• Tidak ada hasil yang ditemukan

POS PENGELUARAN/ALOKASI Jenis Regulas

Total Outstanding SBSN Rp 35,1 Triliun

POS PENGELUARAN/ALOKASI Jenis Regulas

Zakat Kebutuhan Dasar

Kharaj Kesejahteraan Sosial

Jizyah Pendidikan dan Penelitian

Usyur Infrastruktur (fasilitas publik)

Jenis Sukarela Dakwah dan Propaganda Islam

Infak-Shadaqah Administrasi Negara

Wakaf Pertahanan dan Keamanan

Jenis Kondisional Khums

Pajak (nawaib)

94

Ali Sakti. Analisis Teoritis Ekonomi Islam, Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern. (Jakarta: Aqsa Publishing. 2007), h. 215

95

Keuntungan BUMN

(mustaghlah/fay’) Lain-lain

Sistem Keuangan Islam ditandai dengan transparansi, transparansi dalam masalah-masalah keuangan publik mengantarkan kepada pemahaman rakyat atas politik keuangan yang telah ditetapkan oleh negara demi kebaikan seluruh tugas mereka dan masa depan generasinya. Pemahaman individu tentang politik ini mengikat rakyat dengan pemerintahannya, yang karenanya dapat menopang orientasi pemerintahan baik secara politik maupun ekonomi.96

Transfaransi dalam hal pengelolaan keuangan publik bukan hanya ada dalam aturan syari’ah saja, Indonesia pun menganut asas umum terkait dengan pengelolaan keuangan negara yaitu adanya transfaransi. Hanya mungkin pemerintah belum terlalu maksimal dalam menerapkan asas ini.

Islam telah mengatur sedemikian rupa tentang tatacara pengelolaan dan alokasi serta peruntukkan dari setiap sumber, jika pemerintah juga bisa mengklasifiksikan penerimaan dan pengeluran khususnya dana dari penerbitan SBSN, maka akan sangat terlihat tertib seperti yang di praktikan Rasulullah.

96

Qutb Ibrahim Muhammad. Bagaimana Rasulullah Mengelola Ekonomi Keuangan Dan Sistem Administrasi. Diterjemahkan dari kitab al Siyasah al Maliyah li al Rasulullah. (Jakarta: Gaung Persada Press. 2007), h. 29

Menurut Monzer Khaf, sekalipun keuangan publik suatu Negara tidak mampu menerapkan sistem ekonomi menggunakan konsep islam, sebaiknya instrumen fiskal beserta pos-pos penerimaan yang lainnya memiliki karakteristik yang sama seperti yang dimiliki oleh sistem ekonomi islam, baik pada sisi penerimaannya atau pengeluarannya.97 Dari pernyataan ini, keuangan publik Indonesia mungkin terbilang jauh berbeda dengan sistem keuangan publik pada zaman Rasul dan Khulafaur Rasyidin, akan tetapi tidak ada salahnya juga jika mengikuti praktik yang dilakukan oleh Rasulullah dalam mengatur dan mengelola setiap penerimaan yang masuk dan mengontrol pengeluarannya.

Kebijakan fiskal dalam suatu negara harus sepenuhnya sesuai dengan prinsip hukum dan nilai-nilai islam. Prinsip islam dalam kebijakan fiskal atau anggaran pendapatan dan belanja negara bertujuan untuk mengembangkan suatu masyarkat yang didasarkan atas distribusi kekayaan yang berimbang.98

Dalam pandangan Abu yusuf, tugas utama penguasa adalah mewujudkan serta menjamin kesejahteraan rakyatnya, selalu menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan rakyat dan mengembangkan berbagai proyek yang berorientasi kepada kesejahteraan umum.99

97

Ali Sakti. Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern, h. 222

98

M.A Manan. Ekonomi Islam Teori dan Praktek. (Jakarta: PT. Internusa, 1992), h. 230.

