• Tidak ada hasil yang ditemukan

POS PENGELUARAN/ALOKAS

C. Pengelolaan Keuangan Negara Dalam Islam 1 Kebijakan Pendapatan Negara

3) Sukuk Ijarah

Sukuk ijarah adalah obligasi syariah berdasarkan akad ijarah. Akad ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Artinya, pemilik harta memberikan hak untuk memanfaatkan objek dengan manfaat tertentu dengan membayar imbalan kepada pemilik objek. Sedikitnya, ijarah mirip dengan leasing, tetapi tidak sepenuhnya sama. Dalam akad ijarah disertai dengan adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan.

Sukuk ijarah merupakan sekuritas yang mewakili kepemilikan asset yang keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat pada suatu kontrak sewa beli (leas), sewa dimana pembayaran return pada pemegang sukuk.

Ada beberapa yang melekat pada ketentuan sukuk ijarah, diantaranya adalah:

1. Objeknya dapat berupa barang (harta fisik yang tidak bergerak, bergerak, maupun harta perdagangan) dan juga dapat berupa jasa.

2. Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan disepakati oleh kedua belah pihak.

3. Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus dinyatakan secara spesifik.

4. Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya dalam bentuk imbalan atau sewa/upah.

5. Pemakai manfaat (penyewa) haruslah pemilik mutlak.

Secara teknis sukuk ijarah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu56 :

1. Investor dapat bertindak sebagai penyewa (mustajir), sedangkan emiten dapat bertindak sebagai wakil investor dan

Property Owner dapat bertindak sebagai orang yang

menyewakan (mu’jir).

2. Selanjutnya setelah investor memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan kembali obyek sewa tersebut kepada emiten. Atas dasar transaksi sewa menyewa tersebut, maka

56

terbitlah surat berharga jangka panjang (obligasi syari’ah

ijarah), di mana emiten wajib membayar pendapatan kepada investor berupa fee serta membayar kembali dana saat jatuh tempo.

Gambar 2.2 Contoh Mekanisme Penerbitan Sukuk Al Ijarah Muntahiya Bittamlik (Sale and Leaseback)

Purchase and sales (2) Purchase (4) Perjanjian sewa

Undertaking Agreement (Ijarah)

(1) pembetukan SPV (5) Servicing Agent Agrement (3) penerbitan sukuk Pemerintah (Obligor/Penjual) SPV (Penerbit/Lessor) Pemegang Sukuk (Investor)

1) SPV dibentuk untuk penerbitan sukuk

2) SPV melakukan perjanjian pembelian dengan pemerintah (obligor) untuk membeli aset tertentu seperti tanah, bangunan dan lain-lain (Aet SBSN). Dalam waktu yang sama pemerintah membuat Purchase Undertaking dimana pemerintah menjamin untuk membeli kembali Aset SBSN dari SPV pada saat akhir periode sewa atau apabila terjadi default.

3) SPV menerbitkan sukuk untuk membiayai pembelian Aset Pool.

4) Pemerintah melakukan perjanjian sewa (Ijarah/Lease Agreement) dengan SPV untuk menyewa aset SBSN untuk periode yang sama dengan tenor sukuk yang diterbitkan.

5) SPV melakukan perjanjian keagenan (Serving agency agreement) dengan pemerintah dimana pemerintah ditunjuk sebagai agen yang antara lain bertanggung jawab untuk melakukan perawatan dan perbaikan serta penyediaan asuransi terhadap aset SBSN.

Gambar 2.3 Pembayaran Imbalan

Pemegang Sukuk (Investor) SPV Pemerintah (Obligor)

1) Obligor membayar sewa (Imbalan) secara periodik kepada SPV selama masa sewa. Imbalan dapat bersifat tetap (fixed rate) ataupun mengambang (floating rate).

2) SPV melalui agen yang ditunjuk akan mendistribusikan imbalan kepada investor.

Gambar 2.4 Saat Jatuh Tempo

1 2 SPV Pemegang Sukuk (Investor) Pemerintah (Obligor)

1) Penjualan kembali aset oleh SPV kepada obligor sebesar nilai nominal sukuk, pada saat sukuk jatuh tempo.

2) Hasil penjualan aset, digunakan oleh SPV untuk melunasi sukuk kepada investor.

b. Perbedaan Obligasi Syariah (Sukuk) Dengan Obligasi Konvensional

Ada banyak sisi yang membedakan antara sukuk dengan obligasi konvensional:57

57

Departemen Keuangan Republik Indonesia, “Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara) Instrumen Keuangan Berbasis Syar’ah”. (Jakarta: Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syari’ah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen

1. Sukuk merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat (beneficial title) dari suatu aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk, sedangkan obligasi merupakan instrumen utang;

2. Penerbitan sukuk memerlukan adanya underlying transaction

sebagai dasar penerbitan, sedangkan obligasi tidak memerlukan;

3. Penghasilan yang diberikan sukuk bukan berupa bunga melainkan berupa imbalan/sewa, bagi hasil atau margin, sedangkan penghasilan obligasi berupa bunga yang merupakan harga dari uang;

4. Penerbitan sukuk pada umumnya memerlukan SPV sebagai penerbit, sedangkan obligasi diterbitkan secara langsung oleh

obligor;

5. Sukuk merupakan instrumen penyertaan sementara obligasi adalah instrumen utang;

6. Penerbitan sukuk memerlukan adanya akad dan dokumen syariah, sedangkan penerbitan obligasi hanya memerlukan dokumen pasar modal;

7. Penggunaan dana hasil sukuk tidak dapat bertentangan dengan prinsip syariah. Sementara, procced obligasi dapat

digunakan secara bebas tanpa memperhatikan ketentuan syariah.

Tabel 2.2: Perbandingan Sukuk dan Obigasi Konvensional58

Deskripsi Sukuk Negra/SBSN Surat Utang Negara

Prinsip dasar Surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian

penyertaan terhadap Aset SBSN

surat berharga yang merupakan surat pengakuan utang yang diterbitkan dalam periode tertentu, dengan tujuan untuk meningkatkan modal melalui pinjaman tanpa harus

menjaminkan suatu aset

Underlying Asset Harus Ada Tidak

Fatwa/Opini Syariah

Harus Ada Tidak

Penggunaa Dana ƒ Dana hasil penjualan SBSN harus

dialokasikan untuk pembiayaan yang sesuai dengan syariah;

ƒ Sumber pembiayaan APBN;

ƒ Pembiayaan proyek pemerintah

Sumber pembiayaan APBN

Return Imbalan, bagi hasil,

margin

Bunga, capital gain

58

Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, Opcit, h. 8

Secara prinsipil, sukuk dengan obligasi konvensional tidak jauh berbeda dengan kebanyakan bisnis syariah lainnya, diantara pebedaan tersebut adalah:59

1. Dari sisi orientasi, obligasi konvensional hanya memperhitungkan keuntungan semata. Tidak demikian bagi sukuk, disamping memperhatikan keuntungan juga harus memperhatikan sisi halal-maram, dalam artian harus benar- benar sesuai dengan prinsip syariah;

2. Obligasi konvensional, keuntungannya didapat dari besaran bunga yang ditetapkan, sedangkan sukuk keuntungan akan diterima dari besarnya margin/fee ataupun bagi hasil yang didasarkan pada asset dan produksi;

3. Pada setiap transaksi sukuk, ditetapkan akadnya. Baik itu mudharabah, ijarah, musyarakah, salam atau istishna. Hal ini untuk menyesuaikan return yang akan diberikan emiten kepada investor.

Dokumen terkait