METODE PENELITIAN
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
2. Pengembangan Instrumen Penelitian
a). Penyusunan Checklist dan Pedoman Observasi Tanggung Jawab
Dalam penelitian ini teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data utama yang digunakan untuk mengamati perilaku karakter tanggung jawab anak. Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terutama mata. Observasi merupakan alat utama yang digunakan oleh peneliti dan ahli klinis yang digunakan dalam asesmen masalah-masalah perilaku, sosial, dan emosi anak. Pelaksanaan observasi perilaku secara langsung (direct behavioral observation) merupakan suatu prosedur dimana observer mengembangkan target perilaku yang diamati sesuai dengan definisi operasional yang dikembangkan, mengamati subjek, dan mencatat secara sistematis perilaku tersebut (Merrel, 2003). Proses observasi dapat difokuskan pada frekuensi, kenampakan, dan kesiapan perilaku tersebut muncul untuk dapat diamati (Miller, 1998).
Observasi digunakan dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan beberapa alasan, sebagai berikut: (a) anak sebagai subjek penelitian belum memiliki kemampuan untuk melakukan retrospeksi secara mendalam; (b). anak usia 6-7 tahun di kelas satu SD masih berada dalam tahap perkembangan berpikir tingkat operasional konkrit (Piaget dalam Santrock, 2002), hal ini menyebabkan anak belum mampu berpikir abstrak dan mampu menjawab pertanyaan atau menuliskan jawaban tentang nilai-nilai karakter yang ada dalam diri mereka dengan gamblang. Pernyataan-pernyataan tentang nilai karakter relatif bersifat abstrak dan sulit untuk dipahami anak-anak, sehingga kemungkinan untuk melakukan pengumpulan data melalui proses wawancara dan angket terhadap anak kurang efisien; c). tanggung jawab tercermin dalam berbagai indikator perilaku yang dapat diamati. Kondisi ini mendukung metode pengamatan sebagai salah satu teknik pengumpulan data yang tepat untuk digunakan.
Berdasar seting pengamatan yang dilakukan, penelitian ini menggunakan pengamatan langsung dalam seting alamiah (naturalistic observation). Seting alamiah ditandai dengan adanya pencatatan perilaku yang diamati dalam seting
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
102
alamiah (Merrell, 2003). Proses pengamatan perilaku dilakukan dalam seting lingkungan sekolah baik saat anak berada di dalam kelas, di halaman sekolah, masjid, perpustakaan, dan tempat-tempat di sekitar sekolah. Pengamatan dilakukan terhadap perilaku tanggung jawab anak baik saat anak sendiri maupun selama anak berinteraksi dengan teman, guru, dan semua pihak yang berada di sekolah. Guna mengatasi kemungkinan subjek penelitian menunjukkan perilaku berbeda karena merasa diobservasi, observer akan dikenalkan terlebih dahulu sebelum pengamatan dimulai dan terlibat secara langsung dalam kegiatan anak selama di sekolah. Keikutsertaan observer dalam setting untuk mengobservasi disebut sebagai observasi partisipan (Miller, 1998).
Cara pengumpulan data observasi dilakukan dengan pencatatan checklist yaitu suatu pencatatan dengan menggunakan daftar aspek perilaku yang telah dipilih untuk diobservasi sehingga pengamat dapat mencatat dengan mudah perilaku yang tampak (Irwin dan Bushnell, 1980). Prosedur pencatatan selama proses pengamatan dilakukan dengan pendekatan time sampling yaitu pengamatan yang dilakukan dengan memfokuskan pada sedikit perilaku khusus yang telah didefinisikan dengan baik dengan menggunakan checklist atau coding system, kemudian observer melakukan pengamatan dalam setiap periode waktu tertentu yang dipisahkan dalam unit-unit waktu (Miller, 1998; Beaty, 2008).
Selain checklist, observer juga diberi pedoman observasi untuk memudahkan pemahaman mengenai daftar perilaku yang tercantum di dalam
checklist. Penilaian terhadap tanggung jawab anak dilakukan secara langsung dari
hasil total frekuensi perilaku tanggung jawab anak yang muncul dari hasil pengamatan.
