• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

B. ANALISIS DATA

2. Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat

Kuartet. meskipun tidak memiliki anggaran dana, namun Rumah Baca Kuartet tidak pernah mengadakan penggalangan dana di masyarakat. namun, Rumah Baca Kuartet juga tidak menolak jika ada masyarakat atau warga yang ingin memberikan sumbangan untuk dana operasional dan kegiatan. Diantara ketiga TBM, hanya Rumah Baca Zhaffa yang melakukan rencana dana TBM. Namun, perencanaan dana tersebut hanya dilakukan jika ada kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan untuk dana operasional tidak memiliki anggaran dana. Dana yang dipeoleh Rumah Baca Zhaffa juga berasal dari pengelola pribadi dan sumbangan masyarakat. Proses tahapan perencanaan dana TBM ini hanya dilakukan oleh Rumah Baca Zhaffa. Seharusnya Perencaaan dana ini penting bagi Warabal dan Rumah Baca Kuartet untuk menjadi acuan dalam pengawasan dan agar memudahkan pengelola dalam mengalokasikan dana secara tepat guna.

2. Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat

Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan pengorganisasian yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. 3

Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat

24

.

Warabal Kuartet Zhaffa 1. Menyusun struktur organisasi

TBM X X X

2. Menentukan pengelola TBM X X X

3. Membagi tugas pengelola

TBM √ X √

Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan

Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu menyusun struktur organisasi, menentukan pengelola, dan membagi tugas pengelola Taman Bacaan Masyarakat.

a) Menyusun struktur organisasi TBM

Dari tabel 4. 3 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM tidak ada satupun yang membuat struktur organisasi. Pegelola Warabal menyadari pentingnya pembagian tanggung jawab, hal tersebut dapat terlihat dengan adanya susunan organisasi yang sudah menerangkan adanya pembagian tugas diantara sukarelawan warabal. Namun, didalam susunan organisasi belum terlihat adanya bagan dan kepala bidang pelayanan. Hal tersebut dilakukan karena susunan organisasi tersebut baru saja dibuat dan pembagia tugasnya belum dilaksanakan dengan baik oleh seluruh relawan

25

yang selama ini melakukan pengelolaan dengan tugas merangkap. Sama halnya dengan Warabal, Rumah Baca Kuartet sudah memiliki susunan kepengurusan meski belum terlihat adanya pembagian tugas. Tugas pengelolaan tetap dilakukan secara merangkap. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan jumlah sukarelawan. Namun, sudah dibentuk tim kepengurusan yang disebut dengan Kuartet Kru. Kuartet kru terdiri dari enam sukarelawan anak-anak anggota Rumah Baca Kuartet itu sendiri. Berbeda halnya dengan kedua TBM lainnya, Rumah Baca Zhaffa tidak terlihat sama sekali adanya susunan organisasi dan pembagian tugas. Hal itu disebabkan Rumah Baca Zhaffa hanya dikelola oleh satu orang saja. Walaupun ketiganya belum melakukan tahapan pembuatan struktur organisasi, sebaiknya ketiganya senantiasa berupaya untuk efektifitas dan efisiensi kegiatan pengorganisasian di tiap-tiap TBM.

b) Menentukan pengelola TBM

Dari tabel 4. 3 poin 2, terlihat bahwa ketiga TBM tidak melakukan langkah menentukan pengelola TBM. Kesesuaian kebutuhan TBM dengan sumber daya manusianya, terlihat dengan adanya proses pemilihan atau menentuan pengelola TBM. Penentuan seorang pengelola dengan tugas yang dijalankannya terkait erat dengan efektifitas pengelolaan TBM. namun, hal tersebut delum disadari betul oleh pengelola Warabal, Kuartet, dan Zhaffa. ketiganya tidak ada yang melakukan proses pemilihan dan penentuan

26

sukarelawan TBM. Hal tersebut disebabkan karena masing-masing pengelola TBM merupakan tenaga sukarelawan dan tidak ada ketentuan dan pemilihan untuk menjadi sukarelawan pada masing-masing TBM. namun, begitu sebagai wadah informal yang berfungsi untuk meningkatkan peneliharaan minat baca di masyarakat, yang memiliki fungsi untuk kegiatan pelayanan dan kegiatan lkepustakaan, hendaknya penentuan pengelola TBM dilakukan untuk memperoleh sumber daya manusia yang cocok dan sesuai dengan kebutuhan TBM dan karakteristik Masyarakat komunitas itu sendiri.

c) Membagi tugas pengelola TBM

Dari tabel 4. 3 poin 3, terlihat bahwa ketiga TBM sudah melakukan langkah pembagian tugas pengelola. Walaupun ketiganya belum melakukan pembuatan strutur organisasi dan proses penentuan pengelola TBM, namun proses pebagian tugas sudah ada diantara sukarelawan di Warabal dan sukarelawan di Zhaffa. Pembagian tugas di Warabal terdiri dari pembagian tugas organisasi dan embagian tugas untuk kegiatan pembalajaran. Pembagian tugas untuk kegiatan pembelajaran dilakukan guna efektifitas dan efiensi kegiatan layanan tersebut, karena jumlah pengelola di Warabal hanya satu orang, akan sangat melelahkan dan tidak efektif jika kegiatan layanan pembelajaran yang dilakukan sudah terdiri dari beberapa bidang ilmu dan tingkatan. Akan lebih baik bagi sebuah TBM, jika memiliki satu orang sukarelawan yang memang berprofesi atau berhubungan dengan bidang ilmu

27

pembalajran yang akan diajarnya. Misalnya saja untuk melaksanakan kegiatan layanan pembalajaran komputer, paling tidak membutuhkah seorang sukarelawan yang mampu dan memahami penggunaan komputer. Hal itulah yang dilakukan diWarabal. Uniknya, pembagian tugas tersebut diprakarsai oleh para sukarelawan itu sendiri. Berbeda dengan proses pembagian tugas diantara sukarelawan di Zhaffa. pembagian tugas dilakukan oleh pengelola dan sukarelawan di dalam sebuah pertemuan untuk pengarahan kegiatan layanan hiburna edukatif yang akan dilakukan di Zhaffa. pembagian tugas dilakukan sebelum pengelola mmeberikan araha mengenai pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, pembagian tugas untuk sebuah kegiatan pelayanan pembelajaran berbeda dengan pembagain tugas untuk kegiatan pelayanan lainnya. Maka, tidak ada pembagian tugas yang tetap diantara para sukarelawan seperti yang ada di Warung Baca Lebak Wangi. Tidak dilakukannya pembagian tugas diantara para sukarelawan menjadi kelemahan bagi Kuartet diantara kedua TBM lainnya. pembagian tugas diantara para sukarelawan penting untuk dilakukan agar sukarelawan tidak merasa tugas yang harus dilakukan terasa berat. Terlebih lagi sukarelawan di Kuartet adalah anak-anak. Memberikan mereka satu tanggung jawab untuk melakukan satu tugas, mungkin bisa jadi satu proses pendidikan tanggung jawab kepada anak-anak sukarelawan. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola di Rumah Baca Kuartet melakukan proses pembgaian tugas diantara para sukarelawannya.

28

Dokumen terkait