• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan dan Pemasaran Hasil

BAB IV : KEHIDUPAN NELAYAN KEDONGANAN

4.3. Pengelolaan dan Pemasaran Hasil

Pada musim panen ikan, yaitu pada bulan Maret-Agustus para nelayan Kedonganan hanya mencari ikan di sekitar pantai saja. Jenis ikan yang ditangkap adalah lemuru, layur, tongkol, jerbung, dogol, krosok, dan tengiri. Sedangkan pada bulan September-Desember mereka mencari ikan sampai ke tengah laut. Hal itu disebabkan pada bulan-bulan tersebut merupakan musim hujan di mana ikan laut relatif sulit diperoleh. Perolehan hasil tangkapan ikan para nelayan Kedonganan lainnya yang berupa non-ikan, antara lain kepiting, cumi-cumi, rajungan, kepiting, pari, dan udang. Perolehan ikan tidak didapat setiap bulan. Ada beberapa ikan yang yang selalu ada pada musim ikan seperti tongkol dan lemuru. Lain halnya dengan cumi-cumi dan layur yang hanya dapat diperoleh pada musim tertentu saja, yaitu awal musim penghujan dan pada saat air surut. Pada musim ikan, suasana di pantai biasanya tampak ramai dengan aktivitas kenelayanan.

31 Adapun sistem pembagian kerja kenelayanan di Kedonganan dapat dibagi sebagai berikut :

· Nelayan modern, nelayan semacam ini tidak diharuskan untuk menangkap ikan secara langsung, walaupun demikian banyak pula nelayan modern atau pemilik mesin dan jukung turut menangkap ikan. · Nelayan buruh atau nelayan tradisional, bertugas mencari ikan di laut,

menyiapkan peralatan menangkap ikan yang akan dipakai dan jukung yang digunakan.

· Buruh tegen jukung (panol), bertugas membantu para nelayan yang hendak pergi menangkap ikan dengan menggunakan jukung, mengangkat jukung dari tempat parkir jukung di pinggir pantai sampai ke tepi pantai untuk berlayar. Hal ini dilakukan juga ketika para nelayan kembali dari menangkap ikan dan mengembalikan jukung ke tempatnya semula.

· Buruh bersih jukung dan jarring, bertugas membersihkan jukung setelah p ar a nela yan kemb ali d ar i melau t. Sed angkan u ntu k membersihkan jaring dari hasil tangkapan ikan dilakukan oleh para buruh perempuan.

· Buruh timbang, bertugas menimbang hasil tangkapan ikan.

· Pedagang ikan, terdiri dari para keluarga nelayan yang bertugas menjual ikan kepada para konsumen atau pengepul. Umumnya kaum perempuan.

Secara umum, pengolahan hasil tangkapan ikan yang dilakukan nelayan di Kabupaten Badung adalah pemindangan, pembekuan dan pengasinan. Namun demikian, nelayan Kedonganan lebih banyak menjual hasil tangkapannya ketika ikan

32 masih segar dan dengan cara pembekuan agar ikan bisa dijual keesokan harinya. Untuk mengatasi proses pembusukan sehingga mengalami kemunduran mutu, para nelayan Kedonganan melakukan pengawetan dengan es.

Setiap nelayan pemilik, pada musim ikan mampu menghasilkan hasil tangkapan sebanyak 3-5 ton dengan jumlah kepemilikan 3-6 jukung. Hanya pada tidak musim ikan produksi ikan menurun menjadi kurang dan 1 ton. Untuk menjaga kondisi ikan agar tetap segar, pada perahu selerek dan sekoci dilengkapi oleh kotak penyimpanan sebagai tempat pendingin agar ikan tidak cepat rusak. Untuk jukung ada yang dilengkapi kotak pendingin ikan dan ada juga yang tidak. Hal itu tergantung jarak yang akan ditempuh untuk mencari ikan yang kurang lebih memerlukan waktu empat jam, yang kemudian hasil tangkapanya langsung dijual.

Hasil tangkapan berupa ikan segar langsung ditimbang di TPI (tempat pelelangan ikan). Tersediannya prasarana tempat pelelangan ini, diharapkan para nelayan dapat memanfaatkannya sebagai tempat penjualan pertama setelah ikan ditangkap di laut. Hasil tangkapan nelayan dijual dengan sistem lelang. Hal itu dimaksudkan agar ikan hasil tangkapan nelayan tidak dipermainkan oleh pengambek. Ukuran yang digunakan untuk menimbang adalah ember ukuran besar. Biasanya sebelum para nelayan kembali dari menangkap ikan, para ijon telah menunggu di pantai. Para pembeli ini umumnya para pedagang yang menjual lagi hasil tangkapan nelayan ke pasar-pasar di seluruh Bali. Aspek yang menentukan dalam kaitannya dengan kegiatan kenelayanan dan yang berpengaruh langsung terhadap peningkatan kesejahteraan hidup nelayan adalah aspek produ ksi d an d istr ibu si hasil tangkapan. Apabila hubungan sosial yang melingkupi kedua aspek tersebut kurang menguntungkan nelayan dan nelayan buruh, maka kelembagaan KUD perlu diberdayakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk mengatasi hubungan-hubungan sosial ekonomi yang timpang . Di Kedonganan, KUD setempat tidak berfungsi untuk memenuhi kebutuhan modal nelayan. TPI juga tidak berfungsi sebagaimana mestinya,

33 sehingga keberadannya tidak memberikan keuntungan ekonomi kepada nelayan. Bahkan dengan penarikan restribusi, nelayan justru merasa dirugikan. Dalam memenuhi kebutuhan modal usaha, sebagian besar nelayan memilih meminjam uang dari pengambek (tengkulak). Pemasaran hasil tangkapanpun dilakukan tidak melewati sistem KUD yang ada disana, melainkan langsung antara nelayan ke pengambek. KUD hanya menjual hasil tangkapan ikan para nelayan modern dengan kapal besar saja. Oleh karena itu, pendapatan para nelayan sangat sulit dicatat secara pasti. Penghasilan nelayan dapat dikatakan tidak menentu. Hasil tangkapan nelayan kadang berlimpah, kadang sedang-sedang saja, bahkan sama sekali tidak memadai. Hal itu terjadi disebabkan pula oleh para nelayan yang melakukan aktivitas melaut masih berdasarkan musim.

Hasil tangkapan ikan yang rusak dapat dimanfaatkan menjadi tepung untuk makanan ternak unggas, terutama ayam. Selain itu ikan segar yang belum begitu rusak juga dibeli oleh ijon atau pengepul yang kemudian dijual ke pabrik pembuatan ikan sarden. Jika jumlah hasil tangkapan banyak, maka para nelayan menjual kepada ijon ini. Tetapi jika hasil sedikit maka nelayan hanya menjual di pasar. Ikan yang ada di pasar ikan Kedonganan tidak semua dari nelayan Kedonganan, namun dari nelayan daerah lain, seperti Sanur, Benoa, daerah Bali lainnya, bahkan dari Jawa. Selain itu cafe-cafe di Kedonganan tidak selalu membeli ikan di pasar atau dari nelayan Kedonganan, melainkan membeli dari tempat lain dan dari kapal besar yang menjual ikannya lewat TPI.

Dokumen terkait