Observasi sebagai prosedur yang sistematis mensyaratkan adanya pencatatan selama proses pengamatan. Peneliti mengembangkan metode pencatatan dengan menggunakan daftar centang (checklist) sebagai metode pencatatan hasil observasi. Menurut Beaty (2008) checklist merupakan daftar sifat atau perilaku spesifik yang ditata dalam urutan logis. Pengamat harus memberi tanda ada atau tidak ada perilaku saat pengamatan. Checklist dipandang efisien dalam pencatatan observasi
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
103
karena memudahkan observer untuk mengetahui perilaku-perilaku yang diamati secara cepat, sederhana, dan memudahkan interpretasi.
Terdapat beberapa prosedur yang peneliti lakukan dalam mengembangkan instrumen penelitian berupa checklist dan pedoman observasi, sebagai berikut.
1). Kisi-kisi Instrumen Checklist Observasi
Kisi-kisi instrumen checklist observasi perilaku tanggung jawab anak di sekolah dikembangkan berdasar studi pendahuluan dan literatur yang mengacu pada teori Lickona mengenai tanggung jawab, yang kemudian dirumuskan dalam definisi operasional variabel penelitian. Merujuk pada definisi operasional tersebut diperoleh aspek-aspek dan indikator variabel penelitian, kemudian dijabarkan butir-butir perilaku yang menunjukkan tanggung jawab anak di sekolah.
Daftar butir perilaku tanggung jawab diperoleh dari hasil observasi langsung di lapangan yang sebelumnya dilakukan melalui teknik pengumpulan data observasi partisipan dengan pencatatan narasi. Selain itu, daftar perilaku tanggung jawab juga diperoleh dari hasil wawancara serta FGD dengan sejumlah guru kelas satu sebelum penelitian dimulai. Proses pengumpulan data kualitatif dalam studi pendahuluan dilakukan untuk mengembangkan instrumen penelitian berupa
checklist observasi perilaku tanggung jawab anak dan mengetahui karakteristik
anak yang kurang bertanggung jawab menurut perspektif guru. Berdasar FGD yang telah dilakukan, peneliti memperoleh sejumlah subjek yang menurut pengamatan guru memiliki tanggung jawab rendah selama di sekolah yang ditandai dengan perilaku tidak taat aturan, sering tidak mengerjakan tugas, tidak memperhatikan guru saat pelajaran, jalan-jalan di dalam kelas dan mengganggu proses pembelajaran, membuang sampah sembarangan, tidak bersegera saat waktu sholat, melakukan tugas piket harus diingatkan beberapa kali, tidak membawa atribut kelengkapan sekolah (ID card, dasi, ikat pinggang, topi), datang terlambat, tidak menyerahkan surat undangan atau pemberitahuan ke pada orangtua. Selain FGD, dilakukan pula wawancara dengan guru kelas satu dan wali kelas. Tujuan utama dalam wawancara pra penelitian adalah untuk memperoleh data mengenai persepsi guru terhadap berbagai jenis perilaku tanggung jawab anak di sekolah. Hasil
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
104
wawancara awal ini mendapatkan sejumlah perilaku tanggung jawab anak menurut guru sebagai berikut: (1). Tanggung jawab merupakan sesuatu yang harus dikerjakan; (2) Dapat menyelesaikan tugas yang diberikan; (3) Memakai atribut sekolah dengan lengkap dan rapi.; (4) Mengerjakan tugas dengan tepat waktu; (5) Mengerjakan PR; (6) Mengerjakan tugas di kelas; (7) Anak menyampaikan surat atau pesan dari guru kepada orangtua; (8) Melaksanakan piket kelas; (9) Sholat tepat waktu; (10) Mengerjakan tugas tanpa harus disuruh; (11) Anak yang bertanggung jawab ikut terlibat dalam pengawasan terhadap teman yang lain, jika ada yang melakukan perilaku yang melanggar aturan tanpa diminta akan melapor ke guru; (12) Membuang sampah pada tempatnya; (13) Datang ke sekolah tepat waktu.
Selain hasil FGD dan wawancara dengan guru, peneliti juga melakukan observasi partisipan selama anak berada di sekolah untuk mengetahui jenis-jenis perilaku tanggung jawab yang ditunjukkan anak kelas satu SD. Berdasar hasil pengamatan diperoleh beberapa bentuk perilaku tanggung jawab anak di sekolah sebagai berikut: datang sekolah tepat waktu, mengerjakan tugas tepat waktu, mengumpulkan PR, menaati aturan yang ditetapkan guru, fokus pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, merawat benda yang dimiliki dan mengembalikan barang yang dipinjam dari teman dengan baik, melaksanakan tugas piket kelas, segera ke masjid untuk sholat, tertib dalam melaksanakan sholat, membuang sampah pada tempatnya, menjaga kerapian dan kebersihan barang pribadinya, bermain dengan gembira dan tidak menyakiti/mengganggu teman, mengikuti aturan main dalam permainan bersama, menunjukkan keperdulian dengan apa yang dilakukan teman (contoh: teman berkelahi lalu melapor kepada bu guru), meminta maaf saat berbuat salah kepada teman, dan mengerjakan apa yang diminta oleh guru dengan baik.