99

Adiwarman A Karim. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Edisi Ketiga. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006), h. 236.

Jika pada tahun 2010 ini kebijakan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi nasional dalam rangka memcu pertumbuhan, menciptakan dan memperluas lapangan kerja, meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan mengurangi tingkat kemiskinan, maka pemerintah bisa mengaloksikan dana sukuk untuk kegiatan riil yang dapat mencapai salah satu sasaran sebagaimana yang sudah diarahkan diatas.

Lemahnya pembangunan infrastruktur akan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketertinggalan Indonesia dalam memacu perkembangan perekonomia dalam negeri. Ketersediaan infrastruktur yang baik merupakan pondasi dari pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Jika pemerintah serius untuk melakukan hal ini, maka sukuk akan sangat dapat membantu karena tujuan penerbitan sukuk itu memang diperuntukkan untuk pembangunan infrastruktur dan potensinya untuk Indonesia sangat baik dimasa depan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

1. Dalam kamus ekonomi, defisit adalah jumlah uang yang dibutuhkan lebih kecil dari jumlah uang yang didapat. Demikian defisit yang terjadi pada negara, dimana pengeluaran atau pembiayaan pemerintah lebih besar dari pada pendapatan. Pemerintah menjadikan defisit sebagai alat untuk meningkatkan pertumbuhan. Setiap tahunnya pemerintah mempunyai target pertumbuhan, seperti halnya tahun 2010 ini target pertumbuhan pemerintah yang tercatat pada penjelasan UU APBN adalah 5,5%. Untuk mencapai target pertumbuhan ini belanja pemerintah diperkirakan sebesar Rp. 1.047.666,0 Triliun sedangkan perkiraan pendapatan pemerintah hanya sebesar Rp. 949.656,1 Triliun, maka masih kurang sebesar Rp. 98.009,9 Triliun. Kekurangan ini lah yang diperlukan dan dicari oleh pemerintah melalui pinjaman dalam negeri melalui sektor swasta, utang luar negri, dan penerbitan surat berharga Negara yang termasuk didalamnya ada SBSN atau Sukuk Negara. Implimentasi sukuk di Indonesia masih digunakan untuk menutup defisit APBN, besaran perolehan dana sukuk tidak terlihat dalam nota keuangan APBN karena dia termasuk kedalam surat berharga negara yang meliputi Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara. Oleh karena dana sukuk dari hasil penerbitan atau pelalangan masuk menjadi satu dalam satu rekening

pada penerimaan lain, sehingga tidak terlihat kemana dana sukuk itu di alokasikan, atau untuk alokasi defisit bagian mana dalam APBN. Pemanfaatan dana SBSN masih belum mengena pada sasaran sektor rill negara, negara baru akan menerbitkan sukuk yang akan diberi nama Sukuk Project Financing.

2. Dalam kaca mata ekonomi islam, konsep defisit sangat dihindari. Defisit menunjukkan perilaku “besar pasak dari pada tiang”. Suatu negara sebisa mungkin menghindari defisit dalam mengelola keuangan publik. Dalam keuangan publik islam belanja negara disesuaikan dengan pemasukan. Dibuat klasifikasi pengeluaran negara menurut sumbernya, sehingga dalam pengelolaan dan alokasinya diharapkan akan tertib, transparan dan terinci. Sistem keuangan publik islam ditandai dengan transfaransi, transfaransi dalam masalah keuangan publik mengantarkan kepada pemahaman rakyat atas politik keuangan yang diterapkan oleh pemerintah. Seluruh pengeluaran disesuaikan dengan pendapatan harta yang ada. Pengeluarannya pun sangat disiplin, karena alokasinya disesuaikan juga dengan dari mana perolehan dana tersebut.

