• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

B. ANALISIS DATA

1. Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat

Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan perencanaan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2

Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat No. Indikator Warabal RBK RBZ 1. Perencanaan kebutuhan pengguna TBM √ √ √ 2. Perencanaan tujuan TBM √ √ √ 3. Perencanaan lokasi TBM X X X

4. Perencanaan sumber daya

manusia TBM X X

5. Perencanaan organisasi dan

3 6. Perencanaan ruangan TBM √ √ X 7. Perencanaan koleksi TBM √ √ √ 8. Perencanaan perlengkapan TBM √ √ √ 9. Perencanaan layanan TBM √ √ √ 10. Perencanaan sosialisasi TBM √ √ √ 11. Perencanaan anggaran TBM X X X Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan

Dari tabel diatas terdapat beberapa persamaan dan perbedaan langkah langkah di dalam melakukan tahapan perencanaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang meliputi merencanakan kebutuhan pengguna TBM, merencanakan tujuan TBM, merencanakan lokasi TBM, merencanakan sumber daya manusia TBM, merencanakan organisasi dan manajemen TBM, merencanakan ruangan TBM, merencanakan koleksi TBM, merencanakan perlengkapan TBM, merencanakan layanan TBM, merencanakan sosialisasi TBM, merencanakan hubungan kemitraan TBM, dan merencanakan anggaran TBM.

a) Perencanaan kebutuhan pengguna TBM

Dari Tabel 4.2 pada poin 1, terlihat bahwa Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) telah

4

malakukan perencanaan sasaran pengguna. Sasaran pengguna Warabal adalah seluruh warga pemukiman Kampung Saja, Desa Pamegar Sari, Parung Bogor. Sasaran pengguna RBK adalah seluruh warga pemukiman RW 05, Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Sasaran pengguna Rumah Baca Zhaffa (RBZ) adalah seluruh warga pemukiman Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan. Dari persamaan tersebut, pengelola pada tiap-tiap TBM telah melakukan identifikasi terhadap sasaran penggunanya. Hal tersebut menandakan bahwa pengelola pada ketiga TBM telah mengetahui pentingnya melakukan identifikasi sasaran pengguna, yaitu untuk memudahkan pengelola dalam merencanakan kegiatan dan bahan bacaan apa saja yang perlu untuk diadakan di TBM.

Walaupun ketiganya sudah melakukan identifikasi terhadap sasaran pengguna, namun ketiganya mengidentifikasi sasaran pengguna yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan identifikasi sasaran pengguna TBM satu sama lain dikarenakan TBM merupakan suatu komunitas. Dimana setiap TBM memiliki ciri khusus yaitu masyarakat yang menjadi penggunanya berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, baik Warabal, RBK, dan RBZ memliki sasaran pengguna yang bebeda satu sama lain, karena merupakan tiga komunitas yang berbeda.

Selain itu, ketiga TBM juga sudah melakukan identifikasi kebutuhan penggunanya, walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Melihat kenyataan tersebut, masing-masing pengelola TBM, sudah mengetahui

5

manfaatnya melakukan identifikasi kebutuhan pengguna dalam rangka mewujudkan fungsi TBM itu sendiri, yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh faktor pendidikan yang dimiliki pengelola. Pengelola Rumah Baca Kuartet dan Pengelola Rumah Baca Zhaffa memiliki bekal ilmu perpustakaan dan keduanya juga berprofesi sebagai librarian atau kepustakawanan. Namun faktor pendidikan kepustakaan tidak dimiliki oleh pengelola Warabal yang berpendidikan akhir tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan berprofesi sebagai penjual jamu. Berbeda dengan yang lainnya, pengelola Warabal melakukan identifikasi kebutuhan pengguna dengan tujuan untuk mewujudkan keinginan pribadinya yaitu mengetahui bahan bacaan dan kegiatan pembelajaran apa saja yang dibutuhkan oleh warga kampung disekitarnya agar ia dapat berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan akan pendidikan, khususnya bahan bacaan untuk warga kampung yang secara ekonomi termasuk kedalam ekonomi lemah.

