• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Ekonomi Desa (PED)

Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

H. Pengembangan Ekonomi Desa (PED)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), dan Transmigrasi sedang mendorong terbangunnya keterkaitan antara desa dan kota sebagai bagian dari strategi pengembangan kawasan pedesaan di Indonesia. Mengacu pada Perpres 2/2015 tentang RPJMN 2015-2019, Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi membuat pemetaan tahapan-tahapan prosesnya. Untuk 5.000 desa tertinggal menjadi desa berkembang, tahapannya adalah tahun 2015-2016 sebanyak 500 desa, kemudian 2016-2017 sebanyak 1.000 desa, lalu tahun 2016-2017-2018 sebanyak 1.500 desa, dan tahun 2018-2019 sebanyak 2000 desa, sehingga dalam lima tahun total 5000 desa tertinggal dapat menjadi desa berkembang.

Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengembangkan ekonomi kawasan perdesaan sebagai wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pengembangan ekonomi kawasan pedesaan akan dilakukan dengan mengembangkan sentra produksi, sentra industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan, serta membangun destinasi pariwisata. Selanjutnya, akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lokal atau pun wilayah harus terus ditingkatkan. Disamping itu, dikembangkan juga kerjasama antar desa, antar daerah, dan antar pemerintah-swasta, termasuk kerjasama pengelolaan BUM Desa serta mendorong pembangunan sarana bisnis atau pun pusat bisnis di pedesaan.

Ruang lingkup pengembangan Ekonomi Perdesaan meliputi:

1. Meningkatkan kegiatan ekonomi desa yang berbasis komoditas unggulan,

melalui pengembangan rantai nilai, peningkatan produktivitas, serta penerapan ekonomi hijau;

2. Menyediakan dan meningkatkan sarana dan prasarana produksi, pengolahan, dan

pasar desa;

3. Meningkatkan akses masyarakat desa terhadap modal usaha, pemasaran dan

informasi pasar. Mengembangkan lembaga pendukung ekonomi desa seperti BUM Desa, koperasi dan lembaga ekonomi mikro lainnya.

I. Teknologi Tepat Guna (TTG)

Teknologi Tepat Guna Teknologi Tepat Guna (TTG) lahir sebagai jawaban (respons positif) para ilmuan, peneliti, pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, kebutuhan, dan tantangan hidup masyarakat. Tujuan Teknologi Tepat Guna: Menerapkan konsep-konsep manajemen modern ke dalam praktek (dunia nyata dan perilaku masyarakat) dalam upaya optimalisasi hasil produksi/pendapatannya. Teknologi tepat guna merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat Desa. Teknologi tersebut harus berpotensi memenuhi kriteria, yaitu: (a) mengkonversi sumberdaya alam, (b) menyerap tenaga kerja, (c) memacu industri rumah tangga, dan (d) meningkatkan pendapatan masyarakat. Secara nasional, bahwa untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional, mempercepat kemajuan desa dan menghadapi persaingan global

dipandang perlu melakukan percepatan pembangunan perdesaan melalui

pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang yang didukung oleh penerapan dan pengembangan teknologi tepat guna.

Konferensi Nasional Teknologi Tepat Guna 2014 dilakukan dalam dua kelompok Konferensi, yaitu Kelompok Kebijakan dan Kelembagaan serta Kelompok Pemanfaatan dan Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna. Jumlah peserta yang hadir sekitar 100 orang, berasal dari lembaga pemerintah pusat dan daerah, peneliti dan akademisi dari perguruan tinggi, maupun praktisi pengusaha kecil menengah dan lembaga swadaya masyarakat. Para peserta Konferensi menyepakati pula hal-hal khusus di ranah Kebijakan, Kelembagaan, serta Pemanfaatan dan Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna sebagai berikut:

1. Mendorong pengembangan dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna untuk

kemandirian masyarakat desa sesuai dengan amanat Undang undang Desa Nomor 6 Tahun 2014.

2. Mendorong penguatan landasan hukum pengembangan dan pemasyarakatan

Teknologi Tepat Guna dari semula, Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2001 tentang Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna menjadi Peraturan Pemerintah tentang Pengembangan dan Penerapan Teknologi Tepat Guna. Kebijakan tersebut diperlukan sebagai landasan strategis nasional agar teknologi tepat guna Indonesia mampu berkontribusi mendukung Implementasi Undang-Undang Desa No 6 Tahun 2014.

3. Mendorong agar gerakan nasional pemanfaatan dan pemasyarakatan Teknologi

Tepat Guna untuk penanggulangan kemiskinan dapat dimasukan dalam RPJMN.

