B. Hasil Penelitian
3. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Olahraga
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur tentang pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang ada dikawasan Gelanggang Olahraga Selaparang Lombok Timur diserahkan kepada pihak KONI untuk mengelolanya
berdasarkan SK dari Bupati. Akan tetapi ada beberapa sarana dan prasarana olahraga juga yang pengelolaannya dilakukan oleh pihak selain KONI, yaitu sepert kolam renang yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (BUDPAR) Kabupaten Lombok Timur. Tetapi kemudian oleh Dinas BUDPAR sendiri dipihak ketigakan lagi kepihak swasta. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hasanudin, S.pd. ketika diwawancara. Beliau menegaskan:
“Kita mulai dari GOR Selaparang dulu, jadi begini berangkat dari pengalaman karena disini adalah Dinas DIKPORA, sedangkan di tempat lain namanya DISPORA. Jadi mereka lebih fokus menangani masalah olahraga. Sedangkan kita disini sudah satu tahun ini dikelola oleh KONI dan tidak lagi dikelola oleh Dinas DIKPORA. Hanya saja kolam renang yang dikelola oleh Dinas BUDPAR itupun dipihak ketigakan lagi oleh Budpar, kemudian Lapangan tenis sendiri dikelola oleh PELTI Lotim”, (W.1: P.12).
Ketua Harian KONI Kabupaten Lombok Timur yakni Drs. Syafruddin, M.Pd. membenarkan hal tersebut, beliau mengatakan:
“Jadi begini karena sudah satu tahun ini pengelolaannya dilimpahkan ke KONI, oleh karena itu KONI lah yang bertanggungjawab sepenuhnya untuk mengelola, ini yang dilingkup GOR Selaparang akan tetapi untuk kolam renang dikelola oleh Dinas BUDPAR namun oleh pihak BUDPAR sendiri dipihak ketigakan lagi, begitu juga dengan prasarana olahraga tenis lapangan yang mengelola adalah PELTI Lombok Timur. Ada juga beberapa prasarana olahraga yang dimiliki oleh beberapa instansi di Lombok Timur ini namun kesemuanya itu hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang bekerja di instansi tersebut saja”, (W.2:P.14).
Selain itu juga Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Lombok Timur juga mengatakan bahwa pengengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang ada di Lombok Timur dikelola oleh KONI, sebagaimana yang diungkapkan pada waktu di wawancara bahwa, “Yang diberikan tanggung jawab disini tentu pada dasarnya kita semua juga harus memelihara apa yang sudah ada, akan tetapi pihak yang paling bertanggung jawab saya kira dari segi kewenangan adalah Dikpora dalam hal ini Kabid pemuda dan olahraga ataupun KONI”, (W.2: P.11).
Dari pemaparan para narasumber di atas sangat jelas sekali menunjukkan bahwasanya pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang sudah tersedia
tersebut semestinya dikelola oleh ahlinya, artinya bahwa instansi atau pihak swasta yang diberikan kepercayaan untuk mengelola sarana dan prasarana olahraga tersebut benar-benar mengerti dengan sitem pengelolaan yang sebenarnya, jangan sampai hanya mementingkan keuntungan semata namun lupa dengan pelayanan yang harus diberikan kepada para konsumen dalam hal ini masyarakat sebagai pengguna sarana dan parasarana olahraga tersebut.
Sebagai contoh yang terjadi dalam pengelolaan kolam renang Tirta Rinjani yang ada di Gelanggang Olahraga (GOR) Selaparang Lombok Timur yang pengelolaannya dilakukan oleh pihak swasta yang pada dasarnya kurang memahami dengan menejemen pengelolaan, akan tetapi karena dalam pelelangan teder dia yang memenangkan maka secara otomatis pihak swasta tersebutlah yang mengelola mulai dari sarana sampai dengan prasarana penunjang yang ada di kawasan kolam renang tersebut. Hal inilah yang menjadi permasalahan ketika pihak ketiga merenopasi sejumlah sarana dan prasarana yang ada di kolam renang tersebut, maka mereka haruslah melaporkannya terlebih dahulu kepada pihak Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (BUDPAR) Kabupaten Lombok Timur apakah disetujui atau tidak, karena biar bagaimanapun juga pihak ketiga juga tidak mau merugi ketika sarana dan prasarana yang sudah diperbaiki tersebut tidak diganti oleh pihak Pemda.