Walaupun ketiganya sudah melakukan identifikasi terhadap kebutuhan pengguna, namun masing-masing TBM melakukan identifikasi kebutuhan pengguna dengan cara yang berbeda-beda. Pengelola Warabal melakukan kegiatan mengelilingi kampung dan berkunjung ke sekolah-sekolah. Pengelola RBK melakukan kegiatan pengamatan langsung da melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang diminati oleh warga. Pengelola RBK melakukan identifikasi terhadap perencanaan kebutuhan warga dengan menampung

6

ide-ide yang berasal dari warga. Perbedaan ketiga TBM dalam mengidentifikasi kebutuhan penggunanya dikarenakan perbedaan dari ketiga karakteristik masyarakat pengguna yang berbeda-beda. Karakteristik masyarakat pengguna Warabal merupakan masyarakat didaerah pedesaan yang letak rumahnya berjauhan satu sama lainnya. Selain itu sifat masing-masing individu di kampung tersebut cenderung tertutup. Oleh karena itu, pendiri Warabal melakukan kegiatan berkeliling kampung terlebih dahulu agar dapat mengidentifikasi kebutuhan penggunanya. Sedangkan karakteristik dari pengguna kedua TBM lainnya cenderung terbuka karena termasuk kedalam karakter masyarakat urban atau perkotaan. Oleh karena itu, mudah saja bagi pendiri RBK untuk melihat langsung minat para penggunanya dengan melihat kegiatan yang diminati warga. Begitu juga dengan pendiri RBK, dipengaruhi dengan keterlibatannya dalam kegiatan Karang Taruna khususnya ketika melakukan identifikasi kebutuhan memperoleh dukungan dari para sukarelawan Karang Taruna.

Melalui proses kegiatan identifikasi dan mengetahui apa saja kebutuhan sasaran pengguna, berarti pengelola pada tiap-tiap Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sudah melakukan tahapan perencanaan TBM. Maka, pengelola ketiga TBM dapat merumuskan tujuan yang akan dicapai oleh Warabal, Rumah Baca Zhaffa, dan Rumah Baca Kuartet sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Sudah dilakukannya kegiatan merencanakan kebutuhan pengguna di Warabal, RBK, dan RBZ, menandakan tujuan yang

7

akan dicapai oleh masing-masing TBM menjadi tepat guna bagi masyarakat. Oleh karena itu, pengelola telah melakukan tahapan perencanaan kebutuhan pengguna di warabal, RBK, dan RBZ sesuai dengan sebagai mana mestinya.

b) Perencanaan tujuan TBM

Dari Tabel 4.2 pada poin 2, terlihat bahwa Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) telah melakukan perencanaan tujuan. Tujuan Warung Baca Lebak Wangi terdiri dari dua, yaitu yang pertama menjadi tempat membaca yang tidak hanya sekedar tempat membaca, namun juga tempat untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan kreatifitas warga kampung. Tujuan yang kedua menjadi tempat kegiatan pembelajaran masyarakat dengan biaya yang murah. Tujuan Rumah Baca Kuartet yaitu menyediakan tempat untuk membaca, menulis, dan kegiatan hiburan edukatif lainnya secara gratis, yang dibutuhkan anak-anak khususnya dan warga masyarakat secara umumnya. Tujuan Rumah Baca Kuartet terdiri dari empat tujuan, yaitu

(1) Wadah interaksi para pecinta dunia perbukuan lintas generasi. (2) Pusat informasi bagi mereka yang membutuhkan.

(3) Tempat berkreasi, menumpahkan segala karya dalam bentuk apapun.

8

Sudah dilakukannya perencanaan tujuan, menandakan Pengelola masing-masing Taman Bacaan Masyarakat (TBM) mengetahui pentingnya tujuaan TBM sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan pada tahapan selanjutnya. Tujuan Ketiga TBM yang sudah dirumuskan berbeda satu sama lain. Perbedaan pengelola dalam merumuskan tujuan TBM sangat dipengaruhi dengan kebutuhan pengguna yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Kebutuhan akan pengguna TBM yang berbeda-beda, membuat tujuan masing-masing TBM berbeda pula, karena tujuan dirumuskan berdasarkan identifikasi kebutuhan pengguna.

