• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Kedalaman Dasar Perairan (m)

5.4. Konsep Pengembangan Ekowisata

5.4.2. Pengembangan Ekowisata Pantai dan Bahari

5.4.2. Pengembangan Ekowisata Pantai dan Bahari

Konsep pengembangan ekowisata di kecamatan Paloh mempunyai potensi sebagai daerah tujuan wisata pesisir terbesar di Kalimantan Barat. Untuk lebih mengembangkan kegiatan ekowisata pantai dan bahari seperti pengamatan satwa, berkemah, bersampan, berenang, diving, snorkeling, fishing, dan sebagainya, diperlukan perencanaan kawasan yang sejalan dengan kebutuhan dan keinginan wisatawan dan masyarakat setempat. Untuk menunjang rencana tersebut (bersamaan dengan telah diberlakukannya otonomi daerah), Pemda dapat membuat aturan bersama tentang event development serta menyiapkan kawasan ekowisata pesisir berbasis masyarakat di kecamatan Paloh.

Sebenarnya kecamatan Paloh memiliki banyak tujuan wisata yang memiliki potensi besar, tetapi permasalahannya adalah kurangnya peran serta berbagai stakeholder dalam pengembangannya serta keterbatasan infrastruktur penunjang wisata. Misalnya, objek wisata pantai Selimpai di desa Sebubus. Di kawasan wisata tersebut terdapat panorama alam yang menampilkan keindahan yang bernuansa eksotik. Objek wisata tersebut sangat menarik, suasana yang dihadirkan oleh objek wisata itu sangat alami, hanya saja fasilitas penunjang wisata disini sangatlah terbatas. Tempat istirahat hanya berupa gazebo dan tenda-tenda

sederhana serta tidak terdapat jaringan listrik dan telepon. Pada hari-hari biasa, pengunjung yang ingin berwisata ke objek wisata ini harus terlebih dahulu memesan kapal penyeberangan (kapal klotok) sebagai sarana transportasi menuju lokasi mengingat keterbatasan armada kapal yang beroperasi.

Contoh lain dari sebuah kawasan berskala desa yang sangat indah yang memiliki banyak objek wisata menarik (Pantai Tanjung Datok, Pantai Mauludin, Pantai Camar Bulan, Pantai Bayuan, dan Pantai Tanjung Bendera) adalah desa Temajuk. Desa ini ditempati oleh 1.472 jiwa dengan mata pencaharian utamanya saat ini adalah tani dan nelayan sehingga desa ini sangat cocok untuk dijadikan desa wisata. Pola pemukiman di desa ini adalah terpusat, dimana penduduk hidup berkumpul dan hanya menghuni sebagian dari wilayah desa tersebut, sedangkan bagian lainnya merupakan lahan kosong termasuk objek wisata alami yang belum dikelola. Secara umum, objek dan daya tarik wisata yang ada di kecamatan Paloh merupakan aktivitas yang dapat menarik minat wisatawan untuk datang ke wilayah ini.

Adanya objek wisata di kecamatan Paloh memiliki pembeda khas dengan objek wisata di daerah lainnya. Objek-objek tersebut memiliki keunikan dan karakteristik serta atraksi wisata yang menarik. Keunikan yang ada dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata. Sehingga diperlukan adanya pengelolaan pada objek dan daya tarik wisata di wilayah ini.

Pengelolaan objek wisata diharapkan mampu mendorong peluang-peluang usaha baru bagi masyarakat di sekitarnya. Hal ini dimungkinkan apabila objek

-objek tersebut dikembangkan di kawasan potensial, di luar dari wilayah yang sudah berkembang saat ini. Sebagai contoh, pengembangan objek wisata Pantai Bayuan, Tanjung Bendera, Bayuan, Mauludin, dan Pantai Tanjung Datok yang dapat dijadikan wisata bahari.

Pengelolaan objek dan daya tarik wisata yang ada harus dapat dikelola dengan baik. Dalam kegiatan ekowisata, daya tarik wisata harus dikoordinasikan dalam suatu penyajian atraksi yang harmonis, didukung dengan latar belakang panorama keindahan alam yang ada. Sebab pengelolaan objek ini berhubungan erat dengan atraksi suatu kawasan tujuan wisata. Penyediaan ruang yang berkenaan dengan fasilitas, aktivitas, dan jalur sirkulasi di kawasan ekowisata

sangatlah penting, dengan penataan ruang yang memadai serta aksesibilitas menuju kawasan ekowisata yang menunjang, maka akan lebih menarik minat wisatawan.

Konsep ruang pada dasarnya diarahkan untuk menjaga dan mengatur ruang sesuai dengan pemanfaatannya. Ruang-ruang kawasan ekowisata di kecamatan Paloh disusun berdasarkan potensi ekowisata dan pola penggunaan lahan yang ada. Ruang yang dikembangkan di lokasi penelitian terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu ruang utama ekowisata, ruang pendukung ekowisata serta ruang penyangga.

Ruang Utama Ekowisata, merupakan ruang tempat berlangsungnya aktivitas ekowisata secara intensif. Ruang ini adalah ruang yang memanfaatkan serta mengembangkan potensi sumber daya alam berupa objek dan atraksi ekowisata bagi wisatawan untuk turut serta dalam melakukan aktivitas ekowisata.

Ruang Pendukung Ekowisata, merupakan ruang yang berfungsi memberikan pelayanan kepada wisatawan atas kelengkapan, kemudahan dan kenyamanan terhadap aktivitas ekowisata, serta mendukung konsep ekowisata yang diharapkan. Ruang pendukung ini terdiri dari ruang penerimaan, ruang pelayanan, ruang transisi, dan ruang masyarakat.

a. Ruang Penerimaan

Merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai wisatawan ketika memasuki kawasan ekowisata. Sebagai welcome area, ruang ini berfungsi memberikan identitas atau ciri khusus bagi kawasan ekowisata serta memberikan fungsi informasi bagi wisatawan sehingga dapat menarik minat wisatawan.

b. Ruang Pelayanan

Merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan bagi wisatawan berupa fasilitas umum ataupun jasa. Ruang ini terdapat memusat pada suatu lokasi yang dapat dengan mudah dicapai oleh wisatawan sebelum memasuki ruang utama ekowisata serta pada titik-titik tertentu dalam kawasan ekowisata. c. Ruang Transisi

Merupakan ruang persiapan di dalam kawasan menuju ruang utama ekowisata, serta sebagai penunjang aktivitas ekowisata pasif yang direncanakan di dalam kawasan ekowisata.

d. Ruang Masyarakat

Merupakan ruang kehidupan masyarakat yang terdapat di dalam kawasan ekowisata, sehingga dalam perencanaanya tidak mengabaikan ruang ini sebagai bagian dari total perencanaan. Pola kehidupan masyarakat menjadi potensi yang dapat dikembangkan sebagai objek ekowisata.

Ruang Penyangga, sebagai ruang yang berfungsi untuk menyangga (ruang konservasi) kawasan ekowisata terhadap aktivitas wisata serta untuk mempertahankan kelestarian lingkungan sekaligus mempertahankan fungsi kawasan sesungguhnya. Di dalam ruang ini tetap dikembangkan aktivitas wisata namun bersifat terbatas (non-intensif).

Sedangkan konsep sirkulasi ekowisata di kecamatan Paloh diarahkan pada orientasi ketersediaan objek dan atraksi wisata serta fasilitas yang ada dalam satu kesatuan yang utuh. Jalur sirkulasi yang direncanakan diharapkan dapat mengarahkan dan memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Selain itu jalur sirkulasi juga diharapkan dapat memberikan pengalaman dan gambaran ekowisata termasuk di dalamnya pengetahuan terhadap kehidupan masyarakat lokal. Perencanaan jalur sirkulasi ini diduga akan memberikan peluang yang tinggi dalam melihat banyak atraksi dan informasi serta memberikan peluang yang tinggi untuk meningkatkan waktu dan pengeluaran yang merupakan dua hal utama dalam merencanakan suatu jalur wisata (Gunn, 1994).

Berdasarkan pertimbangan kepentingan masyarakat dan pelestarian lingkungan, maka pengembangan kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh tetap mempertimbangkan faktor daya dukung kawasan, oleh sebab itu kawasan ini perlu dipilah-pilah dalam zona-zona yang berfungsi untuk menyalurkan keinginan masyarakat dengan masih memperhatikan aspek kesesuaian dan daya dukung kawasan. Arah pengembangan zona ekowisata di kecamatan Paloh terbagi dalam empat zona pengembangan, yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Zona I

Kawasan ini merupakan kawasan perkampungan yang cukup padat penduduk, tujuh dari delapan desa yang ada di kecamatan Paloh berada di kawasan ini sehingga aktivitas masyarakat disini cukup kompleks. Oleh sebab itu

zona ini diarahkan untuk mendukung kegiatan ekowisata di kecamatan Paloh. sehingga akan dikembangkan banyak fasilitas penunjang wisata di sini. Di antara fasilitas yang akan dikembangkan adalah pusat informasi wisata, rumah makan/restoran, penginapan/hotel, dermaga, motor air wisata, papan interpretasi wisata, dan pusat cenderamata. Selain itu kawasan ini juga difokuskan sebagai kawasan wisata budaya karena memang kawasan ini telah menjadi pusat pertunjukan budaya masyarakat Melayu pesisir di kecamatan Paloh, potensi ini dapat dikembangkan semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan fisik dan lingkungan sosial, tanpa mempengaruhi kelangsungan ekosistem di kecamatan Paloh secara menyeluruh. Kawasan ini juga dapat berfungsi sebagai alternatif lain dari kegiatan wisata di kecamatan Paloh terutama yang berkenaan dengan aktivitas harian masyarakat.

Zona II

Kawasan ini tersusun oleh hutan mangrove, hutan cemara laut, dan habitat penyu yang relatif masih belum terganggu oleh aktivitas manusia sehingga kawasan ini dijadikan sebagai kawasan ekowisata yang memiliki klasifikasi jenis aktivitas dan fasilitas yang terbatas (semi intensif) dan merupakan lokasi wisata konservasi dan edukasi sekaligus sebagai zona penyangga bagi kawasan ekowisata di kecamatan Paloh.

Dasar pertimbangan penentuan lokasi ini sebagai lokasi wisata konservasi adalah: 1. Kawasan hutan mangrove, hutan cemara laut, dan habitat penyu merupakan

kawasan konservasi yang perlu dijaga kelestarian dan kelanggengan ekosistemnya.

2. Kondisi kawasan hutan sudah sangat memperihatinkan akibat dari kebakaran hutan, perburuan binatang, penebangan liar, dan perambahan hutan.

3. Penggunaan lahan yang dominan disini adalah hutan pantai yang relatif belum terganggu oleh aktivitas masyarakat sehingga dapat memperlihatkan proses pembelajaran pada sebagian wisatawan atas kerusakan dan kelanggengan suatu ekosistem.

4. Kawasan hutan mangrove dapat dijadikan model wisata edukatif bagi wisatawan dan masyarakat setempat akan arti penting pelestarian hutan

mangrove, sedangkan kawasan objek wisata Pantai Selimpai dan Pantai Tanjung Kemuning dapat dimanfaatkan secara semi intensif dengan penanaman modal guna menambah atraksi wisata tanpa menggangu ekosistem yang ada.

Sehubungan dengan itu, zona II ini ditujukan untuk wisatawan dalam jumlah terbatas misalnya untuk wisatawan pemerhati lingkungan yang sekedar menikmati pemandangan dan keindahan alam kawasan hutan mangrove dan cemara laut serta pengamatan satwa penyu atau melakukan aktivitas wisata yang tidak merusak alam seperti berkemah, memancing, dan berfoto. Dengan pentingnya peranan zona ini, maka diharapkan agar meminimalkan faktor-faktor yang menggangu kelestarian alam seperti adanya pencemaran dan perusakan lingkungan yang semuanya dapat menggangu ekosistem hutan mangrove, hutan cemara laut, dan habitat penyu.

