• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

B. ANALISIS DATA

4. Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat

Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan pengawasan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. 5

Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat No

33

1. Menetapkan standar fisik pelaksanaan

TBM X X X

2. Menetapkan standar kualitatif

pelaksanaan TBM X X X

3. Menetapkan standar waktu pelaksanaan

TBM √ √ √

4. Menentukan frekuensi pengukuran

pelaksanaan TBM X √ √

5. Menentukan bentuk pengukuran

pelaksanaan TBM √ √ √

6. Menentukan pihak yang terlibat dalam

pengukuran pelaksanaan TBM X X X

7. Mengukur pelaksanaan kegiatan TBM √ √ √

8. Menganalisa penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam

pelaksanaan TBM √ √ √

9. Mengambil tindakan koreksi yang perlu

untuk pelaksanaan TBM √ √ √

Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan

Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan pengawasan Taman Bacaan Masyarakat yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu menetapkan ketentuan fisik pelaksanaan, menetapkan ketentuan kualittaif pelaksanaan, menetapkan peraturan waktu pelaksanaan, menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan, menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan, menentukan pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan, mengukur pelaksanaan

34

kegiatan, menganalisa penyimpangan pelaksanaan, dan mengambil upaya perbaikan untuk pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat.

a) Menetapkan ketentuan fisik pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak menentukan ketentuan fisik dalam pelaksanaan TBM. hal ini disebabkan karena pengelola ingin menerapkan peraturan selonggar-longgarnya agar sluruh anggota merasa nyaman selama berkunjung. Namun, mengingat pentingnya keberadaan dan ketercapian tujuan TBM bagi masyarakat secara luas, sebaiknya pengelola TBM menetapkan ketentuan fisik pelaksanaan TBM. Jika, pegelola memiliki keterbatasan dalam menentukan ketentuan fisik TBM, pengelola dapat mengikuti ketentuan kualitatif berdasarkan buku pedoman Taman Bacaan Masyarakat.

b) Menetapkan ketentuan kualittaif pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak menentukan ketentuan kualitatif dalam pelaksanaan TBM. hal ini disebabkan karena pengelola ingin menerapkan peraturan selonggar-longgarnya agar sluruh anggota merasa nyaman selama berkunjung. Namun, mengingat pentingnya keberadaan dan ketercapian tujuan TBM bagi masyarakat secara luas, sebaiknya pengelola TBM menetapkan ketentuan kualitatif pelaksanaan TBM. Jika, pegelola memiliki keterbatasan dalam menentukan ketentuan

35

kualitatif, pengelola dapat mengikuti ketentuan kualitatif berdasarkan buku pedoman Taman Bacaan Masyarakat.

c) Menetapkan peraturan waktu pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara tiga TBM terdapat persamaan. Ketiga TBM sudah mempunyai peraturan mengenai waktu pelaksanaan di TBM. Namun, tidak ada peraturan jam buka dan jam tutup yang pasti di Warabal. Namun, ada ketentuan mengenai waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Warabal. Sedangkan di Rumah Baca Kuartet dan Rumah baca Zhaffa terdapat peraturan mengenai jam buka dan tutup TBM. peraturan mengenai waktu jam buka dan tutup Kuartet yaitu setiap hari, buka pada pukul 08.00 WIB dan tutup pada pukul 21.00 WIB. peraturan waktu jam buka dan tutup Rumah Baca Zhaffa jam 16.00 -21 .00 WIB. Dengan adanya ketentuan dan peraturan mengenai waktu pelaksanaan di Warabal, Kuartet, dan Zhaffa, maka pengelola di ketiga TBM sudah melakukan tahapan penentaan ketentuan waktu pelaksanaan TBM.

d) Menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM, hanya Warabal saja yang tidak menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan

36

TBM. hal ini disebabkan karena pelaksanaan pengukuran dilakukan secara personal oleh pengelola Warabal saja, sehingga pengukuran bisa dilakukan kapan saja. Berbeda halnya dengan Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa yang sudah menentukan frekuensi kegiatan pengukuran pelaksanaan TBM. Frekuensi yang sudah ditetapkan oleh pengelola hendaknya selalu dilakukan dengan teratur dan terus menerus. Dengan sudah ditentukannya frekuensi kegiatan pengukuran terhadap pelaksanaan di Kuartet dan Warabal, mala kedua TBM ini sudah melakukan tahapan penentuan frekuensi kegiatan pengukuran pelaksanaan TBM dengan sebagaimana mestinya.

e) Menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa terlihat bahwa pengelola pada tiap-tiap TBM sudah menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM. Bentuk pengukuran yang digunakan pengelola di ketiga TBM tidak ada perbedaan. Setiap pengelola melakukan pengukuran melalui pengamatan langsung. Mengingat terbatasnya jumlah pengelola pada tiap-tiap TBM akan menyulitkan pengelola dalam melakukan kegiatan pengukuran melalui pengamatan langsung. Karena itu memungkinkan adanya pengamatan yang luput dari pengelola TBM. Pengukuran melalui pengamatan langsung itu sendiri memiliki keterbatasan. Namun, bagi pengelola di warabal, Kuartet, dan Zhaffa, bentuk pengukuran memalui cara itulah yang paling memungkinkan untuk dilakukan.