Dari ketiga TBM, hanya Rumah Baca Kuartet (RBK) yang sudah merumuskan tujuannya ke dalam dokumen. Berbeda dengan kedua TBM lainnya, RBK sudah menuliskan tujuan ke dalam dokumen karena mengetahui pentingnya tujuan TBM untuk diketahui dan dipahami bersama-sama dengan para pengguna. Hal tersebut terlihat dengan adanya rumusan tujuan RBK di dalam buku keanggotaan. Sedangkan pengelola Warung Baca Lebak Wangi dan Rumah Baca Zhaffa belum merumuskan tujuannya secara tertulis. Walaupun keduanya belum merumuskan tujuan secara tertulis, namun alasan pengelola kedua TBM tersebut berbeda. Pengelola Warabal beranggapan bahwa tujuan Warabal hanya perlu diketahui oleh pengelolanya sendiri. Sedangkan pengelola RBZ belum merumuskan tujuan secara tertulis karena sampai pada waktu data ini diperoleh, RBZ belum memiliki dokumen resmi mengenai pengelolaan TBM. Ada dua faktor yang menjadi penyebab

9

perbedaan mengenai belum dituliskannya rumusan tujuan TBM ke dalam dokumen. Selain dipengaruhi faktor perbedaan pendidikan diantara pengelola, faktor lama berdirinya TBM juga mempengaruhi. Diantara ketiga TBM yang diteliti, Rumah baca Zhaffa merupakan TBM yang paling baru berdiri. Sampai pada waktu data penelitian ini diperoleh, RBZ belum menuliskan rumusan TBM di dalam dokumen karena baru berjalan selama 3 bulan.

Dengan sudah dirumuskannya tujuan, tiap-tiap TBM memiliki acuan yang pasti dalam pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan kajian teori pada bab sebelumnya, telah diketahui bahwa perumusan tujuan diperlukan sebagai acuan untuk mengetahui keberhasilan TBM. Sehingga akan memudahkan pengelola untuk mengukur sejauh mana keberhasilan TBM telah tercapai. Adanya acuan untuk kegiatan pengukuran terkait dalam proses pengawasan. Oleh karena ketiga TBM sudah merumuskan tujuan yang hendak dicapai, ketiga TBM seharusnya tidak ada kesulitan yang berarti dalam melakukan kegiatan pengawasan. Selain itu, tujuan juga penting untuk diketahui oleh para pengguna TBM lainnya agar tujuan disadari dan dihayati oleh seluruh anggota TBM demi tercapainya tujuan TBM dengan efektif dan efisien. Dituliskannya rumusan tujuan RBK di dalam buku keanggotaan adalah salah satu cara agar tujuan TBM dapat disadari dan dihayati adalah dengan menuliskannya ke dalam dokumentasi dan menginformasikannya kepada

10

seluruh anggota. Belum dirumuskannya tujuan secara tertulis menjadi kelemahan Warabal dan RBK.

Sudah dirumuskannya tujuan di Warabal, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa, menandakan bahwa masing-masing TBM sudah memiliki acuan dasar untuk melakukan tahapan pengelolaan selanjutnya. walaupun sudah dirumuskan, namun sebaiknya tujuan tetap dituliskan ke dalam dokumen untuk memudahkan pengelola melakukan pengukuran untuk proses pengawasan.

c) Perencanaan lokasi TBM

Dari Tabel 4.2 pada poin 3, terlihat bahwa baik Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) tidak melakukan perencanaan terhadap lokasi TBM. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor dana yang tidak mencukupi untuk menyewa tempat atau lokasi strategis. Baik, pengelola Warabal, RBK tidak mempunyai cukup dana untuk menyewa tempat yang strategis. Berbeda dengan kedua TBM yang memiliki kelemahan dalam faktor dana, pengelola RBZ memiliki hambatan dalam memperoleh izin dari pemerintah kelurahan Manggarai untuk meminjam ataupun menyewa kantor kelurahan untuk mendirikan TBM disana. Masing-masing pengelola diketiga TBM memilih rumah tinggal untuk lokasi TBM. Lokasi yang dipilih berbeda satu sama lainnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan identifikasi pengguna TBM. Untuk

11

memudahkan pengguna mengakses ketiga TBM, maka pengelola masing-masing pengelola TBM memilih lokasi TBM yang berada di dekat atau disekitar penggunanya. Warung Baca Lebak Wangi mengidentifikasi sasaran penggunanya adalah warga Kampung Saja, lokasi Warabal di rumah tinggal salah satu pengelola, Ibu Kiswanti, di Kampung Saja, Parung Bogor. Rumah Baca Kuartet mengidentifikasi sasaran penggunanya adalah masyarakat kelurahan Cibubur, Lokasi Rumah baca Kuartet ditempatkan di halaman rumah salah satu pengelola, Sigit, di Jl. Taruna Jaya, Gg Karya Bakti, RT02/RW 05, kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Rumah Baca Zhaffa mengidentifikasi sasaran penggunanya adalah masyarakat kelurahan Manggarai, Lokasi Rumah Baca Zhaffa ditempatkan di teras rumah tinggal pengelola, Yudi hartanto, di Jl. Menara Air RT07/RW11 No.43 Kelurahan Manggarai, Jakarta Selatan.

