merupakan proses

metamorfosa dari beberapa bentuk kegiatan ekonomi dalam rangka menarik

investor asing seperti kawasan perdagangan bebas (Free Trade Zone), Bounded

Zone Plus sebagaimana yang telah dipraktekkan di Pulau Batam, namun dirasakan

masih belum memberikan keuntungan yang signifikan baik bagi negara Indonesia

maupun bagi para investor asing.24

Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan tertentu dimana diberlakukan

ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perijinan, keimigrasian dan

ketenagakerjaan.25

Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu yang

tercakup dalam wilayah Hukum RI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan

fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.26

Menurut Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, KEK merupakan

kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk

Undang-Undang No 39 Tahun 2009, Pasal 1 angka (1) menyebutkan KEK,

adalah kawasan dengan batas tertentu dalm wilayah hukum Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian

dan memperoleh fasilitas tertentu.

23

Yose Rizal Damuri, dkk, Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia:

Tinjauan atas Peluang dan Permasalahan, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2015), hlm 20 24

Hasim Purba, Op.Cit, hlm. 123

Desember 2016)

26

(45)

menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Adapun

fungsi dari KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang

perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan

perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata dan bidang lain. Untuk itu, KEK

dibagi ke dalam beberapa zona, antara lain zona pengolahan ekspor, logistik,

industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi dengan produk-produk

yang dihasilkan berorientasi ekspor dan untuk dalam negeri.27

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa KEK adalah

kawasan tertentu di mana diberlakukan ketentuan khusus di bidang kepabeanan,

perpajakan, perijinan, keimigrasian dan ketenagakerjaan.

Adapun yang menjadi sumber hukum KEK , yaitu:

b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

c. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

d. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

e. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional

f. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri

g. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan

Ekonomi Khusus

h. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri

Nasional

27

Doriani Lingga, Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi

(46)

i. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan

Dewan Kawasan Ekonomi Khusus (Dewan Nasional adalah dewan yang

dibentuk di tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK)

j. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2010 tentang Dewan Kawasan Ekonomi

Khusus

k. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor selaku Ketua

Dewan Nasional Ekonomi Khusus, Nomor PER-06/M.EKON/08/2010 tentang

Tata Tertib Persidangan dan Tata Cara Pengambilan Keputusan Dewan

Nasional Kawasan Ekonomi Khusus.

l. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor selaku Ketua

Dewan Nasional Ekonomi Khusus, Nomor PER-07/M.EKON/08/2010 tentang

Tata Tertib Persidangan dan Tata Cara Sekretariat Dewan Nasional Kawasan

Ekonomi Khusus

m. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Dewan

Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Nomor Kep-10/M.Ekon/03/2011 tentang

Perubahan atas Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku

Ketua Dewan Nasional Ekonomi Khusus Nomor Kep-40/M.Ekon/08/2010

tentang Pelaksana Dewan Kawasan Ekonomi Khusus

5. Tujuan dibentuknya KEK

Tujuan dalam pembentukan KEK di Indonesia, antara lain:28

28

(47)

a. Peningkatan investasi

Melalui KEK jumlah investasi akan meningkat dan sejalan dengan hal

tersebut pembangunan di wilayah Indonesia akan meningkat.

b. Penyerapan tenaga kerja

Melalui KEK maka jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia akan terserap

melalui perusahaan yang didirikan untuk melakukan kegiatan investasi

tersebut.

c. Penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan ekspor

Dengan meningkatknya jumlah atau total investasi di Indonesia maka secara

langsung jumlah devisa sebagai peningkatan ekspor akan menjadi sumber

penerimaan negara dalam jumlah besar yang akan memberikan keuntungan

bagi negara penerima modal.

d. Meningkatkan keunggulan kompetitif produk ekspor

Dampak positif yang akan dirasakan melalui pembentukan KEK ialah

meningkatnya keunggulan kompetitif produk ekspor melalui pemakaian

produk hasil industri dalam kegiatan investasi.

e. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal, pelayanan dan, modal bagi

peningkatan investasi.

Melalui pembentukan KEK maka secara langsung sumber daya lokal juga

akan mengalami peningkatan yang meliputi sumber bahan baku yang dekat

dan mudah untuk dijangkau serta adanya pelayanan yang baik bagi investor.

f. Mendorong terjadinya peningkatan kualitas sumber daya alam (SDA)

(48)

Manfaat dari pembentukan KEK yang dapat dirasakan ialah transfer

teknologi yang berakibat pada pertukaran informasi yang cepat bagi invstor

dan negara penerima modal yang dengan mudah untuk mempersiapkan

wilayah yang punya potensi khusus untuk dijadikan KEK, serta permintaan

pasar internasional yang saat ini sedang dibutuhkan oleh masyarakat

internasional dalam investasi.

6. Perbedaan KEK dengan Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Pelabuhan

Bebas

Ada perbedaan mendasar antara KEK, kawasan industri dan pelabuhan

bebas, yaitu :

Pertama, KEK adalah sebuah kawasan tertentu yang dinilai memiliki

kekhususan tertentu. Saat ini, sudah ada sejumlah daerah yang termasuk dalam

KEK, yakni Sei Mangke, Tanjung Lesung, Bitung, dan Palu. Rencananya,

pemerintah akan memberikan insentif khusus bagi KEK.

Kedua, kawasan industri. Kawasan ini tak ubahnya seperti komplek

perumahan yang disiapkan para pengembang untuk dunia industri atau pengusaha

sebagai penghuninya.

