• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Paparan Data

1. Pelaksanaan program pembelajaran metode utsmani dalam meningkatkan kualitas baca al-Quran santri TPA Baiturrahman Desa Munggung

Pelaksanaan pembelajaran membaca al-Quran dengan menggunakan metode utsmani, dipilih oleh Kyai Nyamidi selaku ketua TPA Baiturrahman untuk menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada di TPA Baiturrahman Desa Munggung.

Menurut beliau, hal ini disebabkan karena metode utsmani di TPA Baiturrahman dilaksanakan secara individual. Sehingga proses penyampaian materi menjadi lebih efektif, dan hal ini yang menjadi keunikan dari metode utsmani yang ada di TPA Baiturrahman Desa Munggung.

Materi dalam metode utsmani disusun menjadi beberapa jilid, yang dimulai dari jilid pemula hingga jilid tujuh. Jilid pemula fokus materinya adalah pengenalan bentuk huruf. Kemudian jilid satu fokus materinya adalah latihan membaca nama-nama huruf.

Lalu dilanjutkan jilid dua dengan materi utama adalah cara

38

melafalkan huruf yang berharokat. Jilid tiga dengan materi utama adalah tanda sukun dan taydid. Dilanjutkan jilid empat dengan materi utama adalah pengenalan hukum tajwid yang diantaranya adalah bacaan tafkhim dan tarqiq, hukum nu>n sukun dan tanwin, serta hukum mi>m sukun. Jilid lima yang didalamnya membahas mengenai fawatihussuwar dan pelajaran waqof. Kemudian jilid enam materinya masih berkaitan dengan jilid lima namun ditambah dengan pelajaran nu>n ‘iwadh. Kemudian jilid tujuh dengan materi membaca potongan-potongan ayat, setelah jilid tujuh ini selesai harapannya adalah santri sudah mampu membaca al-Quran sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

TPA Baiturrahman Desa Munggung memiliki guru sebanyak enam orang, diantaranya adalah Kya Nyamidi, Nyai Hartatik, Ustadz Ridhoni, Ustadzah Tsalitsul, Ustadz Dika, dan Ustadz Ferry.1 Jumlah ustadz tersebut dihadapkan dengan santri yang berjumlah 10 anak. Dari jumlah tersebut nantinya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang diisi dantri berusia 10-12 tahun dan kelompok kedua yang diisi santri berusia 3-6 tahun. Karena jumlah ustadz yang cukup banyak, maka ustadz Ridhoni membuat jadwal mengajar. Jumlah guru tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan Ustadz Dika sebagaimana berikut ini

“Kalau di Mushola sini yang menjadi ustadz atau tutor uatama adalaha Mbah Nyamidi sekalian istri yaitu bu Hartatik, lalu yang kedua adalah Mas Ridhoni sekalian istri yaitu Bu Tsalitsul, dibantu dengan saya dan Mas Ferry”.2

Setiap harinya dijadwalkan sebanyak dua ustadz untuk mengajar di TPA Baiturrahman. Jadwal tersebut dimulai dari hari

1 Lihat Trasnkrip Wawancara Nomor: 03/W/24-1/2023.

2 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/21-1/2023.

39

senin yang mengajar adalah Kyai Nyamidi mengajar kelompok pertama dan Nyai Hartatik kelompok kedua, hari selasa Utsadz Ridhoni mengajar kelompok pertama dan Ustadzah Tsalitsul kelompok kedua, hari rabu Ustadz Dika mengajar kelompok pertama dan Ustadz Ferry kelompok kedua, hari kamis Kyai Nyamidi mengajar kelompok pertama dan Nyai Hartatik kelompok kedua, hari jumat Ustadz Ridhoni mengajar kelompok pertama dan Ustadz Ferry kelompok kedua, hari sabtu Ustadz Ridhoni kelompok pertama dan Ustadz Dika kelompok kedua, serta hari minggu Nyai Hartatik yang mengajar kelompok pertama dan Ustadzah Tsalitul kelompok kedua.

Pelaksanaan pembelajaran membaca al-Quran dengan menggunakan metode utsmani di TPA Baiturrahman Desa Munggung ini dimulai pada pukul 14.00 WIB dengan diawali lantunan sholawat atau pujia-pujian. Kegiatan ini dilakukan untuk menunggu kedatangan ustadz serta kedatangan para santri-santri lainnya. Setelah berlangsung selama kurang lebih 15 menit, ustadz pun tiba di lokasi pembelajaran.