37

f) Menentukan pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak menentukan piak-piak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM. hal ini disebabkan karena pengelola melakukan kegiatan pengukuran pelaksaan secara mandiri. Namun, mengingat pentingnya keberadaan dan ketercapian tujuan TBM bagi masyarakat secara luas, sebaiknya pengelola TBM melakukan kerja sama dalam melakukan pengukuran agar hasil pengukuran lebih objektif dan akurat. Hal ini tentu saja lebih memudahkan pengelola dalam menentukan tindakan perbaikan apa yang harus dilakukan.

g) Mengukur pelaksanaan kegiatan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa Masing-masing pengelola melakukan kegiatan pengukuran ayng berbeda satu sama lain. Kegiatan mengukur kegiatan nyata pelaksanaan TBM dilakukan secara personal oleh pengelola Warung Baca Lebak Wangi. Dengan melihat apakah tujuan TBM sudah tercapai atau belum. kegiatan mengukur kegiatan nyata pelaksanaan TBM dilakukan secara personal oleh pengelola Warung Baca Lebak Wangi. Pengukuran kegiatan pelaksanaan di RBZ dilakukan dengan melihat berdasarkan pada besar kecilnya partisipasi anggota dan masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Oleh karena pengelola pada tiap-tiap TBM telah melakukan kegiatan pengukuran maka, tahapan pengkuruan

38

pelaksanaan TBM sudah dilakukan di Warabal, Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa.

h) Menganalisa penyimpangan dalam pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM memiliki persamaan yaitu tidak melakukan analisa pemyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan TBM. walau begitu, setiap pengelola tetap melakukan analisa terhadap kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam mencapai tujuan tiap-tiap TBM. kesulitan dan hamabatan yang dihadapi pengelola di setiap TBM berbeda satu sama lainnya. hal tersebut dipengaruhi oleh perbedaan komunitas atau masyarakat, dan perbedaan kegiatan pelayanan yang dilakukan pada tiap-tiap TBM. Walaupun begitu, analisa penyimpangan tetap harus dilakukan untuk meminimalisir hambatan dan kselitan agar dapat lebih mudah mencapai tujuan TBM. Oleh karena kegiatan analisa penyimpangan dalam pelaksanaan tidak dilakukan, maka pengelola di Warabal, Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Kuartet hendaknya melakukan kegiatan penyimpangan dengan menyesuaikan hasil pengukuran dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan yang ada di di tiap-tiap TBM. Namun, apabila TBM belum atau tidak memiliki ketentuan atau peraturan tertentu, sebaiknya pengelola menyesuaikan hasil pengukuran dengan ketentuan yang sudah ada di dalalm buku pedoman pengelolaan TBM.

39

i) Mengambil upaya perbaikan untuk pelaksanaan TBM

Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM memiliki persamaan yaitu sudah melakukan upaya perbaikan untuk elaksanaan TBM. Walau begitu, setiap pengelola di ketiga TBM melakukan upaya-upaya yang berbeda satu sama lainnya. hal tersebut didasari pada perbedaan hambatan dan kesulitan ayng dihadapi pada masing-masing TBM. Upaya yang sudah dilakukan pengelola Warabal terkait masalah keterbatasan ruanganyaitu dengan menambah ruangan untuk kegiatan pembelajaran. Pengelola juga melakukan upaya untuk memperbaiki tahapan proses perencanaan kegiatan. Proses perencanaan kegiatan dilakukan secara musyawarah dengan seluruh komunitas Warabal. Hal tersebut juga dilakukan untuk membelajarkan masyarakat komunitas Warabal agar masing-masing individu mau bertukar fikiran dan mengeluarkan pendapat. Upaya yang sudah dilakukan pengelola Kuartet adalah pengadaan pojok usaha berupa penjualan pernak-pernik dan penjualan voucher pulsa untuk menambah pemasukan dana Kuartet. Selain itu, pengelola juga mengajarkan anak-anak disekitar Kuartet agar berani untuk berbicara adan mengembangkan bakatnya. Salah satu contohnya adalah dengan dibentuknya Group Musik Roma Merana. Kelompok musik tersebut memang sengaja diadakan untuk membelajarkan anak-anak agar mau berani menunjukkan dan mengembangkan bakatnya. Upaya yang sudah dilakukan pengelola Rumah Baca Zhaffa yaitu memasang tenda jalanan yang

40

ditempatkan di depan halaman Rumah Baca Kuartet agar dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembelajaran ataupun hiburan edukatif. Oleh karena pengelola di ketiga TBM telah melakukan upaya perbaikan, maka pengelola di Warabal, Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Kuartet telah melakukan tahapan pengembilan upaya perbaikan untuk pelaksanaan TBM dengan sebagaimana mestinya.

Dokumen terkait