Sebagaimana yang disampaikan oleh pengelola kolam renang yakni pak Hasan ketika dimintai keterangan terkait kolam renang Tirta Rinjani yang dikelolanya, beliau mengatakan;
“ketika saya yang mengelola kembali kolam renang ini ternyata banyak sekali peralatan dan perlengkapan kolam renang yang tidak berpungsi seperti mesin pemompanya yang mati, toliletnya mampet, ruang ganti yang pintunya rusak serta berugak (bale-bale), tempat duduk pengunjung jugak sudah lapuk dan atapnya banyak yang bocor karena tidak terurus, kemudian saya perbaiki lagi sehingga bisa berfungsi dengan normal kembali, akan tetapi saya mintak persetujuan terlebih dahulu dari Dinas BUDPAR baru saya mulai kerjakan takutnya nanti dari pihak BUDPAR tidak setuju begitu”, (W.5:P.2).
Lebih jauh lagi pak Hasan selaku pengelola kolam renang juga menuturkan terkait masalah besarnya tarif tiket masuk ke kolam renang tersebut
ditentukan olehnya sendiri berdasarkan pertimbangan dari berbagai segi yang disesuaikan juga dengan kondisi ekonomi masyarakat Lombok Timur, yakni untuk orang dewasa dikenakan tarif sebesar Rp 8000, - dan untuk anak-anak dikenakan tarif sebesar Rp 5000, - saja. Berikut kutipan wawancaranya:
“Jadi begini dalam penentuan harga tiket masuk itu saya sendiri yang menentuka tarifnya berapa, untuk mayarakat umum dewasa itu harga tiket masuknya Rp 8000, - sementara untuk anak-anak Rp 5000, - dan ini jugak kita sesuaikan denga kondisi masyarakat kita yang ada di Lombok Timur ini, lain lagi bagi sekolah-sekolah yang sudah berlangganan atau bekerjasama dengan kami maka bagi guru pendamping mereka kita kasi pelayana yang ekstra artinya mereka dapat gratis makan dan masuk disini dan ini semua kami lakuka untuk menarik pengunjung supaya dating ke kolam renang ini”, (W.5:P.3).
Sementara itu sarana dan prasarana olahraga tenis lapangan yang ada di Gelanggang Olahraga Selaparang tersebut dikelola oleh pihak PELTI LOTIM sendiri, yang menjadi alasannya adalah supaya lebih mudah diurus atau dikontrol dalam hal pengelolaannya. Prasarana olahraga tenis lapangan tersebut dari hasil observasi menunjukkan bahwa yang menggunakan prasarana olahraga tersebut adalah dari kalangan masyarakat menengah keatas saja, karena dalam pengelolaannya pihak pengelola mengenakan tarif perbulanya untuk biaya pemeliharaannya.
Sementara itu sampai dengan saat ini juga Peraturan Daerah yang mengatur terkait dengan pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang ada di kabupaten Lombok Timur belum ada sebagai mana yang diungkapkan oleh Hasanudin, S.Pd. “Sama juga, bahwa belum ada PERDA ataupun kebijakan yang secara khusus mengatur tentang pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang ada disini” (W.1:P.13), kemudian narasumber lain juga yaitu Ibu Wiwin Ayu Iswardianingrum selaku Kasubag Perundang-undangan Setda Lombok Timur mengatakan bahwa, “Belum ada perdanya juga, kemudian mengenai kebijakannya pasti ada tetapi ini diserahkan ke Dinas Dikpora dalam hal ini Kabid olahrahga atau KONI karena dua instansi inilah yang menaungi masalah olahraga”, (W.3:P.3). Sementara itu Ketua Harian KONI juga mengungkapkan bahwa: “Kalau masalah PERDA mengenai pengelolaan sarana dan prasarana olahraga
yang ada di GOR ini tidak ada memang, tetapi yang ada hanya dalam bentuk SK Bupati saja”, (W.4:P.13). H. L. Hasan Rahman juga mengutarakan hal yang sama mengenai ada atau tidaknya Perda yang mengatur tentang pengelolaan sarana dan prasarana olahraga, beliau mengatakan bahwa:
“Belum ada Perdanya, kalau kebijakannya mengenai pengelolaan sarana dan prasrana olahraga khususnya yang ada di kawasan GOR itukan wewenangnya Pemerintah Daerah bersama dengan Dinas-dinas terkait yaitu Dikpora ataupun KONI, atau bahkan ke pihak swasta”, (W.2:P.10). Lain lagi halnya dengan pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang ada di tingkat Desa ataupun Kecamatan yang mana pengelolaannya dilakukan oleh Komite yang sengaja dibentuk oleh masing-masing Desa atau Kecamatan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana olahraga yang sudah ada sebelumnya tersebut. Hal ini diperkuat lagi oleh Hasanudin selaku Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga ketika diwawancara. Ia mengatakan, “Kemudian untuk sarana dan prasarana olahraga lain yang ada di tingkat Desa dan Kecamatan mereka mengelola sendiri dengan membentuk komite, kemudian komite inilah yang bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana olahraga yang ada”, (W.1:P.14). Dalam pengelolaan sarana dan prasarana olahraga di Lombok Timur tidak ada pendanaan khusus yang disediakan atau dialokasikan, hanya saja ketika ada iven-iven tertentu saja seperti Porkab atau O2SN barulah sarana ataupun prasarana olahraga yang rusak atau tidak layak itu diperbaiki. Apalagi prasarana olahraga yang berupa dinding untuk pajat tebing tidak semua orang bisa melakukan cabang olahraga yang satu ini butuh peralatan atau sarana yang lengkap dan harus standar, karena sebagaimana diketahui olahraga panjat tebing membutuhkan latihan khusus untuk bisa melakukannya. Ini menunjukkan bahwa prasarana olahraga panjat tebing tidak bisa bebas untuk masyarakat umum apa lagi para pemula tentu harus ada ahli yang mendampinginya untuk menghindar terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Lain lagi halnya dengan prasarana olahraga yang lain seperti lapangan sepakbola atupun sport hall yang di dalamnya digunakan oleh masyarakat untuk olahraga futsal maka tidak ada yang
membutuhkan peralatan yang khusus sekali paling yang mereka siapkan berupa kostum, sepatu dan bola saja.
Dalam pengelolaannya sendiri sport hall yang ada di Gelanggang Olahraga Selaparang Lombok Timur ini mendapatkan dana untuk pemeliharaan atau perawatannya dari masyarakat atau klub-klub futsal yang memakai prasarana olahraga tersebut, karena dari pihak pengelola sendiri meminta hanya sekedar untuk perawatannnya saja sepeti yang diungkapkan oleh Ketua Harian KONI di bawah berikut ini:
“Dalam hal pengelolaan sarana dan prasarana olahraga ini tidak ada dana yang secara khusus disiapkan atau dianggarkan, tetapi kita hanya mengenakan uang pemeliharaan saja kepada klub-klub olahraga yang menggunakan sarana dan prasarana olahraga disini termasuk sport hall ini”, (W.4:P.15).
Masalah anggaran pendanaan inilah yang menjadi salah satu kendala kenapa pengelolaan sarana dan prasarana olahraga di Lombok Timur ini tidak epektif. Karena biar bagaimanapun juga sebagus apapun atau selengkap apapun sarana dan prasarana olaharga tersebut tetapi klau dalam pengelolaannya tidak terdapat pendanaan yang cukup maka lambat laun juga prasarana olahraga tersebut juga akan cepat rusak.
Seperti yang dikatakana oleh H. L. Hasan Rahman selaku Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Timur bahwa:
“Kendala yang paling utama terkait masalah pengelolaan ini adalah tidak adanya dana yang dikhususkan atau di anggarkan oleh pemerintah daerah, tetapi untuk prasarana olahraga tertentu yang dikelola oleh pihak swasta tentu mereka menyediakan dana khusus dari hasil penyewaannya tersebut seperti kolam renang yang dikelola oleh Budpar kemudian dipihak ketigakan lagi ke pihak swasta”, (W.2:P.12).
