• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bagian ini dianalisis pengaruh peran Panglima Laot dalam mendorong partisipasi nelayan tehadap tingkat partisipasi nelayan itu sendiri dalam Pengelolaan Bersama Perikanan di Lampuuk. Seperti yang diketahui bahwa peran Panglima Laot diukur berdasarkan peran seorang pemimpin dari Robbins (2002), yaitu memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat, dan mewakili kelompok. Sedangkan tingkat partisipasi berdasarkan tingkat partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1979) yang terbagi dalam empat tahap, yaitu partisipasi pada tahap perencanaan, partisipasi pada tahap pelaksanaan, partisipasi pada tahap menikmati hasil dan partisipasi pada tahap evaluasi. Terkait dengan hal ini, pertanyaan mengenai partisipasi yang disertakan pada kuesioner berkaitan dengan sumbangan tenaga, pikiran, materi dan waktu dari para responden dalam partisipasinya baik pada Program Penanaman Pohon maupun pada Pembuatan Kolam Penangkaran Penyu.

Pengaruh Peran Panglima Laot terhadap Tingkat Partisipasi Nelayanpada

Program Penanaman Pohon di Lampuuk

Lubis (2009) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat memiliki banyak bentuk, mulai dari yang berupa keikutsertaan langsung masyarakat dalam program pemerintahan maupun yang sifatnya tidak langsung, seperti berupa sumbangan dana, tenaga, pikiran, maupun pendapat dalam pembuatan kebijakan pemerintah. Namun demikian, ragam dan kadar partisipasi seringkali hanya ditentukan secara masif, yakni dari banyaknya individu yang dilibatkan. Padahal partisipasi masyarakat pada hakikatnya akan berkaitan dengan akses masyarakat untuk memperoleh informasi. Dalam hal ini, peran seorang pemimpin tentu diperlukan dalam memacu anggotanya untuk bergerak dan bekerja sehingga terwujudlah partisipasi sebagai kunci sukses dalam sebuah program atau kegiatan pembangunan.

Pada kegiatan penanaman pohon ini, partisipasi nelayan sangat berperan penting dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan. Hal tersebut diungkapkan sendiri oleh Tjut M. Daoed, Panglima Laot pada saat itu, bahwa para nelayan sangat diharapkan partisipasinya dalam penanaman pohon mulai dari awal hingga akhir program. Oleh karena itu, Panglima Laot sebagai inisiator program sekaligus sebagai pemimpin para nelayan mempunyai peran penting, yakni mendorong partisipasi nelayan pada kegiatan penanaman pohon ini. Peran Panglima Laot dalam hal ini adalah dalam memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat dan mewakili kelompok, tentunya terkait dengan program penanaman pohon. Berdasarkan hal ini, penulis menduga bahwa semakin kuat peran Panglima Laot maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi nelayan dalam kegiatan penanaman pohon.

Hubungan antara peran Panglima Laot dengan tingkat partisipasi nelayan dalam program penanaman pohon dapat dilihat pada tabel silang berikut.

53 Tabel 15 Jumlah dan Presentase Responden menurut Hubungan antara Peran Panglima Laot dengan Tingkat Partisipasi Nelayan dalam Program Penanaman Pohon

Peran Panglima Laot

Tingkat Partisipasi Nelayan Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Lemah - - - -

Sedang - - 4 11.1 12 33.3 16 45.4

Kuat - - 3 8.4 17 47.2 20 55.6

Total - - 7 19.5 29 80.5 36 100.0

Tabel 15 dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden, terdapat 16 orang yang menganggap peran Panglima Laot tergolong sedang dan 20 orang kuat. Dari 36 responden, 7 orang tergolong partisipasi sedang dan 29 orang dengan partisipasi tinggi. Dari 20 responden yang menganggap peran Panglima Laot tergolong tinggi, 3 orang tergolong partisipasi sedang dan 17 orang dengan partisipasi tinggi. Dari 16 responden yang menganggap peran Panglima Laot tergolong sedang, 4 orang tergolong partisipasi sedang dan 12 orang dengan partisipasi tinggi. Dari 36 responden tidak ada yang tergolong menganggap peran Panglima Laot lemah dan tingkat partisipasi rendah.