Berdasar hasil FGD dan observasi kualitatif tersebut, peneliti memperoleh beragam perilaku tanggung jawab anak yang akan disusun dalam checklist observasi sebagai instrumen penelitian dalam proses pengumpulan data kuantitatif mengenai tanggung jawab anak sebelum dan sesudah eksperimen dilakukan.
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
105
Pengembangan checklist observasi melalui proses ini diharapkan dapat meningkatkan validitas content checklist observasi yang digunakan. Daftar perilaku dari hasil observasi dan wawancara kualitatif yang peneliti peroleh kemudian dikelompokkan sesuai teori dimensi karakter menurut Lickona yang terdiri dari dimensi pribadi dan sosial. Pengelompokan perilaku sesuai dimensi karakter menurut Lickona dilakukan untuk meningkatkan validitas construct observasi. Hasil pengelompokan tersebut disusun dalam kisi-kisi checklist observasi sebagai berikut.
Tabel 3.5. Kisi-kisi Insrumen Checklist Observasi Tanggung Jawab
N O
ASPEK TANGGUNG
JAWAB
SUB ASPEK PERILAKU Total
1 PRIBADI
a. Mengutamakan hal yang penting
1) Menjaga keselamatan diri. 2) Mengerjakan soal sendiri tanpa mencotek teman. 3) Membuat keputusan yang baik. 4) Memanfaatkan waktu dengan baik. 5) Belajar dengan sungguh –sungguh. 6) Makan dan minum
sesuai waktu yang ditetapkan.
7) Menjaga kerapian dan
kebersihan diri. 22
b. Melaksanakan kewajiban
1) Sholat tepat waktu. 2) Mengerjakan PR tepat waktu. 3) Datang ke sekolah tepat waktu. 4) Menyelesaikan tugas dengan baik. 5) Fokus memperhatikan penjelasan guru. 6) Membereskan barang pada tempatnya. 7) Menjaga kerapian dan
kebersihan barang yang dimiliki.
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
106
8) Tertib saat sholat. 9) Mengaji dengan sungguh-sungguh. 10)Serius dan sungguh-sungguh mengerjakan tugas kelas (piket). 11)Memakai atribut sekolah dengan lengkap dan rapi.
c. Mencoba melakukan sesuatu dengan berbagai cara 1) Mengerjakan tugas tanpa disuruh. 2) Meminta bimbingan saat membutuhkan. 3) Mengajukan
pertanyaan saat tidak tahu. 4) Menyelesaikan tugas kelompok dengan kreatif. SOSIAL a. Merespon sesuai apa yang diinginkan orang lain
1) Antri saat menunggu giliran.
2) Tidak marah saat teman berbuat salah. 3) Menghargai teman
saat bermain.
4) Menahan diri untuk tidak
memukul/meyakiti teman saat berselisih paham.
5) Berbicara sopan kepada teman dan guru.
6) Mengikuti aturan main dan tidak curang. 7) Menerima kesalahan
diri/tidak
menyalahkan orang lain.
8) Meminta maaf saat merasa bersalah. 9) Meminjam barang
teman dengan meminta ijin.
10)Merawat benda yang dipinjam dari teman dengan baik.
22 2
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
107 11)Menjaga kesepakatan bersama b. Perduli dan perhatian kepada orang lain. 1) Menghibur teman yang sedang sedih. 2) Meminjami teman
barang yang dibutuh. 3) Berbagi makanan/minuman. 4) Meringankan beban dan memberi yang terbaik. 1) Membantu teman yang membutuhkan. 2) Membantu guru yang
sedang kerepotan (menghapus papan tulis, membawakan bawaan guru, membantu guru membagikan sesuatu). 3) Berpartisipasi aktif dalam tugas kelompok. 4) Menjadikan dunia/lingkungan menjadi lebih baik 1) Menjaga kerapian lingkungan. 2) Membuang sampah pada tempatnya. 3) Merawat tanaman yang ada di sekitarnya. e. Berkorban. 1) Mengalah saat bermain. 2) Merelakan miliknya untuk teman/orang lain (infak).