Zona III

Kawasan ini merupakan kawasan tanpa penghuni yang terdapat di desa Sebubus dan Temajuk dengan penggunaan lahan dominan hutan sekunder. Kawasan ekowisata ini memiliki tiga objek wisata yaitu Pantai Sungai Belacan, Pantai Bayuan, dan Pantai Tanjung Bendera. Kawasan ini dijadikan sebagai ruang utama kegiatan ekowisata yang menonjolkan aspek sumber daya alam pesisir di kecamatan Paloh dan bersifat intensif, hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa:

1. Apabila penjagaan faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada kerusakan lingkungan dapat dieliminir maka kondisi kawasan pantai secara keselurhan dapat menampung jumlah wisatawan dalam skala cukup besar tidak mempengaruhi kondisi ekosistem secara langsung.

2. Pemanfaatan kawasan wisata pantai dapat diintensifkan dengan penanaman modal guna menambah atraksi wisata tanpa menggangu ekosistem di kecamatan Paloh secara keseluruhan.

Dengan konsep ekowisata pesisir berbasis masyarakat, pengembangan daerah ekowisata intensif dapat diarahkan dengan perencanaan aktivitas dan fasilitas wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dengan

memanfaatkan ruang yang lebih ramah lingkungan. Dengan demikian pengembangan kawasan ekowisata intensif dapat sejalan dengan upaya pelestarian lingkungan.

Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di sini meliputi aktivitas snorkeling, diving, berenang, memancing, mengamati satwa/ekosistem, dan menikmati keindahan alam. Sedangkan fasilitas yang akan dikembangkan pada zona ini berupa rumah makan, rest room dan toilet, papan interpretasi wisata, dan pemandu wisata.

Zona IV

Kawasan ini berada di desa Temajuk yang memiliki kawasan pantai terbuka yang cukup luas dan sebagian wilayahnya menjadi perkampungan masyarakat nelayan desa Temajuk sehingga sebagian zona ini diarahkan untuk kawasan desa wisata, terdapat objek wisata Pantai Camar Bulan, Pantai Mauludin, dan Pantai Tanjung Datok di zona ini.

Sama halnya seperti zona III, bahwa kawasan ini juga dijadikan sebagai ruang utama dengan mengedepankan aspek sumber daya alam dan budaya. Zona IV ini merupakan kawasan ekowisata yang berklasifikasi intensif, hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa:

1. Aktivitas wisata yang mengarah pada kerusakan lingkungan dapat diantisipasi dengan peningkatan peran serta masyarakat lokal.

2. Pemanfaatan kawasan wisata pantai dan bahari dapat diintensifkan dengan penanaman modal guna menambah atraksi wisata tanpa menggangu ekosistem di kecamatan Paloh secara keseluruhan.

Aktivitas wisata yang dapat dilakukan disini meliputi aktivitas photo hunting, diving, snorkeling, berenang, berperahu, memancing, mempelajari ekosistem, menikmati keindahan alam melalui menara pandang, dan menyaksikan kehidupan sosial budaya masyarakat lokal. Sedangkan fasilitas yang akan dikembangkan pada zona ini berupa dek lokasi photo hunting, menara pandang, rumah makan, rest room dan toilet,homestay, papan interpretasi wisata, dermaga, motor air wisata, dan pemandu wisata.

Agar kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh dapat berfungsi dengan baik, maka perkembangan kegiatan ekowisata haruslah diiringi dengan penataan lanskap kawasan ekowisata yang baik pula. Berdasarkan hasil analisis data yang didukung oleh hasil pemetaan partisipatif yang dilakukan masyarakat maka disusunlah peta pembagian ruang kawasan ekowisata yang kemudian dikembangkan dalam rencana pengembangan kawasan ekowisata pesisir berbasis masyarakat di kecamatan Paloh seperti yang terlihat pada Gambar 8 dan 9.

BAB VI