Berdasarkan hasil uji regresi linear berganda yang dilakukan dengan program SPSS V.20 for Windows, dapat dilihat pengaruh peran Panglima Laot terhadap tingkat partisipasi nelayan dalam penanaman pohon pada tabel berikut.

Tabel 16 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh peran Panglima Laot terhadap tingkat partisipasi nelayan dalam kegiatan penanaman pohon

Variabel t Sig Collinearity Statistics*

Tolerance VIF Memberi informasi 0.156 0.877 0.746 1.341 Mengawasi kegiatan 1.253 0.219 0.622 1.607 Memberi semangat 1.548 0.132 0.876 1.141 Mewakili kelompok 0.143 0.887 0.846 1.182 R Square total 0.195

*Collineary Statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas yang berfungsi untuk melihat apakah terjadi multikolineritas pada data yang diuji statistik. Multikolineritas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Kolom collinearity statistics pada Tabel 9 menunjukkan pada data yang diuji tidak terjadi multikolinearitas

Tabel 16 secara keseluruhan dapat dilihat bahwa nilai R Square menunjukkan bahwa 19.5 persen dari variance tingkat partisipasi dapat dijelaskan oleh perubahan nilai variabel memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat, dan mewakili kelompok. Oleh sebab itu bisa disimpulkan bahwa tingkat partisipasi nelayan dalam program penanaman pohon 19.5 persen dapat dipengaruhi oleh peran Panglima Laot. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan pengaruh dari setiap variabel sebagai berikut.

54

Pengujian pengaruh peran Panglima Laot terhadap tingkat partisipasi dilakukan dengan menguji empat variabel independen, yaitu memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat, dan mewakili kelompok. Uji hipotesis pengaruh peran Panglima Laot terhadap tingkat partisipasi nelayan dalam penanaman pohon dapat dijabarkan sebagai berikut.

H0 = Peran memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat, dan mewakili kelompok tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi

H1 = Peran memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat, dan mewakili kelompok berpengaruh terhadap tingkat partisipasi

Hipotesis tersebut diuji dengan melihat nilai signifikansi hasil pengujian dengan analisis regresi linear berganda. Kriteria pengujian hipotesis dengan uji statistik regresi adalah jika nilai signifikansi > 0.05 maka terima H0, dan jika nilai signifikansi < 0.05 maka tolak H0 dan terima H1. Berdasarkan hasil uji statistik regresi dalam Tabel 14 dapat dilihat bahwa keempat variabel peran memiliki nilai signifikansi yang berbeda, yaitu peran memberi informasi sebesar 0.877, mengawasi kegiatan sebesar 0.219, memberi semangat sebesar 0.132, dan mewakili kelompok sebesar 0.887. Nilai signifikansi dari keempat variabel > 0,05 maka terima H0. Dapat disimpulkan bahwa peran Panglima Laot dalam memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat, dan mewakili kelompok tidak signifikan mempengaruhi tingkat partisipasi nelayan dalam program penanaman pohon di Lampuuk.

Pengaruh Peran Panglima Laot terhadap Tingkat Partisipasi Nelayan pada

Pembuatan Kolam Penangkaran di Lampuuk

Seperti halnya dengan program penanaman pohon, pembuatan kolam penangkaran penyu di Lampuuk juga perlu melibatkan partisipasi masyarakat, dalam hal ini adalah nelayan. Oleh sebab itu pemimpin memegang peran penting dalam mendorong partisipasi masyarakat. Pada pembuatan kolam penangkaran penyu ini, Panglima Laot sebagai pemimpin para nelayan nerperan penting dalam mendorong partisipasi nelayan agar ikut andil dalam kegiatan tersebut. Hasil dari penelitian ini akan menggambarkan pengaruh peran Panglima Laot dalam mendorong partisipasi nelayan terhadap tingkat partisipasi nelayan itu sendiri dalam pembuatan kolam penangkaran penyu di Lampuuk.