Di negara Indonesia pengertian kawasan industri dapat mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri adalah

kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan

prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan

(49)

Kawasan industri (industrial estate) merupakan sebidang tanah seluas

beberapa ratus hektar yang telah dibagi dalam kavling dengan luas yang berbeda

sesuai dengan keinginan yang diharapkan pengusaha.29

Ketiga, kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas. Kawasan untuk

industri di bidang manufaktur ini menawarkan kemudahan yang dapat diperoleh.

Mulai dari pembebasan bebas masuk, cukai, Pajak Pertambahan Nilai (PPN),

sampai dengan pembebasan Pajak barang mewah (PPnBM) bagi industri di sini. Daerah tersebut minimal

dilengkapi dengan jalan antar kavling, saluran pembuangan limbah dan gardu

listrik yang cukup besar untuk menampung kebutuhan pengusaha yang

diharapkan akan berlokasi di tempat tersebut

30

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah suatu kawasan

yang berada di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak

pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai. Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas merupakan wilayah hukum Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang pembentukannya dengan undang-undang.31 Dasar hukum Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 2000 tentang

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas sebagaimana telah ditetapkan

menjadi Undang-undang melalui Undang-undang No. 36 Tahun 2000.

29

Marsudi Djojodipuro. Pengembangan Kawasan Industri Dalam Meningkatkan Investasi di Kota Semarang. (Semarang. Universitas Diponegoro, 2007), hlm 74

30

21 Desember 2016

31

Yenny Lay Rade, Evaluasi Kebijakan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan

(50)

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No 1 / 2007

tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan Peraturan

Pemerintah (PP) No 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas.

KEK merupakan kawasan yang dibentuk untuk membuat lingkungan

kondusif bagi aktivitas investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju

pertumbuhan ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. Perbedaan utama

KEK dengan kawasan ekonomi lainnya, selain kemudahan yang diberikan adalah

banyaknya peran pemerintah daerah, baik dalam pengelolaannya maupun dalam

penyediaan infrastruktur dan lahan.

F. Keberadaan KEK dalam Undang-Undang Penanaman Modal

4. Hubungan KEK dengan upaya meningkatkan penanaman modal

Penanaman modal sebagai sarana pengembangan ekonomi setidaknya akan

menjadi suatu hubungan yang tidak terelakkan. Hubungan ini terjadi karena adanya

rasa saling membutuhkan antara satu sama lain dalam memenuhi kebutuhannya. Di

satu sisi penanam modal memerlukan bahan baku, tenaga kerja, sarana dan

prasarana, pasar, jaminan keamanan dan kepastian hukum untuk dapat lebih

mengembangkan usaha serta memperbesar perolehan keuntungan. Di lain sisi

penerima modal membutuhkan sejumlah dana, teknologi dan keahlian bagi

kepentingan pembangunan dalam bentuk penanaman modal.32

32

(51)

Negara Indonesia dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan

ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan

kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis oleh karena

itulah dicanangkan pembentukan KEK. Pada dasarnya KEK merupakan kawasan

yang diberikan eksklusivitas dalam bentuk berbagai insentif serta kemudahan

berusaha lainnya. Apabila berbagai insentif tersebut dikombinasikan dengan

kesiapan infrastruktur dan pengelolaan yang dilakukan secara profesional, maka

daya saing penanaman modal wilayah yang bersangkutan dapat meningkat.33

Syarat utama menarik minat penanam modal asing yakni adanya

kesempatan ekonomi yang seluas-luasnya di daerah tujuan penanaman modal.

Melihat pengalaman Cina dan India, kesempatan bagi penanam modal untuk

mengolah modal yang dimilikinya menjadi kian terbuka lebar karena di dalam KEK

terdapat economic opportunities yang besar yang membuka jalan bagi penanam

modal untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari modal yang

ditanamkan. Inilah yang menjadikan KEK sebagai primadona dalam meningkatkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai sebuah kawasan ekonomi bebas

sengaja dibangun sebagai magnet untuk menarik penanam modal serta untuk

mengembangkan ekonomi di kawasan tersebut secara keseluruhan. Strategi dan

kebijakan ini dilakukan dengan memberikan fasilitas dan insentif baik berupa

insentif fiskal maupun nonfiskal yang amat menarik dan bersifat khusus sehingga

penanam modal menjadi tertarik untuk menanam modal karena akan mendapatkan

keuntungan ekonomi pada awal penanaman modal diputuskan.

33

(52)

pertumbuhan penanaman modal di negara-negara tersebut. KEK dapat terdiri dari

Referensi

Dokumen terkait

1) Negara mengakui dan menghormati kesatuan- kesatuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang undang. 2) Negara

Yakni sebelum diaturnya pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerahyang bunyinya bahwa pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh

Aspek hukum pengawasan terhadap penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus, yaitu peran pemerintah pusat dalam pengawasan KEK terdiri dari Dewan Nasional, Direktorat Bea dan

Pasal 1, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, L.N.. Adanya berbagai jenis kegiatan pembangunan

Tinjauan Yuridis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam Sistem Administrasi Pemerintahan Negara Republik Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32tahun 2004 Tentang

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Peraturan pemerintah tentang perlakuan kepabeanan, perpajakan, dan cukai serta pengawasan atas pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari serta berada di kawasan yang telah ditunjuk sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan