• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Wakaf Produktif al-Azhar

BAB 3 AL-AZHAR ASY-SYARI<F DAN SUMBER

B. Pengelolaan Wakaf Produktif al-Azhar

Al-Azhar merupakan salah satu Badan Wakaf dan lembaga filantropi Islam yang berbasis di perguruan tinggi.7

Sejak berdirinya, al-Azhar memposisikan sebagai lembaga pendidikan yang memanfaatkan aset wakaf dan dikelola secara produktif. Bahkan dari waktu ke waktu eksistensinya semakin kuat dan menjadi lembaga pendidikan terdepan yang kemudian ditiru oleh lembaga-lembaga pendidikan besar di Amerika dan

7 Azra, Azyumardi, “Filantropi Islam, Civil Soviety, dan Keadilan Sosial, hlm. xiv

Inggris.8 Walaupun terjadi krisis dalam perekonomian dunia dan pemerintahan Mesir silih berganti, al-Azhar tetap memainkan peran yang signifikan sebagai lembaga pendidikan yang mandiri berkat wakaf produktifnya.

Faktor yang mendorong berdirinya al-Azhar adalah kegelisahan ulama dan Khalifah Mu’iz li Dinillah dari Daulah Fat} imiyyah akan ketidakberdayaan lembaga-lembaga pendidikan Islam dalam mendorong transformasi masyarakat Islam. Selain itu, realitas sosial politik yang melingkupi Mesir sangat menentukan dinamika kaum muslimin. Agenda restrukturisasi politik Daulah Fat}imiyah ikut memperkuat motif para pendiri untuk melakukan konsolidasi dan meningkatkan kapasitas ulama melalui pendidikan agar di kemudian hari mereka dapat memainkan peran penting dalam percaturan dunia.

Berdirinya lembaga pendidikan al-Azhar yang didanai dari harta wakaf memberikan harapan sekaligus tantangan baru bagi perwujudan masyarakat muslim yang berperadaban. Hal ini juga merupakan momentum yang secara tepat meredefinisi peran dan fungsi pendidikan Islam, sehingga lebih terasa manfaatnya bagi umat Islam. Berawal dari kesadaran internal kaum muslim tersebut, faktor eksternal juga memotifasi dan menggairahkan semangat umat Islam untuk mengoreksi dan merekonstruksi institusi pendidikan mereka, dengan ditopang dari dana wakaf.

Para khalifah jauh-jauh hari menyadari bahwa kelanjutan al-Azhar tidak bisa lepas dari segi pendanaan. Oleh karena itu, setiap khalifah memberikan harta wakaf baik dari kantong pribadi maupun kas negara. Penggagas pertama wakaf bagi al-Azhar dipelopori oleh khalifah al-H{akim bin Amrillah dari daulah Bani Fat}imiyyah, lalu diikuti oleh para khalifah berikutnya serta orang-orang kaya setempat dan seluruh dunia Islam sampai saat ini.9

Aktivitas wakaf digalakkan untuk memberikan

pela-8 Muhyar Fanani, “Membangun Pendidikan Berbasis Wakaf,” Wahana Akademika, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2007, hlm. 176.

9 Ahmad Faisal Yunus dkk, Panduan ke Mesir dan al-Azhar, op.cit, hlm. 172.

yanan yang maksimal terhadap setiap kelompok yang ada di dalam al-Azhar. Abdurrah}man Katakhda (1742 M), salah satu khalifah Daulah Us\maniyah memompa keteladanan bagi para penguasa dan dermawan untuk memberikan wakaf kepada al-Azhar. Mereka berlomba-lomba untuk memberikan donasi dan pelayanan yang terbaik untuk mengembangkan pendidikan di al-Azhar. Bagi mereka, membantu pengembangan al-Azhar merupakan sebuah kebanggaan tersendiri, karena siapa pun yang membantu al-Azhar berarti sedang membantu lahirnya generasi Muslim di dunia.10