B. Saran

1. Dalam konstruksi UU SBSN Pasal 4 dikatakan bahwa sukuk digunakan untuk membiayai APBN “termasuk” membiayai proyek. Ini yang menjadi masalah karena seharusnya kata “termasuk” tersebut tidak ada sehingga dipastikan bahwa sukuk hanya untuk pembiayaan produktif. Karena

selama ini sukuk tidak dikaitkan dengan proyek tertentu sehingga bisa saja sukuk digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya konsumtif. Pemerintah hendaknya mempergunakan dan mengalokasikan dana sukuk secara langsung untuk membiayai sektor atau proyek-proyek produktif agar terihat lebih jelas peruntukkan dananya. Pemeritah tidak memaksakan belanja yang tinggi jika pendapatan negara tidak mencukupi, sehingga tidak terjadi defisit. Atau mungkin pemerintah bisa mengklasifikasikan pengeluaran menurut sumbernya, sehingga alokasinya akan terlihat lebih rinci, transparan dan tertib sesuai dengan dengan apa yang diarahkan dalam sistem ekonomi islam.

2. Transparansi dalam masalah keuangan publik dapat mengantarkan pemahaman rakyat atas politik keuangan yang telah diterapkan, untuk itu hendaknya pemerintah menerapkan sistem ini (transparansi anggaran) terhadap perolehan dana sukuk. Dalam artian pemerintah juga mencantumkan besaran jumlah perolehan dana sukuk dalam nota keuangan APBN dan alokasi dananya. Perlunya peningkatan pengawasan dari Dewan Syariah Nasional dalam hal alokasi dana sukuk jika sekiranya terjadi kekhawatiran jika dana sukuk digunakan untuk membiayai sektor- sektor yang tidak sesuai dengan tujuan awal penerbitan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang SBSN, terlebih lagi jika dana sukuk itu digunakan untuk membiayai sektor non halal. Sukuk al Milkiyat al Maujudat al Mu’jarah atau Sukuk Project Financing yang sedang

direncanakan pemerintah hendaknya disegerakan dalam hal penerbitan atau penjualan. Agar tujuan penerbitan sukuk, penggunaan dan alokasinya terlihat lebih jelas, sehingga tidak terjadi kontroversi pada masyarakat pada dana yang tidak jelas arah alokasinya. Selain sukuk Project Finacing, pemerintah bisa saja menggunakan akad istishna atau mudharabah, sehingga penggunaan dana sukuk efektif alokasinya kepada sector-sektor paroduktif yang memungkinkan pemerintah lebih merasakan akan manfaat dana yang diperoleh dari penerbitan sukuk.

Al Maliki, Abdurrahman. Politik Ekonomi Islam. Bogor: Al Azhar Press, 2009.

Arbano, Reva. “Penerbitan Syariah Berharga Syariah Negara (SBSN) Sebagai Alternatif Pembiayaan Pembangunan Negara”. Skripsi S1, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan. Sistem Administrasi Keuangan Negara I. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2007.

Basri, Ikhwan Abidin. Menguak Pemikiran Ekonomi Ulama Klasik. Kartasura: PT Aqwam Media Profetika, 2008.

Broto, Lelono Anjrah.“Kapitalis dan Sukuk”. Artikel diakses pada tanggal 29 Januari 2010 dari http://ib-bloggercompetition.kompasiana.com/2009/07/08/

Beik, Irfan Syauqi. “Optimalisasi Sukuk Sebagai Pintu Investasi”. Artikel diakses pada tanggal 12 Mei 2010 dari http:// suarapembaca.detik.com/ read /2009/11/17/175559/1243578/471/optimalisasi-sukuk-sebagai-pintu-investasi

Chapra, Umar. Islam Dan Tantangan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani, 2000.

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Departemen Keuangan. “Mengenal Sukuk Instruemen Investasi & Pembiayaan Berbasis Syariah” Jakarta: Departemen Keuangan, 2008.

Departemen Keuangan Republik Indonesia. Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syariah. Jakarta: Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syari’ah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Republik Indonesia, 2007.