Peran Panglima Laot sebagai pemimpin diukur berdasarkan peran pemimpin menurut Robbins (2002), yaitu peran dalam memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat dan mewakili kelompok. Keempat indikator ini ditanyakan kepada 36 responden yang ada dengan instrumen kuesioner. Selanjutnya tingkat partisipasi dilihat dari tahapan-tahapannya, yaitu mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi. Hubungan antara peran Panglima Laot dengan tingkat partisipasi nelayan dalam program penanaman pohon dapat dilihat pada tabel silang berikut.

55 Tabel 17 Jumlah dan Presentase Responden menurut Hubungan antara Peran Panglima Laot dengan Tingkat Partisipasi Nelayan dalam Pembuatan Kolam Penangkaran Penyu

Peran Panglima Laot

Tingkat Partisipasi Nelayan Total

Rendah Sedang Tinggi

n % n % n % n %

Lemah - - - -

Sedang - - 2 5.6 5 13.9 7 19.5

Kuat - - 1 2.7 28 77.8 29 80.5

Total - - 3 8.3 33 91.7 36 100.0

Tabel 17 dapat dijelaskan bahwa dari 36 responden, terdapat 7 orang yang menganggap peran Panglima Laot tergolong sedang dan 29 orang kuat. Dari 36 responden, 3 orang tergolong partisipasi sedang dan 33 orang dengan partisipasi tinggi. Dari 29 responden yang menganggap peran Panglima Laot tergolong kuat, 1 orang tergolong partisipasi sedang dan 28 orang dengan partisipasi tinggi. Dari 7 responden yang menganggap peran Panglima Laot tergolong sedang, 2 orang tergolong partisipasi sedang dan 5 orang dengan partisipasi tinggi. Dari 36 responden tidak ada yang tergolong menganggap peran Panglima Laot lemah dan tingkat partisipasi rendah.

Setelah dilakukan uji regresi linear dengan SPSS V.20 for Windows, hasil penelitian menunjukkan data sebagai berikut.

Tabel 18 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda pengaruh peran Panglima Laot terhadap tingkat partisipasi nelayan dalam kegiatan pembuatan kolam penangakaran penyu

Variabel t Sig Collinearity Statistics*

Tolerance VIF Memberi informasi -0.157 0.876 0.803 1.246 Mengawasi kegiatan 1.889 0.068 0.617 1.620 Memberi semangat 1.829 0.077 0.800 1.250 Mewakili kelompok -1.858 0.073 0.663 1.507 R Square total 0.222

*Collineary Statistics digunakan untuk uji asumsi klasik multikolinearitas yang berfungsi untuk melihat apakah terjadi multikolineritas pada data yang diuji statistik. Multikolineritas tidak terjadi jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Kolom collinearity statistics pada Tabel 10 menunjukkan pada data yang diuji tidak terjadi multikolinearitas

Tabel 18 secara keseluruhan dapat dilihat bahwa nilai R Square menunjukkan bahwa 22.2 persen dari variance tingkat partisipasi dapat dijelaskan oleh perubahan nilai variabel memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat, dan mewakili kelompok. Oleh sebab itu bisa disimpulkan bahwa tingkat partisipasi nelayan dalam pembuatan kolam penangkaran penyu 22.2 persen dapat dipengaruhi oleh peran Panglima Laot.

Berdasarkan hasil uji statistik regresi dalam Tabel 14 dapat dilihat bahwa keempat variabel peran memiliki nilai signifikansi yang berbeda, yaitu peran

56

memberi informasi sebesar 0.876, mengawasi kegiatan sebesar 0.068, memberi semangat sebesar 0.077, dan mewakili kelompok sebesar 0.073. Nilai signifikansi dari keempat variabel > 0,05 maka terima H0. Dapat disimpulkan bahwa peran Panglima Laot dalam memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat, dan mewakili kelompok tidak signifikan mempengaruhi tingkat partisipasi nelayan dalam pembuatan kolam penangkaran penyu pohon di Lampuuk.

Setelah mewawancarai responden di lapangan, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi partisipasi responden, yakni faktor ajakan sesama nelayan, salah satunya diungkapkan oleh Bapak IA (31 Tahun)

“..kalau saya lebih ngga enak dek kalau kawan kita sendiri yang ngajak, kan sama-sama nelayan, ya gotong royong lah untuk kampung kita sendiri. Memang Panglima Laot sering juga kasih tau, tapi kalau kawan kita sendiri yang ngajak kan ngga enak kalau ngga ikut..”

Selain itu ada juga yang menyatakan bahwa mereka ingin berpartisipasi karena atas dasar kesadaran dan kemauan sendiri. Hal tersebut dikemukakan oleh Bapak HS (29 Tahun)

“..kalau bukan kita yang jaga pantai siapa lagi dek? Kalau pantai kita bagus kan kita juga yang senang, makin banyak juga orang yang datang, banyak juga yang beli ikan dari kami, kan kita juga yang untung..”

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa selain pengaruh dari peran Panglima Laot yang memberi informasi, mengawasi kegiatan, memberi semangat, dan mewakili kelompok, faktor ajakan sesama nelayan dan faktor atas kesadaran sendiri merupakan faktor lain yang mempengaruhi partisipasi nelayan dalam Pengelolaan Bersama Perikanan di Lampuuk.

57

DAMPAK SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

PENGELOLAAN BERSAMA PERIKANAN TERHADAP

NELAYAN

Pada bagian ini akan digambarkan dampak yang dihasilkan dari pengelolaan bersama perikanan di Lampuuk. Dampak tersebut ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang diterima oleh nelayan. Dampak sosial berarti melihat bagaimana perubahan hubungan antara anggota nelayan dengan nelayan lainnya, masyarakat selain nelayan, dan dengan Panglima Laot. Dampak ekonomi dilihat berdasarkan perubahan kesempatan kerja para nelayan pada sektor perikanan maupun non perikanan dan perubahan tingkat pendapatan nelayan. Dampak lingkungan berarti dilihat dari tingkat kepedulian nelayan terhadap kelestarian lingkungan pesisir dan laut Lampuuk. Selanjutnya secara kuantitatif dipaparkan pengaruh tingkat partisipasi nelayan dalam pengelolaan bersama perikanan terhadap dampak yang dirasakan secara keseluruhan oleh nelayan.

Dampak Sosial

Dampak sosial merupakan dampak yang dirasakan nelayan yang dilihat berdasarkan perubahan kualitas hubungan antar sesama nelayan, nelayan dengan masyarakat selain nelayan, dan antara nelayan dengan Panglima Laot. Perubahan hubungan tersebut dibagi kedalam tiga kategori, yaitu semakin baik, biasa saja, dan semakin buruk. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan, para nelayan mengakui bahwa hubungan mereka dengan anggota nelayan yang lain semakin baik. Hal tersebut dikarenakan intensitas interaksi antar nelayan dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan bersama perikanan semakin meningkat, sehingga kekompakan para nelayan tetap terjaga dan hubungan antar nelayan pun semakin baik. Sama halnya dengan hubungan antar anggota nelayan, hubungan antara nelayan dengan Panglima Laot pun diakui semakin membaik dengan alasan yang sama. Akan tetapi, hubungan antara nelayan dengan masyarakat selain nelayan diakui tidak banyak mengalami perubahan. Hal tersebut dikarenakan kegiatan-kegiatan pengelolaan bersama perikanan hanya melibatkan para nelayan saja, sementara masyarakat selain nelayan tidak dilibatkan, namun tidak menutup kemungkinan jika ada masyarakat selain nelayan yang ikut terlibat dalam pengelolaan bersama perikanan.

Berikut adalah ungkapan Bapak AS (42 Th) sebagai responden yang sekaligus menjabat sebagai bendahara Kawasan Bina Bahari Lampuuk.

“..pengelolaan bersama perikanan ni banyak kali ngumpulnya dek, jadi wajar aja kalau nelayan-nelayan jadi tambah kompak, semenjak program ni jalan udah jarang ada nelayan yang kelahi soalnya kan hampir tiap hari pertemuan sama Panglima Laot, kalau dulu tiap minggu pasti ada aja yang kelahi..”