Tradisi pemberian wakaf pada al-Azhar menjadi kunci bagi kelestarian lembaga pendidikan Islam ini. Harta wakaf tersebut diproduktifkan dan pernah mencapai sepertiga dari kekayaan Mesir pada awal abad ke-19. Dari harta wakaf inilah roda perjalanan al-Azhar bisa terus berputar, termasuk memberikan beasiswa, asrama, menggaji guru, dosen dan pegawai, serta pengiriman utusan al-Azhar ke berbagai penjuru dunia. Bahkan dengan harta wakaf yang diproduktifkan tersebut, al-Azhar bisa mendirikan cabang-cabang madrasah dan universitas di beberapa propinsi Mesir di luar Cairo.

Hasil wakaf diperoleh dari keutungan pengelolaan harta wakaf secara produktif, baik harta yang tidak bergerak seperti tanah, apartemen, pemukiman penduduk, gedung rumah sakit, fasilitas universitas, dan bangunan lainnya maupun yang bergerak seperti kendaraan, buku dan fasilitas lainnya. Hasil wakaf lain adalah keuntungan finansial dari unit-unit usaha dan rumah sakit yang didirikan oleh al-Azhar. Sebagian dari hasil wakaf itu dipakai untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan perkantoran yang terkait dengan wakaf, untuk membiayai operasional al-Azhar, serta untuk membiayai program-program pengembangan akademik dan peningkatan sistem pendidikan al-Azhar.

Menurut Dr. Abdul Aziz Kamil, mantan Menteri Wakaf dan Urusan Al-Azhar Mesir, perjalanan al-Azhar dari sebuah

10 Zuhairi Misrawi, al-Azhar; Menara Ilmu, Reformasi, hlm. 172.

masjid dan ruwaq (asrama sederhana buat mahasiswa) hingga menjadi besar tidak terlepas dari peran umat Islam. Umatlah yang menyumbangkan dananya melalui amal jariah, termasuk wakaf, baik wakaf uang, harta benda, tanah, maupun gedung. Tentu saja al-Azhar berhasil bukan sekadar karena kemurahan hati donaturnya, melainkan juga lantaran kepiawaiannya mengelola dana wakaf. Menurut Abdul Aziz, ada dua unsur penentu dalam keberhasilan al-Azhar, yakni faktor manusia dan undang-undang. Disamping Sumber Daya Manusianya banyak yang amanah dan berkualitas, juga perangkat undang-undangnya sudah sangat lengkap menaungi dan mendorong kemajuan perwakafan. Memang, Mesir sangat serius mengurus wakaf. Negeri ini punya Kementerian Wakaf (Wiza>rah al-Auqa>f). Lembaga inilah yang mengatur dan memantau roda perjalanan wakaf di Mesir. Perputaran dana wakaf dilakukan oleh Kementerian Wakaf Mesir bekerja sama dengan al-Azhar. Menurut Abdul Aziz, dana wakaf yang dikelola al-Azhar mencapai sepertiga kekayaan Mesir. Dengan dana wakaf tersebut, al-Azhar bisa mempunyai banyak rumah sakit, memberi modal usaha, mengirimkan dai dan dosen ke seluruh dunia, dan menerbitkan koran mingguan S}aut al-Azhar.11

1. Pengelolaan Rumah Sakit al-Azhar

Keberadaan wakaf terbukti telah membantu pengem-bangan pelayanan kesehatan melalui penyediaan fasilitas-fasilitas publik di bidang kesehatan, seperti pembangunan rumah sakit, pembangunan sekolah kesehatan dan pengembangan ilmu-ilmu medis, serta pembangunan industri di bidang obat-obatan dan kimia. Bahkan penghasilan wakaf bukan hanya digunakan untuk pengembangan obat-obatan dan menjaga kesehatan manusia, melainkan juga obat-obatan untuk hewan. Menurut Didin H{afiduddin,12 manusia dapat mempelajari obat-obatan dan penggunaannya dengan mengunjungi rumah sakit-rumah sakit yang dibangun dari dana hasil wakaf. Pendidikan kesehatan kini

11www.bwi.or.id, diakses pada tanggal 25 Maret 2010.

12 Didin H}afiduddin, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press, 2003, hlm. 124.

tidak hanya diberikan di sekolah-sekolah medis dan fakultas-fakultas kedokteran saja, melainkan juga dikenalkan melalui rumah sakit-rumah sakit baik melalui praktikum maupun informasi pada pasien secara langsung.

Pengelolaan wakaf produktif al-Azhar juga dilakukan dalam bentuk pengembangan fasilitas kesehatan, yaitu rumah sakit. Khalifah yang pertama kali berinisiatif mewakafkan hartanya untuk rumah sakit adalah Hilmi Abbas, salah satu khalifah pada masa Daulah Us\maniyah yang membangun rumah sakit dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada kaum Muslimin terutama bagi para pelajar dan mahasiswa, karena pada masa itu mereka sangat rentan terhadap penyakit. Langkah ini telah menumbuhkan rasa simpati di kalangan ulama al-Azhar, karena masalah kesehatan merupakan masalah penting yang harus dipecahkan.

Rumah sakit yang dirinstis oleh Hilmi Abbas ini kemudian berkembang sangat pesat bahkan bisa memberikan subsidi silang bagi al-Azhar. Hasil dari pengelolaan rumah sakit al-Azhar sebagian bisa disisihkan untuk membiayai kebutuhan al-Azhar pada sektor lainnya, khususnya sektor pendidikan. Sampai sekarang al-Azhar mempunyai 4 rumah sakit, yaitu: Rumah Sakit as-Sayyid Jalal Ja>mi‘i, Rumah Sakit Zahra’ al-Ja>mi‘i di Abbasiyah, Rumah Sakit H}usein al-al-Ja>mi‘i, dan Rumah Sakit Dimyat} al-Jadi>dah.

1.1. Rumah Sakit as-Sayyid Jalal al-Ja>mi‘i

Rumah Sakit ini berada di daerah Bab as-Sa’riyyah Cairo, sehingga terkenal dengan Rumah Sakit Bab as-Sa’riyyah. Rumah Sakit ini dibangun pada tahun 1945 M di atas tanah wakaf milik Sayyid Jalal dan dia juga yang membiayai pembangunan Rumah Sakit ini. Setelah selesai pembangunannya dan gedung rumah sakit sudah siap dipakai, Sayyid Jalal berinisiatif untuk menyerahkan sebagai aset wakaf kepada al-Azhar. Tapi tidak berlangsung lama, kemudian terbit peraturan dari pemerintah yang mengharuskan harta wakaf diserahkan kepada Kementerian Wakaf, sehingga rumah sakit ini pun akhirnya menjadi milik

Kementerain Wakaf dan dikelola oleh Departemen Kesehatan sampai tahun 1974 M. Baru setelah tahun 1974 M, rumah sakit ini kembali ke pangkuan al-Azhar dan dikelola oleh Fakultas Kedokteran Universitas al-Azhar Cairo sebagai rumah sakit yang melayani kesehatan masyarakat sekaligus untuk pendidikan dan praktikum calon dokter.

Selain posisinya yang berada di pusat pendidikan al-Azhar, rumah sakit ini juga berada di pusat keramaian penduduk yang menjadikan rumah sakit ini banyak pengunjungnya. Ditambah dengan pelayanan yang bagus dan ditopang dengan dokter-dokter yang profesional, Rumah Sakit ini selalu penuh dan menjadi tujuan utama masyarakat yang ingin berobat.

Pada tahun 2002-2005 rumah sakit Sayyid Jalal al-Ja>mi‘i ini direnovasi bangunannya dan diperlengkap alat-alat kesehatannya, terutama yang berkaitan dengan alat-alat operasi, radiologi, alat-alat pengobatan penyakit dalam dan beberapa peralatan besar yang sangat dibutuhkan dalam pelayanan terhadap pasien di rumah sakit.

Penanggung jawab rumah sakit ini adalah Rektor Universitas al-Azhar. Sedangkan struktur kepengurusan rumah sakit terdiri dari:

Direktur Utama dijabat oleh Prof. Dr. Ah

1. }mad Rif‘at

al-Mazni

Wakil Direktur Utama Urusan Rumah Sakit Umum 2.

dijabat oleh Prof. Dr. Aiman Samir Taufiq

Wakil Direktur Utama Urusan Rumah Sakit Wanita 3.

dijabat oleh Prof. Dr. Ismail Khalaf

Wakil Direktur Utama Urusan Instalasi Gawat Darurat 4.

dijabat oleh Prof. Dr. Ah}mad Jama>luddi>n

Wakil Direktur Utama Urusan Penyakit Dalam dijabat 5.

oleh Prof. Dr. Sayyid Asyrah

Direktur Pelaksana Pelayanan Kesehatan dijabat oleh 6.

Prof. Dr. Nadir Hasyim

Direktur Pelaksana Administrasi dijabat oleh Prof. Dr. 7.

Direktur Pelaksana Keuangan dijabat oleh Prof. Dr. 8.

Ah}mad Tharif Labib.

Konsultan masalah kesehatan ditangani oleh Prof. Dr. 9.

Thala‘at Abdul H}alim dan Prof. Dr. Nabil Makhluf Rumah sakit Sayyid Jalal al-Ja>mi‘i ini mengelola beberapa gedung dan unit pelayanan kesehatan yang terdiri dari:

Rumah sakit lama yang menempati gedung lama 1.

(bangunan yang pertama digunakan sebagai rumah sakit). Gedung ini terdiri dari 4 lantai yang digunakan untuk kantor pegawai dan melayani sakit mata, anestesi, penyakit THT, operasi, penyakit dalam, penyakit tulang dan radiologi.

Instalasi Gawat Darurat yang menempati gedung seluas 2.

600 m2, yang terdiri dari 6 lantai dan diresmikan pada tahun 1996 M. Terdiri dari kantor pelayanan pasien, beberapa ruang gawat darurat, dan ruang transit para dokter.

Rumah Sakit Cabang “Thala’at” untuk pengobatan 3.

penyakit dalam yang berdiri di atas tanah seluas 1.000 m2. Gedung ini terdiri dari 6 lantai yang merupakan wakaf dari Prof. Dr. Muh}ammad Thala’at al-Faqi kepada al-Azhar untuk melayani para pasien yang terkena penyakit dalam. Gedung ini diresmikan pada bulan Maret 2000 M. Selain digunakan untuk melayani pasien penyakit dalam, gedung ini juga dipakai untuk praktek mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas al-Azhar Cairo, bahkan sekali praktek bisa menampung 300 mahasiswa sekaligus. Selain untuk penyakit dalam, gedung ini juga dipakai untuk melayani operasi, penyakit anak, penyakit jiwa, penyakit kulit, bank darah, dan tempat transit para dokter. Pada tahun 2005 gedung ini direnovasi dan diperluas, dengan menambahkan resepsionis dan instalasi gawat darurat. Sekarang rumah sakit ini digabung dengan rumah sakit Sayyid Jalal al-Ja>mi‘i.

Rumah sakit khusus ibu dan anak, yang menempati 4.

gedung seluas 800 m2 dan merupakan wakaf dari Prof. Dr. Muh}ammad Thala’at al-Faqi kepada al-Azhar untuk melayani ibu dan anak. Gedung wakaf ini awalnya hanya 4 lantai, kemudian Badan Wakaf al-Azhar menambah 1 lantai lagi, yakni lantai 5 yang digunakan untuk perkuliahan, praktikum dan transit dokter/dosen Fakultas Kedokteran Universitas al-Azhar. Gedung ini diresmikan pada tanggal 22 Oktober 1994 M yang terdiri dari: pelayanan untuk penyakit wanita dan orang yang melahirkan.

Gedung khusus untuk operasi yang berdiri di atas tanah 5.

2.000 m2, terdiri dari 10 lantai dan 250 kamar. Gedung ini dimanfaatkan sebagai tempat segala bentuk operasi dan pengobatan penyakit anak.

1.2. Rumah Sakit Zahra’ al-Ja>mi‘i di Abbasiyah

Konsep pendirian rumah sakit ini awalnya diper-untukkan bagi mahasiswa asing yang tinggal di Madinat Bu‘us\al-Isla>miyah. Tapi dalam perkembangan berikutnya, karena masyarakat di sekitar distrik Abbasiyah juga sangat membutuhkan pelayanan kesehatan, maka sistem pelayanan di Rumah Sakit Zahra’ al-Ja>mi‘i ini kemudian dibagi dua, untuk orang Mesir dan untuk mahasiswa asing. Rumah sakit ini terdiri dari beberapa gedung, di antaranya:

Gedung lama yang terdiri dari 7 lantai: lantai satu untuk 1.

kantor administrasi dan pelayanan umum, lantai dua untuk penyakit kencing dan ginjal, lantai tiga untuk operasi, lantai empat untuk penyakit anak, lantai lima untuk wanita dan orang yang melahirkan, lantai enam untuk penyakit mata dan penyakit dalam, serta lantai tujuh untuk tempat tinggal dokter.

Gedung yang ditempati untuk pengobatan penyakit jiwa 2.

yang terdiri dari 3 lantai.

Gedung untuk pengobatan penyakit gigi yang terdiri dari 3.

tiga lantai: lantai satu untuk radiologi dan laboratorium, lantai dua untuk pengobatan gigi, dan lantai tiga untuk

pengobatan THT.

Gedung baru yang terdiri dari 13 lantai: lantai dasar untuk 4.

kantor administrasi dan pelayanan umum, lantai satu untuk radiologi, lantai dua untuk luka berat, lantai tiga untuk laboratorium, lantai empat untuk penyakit tulang, lantai lima untuk THT, lantai enam untuk operasi, lantai tujuh dan lantai delapan untuk penyakit jiwa khusus, lantai sembilan untuk penyakit hepatitis, lantai sepuluh dan sebelas untuk penyakit jiwa umum, lantai dua belas untuk ruang transit dan penginapan dokter, dan lantai tiga belas untuk ruang pertemuan.

1.3. Rumah Sakit H}usein al-Ja>mi‘i

Rumah Sakit ini berada di daerah H}usein, tepatnya di Jalan Jauhar al-Qa>’id distrik Darrasah, di samping Universitas al-Azhar Bani>n untuk fakultas-fakultas keagamaan. Rumah sakit ini terdiri dari beberapa gedung, yaitu:

Gedung A untuk UGD dan diagnosa medis yang terdiri 1.

dari 28 ruang.

Gedung B untuk radiologi, foto rontgen dan pengobatan 2.

yang terdiri dari 9 ruang.

Gedung C untuk Bedah dan persalinan yang terdiri dari 3.

4 ruang.

Gedung D untuk Operasi berbagai macam penyakit yang 4.

terdiri dari 9 ruang.

Gedung E untuk Apotek yang terdiri dari 11 ruang. 5.

Gedung F untuk administrasi dan ruang transit para 6.

dokter yang terdiri dari 20 kamar.

Gedung G untuk laundry yang terdiri dari 13 kamar. 7.

Rumah sakit H}usein ini mempunyai 83 Dokter yang menetap di rumah sakit, 372 dokter spesialis, 313 dokter umum, 20 apoteker, dan 115 perawat. Selain itu ada beberapa tenaga administrasi dan beberapa staff yang selalu siap memberikan pelayanan kepada pasien dan pengunjung.

1.4. Rumah Sakit Dimyat} al-Jadi>dah

Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit yang meginduk pada Universitas al-Azhar dan satu-satunya rumah sakit yang ada di kota Dimyat}. Rumah sakit Dimyat} ini selesai dibangun dan diserahkan kepada al-Azhar pada tanggal 7 Juli 1999 M, dipakai pertama kali pada tanggal 10 Agustus 1999 M dan dibuka secara resmi pada tanggal 10 Agustus 2000 M oleh Syaikh al-Azhar, Prof. Dr. Muh}ammad Sayyid T{ant}awi. Hadir juga dalam peresmian rumah sakit ini, Rektor Universitas al-Azhar saat itu, Prof. Dr. Ah}mad Umar Hasyim, Direktur Pusat Kajian Arsitektur dan Tata Ruang, Prof. Dr. Muh}ammad al-Gharib, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas al-Azhar, Prof. Dr. Ismail Khalaf, dan Arsitek bangunan Rumah Sakit, Ir. Muh}ammad Us\man.

Rumah sakit ini melayani pasien 24 jam, bahkan juga melayani pasien dari propinsi di sekitarnya, di antaranya dari Propinsi Kafr Syaikh, dari Propinsi Daqliyah dan dari Propinsi Port Said. Luas wilayah rumah sakit ini adalah 1.360.850,4 m2

dengan panjang 1.666 m2, sedangkan luas bangunannya adalah 5.704 m2 yang terdiri dari beberapa gedung, di antaranya:

Gedung utama untuk tempat pertemuan dan ptaktek 1.

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas al-Azhar cabang Dimyat}.

Gedung A terdiri dari dua lantai, yang digunakan untuk 2.

pengobatan penyakit luar, resepsionis, instalasi gawat darurat (IGD), dan kantor administrasi pegawai rumah sakit.

Gedung B terdiri dari empat lantai, yang digunakan 3.

untuk dapur umum, ruang pendingin, tempat cucian, pusat sterilisasi, dan ruang operasi yang terdiri dari 4 ruang.

Gedung C terdiri dari dua lantai, yang digunakan untuk 4.

kamar pasien. Ada 150 kamar yang disediakan di lantai ini yang disediakan untuk para pasien.

Fahmi yang merangkap sebagai dekan Fakultas Kedokteran Universitas al-Azhar cabang Dimyat}. Posisinya di dua lembaga ini mempunyai nilai lebih, terutama untuk mahasiswa, karena memudahkan mereka untuk praktek, khususnya mata kuliah yang membutuhkan praktikum di Rumah Sakit Dimyat} al-Jadi>dah.

Secara teknis, pengelolaan rumah sakit yang ada di lingkungan al-Azhar dipegang oleh seorang direktur yang diangkat oleh Syaikh al-Azhar; baik Rumah Sakit as-Sayyid Jalal al-Ja>mi‘i, Rumah Sakit Zahra’ al-Ja>mi‘i di Abbasiyah, Rumah Sakit H}usein al-Ja>mi‘i, maupun Rumah Sakit Dimyat} al-Jadi>dah. Setiap direktur mempunyai wakil direktur dan staff yang menjalankan administrasi rumah sakit. Mereka setiap tahun melaporkan pelaksanaan dan hasil pengelolaan kepada Syaikh al-Azhar.