Kegiatan selanjutnya adalah pembacaan asmaul husna, sholawat thibbil qulub, hasby robby, dan doa pembuka secara bersama-sama. Namun dari sekian banyak jumlah santri, dipilih salah satu oleh ustadz untuk menjadi pemimpin dalam proses pembacaan sholawat dan doa tersebut.

Pembacaan doa dan sholawat tersebut ternyata bukan tanpa alasan. Menurut pendapat Ustadz Ridhoni pembacaan asmaul husna diharapkan akan menambah keberkahan majelis keilmuan, sholawat thibbil qulub dan hasby robby bermanfaatkan untuk kemantapan hati agar tidak tergoyahkan sehingga para santri tetap bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.3

3 Ibid.

40

Setelah pembacaan asmaul husna, sholawat thibbil qulub, hasby robby, dan doa pembuka telah selesai, dilanjutkan dengan ustadz mengucapkan salam. Hal ini menandakan pembelajaran akan segera dimulai. Pembelajaran diawali dengan hafalan surat pendek beserta arti yang dilakuka secara sambung ayat dari satu santri ke santri yang lain. Menurut Peneliti cara yang dipakai ustadz tersebut sangat efektif untuk menarik semangat santri dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada hari selasa tanggal 24 Januari 2023, kelompok pertama yang diajar oleh Ustadz Ridhoni sudah sampai pada jilid lima metode utsmani.

Sedangkan kelompok kedua yang diajar oleh Ustadzah Tsalitsul baru sampai pada jilid 2 metode utsmani.4 Mengenai cara atau metode yang digunakan para ustadz dalam menyampaikan materi adalah dengan cara ustadz membaca kemudian di tirukan oleh para santri atau biasa disebut klasikal, serta santri disuruh membaca beberapa baris secara individual. namun diantara kedua metode tersebut, metode individual yang lebih sering digunakan di TPA Baiturrahman Desa Munggung.

Santri yang sudah sampai jilid lima ini diajarkan materi mengenai fawatihussuwar yang merupakan bacaan yang ada diawal surat dalam al-Quran. Hal ini penting karena termasuk dalam salah satu kaidah hukum bacaan tajwid yakni bacaan mad.

Selain itu dalam jilid lima metode utsmani ini juga diajarkan mengenai cara mewaqofkan kalimat dalam al-Quran. hal ini penting karena dalam mewaqofkan kalimat al-Quran juga terdapat kaidah hukum bacaan tajwid, diantaranya adalah mad, Qolqolah, tanda sukun, serta bacaan tafkhim dan tarqiq. Dalam mengenalkan materi tersebut, Ustadz Ridhoni meminta santri untuk membaca

4 Lihat Hasil Observasi Nomor: 01/O/24-1/2023

41

tiap-tiap baris secara individual dan dengan sistem drill, atau diulang terus menerus hingga bacaan santri sesuai dengan kaidah tajwid.

Kemudian santri yang baru sampai jilid dua ini diajarkan cara melafalkan huruf yang berharokat fathah, kasroh, dhommah maupun tanwin. Santri diajarkan melafakan huruf berharokat tersebut secara individual dan menggunakan sistem drill. Artinya santri harus membaca secara individu tiap huruf dan mengulang-ulang terus sampai bacaan mereka benar.

Proses pembelajaran jilid dalam metode utsmani berjalan dengan baik. Berdasarkan pengamatan Peneliti, para santri sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Hingga akhirnya pembelajaran berakhir pada pukul 16.00 WIB. Diakhiri dengan doa penutup yang dibaca secara bersama-sama dan dilanjutkan shalat asar secara berjamaah.

Pelaksanaan pembelajaran membaca al-Quran para santri di TPA Baiturrahman Desa Munggung, selain memilih untuk menggunakan metode utsmani dalam proses pembelajarannya, para ustadz di TPA Baiturraham Desa Munggung juga menambah waktu pembelajaran. Jadi TPA Baiturrahman Grinting ini dilaksanakan sebanyak dua kali dalam sehari. Hal ini bertujuan untuk menambah pemahaman santri terhadap materi pembelajaran al-Quran.

Selain pembelajaran metode utsmani yang dilaksanakan pada siang hari, TPA Baiturrahman Desa munggung juga melaksanakan metode utsmani pada malam hari, tepatnya setelah shalat magrib sampai masuk waktu shalat isya’. untuk sesi yang kedua ini, setiap harinya yang menjadi ustadz atau pengajarnya adalah Kyai Nyamidi dan dibantu Nyai Hartatik.5

5 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 02/W/21-1/2023.

42

Pada pembelajaran sesi kedua ini diawali dengan santri melakukan adzan magrib dan dilanjutkan shalat magrib berjamaah.