Berdasar kisi-kisi instrumen tersebut disusun checklist dan pedoman observasi perilaku tanggung jawab anak di sekolah. Susunan checklist observasi perilaku tanggung jawab anak dalam bentuk lembar observasi yang berisi: aspek nilai karakter tanggung jawab, deskripsi perilaku tanggung jawab yang diuraikan dalam aitem-aitem perilaku, kolom yang digunakan untuk mencatat frekuensi kemunculan perilaku setiap 10 menit sekali, kolom total untuk menjumlah frekuensi perilaku yang muncul pada tiap-tiap aitem dalam lima skala (tidak
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
108
pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan sangat sering). Skala yang digunakan diberi nilai 1-5 (tidak pernah = 1; jarang = 2; kadang-kadang = 3; sering = 4; selalu = 5), kolom catatan yang digunakan untuk mencatat tambahan informasi hasil pengamatan terhadap perilaku tanggung jawab anak yang bersifat kualitatif baik mengenai perilaku anak maupun konteks lingkungan di sekitar anak selama observasi berlangsung, yang tidak terangkum dalam daftar checklist perilaku. Kolom catatan ini diberikan sebagai salah satu cara untuk meminimalkan kelemahan metode checklist yang bersifat tertutup.
Selain checklist observasi, disusun pedoman observasi untuk mempermudah observer dalam memahami daftar perilaku yang terdapat di checklist observasi sehingga diharapkan observer memiliki pemahaman yang sama mengenai daftar perilaku yang ada. Tujuan pembuatan pedoman observasi juga dilakukan untuk meningkatkan reliabilitas observasi (Merrel, 2003). Pedoman observasi terdiri dari: daftar perilaku tanggung jawab anak dan definisi operasional atau keterangan yang menjelaskan masing-masing aitem perilaku dalam daftar checklist observasi.
2). Penimbangan Instrumen
Penimbangan instrumen dilakukan oleh dua orang pakar Bimbingan dan Konseling serta satu orang psikolog perkembangan anak. Tujuan penimbangan instrumen (professional atau expert judgement) adalah untuk memenuhi validitas isi (content validity). Validitas isi diperoleh dengan menganalisa aspek atau unsur suatu konsep secara teoritis. Menurut Azwar (2003), validitas isi diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional ataupun melalui professional
judgement. Guna lebih meningkatkan validitas isi, daftar perilaku yang terdapat
dalam checklist observasi dikembangkan berdasar pengamatan partisipasi awal terhadap perilaku tanggung jawab anak di kelas satu dengan pencatatan secara naratif. Selain diperoleh dari hasil pengamatan awal, daftar perilaku juga diperoleh dari hasil wawancara dan FGD dengan guru-guru kelas yang berjumlah empat orang. Setelah peneliti memperoleh sejumlah daftar perilaku tanggung jawab anak di sekolah, kemudian dikelompokkan sesuai teori Lickona mengenai dimensi
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
109
tanggung jawab dan diuraikan sesuai dengan bentuk-bentuk indikator perilaku tanggung jawab anak. Dua komponen tanggung jawab meliputi tanggung jawab pribadi dan sosial.
Proses penimbangan instrumen dilakukan oleh dua ahli Bimbingan dan Konseling, yaitu Dr. Collete Dollarhide (doktor dalam bidang Bimbingan dan Konseling Ohio State University), Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N (Guru Besar dalam bidang Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia), serta Anggreswari Ayu Dhamayanti (pakar bidang Psikologi Perkembangan Anak yang bekerja sebagai dosen di STIKES Ahmad Yani Yogyakarta dan menjadi pengelola PAUD Ahsanu Amala Yogyakarta). Setelah checklist observasi ditelaah oleh para penimbang terdapat beberapa aitem perilaku tanggung jawab yang menurut penimbang kurang tepat, baik secara konstruk maupun bahasa. Revisi dilakukan sesuai saran yang diberikan oleh para penimbang. Revisi tersebut sebagai berikut.