Kondisi sarana dan prasarana olahraga yang ada di Kabupaten Lombok Timur sampai dengan saat ini baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya masih jauh dari kata standar, beberapa lapangan olahraga yang ada seperti lapangan bola voli yang ada di GOR bahkan ditumbuhi oleh semak-semak dan rumput liar. Dari sekian banyak sarana dan prasarana olahraga yang tersedia hanya ada beberapa saja yang sudah memenuhi standar itupun prasarana olahraga yang berada di
kawasan GOR saja seperti, sarana dan prasarana untuk olahraga tenis lapangan, Sport Hall yang di dalamnya tersedia lapangan yang digunakan untuk olahraga futsal dan juga prasarana olahraga panjat tebing, serta ada satu lagi prasarana olahraga berupa lapangan basket yang ada di lapangan Nasional Selong dan itupun satu-satunya lapangan basket yang bisa dikatakan memnuhi standar dan lapangan basket inilah yang selalu dijadikan tempat pertandingan basket di Lombok Timur, kemudian pengelolaannya sendiri dilakukan oleh komite yang ada di Kecamatan.
Sebagaiman yang dipaparkan oleh Drs. Syafruddin pada saat diwawancara beliau mengatakan bahwa:
“Menurut saya kondisi sarana dan prasarana olahraga disini masih jauh dari kata standar, kenapa saya bilang demikian? lihat sendiri lapangan yang ada di GOR ini kan tidak memiliki lintasan untuk lari, kemudian kalau musim penghujan lapangan ini digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat mengembala kambing mereka. GOR Selaparang ini sebenarnya cukup luas cuman yaitu tadi sarana dan prasarana penunjang yang ada di dalamnya kurang berkualitas paling yang layak disini adalah prasarana tenis lapangan, panjat tebing dan sport hall saja, selain itu juga untuk lapangan basket jugak yang sudah memenuhi standar tetapi itu adanya di lapangan Nasional”, (W.4:P.17).
Berikut gambar prasarana olahraga yang ada di dalam kawasan GOR
Gambar 4.6. Kondisi sarana dan prasarana Tenis di GOR Selaparang
Gambar 4.7. Kondisi Prasarana Panjat Tebing di GOR Selaparang.
Selain itu juga rendahnya tingkat SDM di Lombok Timur yang menangani masalah pengelolaan sarana dan prasarana olahraga ini membuat keberadaan sarana dan prasarana olahraga yang tersedia belum dapat dikelola dengan baik sehinnga ada sebagian sarana dan prasarana olahraga yang tersedia jadi tidak terurus, kemudian juga data terkait keberadaan sarana dan prasarana olaharga
yang ada di Kabupaten Lombok Timur tidak begitu jelas antara yang dikelola oleh pihak Pemerintah Daerah, pihak swasta ataupun milik pribadi. Hal itulah yang peneliti rasa menyulitkan dalam mengelola ataupun memantau keberadaan sarana dan prasarana olahraga yang tersedia di Lombok Timur ini.
Dalam kesempatan wawancara yang dilakuka oleh peneliti, Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga menyampaikan harapannya terkait masalah pengelolaan sarana dan prasarana olahrga yang ada di Kabupaten Lombok Timur beliau mengatakan bahwa, “Harapan saya kedepannya mengenai sarana dan prasarana olahraga yang sudah ada supaya bisa dikelola dengan baik, siapapun yang dipercaya oleh Pemda untuk mengelolanya. Kemudian juga supaya dianggarkan untuk dana pengelolaannya dalam APBD”, (W.1:P.18). Harapan yang sama juga di sampaikan oleh Ketua Harian KONI Lombok Timur, Beliau mengungkapkan:
“Harapan saya kedepannya masalah pengelolaan sarana dan prasarana olahraga yang ada supaya bisa dikelola dengan baik tentu pengelolaan tersebut harus diimbangi dengan anggaran pendanaan yang cukup dan sumber daya manusia yang mengelolanya jugak harus berkompeten dibidangnya”, (W.4:P.18).
Dari pemaparan di atas tentang pengelolaan sarana dan prasarana olahraga maka sangat jelas sekali bahwa dalam pengelolaannya sarana dan prasarana olahraga yang ada di Lombok Timur melibatka banyak pihak, baik itu dari KONI, Komite yang ada di tiap Desa ataupun Kecamatan dan bahkan juga melibatkan pihak suwasta juga, akan tetapi yang menjadi kendala dalam hal pengelolaan tersebut adalah masalah anggaran pendanaan yang tidak tersedia serta masih kurangnya Sumber Daya Manusia yang mengelola.