Ketiga TBM memilih lokasi dengan dana yang mudah untuk dijangkau pengelola. Walaupun masing-masing TBM berlokasi di rumah, namun tetap tidak ada kesulitan bagi para pengguna untuk mengakses lokasi TBM. Perencanaan terhadap lokasi penting untuk memudahkan par a pengunjung mengakses lokasi TBM. selain itu juga untuk kenyamanan prara pengunjung ke TBM dan menghilangkan rasa keengganan karena TBM berada di dalam tempat tinggal warga.

12

Dari Tabel 4.2 pada poin 4, terdapat persamaan diantara Warung Baca Lebak Wangi dan Rumah Baca Kartet yaitu tidak melakukan perencanaan terhadap sumber daya manusia. Hal tersebut dikarenakan kedua pengelola beranggapan bahwa siapa saja dapat berpartisipasi dalam mengelola TBM. Selama ini, RBK dan Warabal dikelola oleh para sukarelawan yang merupakan warga sekitar TBM. Namun, RBK memiliki karakteristik pengelola yang berbeda. Sukarelawan yang terlibat dalam kegiatan mengelola TBM di Rumah Baca Kuartet adalah anak-anak yang masih mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar. Sukarelawan anak-anak ini sama sekali tidak memiliki pendidikan mengenai kepustakaan sebelumnya. Justru dengan ikut membantu mengelola Rumah Baca Kuartet tersebut, anak-anak di daerah kelurahan Cibubur memperoleh kesempatan untuk belajar bagaimana mengelola Taman Bacaan Masyarakat. sedangkan sukarelawan yang terlibat dalam mengelola Warung Baca Lebak Wangi merupakan remaja yang tinggal di Kampung Saja. Sebagian sukarelawan ada yang bersekolah, tetapi ada juga yang belum bersekolah.

Berbeda dengan kedua TBM diatas, Rumah Baca Zhaffa sudah melakukan perencanaan terhadap sumber daya manusia. Pengelola sudah menentukan kriteria, dan jumlah yang dibutuhkan untuk mengelola RBZ. Kriteria untuk menjadi pengelola di RBZ yaitu memiliki karakter yang senang dengan anak-anak, suka membaca, berjiwa sosial tanpa pamrih, mau bekerja keras. Kriteria untuk menjadi pengelola di TBM sebenarnya memang harus

13

ditentukan agar pengelola TBM memiliki kesesuaian dengan karakteristik penggunanya.

e) Perencanaan organisasi dan manajemen TBM

Dari Tabel 4.2 pada poin 5, terlihat persamaan yang ada diantara ketiga TBM. Baik Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa sudah membuat dokumen mengenai organisasi dan menajemen TBM. Perbedaan dialakukan pengelola ketiga TBM adalah dokumen apa saja yang sudah mereka rencanakan. Dokumen yang saat ini dimiliki Warabal yaitu susunan organisasi, pembagian jadwal kegiatan pembelajaran, dan daftar relawan yang mengadakan kegiatan pembelajaran. Dokumen yang saat ini dimiliki RBK yaitu dokumen mengenai tim kepengurusan, daftar inventaris perlengkapan, daftar inventaris bahan koleksi, dokumen kegiatan yang sudah dilakukan, buku anggota, dan kartu anggota. Dokumen yang saat ini dimiliki RBZ yaitu daftar inventaris perlengkapan, daftar inventaris bahan koleksi, daftar sukarelawan yang berasal dari remaja karang taruna, kegiatan yang sudah dilakukan, daftar jejaring (kerja sama) dengan instansi lainnya, dan dokumen mengenai sistem pelaporan.

Ketiga TBM sudah melakukan perencanaan dokumen organisasi dan manajemen TBM. Hal tersebut disebabkan karena faktor pengetahuan masing-masing pengelola TBM. Ketiganya telah menyadari pentingnya

14

memiliki dokumen mengenai organisasi dan manajemen TBM. Walaupun ada perbedaan faktor pendidikan diantara ketiga pengelola, tampaknya tidak mempengaruhi pengelola dalam merencanakan dokumen organisasi dan manajemen TBM. Pengaruh dari perbedaaan faktor tersebut justru terlihat dari kelengkapan dokumen organisasi dan manajemen yang dimiliki tiap-tiap TBM. Warung Baca Lebak Wangi memliki dokumen mengenai organisasi dan manajemen yang paling minim. Hal ini menjadi kelemahan bagi Warabal.