Setelah selesai santri dibagi lagi menjadi dua kelompok sama seperti pembelajaran sebelumnya. adapun materinya adalah mengulang materi yang telah dipelajari pada pembelajaran siang harinya. hal ini bertujuan untuk menguatkan pemahaman santri terhadap materi yang telah didapatkan pada siang harinya

Kemudian mengenai ustadz yang mengajar pada sesi kedua ini adalah Kyai Nyamidi beserta istrinya yang bernama Nyai Hartatik.

Keduanya berbagi tugas, Kyai Nyamidi mengajar para santri usia 10-12 tahun dengan materi kajian metode utsmani jilid lima, lalu Nyai Hartatik mengajar para santri usia 3-6 tahun dengan materi kajian metode utsmani jilid dua.

Dalam proses pelaksanaanya santri diajarkan untuk terus mengulang bacaan atau materi yang telah didapatkan sebelumnya.

Hal ini sudah menjadi kesepakatan para ustadz di TPA baiturrahman Desa Munggung bahwa tidak akan menambah materi atau halaman dalam jilid metode utsmani, sebelum para santri benar-benar sudah pahampada materi yang telah diajarkan.

Setelah berlangsung selama kurang lebih 30 menit kajian jilid metode utsmani berakhir. Ditandai dengan para sanri membaca doa penutup dan doa kafaratul majlis secara bersama-sama. Menjelang waktu shalat isya, salah satu santri mengumandangkan adzan pertanda telah tiba waktu shalat isya. setelah iqamah Kyai Nyamidi memimpin shalat isya berjamaah. Kemudian setelah shalat isya berjamaah usai, para santri diperkenankan untuk pulang.6

Pelaksanaan metode utsmani di TPA baiturrahman Desa Munggung ini membawa dampak yang cukup besar terhadap kualitas baca al-Quran para santrinya. Khususnya pada santri usia

6 Lihat Hasil Observasi Nomor: 02/O/24-1/2023.

43

3-6 tahun yang sudah belajar metode utsmani sampai jilid 2, mereka sudah bisa melafalkan huruf hijaiyah sesuai dengan kaidah makharijul huruf dengan benar. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Kyai Nyamidi sebagai berikut:

“Contohnya seperti ta> kasroh ti>, kalau t}a kasroh t}i. itu kalau tidak di utsmani kalau yang dulu itu cara pengucapannya sama-sama ti nya. Tapi kalau di utsmani yang sudah belajar bisa membedakan kalau ta> kasroh itu ti> dan t}a kasroh itu t}i jadi sama ti nya tapi lisannya beda”.7

Hal ini dituturkan oleh Kyai Nyamidi selaku takmir sekaligus ustadz di TPA Baiturrahman Desa Munggung. Menurut beliau salah satu makharijul huruf yang menjadi kelemahan dalam kemampuan membaca al-Quran santri TPA Baiturrahman Desa Munggung adalah pada huruf ta> dan t}o. Secara lisan pengucapan huruf ta> di awali dengan posisi bibir meringis. Sedangkan pada huruf t}o pengucapannya di awali dengan posisi bibir mecucu. Hal ini diketahui dan dipahami santri setelah mereka dengan rutin mengikuti pembelajaran metode utsmani.

Selain makharijul huruf yang secara umum menjadi indikator kelemahan kualitas membaca santri TPA Baiturrahman Desa Munggung. Penggunaan ilmu tajwid juga menjadi indikator lemahnya kualitas membaca al-Quran santri TPA Baiturrahman Desa Munggung, khususnya pada santri usia 10-12 tahun yang telah belajar metode utsmani sampai pada jilid lima. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu ustadz sebagai berikut:

“Seperti contoh am lam itu am nya masih dengung yang lama, seharusnya kan am lam itu suaranya dijelaskan. Secara tajwid

7 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 02/W/21-1/2023.

44

bacaan tersebut termasuk pada idzhar syafawi. Oke kalau saya masih sejauh itu yang saya tau itu”.8