58

Tabel 19 Jumlah dan Presentase Responden menurut Dampak Sosial yang diterima dari Pengelolaan Bersama Perikanan

Dampak Sosial Hubungan Antarnelayan Hubungan dengan Masyarakat lain Hubungan dengan Panglima Laot n % n % n % Semakin Buruk - - - - Biasa Saja 13 36.1 32 88.9 6 16.7 Semakin Baik 23 63.9 4 11.1 30 83.3 Jumlah 36 100.0 36 100.0 36 100.0

Tabel 19 menunjukkan hasil bahwa pengelolaan bersama perikanan memiliki dampak sosial yang baik terhadap hubungan antar anggota nelayan. Tercatat 23 orang atau hampir 70 persen dari 36 orang mengakui bahwa hubungan antar anggota nelayan semakin baik semenjak pengelolaan bersama perikanan berjalan di Lampuuk. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada hubungan antara nelayan dengan Panglima Laot, bahkan tingkat hubungan baiknya lebih tinggi, dimana 30 responden atau 83.3 persen mengakui bahwa hubungan mereka para nelayan semakin baik dengan Panglima Laot dengan adanya pengelolaan bersama perikanan. Sementara hubungan nelayan dengan masyarakat selain nelayan biasa saja atau tidak mengalami perubahan yang signifikan. Tabel 17 menunjukkan 32 responden atau sekitar 89 persen menganggap bahwa hubungan para nelayan dengan masyarakat lain biasa saja, hanya 4 orang yang menganggap hubungan mereka semakin baik.

Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi dalam hal ini dilihat berdasarkan peluang kesempatan kerja para nelayan pada sektor perikanan maupun di luar sektor perikanan dan peningkatan pendapatan para nelayan semenjak berjalannya pengelolaan bersama perikanan di Lampuuk. Dampak ekonomi yang dirasakan dibagi dalam empat kategori, yaitu tidak ada peluang, sulit, biasa saja, dan mudah. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, para nelayan mengakui bahwa kesempatan kerja di sektor perikanan semakin meningkat sejak pengelolaan bersama perikanan berjalan, sementara kesempatan kerja di luar sektor perikanan tidak begitu mengalami perubahan. Selanjutnya dalam hal peningkatan pendapatan, para nelayan mengakui pendapatan mereka mengalami sedikit peningkatan. Berdasarkan penuturan panglima laot dan responden langsung dari lapangan, pendapatan nelayan berkisar Rp100 000 hingga Rp200 000 per-minggunya. Hal yang berkaitan dengan dampak ekonomi ini diungkapkan oleh salah seorang responden Bapak IY (41 Th)

“..udah banyak pohon kan jadi enak jualan ikan nggak panas, uangnya kita tabung untuk bikin keramba yang kecil-kecil aja dulu, kalau kerja yang lain itu jarang saya lihat, ada tapi jarang, otomatis penghasilan meningkatlah biar pun nggak banyak kali meningkatnya..”

59 Tabel 20 Jumlah dan Presentase Responden menurut Dampak Ekonomi yang

diterima dari Pengelolaan Bersama Perikanan Dampak Ekonomi Pekerjaan Sektor Perikanan Pekerjaan Sektor Non-Perikanan Peningkatan Pendapatan n % n % n %

Tidak ada peluang - - - -

Sulit - - - - 1 2.8

Biasa saja 2 5.5 26 72.2 10 27.8

Mudah 34 94.5 10 27.8 25 69.4

Jumlah 36 100.0 36 100.0 36 100.0

Tabel 20 menunjukkan hasil bahwa pengelolaan bersama perikanan menimbulkan dampak ekonomi bagi nelayan. Dari kesempatan di sektor perikanan, 34 responden atau 94.5 persen mengakui bahwa semenjak berjalannya pengelolaan bersama perikanan di Lampuuk, kesempatan kerja bagi nelayan di sektor perikanan mudah dan sisanya mengakui tidak ada perubahan atau biasa saja. Sementara pada kesempatan kerja di luar sektor perikanan, sebanyak 26 responden atau 72.2 persen mengaku tidak mengalami perubahan, sedangkan sisanya 10 responden mengaku kesempatan kerjanya di luar perikanan mudah. Hal tersebut dikarenakan para nelayan ini mampu memanfaatkan pengelolaan bersama perikanan ini untuk menambah penghasilannya.