Dokumen mengenai organisasi dan manajemen sangat diperlukan dalam proses mencari jejaring atau dalam mengadakan hubungan kerja sama. Kelengkapan dokumen-dokumen tersebut juga menjadi syarat yang penting dalam proses pengajuan dana kepada pemerintah untuk pengembangan TBM. pentingnya akan kelengkapan dokumen TBM disadari secara sebenar-benarnya oleh pengelola Rumah Baca Kuartet. Pengelola RBK merencanakan dokumen organisasi dan manajemen lebih lengkap dibanding Warabal. Meskipun Rumah Baca zhaffa adalah TBM yang paling terakhir berdiri, namun RBZ memiliki kelengkapan dokumen yang sama lengkapnya dengan Rumah Baca Kuartet. hal tersebut karena kedua pengelola memiliki ilmu pendidikan perpustakaan dan berprofesi sebagai pustakawan. Walaupun pengelola Warabal memiliki perbedaan dalam faktor pendidikan dan profesi dengan pengelola di RBK dan RBZ, sebaiknya kelengkapan dokumen mengenai organisasi dan manajemen tetap perlu untuk dipenuhi. Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa sudah

15

merencanakan kelengkapan dokumen yang berhubungan dengan organisasi dan manajemen, maka kedua TBM sudah melakukan tahapan perencanaan dokumen organisasi dan manajemen TBM sebagaimana mestinya.

f) Perencanaan ruangan TBM

Dari tabel 4.2 poin 6 diatas, terlihat bahwa Warabal dan Kuartet sudah melakukan perencanaan ruangan dengan dipengaruhi adanya faktor dana. Walaupun, faktor dana menjadi kendala dalam perencanaan lokasi, tetapi tidak mempengaruhi dalam proses perencanaan ruangan. Ruangan indoor yang saat ini menjadi ruangan kegiatan pembelajaran, sekaligus ruangan display dan baca marupakan hasil sumbangan masyrakat. Sedangkan untuk merencanakan ruangan yang telah didesain outdoor, pengelola Kuartet mengajukan bantuan dana kepada salah satu perusahaan swasta. Hal tersebut dilakukan karena lokasi Kuartet hanya berawal dari halaman rumah yang kosong. Sedangkan Rumah Baca Zhaffa tidak melakukan perencanaan ruangan karena ruangan di Zhaffa terdiri dari ruang teras rumah dan ruang tamu rumah salah satu pengelola Kuartet. Walaupun ketiga TBM menemukan hambatan dalam merencanakan ruangan namun, pengelola pada masing-masing TBM memperhatikan faktor kenyamanan untuk pengguna.

16

Dari tabel 4.2 poin 7 diatas, terlihat bahwa tiap-tiap TBM sudah merencanakan jenis bahan koleksinya. Pentingnya perencanaan bahan koleksi sangat terkait dengan kebutuhan pengguna. Hal itu disadari betul oleh pengelola pada tiap-tiap TBM. Bahan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna akan menarik minat pengguna untuk berkunjung dan membaca bahan koleksi yang disediakan di TBM. Walaupun diantara ketiganya memiliki persamaan sudah melakukan perencanaan terhadap bahan koleksi, tetap terdapat perbedaan mengenai jenis bahan koleksinya. Warung Baca Lebak Wangi belum merencanakan jenis bahan koleksi audio visual, hanya bahan bacaan saja, sedangkan pengelola Rumah Baca Zhaffa dan Rumah Baca Kuartet sudah merencanakan jenis bahan koleksi audio visual. Selain itu ketiga TBM juga sudah melakukan rencana terhadap pengadaan, dan pengolahan bahan koleksi secara manual. Proses pengadaan di ketiga TBM bersumber dari penggalangan dana masyarakat, koleksi pribadi pendiri, donasi dan pembelian. Perbedaan koleksi tersebut terkait dengan perbedaan sasaran penggunanya. Perbedaan sasaran pengguna akan mempengaruhi kebutuhan pengguna TBM. perbedaan itu juga yang mempengaruhi perencanaan bahan koleksi TBM. Dengan sudah direncanakannya bahan koleksi di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa, menandakan bahwa ketiganya sudah melakukan tahap perencanaan terhadap bahan koleksi TBM.