Pendapat diatas merupakan hasil wawancara dengan Ustadz Ridhoni. Beliau mengatakan bahwa salah satu kelemahan membaca al-Quran santri TPA Baiturrahman Desa Munggung adalah dalam hal pengetahuannya tentang ilmu tajwid. Salah satu ilmu tajwid yang ternyata belum dikuasai oleh santri TPA Baiturrahman Desa Munggung ialah mengenai hukum bacaan idzhar syafawi. Adapun materi mengenai hukum bacaan idzhar syafawi ini terdapat pada jilid empat metode utsmani. Sehingga para santri kategori usia 10-12 tahun sudah menguasai materi tersebut. Kemudian idzhar syafawi adalah apabila ada mi>m sukun bertemu dengan huruf hijaiyah selain huruf mi>m dan ba>, cara membacanya harus jelas suara mi>m sukunnya. seiring berjalannya metode utsmani santri usia 10-12 tahun sudah mampu membaca hukum bacaan tersebut sesuai dengn kaidah ilmu tajwid. hal ini diketahui Peneliti ketika melakukan observasi terhadap kegiatan khotmil quran. Pada kegiatan tersebut para santri usia 10-12 tahun yang terdiri dari Fitri, Yogi, Heni, dan Sumari membaca al-Quran secara individual, dan dari kegiatan tersebut dapat diketahui bahwa kualitas bacaan al-Quran santri TPA Baiturrahman khususnya yang berusia 10-12 tahun sudah mengalami peningkatan.9

2. Pelaksanaan program pembelajaran metode utsmani dalam meningkatkan kualitas menulis al-Quran santri TPA Baiturrahman Desa Munggung

Metode utsmani merupakan metode yang benar-benar memperhatikan al-Quran. hal ini disebabkan karena selain

8 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 03/W/24-1/2023.

9 Lihat Hasil Observasi Nomor: 04/O/22-2/2023.

45

memberikan materi membaca al-Quran dengan praktis, metode ini juga dilengkapi dengan materi menulis al-Quran. Hal ini juga suah diterapkan di TPA Baiturrahman Desa Munggung.

Adapun pelaksanaan pembelajaran menulis al-Quran berdasarkan metode utsmani dalam meningkatan kualitas menulis para santri TPA Baiturraham Desa Munggung ini dilakukan setelah pembelajaran jilid metode utsmani. Setelah pembelajaran jilid metode utsmani dilanjutkan istirahat yang kemudian dilanjutkan shalat asar berjamaah. Baru setelah shalat asar pembelajaran menulis al-Quran dimulai.10

Sebelum dimulai ustadz menyiapkan media pembelajaran yang berupa papan tulis kecil dan spidol. Kemudian memerintahkan para santri untuk berbaris dengan urutan yang paling kecil didepan. Hal ini bertujuan untuk menjaga suasana pembelajaran agar tetap kondusif.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Peneliti bahwa pembelajaran menulis al-Quran atau menulis huruf hijaiyah di TPA Baiturrahman ini dilaksanakan dengan cara para santri diajari satu per satu untuk menulis huruf hijaiyah di papan tulis. Santri yang kecil diminta maju dan diajari menulis satu huruf hijaiyah sampai bisa menulis dengan baik dan benar. kemudian santri yang besar diajari untuk menulis kata-kata bahasa arab. Lebih jelasnya ustadz mendikte suatu kata berbahasa arab kemudian santri menulis dengan huru arab secara bersambung.11 Terlihat para santri sangat bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan model seperti yang dicontohkan Ustadz Ridhoni.

Diantara para santri yang menulis dipapan tulis yang pertama adalah Faiz yang masih berusia sekitar 5 tahun. Pada saat maju dan menulis dipapan tulis, ia diminta untuk menulis huruf t}a. dengan

10 Lihat Hasil Observasi Nomor: 01/O/24-1/2023.

11 Ibid.

46

yakin ia menulis huruf tersebut tanpa sedikitpun diajari oleh Ustadz Ridhoni, dan hasilnya pun lumayan bagus.

Santri kedua yang menulis di papan tulis adalah Salsa. Sama seperti Faiz ia juga santri yang masih berusia 5 tahun. Karena santri pertama diminta untuk menulis huruf t}a, maka salsa sebagai santri yang kedua diminta untuk menulis huruf z}a. sama halnya dengan Faiz salsa juga dengan yakin menulis huruf tersebut tanpa diajari oleh Ustadz Ridhoni, dan hasil tulisannya juga baik.12

Kemudian santri ketiga yang menulis huruf hijaiyah di papan tulis adalah santri yang bernama Rizki. Ia berusia 6 tahun, sedikit lebih tua dari Faiz dan Salsa. Ia diminta untuk menulis huruf ‘Ain.

Pada saat akan menulis ia lupa bagiamana bentuk huruf ‘Ain, lalu diumpamakan oleh Ustadz Ridhoni bahwa huruf ‘Ain itu hampir mirip dengan angka tiga. Lalu dengan segera Rizki menulis huruf

‘Ain, dan hasilnya pun bisa dikatakan baik.