Dewan Syariah Nasional MUI-Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI. Edisi Revisi. Cipayung: CV Gaung Persada,2006

Donna, Bella. “Sukuk Bisa Melampaui Obligasi Konvensional”. Artikel di akses pada

tanggal 12 Mei 2010 dari http://www.vibiznews.com/articles _last.php?id=1118&sub

Kebijakan Fiskal Islam)”. Skripsi S1, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Harun, Nasrun. Fiqih Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000

Hosen, Nibra. “Dampak Global Penerbitan Sukuk Pada Perkembangan Ekonomi Syariah”. Artikel diakses pada tanggal 23 Maret 2009 dari http://www.pkesinteraktif.com/sukuk

Hosen, Nadratuzzaman M. dkk. Materi Dakwah Ekonomi Syariah. Jakarta: PKES, 2008.

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004

Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islam. Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2006

Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007

Karim, Adiwarman A. “This Time Is Different”. Republika, 31 Mei 2010

Khorani, Ani. “Potensi Sukuk Bagi Pertumbuhan Investasi di Pasar Modal Indonesia”. Skripsi S1, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Laksono, Agus P. Sukuk Negara (SBSN): Instrument Investasi Pembiayaan Dan Investasi Berbasis Syariah. Makalah disampaikan dalam Sukuk Goes To Campus yang diselenggarakan Ditjen Pengelolaan Utang bekerja sama dengan Universitas Trisakti, Jakarta 7 Mei 2010, h. 32

Majid, M. Nazori. Pemikiran Ekonomi Islam Abu Yusuf Relevansinya Dengan Ekonomi

Musari, Khairunnisa. “Rentannya Implimentasi Sukuk di Indonesia”. Artikel di akses pada tanggal 31 Maret 2010 dari http://khairunnisamusari .blogspot.com /2008 /09/rentannya-implementasi-sukuk-di.html

Musari, Khairunnisa. “Sukuk Untuk Fiscal Sustainability”. Majalah Sharing, Edisi 35 Thn IV (November 2009).

Muhammad, Qutb Ibrahim. Bagaimana Rasulullah Mengelola Ekonomi Keuangan Dan System Administrasi. Jakarta: Gaung Persada Press, 2007

Majalah Sharing, Edisi 34 Thn IV (Oktober 2009).

Muhammad, Qutb Ibrahim. Kebijakan Ekonomi Umar bin Khattab. Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.

Nasution, Mustafa Edwin. Dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.

Pramono, Sigit, dkk. “Obligasi Syariah (Sukuk) Untuk Pembiayaan Infrastruktur: Tantangan Dan Inisiatif Strategis”. Artikel diases pada tanggal 16 November 2009 dari http://konsultasimuamalat.wordpress.com/2008/03/11/

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Redaksi Sinar Baru. “MUI: Investasi Sukuk Halal” Artikel diakses pada tanggal 4 Mei

2010 dari http://hariansib.com/?p=36039

Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam, Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern.

Jakarta: Aqsa Publising, 2007.

Siamat, Dahlan. Instrument Sukuk Negara dan Metode Penerbitan. Makalah disampaikan pada seminar: Sukuk Goes To Campus Universitas Indonesia, Jakarta 7 April 2010. h. 1-45

Silalahi, A.A. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997.

Tjandra, W Riawan. Hukum keuangan Negara, Jakarta: PT. Grasindo, 2006.

Trihartanto, Bambang dan Barata, Atep Adya, ed.Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004

Undang-Undang No. 39 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Keuangan Negara/Daerah Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 47 Tahun 2009 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

Yaumidin, Umi Karomah. Sukuk sebuah Alternatif Instrumen Investasi, dalam Jusmailani,

ed., Investasi syari’ah Implementasi Konsep pada Kenyataan Empirik, cet.I,

Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2008

Wawancara pribadi dengan Agus P Laksono. Jakarta. 8 Juni 2010 Wawancara pribadi dengan Gunawan Yasni. Jakarta. 9 Juni 2010

Dokumen terkait