17

h) Perencanaan perlengkapan TBM

Dari tabel 4.2 poin 8 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM sudah melakukan perencanaan terhadap perlengkapan TBM. pentingnya perencanaan terhadap perlengkapan sangat terkait dengan fungsinya sebagai pelengkap bahan koleksi di TBM diperhatikan oleh pengelola pada ketiga TBM. Namun perlengkapan apa saja yang ada di tiap-tiap TBM berbeda satu sama lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kreatifitas pengelola untuk melengkapi TBM dengan perlengkapan yang dapat menambah minat pengunjung untuk membaca dan ikut serta dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di TBM. Perlengkapan yang ada di Warung Baca Lebak Wangi sangat beragam. Terdiri dari rak buku, peralatan untuk menjahit, peralatan menulis, perangkat komputer, peralatan memasak, dan meja untuk belajar. Perlengkapan yang ada di Rumah Baca Kuartet terdiri dari rak buku, rak majalah, televisi, VDC Player dan poster. Sedangkan perlengkapan yang ada di Rumah Baca Zhaffa yaitu rak buku, meja, kursi, karpet puzzle, DVD player, dan Televisi. Rak buku direncanakan untuk memajang bahan bacaan. Pengelola pada tiap-tiap TBM sudah sudah memiliki perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan TBM. Hal tersebut menandakan bahwa ketiga TBM sudah melakukan tahapan perencanaan perlengkapan TBM.

18

Dari tabel 4.2 poin 9 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM sudah merencanakan kegiatan layanan untuk membaca dan peminjaman. Diantara ketiga TBM tersebut, tidak ada perbedaan mengenai kegiatan membaca, namun terdapat perbedaan dalam kegiatan pemeinjaman. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan peraturan mengenai kegiatan peminjaman pada tiap-tiap TBM. Di Warung Baca Lebak Wangi tidak ada peraturan mengenai batas buku yang boleh dipinjam. Ada satu ketentuan yang harus dilakukan pengunjung untuk meminjam buku, yaitu menjadi anggota Warung Baca Lebak Wangi. Untuk menjadi anggota Warung Baca Lebak Wangi tidak ada kriteria atau persyaratan, cukup mengisi lembar mengenai data pribadi. Hal tersebut dilakukan untuk melengkapi keanggotaan Warabal. Lembar data pribadi berisi data mengenai alamat, sekolah, kelas, umur, dan foto diri. Tidak adanya buku peminjaman menjadi satu kelemahan bagi Rumah Baca Kuartet. Setiap pengunjung bebas meminjam buku tanpa harus mencatat terlebih dahulu di buku peminjaman. Kelemahan tersebut bisa menjadi kendala bagi pengelola dalam melakukan pengawasan khususnya terhadap bahan koleksi di Rumah Baca Zhaffa. Walau begitu, peminjam tetap harus menjadi anggota Rumah Baca Kuartet terlebih dahulu. Di Rumah Baca Zhaffa proses peminjaman dan pengembalian buku memiliki keunikan tersendiri. Setiap pengunjung mencatat sendiri di buku peminjaman tanpa adanya pengawasan langsung dari pengelola. Hal tersebut sengaja diterapkan pengelola untuk mengajarkan rasa tanggung jawab kepada pengunjung.

19

Sama halnya dengan Rumah Baca Kuartet, pengujung yang meninjam buku di Rumah Baca Zhaffa harus menjadi anggota terlebih dahulu. Dalam merencanakan kegiatan peminjaman di TBM, perlu diperhatikan mengenai batas-batas peminjaman. Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa menerapkan batas lamanya peminjaman dan batas jumlah buku yang dipinjam. Batas-batas seperti itu tidak diterapkan oleh pengelola Warung Baca Lebak Wangi. Hal tersebut sengaja oleh pengelola untuk memberikan kesempatan kepada pengguna untuk membaca dan meminjam buku sebanyak-banyaknya.

Selain kegiatan membaca dan meminjam buku, baik Warung Baca lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa merencanakan kegiatan layanan diluar kegiatan membaca dan meminjam buku. Kegiatan tersebut tidak sama antara ketiga TBM. Warung Baca Lebak Wangi merencanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang

Dokumen terkait