2. Pengelolaan Wakaf S}alah Ka>mil

Nama lengkapnya adalah Lembaga S}alah Ka>mil untuk Kajian Ekonomi Islam. Ide pendirian lembaga ini datang dari Syaikh S}alah Abdulla>h Ka>mil yang mewakafkan uang LE. 20.000,- (duapuluh ribu pound) setiap tahun kepada Fakultas Perdagangan Universitas al-Azhar. Ketika Fakultas Perdagangan masih berada di Distrik Darrasah, lembaga ini bernama Lembaga Riset dan Studi Perdagangan Islam. Kemudian setelah Fakultas Perdagangan pindah ke Madinat Nas}r (Nas}r City) dan pada saat yang bersamaan terbit Peraturan Menteri Wakaf No. 138 Tahun 1982, lembaga ini berubah nama menjadi Lembaga S{alah Ka>mil untuk Riset dan Kajian Perdagangan Islam, kemudian pada tahun 1992 M diubah lagi menjadi Lembaga S{alah Ka>mil untuk Kajian Ekonomi Islam. Sejak tahun 1990 M, tepatnya setelah terbitnya Peraturan Lembaga No. 6, tanggal 15 Mei 1990 M, Lembaga ini mempunyai otoritas dalam hal kebijakan yang berkaitan dengan ekonomi Universitas al-Azhar.13

Selain mempunyai otoritas yang tinggi dalam hal-hal

13 Muh}ammad Abdul Halim Umar, S|abata bi Ansyit}ah wa al-Khadama>t al-Ilmiyyah, Cairo: Markaz S}alah Ka>mil, Jami’ah al-Azhar, tth, hlm. d-h.

yang berkaitan dengan masalah ekonomi, Lembaga S}alah Ka>mil ini mempunyai auditorium yang besar, luas dan megah yang biasa digunakan untuk pertemuan-pertemuan nasional, seminar, konferensi dan keperluan lainnya. Auditorium ini sering disewa untuk berbagai kegiatan dan hasilnya diproduktifkan untuk memenuhi kebutuhan operasional al-Azhar.

2.1. Manajemen Kelembagaan

Lembaga S}alah Ka>mil merupakan lembaga al-Azhar yang mempunyai struktur kelembagaan dan manajemen khusus. Lembaga ini merupakan aset yang sangat berharga bagi al-Azhar, karena selain menghasilkan produk kebijakan ekonomi, lembaga ini juga menghasilkan pemasukan bagi al-Azhar. Struktur kelembagaan Lembaga S}alah Ka>mil adalah sebagai berikut:

Dewan Pembina : Grand Syaikh al-Azhar Anggota : Syaikh S}alah Abdullah Ka>mil Ketua Yayasan : Prof. Dr. Ah}mad Muh}ammad

at}-T}ayyib

Wakil Ketua Yayasan : Prof. Dr. Abduddayim Nas}ir Anggota : Prof. Dr. Abdul ‘Azi>z Hijazi Anggota : Prof. Dr. H}amid Abu> T{alib Anggota : Prof. Dr. Misbah} Mutawalli

H}ammad

Anggota : Prof. Dr. H}amid Abdul Jalil al-Qaransyawi

Direktur : Prof. Dr. Yusuf Ibrahim Yusuf Wakil Direktur : Prof. Dr. Muh}ammad Abdul

H}alim ‘Umar

Selain pengurus utama kelembagaan, masih ada lagi devisi-devisi yang bertugas melaksanakan visi misi dan program kerja Lembaga S}alah Ka>mil, di antaranya:

Divisi Riset, Kajian, Perpustakaan dan Publikasi 1.

Divisi Seminar dan Sosialisasi 2.

Divisi Syariah 3.

Divisi Ekonomi Islam 4.

2.2. Peran Kelembagaan

Tujuan utama didirikannya lembaga ini adalah untuk mengkaji prinsip-prinsip ekonomi dari perspektif Islam dan mengaplikasikan ekonomi Islam, meletakkan kaidah-kaidah ekonomi Islam, dan memberikan kontribusi alternatif dalam pengembangan ekonomi dunia dengan konsep ekonomi Islam. Beberapa peran yang telah dilakukan oleh Lembaga S}alah Ka>mil adalah:

Pertama, mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah baik tingkat nasional maupun internasional. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan selama ini dalam konteks peran kelembagaan ini adalah: 1) mengadakan kuliah umum untuk para ulama dan pejabat di pemerintahan Mesir. Kuliah umum yang diadakan oleh Lembaga S}alah Ka>mil ini berbeda dengan kuliah umum