Jumlah peningkatan pendapatan nelayan sebelum dan sesudah pengelolaan bersama perikanan di Lampuuk dilaksanakan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 21 Jumlah dan Presentase Responden menurut Peningkatan Pendapatan

Sebelum dan Sesudah Pengelolaan Bersama Perikanan di Lampuuk Peningkatan Pendapatan (perminggu)

Sebelum - Sesudah

Jumlah dan Presentase

n %

Tidak ada peningkatan 11 30.6

Rp100 000 – Rp130 000 5 13.9 Rp100 000 – Rp120 000 7 19.4 Rp120 000 – Rp150 000 5 13.9 Rp140 000 – Rp180 000 5 13.9 Rp150 000 – Rp200 000 3 8.3 Jumlah 36 100.0 Dampak Lingkungan

Dampak lingkungan yang utama adalah perubahan keindahan dan kebersihan lingkungan pantai yang dirasakan. Dampak ini juga dilihat dari tingkat kepedulian nelayan terhadap lingkungan, diantaranya adalah inisiatif nelayan dalam membersihkan pantai, misalnya membuang sampah yang mengotori pantai.

60

Kemudian menegur atau mengingatkan secara langsung orang yang terlihat tidak menjaga lingkungan pantai, misalnya orang yang buang sampah sembarangan. Selanjutnya mengajarkan tentang pemeliharaan lingkungan pantai dalam keluarga. Ketiga aspek tersebut diukur berdasarkan intensitasnya yaitu tidak pernah, jarang, sering, dan selalu. Data dari lapangan memperlihatkan intensitas para nelayan dalam hal pelestarian lingkungan pantai tidak begitu tinggi. Selengkapnya dapat dilihat dari ungkapan Bapak SA (38 Th) dan pada Tabel 14.

“..kadang kalau ada sampah kita buang, kadang nggak juga. Negur orang jarang lah soalnya nggak enak apalagi sama orang dari Banda kalau lagi mandi-mandi kemari, paling sama kawan-kawan aja kita ingatin, kok nggak sama anak-anak, saudara-saudara di rumah..” (dalam bahasa Aceh)

Tabel 22 Jumlah dan Presentase Responden menurut Dampak Lingkungan yang diterima dari Pengelolaan Bersama Perikanan

Dampak Lingkungan Inisiatif membersihkan pantai Menegur yang tidak menjaga lingkungan Mengajarkan pemeliharaan lingkungan n % n % n % Tidak pernah - - - - Jarang - - 21 58.3 1 2.8 Sering 18 50.0 9 25.0 12 33.3 Selalu 18 50.0 6 16.7 23 63.9 Jumlah 36 100.0 36 100.0 36 100.0

Tabel 22 menunjukkan dampak lingkungan yang dirasakan nelayan tidak begitu baik. Dari inisiatif membersihkan lingkungan pantai, 50 persen dari responden mengakui selalu berinisiatif membersihkan pantai jika terlihat kotor dan 50 persen lagi termasuk sering dalam berinisiatif membersihkan lingkungan pantai. Selanjutnya dalam hal menegur atau mengingatkan secara langsung orang yang tidak menjaga lingkungan pantai, 21 responden atau 58.3 persen menyatakan jarang menegur. Sementara 9 responden mengaku sering dan 6 sisanya mengaku selalu menegur atau mengingatkan orang lain. Kemudian dalam mengajarkan pemeliharaan lingkungan dalam keluarga, 23 responden atau 63.9 persen mengakui selalu mengingatkan anak dan istrinya dalam keluarga untuk selalu peduli terhadap lingkungan terutama lingkungan pantai. Sementara 12 responden termasuk dalam kategori sering dan hanya 1 orang responden yang mengaku jarang.

61

PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI NELAYAN DALAM

PENGELOLAAN BERSAMA PERIKANAN TERHADAP