Dilanjutkan santri yang kelima adalah Heni. Ia merupakan santri TPA Baiturrahman Grinting yang berusia 11 tahun dan tergabung dalam kelompok santri yang berusia 10-12 tahun. Pada saat menulis di papan tulis, ia diminta untuk menulis kosakata berbahasa arab. Kosakata tersbut adalah Yuhibbu. Kata tersebut terdiri dari huruf Ya, H{a, dan B>>a. Menurut Peneliti hasil tulisan santri yang bernama Heni tersebut bisa dikatakan baik.

Selanjutnya santri yang menulis di papan tulis adalah Fitri. Ia merupakan salah satu santri yang berusia 11 tahun. Ia diminta untuk menulsikan kosakata bahasa arab Yadhhabu. Kata tersebut terdiri dari huruf ya, dhal, ha, dan ba. Menurut Peneliti tulisan Fitri tersebut sudah cukup baik.

Kemudian santri yang menulis di papan tulis adalah Yogi. Ia merupakan santri TPA Baiturrahman Desa Munggung yang sudah

12 Lihat Hasil Observasi Nomor: 03/O/20-2/2023.

47

berusia sekitar 12 tahun. Pada saat gilirannya maju untuk menulis di papan tulis ia mendapatkan perintah untuk menulis kata Jidarun.

Kata tersebut terdiri dari huruf Jim, Dal, dan Ra. Menurut pendapat Peneliti hasil tulisan Yogi sudah sangat baik.13

Terakhir santri yang menulis di papan tulis adalah Sumari, santri yang berusia 12 tahun. Ia diminta untuk menulis kosakata kitabun. Kosakata tersebut terdiri dari huruf kaf, ta, dan ba. hasil tulisan dari santri yang bernama Sumari tersebut sudah baik, meskipun masih sedikt miring pada huruf kaf nya yang berada ditengah kata.

Kemampuan menulis al-Quran juga mendapat perhatian dari para pengurus TPA Baiturrahman Desa Munggung. Hal ini disebabkan karena kemampuan menulis al-Quran para santri masih sangat lemah. Kelemahan disebabkan karena ketika metode utsmani ini belum datang di TPA Baiturrahman Desa Munggung, para santri belum pernah sedikitpun diajari bagaimana tatacara menulis huruf hijaiyah. sehingga datangnya metode utsmani di TPA Baiturrahman Desa Munggung ini membawa sebuah inovasi baru yang berupa diadakannya pembelajaran menulis al-Quran dengan berdasarkan metode utsmani. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Ustadz Ridhoni dalam sebuah wawancara.

“Pada awalnya kemampuan menulis santri TPA Baiturrahman ya belum bisa, dikatakan belum bisa saja. Soalnya belum pernah diajarkan menulis. Nah di metode utsmani ini setiap jilid itu ada pasangan jilid yang Namanya Latihan menulis huruf yang sesuai di jilid itu. Umpamanya jilid 1 itu halaman 1 itu mengenai alif dan B>a, nah itu nanti di buku belajar menulisnya itu juga seperti dijilid satunya, tinggal menirukan, tinggal mencontoh, tinggal menulis”.14

13 Ibid.

14 Lihat Trasnkrip Wawancara Nomor: 03/W/24-1/2023

48

Lebih lanjut Ustadz Ridhoni menjelaskan bahwa kemampuan menulis santri TPA Baiturrahman ini sangat rendah. Namun seiring berjalannya metode utsmani di TPA Baiturrahman Desa Munggung ini membawa dampak, yakni kemampuan menulis santri meningkat. Hal ini berdasarkan pendapat Ustadz Ridhoni sebagai berikut:

“La hasil dari fakta lapangan yang saya alami selama mengajar di TPQ ini itu begini, anak-anak itu sudah bisa membaca seperti huruf alif, ba>, ta> sampai ya>, tapi ketika disuruh menulis itu masih bingung, padahal sudah jelas kalau ba> itu seperti itu, tapi caranya menulis mulai darimana itu masih bingung. Nah itulah kelemahan yang harus kita perbaiki semampunya, tapi alhamdulillah disini selama berjalannya metode utsmani, akhirnya ya sedikit demi sedikit lah anak tau caranya menulis itu gimana”.15

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ustadz Ridhoni bahwa para santri ini sebelumnya belum bisa sama sekali menulis huruf-huruf al-Quran atau huruf-huruf hijaiyah. Namun setelah mengikuti pembelajaran menulis al-Quran dengan menggunakan metode utsmani mereka sudah bisa menulis huruf-huruf hijaiyah baik secara tunggal maupun huruf yang dirangkai dengan baik. Hal ini merupakan buah dari keseriusan mereka dalam mengikuti program pembelajaran metode utsmani dengan materi menulis al-Quran.

Dokumen terkait