4. Mendorong adanya kebijakan finansial/perbankan yang berpihak kepada UMKM,

khususnya dalam hal kemudahan perolehan dan bunga pinjaman, sehingga penyediaan, implementasi maupun scaling up dan scaling down (fine tunning) Teknologi Tepat Guna sesuai kebutuhan dan berkesinambungan.

5. Diusulkan adanya Program Aksi Nasional untuk Pengembangan Pemanfaatan dan

Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna dengan melibatkan lebih banyak stakeholders (multipihak) secara sinergi, didasari semangat kemitraan antara

pemerintah, lembaga litbang, universitas, swasta, dan masyarakat (quadruple helix) dapat terbangun dan berkelanjutan.

6. Mendorong pemanfaatan Teknologi Tepat Guna untuk penanggulangan

kemiskinan dengan cara mengintegrasikan program pemerintah, seperti: Pembangunan Wilayah Perbatasan, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal, Pengembangan Perdesaan dan lain lain.

Penguatan kelembagaan TTG meliputi:

1. Diperlukan adanya lembaga yang dibentuk berdasarkan kebijakan pemerintah

dan berlandasan hukum, yang mampu berfungsi menjembatani kepentingan masyarakat terhadap teknologi tepat guna;

2. Memberikan arahan kepada Pemerintah Daerah untuk membangun lembaga

intermediasi Teknologi Tepat Guna dalam bentuk Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) di kecamatan dan Warung Teknologi (Wartek) di desa, namun masih perlu dukungan kuat berbagai pihak baik di level pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa;

3. Telah terbentuk Forum Komunikasi Nasional Teknologi Tepat Guna dan Forum Komunikasi Posyantek Nusantara sebagai ajang interaksi penyedia teknologi, pengguna teknologi, pemerintah daerah maupun lembaga intermediasi;

4. Telah terbentuk Clearing House Teknologi Tepat Guna Isi dari Clearing House ini adalah data dan informasi Teknologi Tepat Guna hasil litbang lembaga riset, perguruan tinggi, maupun inovasi akar rumput yakni hasil karya berbagai unsur masyarakat termasuk juga didalamnya panduan atau pedoman pemanfaatan dan pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna. Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI sebagai Clearring House: www.ttg; www.lipi.go.id. Jl. KS. Tubun No. 5 Subang 41213, email: ttg@mail.lipi.go.id.

Pemanfaatan dan Pemasyarakatan Teknologi Tepat Guna:

1. Diperlukan revitalisasi pemahaman baru mengenai terminologi teknologi tepat guna yang bukan terbatas pada alat (piranti keras dan lunak) atau teknologi semata akan tetapi lebih merupakan sebuah konsep pikir yang dimaknai sebagai pendekatan penerapan teknologi secara komprehensif dengan mempertimbang-kan elemen teknologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang mengedepanmempertimbang-kan pencapaian kesejahteraan masyarakat.

2. Diperlukan pedoman teknis Implementasi Teknologi Tepat Guna di masyarakat dengan mengapresiasi ke-khasan wilayah (secara sosial, ekonomi dan lingkungan) sebagai tindakan pra-implementasi Teknologi Tepat Guna perlu dilakukan penyiapan masyarakat pengguna sehingga strategi implementasi akan selalu selaras dengan kebutuhan dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

3. Dalam melakukan pemasyarakatan teknologi tepat guna, mutlak harus disertai dengan pendampingan untuk memastikan keberhasilan alih teknologi sesuai dengan tujuan Teknologi Tepat Guna yakni mensejahterakan masyarakat.

4. Diperlukan langkah strategis Pemetaan Teknologi Tepat Guna secara nasional untuk mengenali potensi dan kebutuhan masyarakat terhadap Teknologi Tepat Guna untuk kemudian dibangun Data Base yang mudah diakses oleh siapapun;

5. Membangun jejaring multisektor untuk peningkatan akses masyarakat ke

dukungan teknologi, finansial, pasar, dan perlindungan hak kekayaan intelektual. Contoh konkrit keberpihakan Pemerintah Daerah yang layak diacu adalah Program Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan di Kabupaten Musi Banyuasin yang mengadopsi konsep PNPM dan mengintegrasikan teknologi tepat guna di dalam sebuah sistem yang mengarah pada pengejawantahan Undang Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa;

6. Dasar pemikiran dari segala tindak strategis, seyogyanya adalah bagaimana membantu negara menyelesaikan permasalahan dengan mengembangkan serta mengimplementasikan teknologi tepat guna bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

7. Diperlukan lembaga inkubasi teknologi yang dapat membantu masyarakat dalam

memanfaatkan Teknologi Tepat Guna untuk peningkatan kesejahteraan.