Tabel 3.6. Perubahan Instrumen Berdasar Saran Penimbang Nama Penimbang Aspek/Indikator Sebelum direvisi Setelah direvisi Dr.Collete Dolarhide 1.Aspek tanggung jawab Perpaduan dari beberapa teori (Lickona; Lynda dan Eyre)
Fokus pada satu teori. 2.Indikator perilaku tanggung jawab Seting perilaku ada yang di rumah dan sekolah. Fokus pada perilaku tanggung jawab dalam seting sekolah. 3.Cara perhitungan perilaku Skoring berdasar frekuensi kemunculan perilaku. Skoring memuat kualitas yang disimpulkan dalam lima kategori (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, dan sangat sering)
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
110 Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd 1.Aspek tanggung jawab Penjabaran aspek dan sub aspek dimuat dalam kolom yang berbeda.
Penjabaran aspek dan sub aspek dimuat
berdampingan untuk lebih memudahkan observer dalam mengkaitkan aspek dengan sub aspek yang dimaksud. Anggreswari Ayu, M.Si.,Psi 1.Aspek tanggung jawab Penjabaran aspek dalam sub aspek masih tidak dibedakan antara dimensi pribadi dengan dimensi sosial. Sub aspek dipisahkan untuk masing-masing aspek tanggung jawab. 2.Penjabaran indikator
Sub aspek tidak selalu terwakili oleh perilaku secara rinci
Setiap sub aspek terwakili oleh aitem perilaku tanggung jawab.
Ada beberapa sub aspek yang memiliki perilaku sama.
Masing-masing sub aspek diamati dalam perilaku yang berbeda. 3.Seting pengamatan Pengamatan lebih banyak difokuskan pada perilaku di dalam kelas. Pengamatan mencakup berbagai perilaku dalam seting sekolah baik dalam proses pembelajaran
maupun istirahat dan kegiatan lain.
Setelah checklist observasi diperbaiki sesuai masukan para penimbang, selanjutnya dilakukan uji instrumen aitem-aitem checklist obsevasi oleh para observer dengan menghadirkan dua observer untuk melakukan uji keterbacaan. Masing-masing observer melakukan pengamatan terhadap anak kelas satu SD, setelah menyelesaikannya para observer diajak berdiskusi dan diminta memberi
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
111
masukan terhadap butir-butir aitem perilaku yang dianggap masih membingungkan dan rancu dengan perilaku yang lain. Hasil diskusi dijadikan sebagai bahan masukan untuk perbaikan butir aitem observasi dan pemberian keterangan operasional dalam pedoman observasi.
3). Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Penggunaan teknik observasi digunakan sebagai asesmen utama penelitian memiliki banyak kelebihan, namun terdapat beberapa keterbatasan dan masalah yang dapat terjadi dalam penggunaan observasi sebagai alat pengumpul data. Keterbatasan observasi dapat terjadi baik berasal dari observee berupa perubahan perilaku karena mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi, maupun berasal dari bias observer. Guna mengatasi keterbatasan yang berasal dari observee maka sebelum penelitian dimulai observer telah dikenalkan beberapa hari sebelum pelaksanaan observasi dilakukan. Hal ini diharapkan dapat membiasakan observee (siswa) akan keberadaan observer dalam lingkungan sehari-hari selama siswa berada di sekolah, serta dengan tidak mengungkapkan tentang hipotesis penelitian dan subjek-subjek yang terbagi dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen (Miller, 1998). Kedua hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan validitas observasi serta telah diperkuat pula dengan adanya peran para penimbang (expert
jugdement) yang telah menyatakan bahwa daftar perilaku yang diamati telah
mencerminkan nilai karakter tanggung jawab yang diteliti. Hasil expert judgement merupakan validitas kontruk. Sedangkan content validity atau validitas isi yang dikembangkan dalam menyusun checklist observasi dilakukan dengan penyusunan daftar perilaku tanggung jawab berdasar hasil pengamatan awal terhadap perilaku-perilaku anak dan hasil wawancara dengan guru-guru mengenai indikator perilaku tanggung jawab. Berdasar daftar perilaku yang diperoleh, kemudian dikembangkan checklist observasi yang sesuai dengan teori Lickona.
Content validity digunakan untuk memastikan bahwa masing-masing aitem pada
suatu alat ukur telah mencakup seluruh domain isi yang hendak diukur dan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur sesuai dengan keperilakuannya (Azwar,
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
112
2012).
Reliabilitas observasi berkaitan dengan konsistensi dalam pengamatan (Miller,1998). Konsistensi antar rater untuk dapat mengamati perilaku dengan interpretasi yang sama merupakan kunci reliabilitas dalam observasi. Peningkatan reliabilitas observasi dapat dilakukan dengan cara mengatasi bias observer dalam penelitian ini yaitu dengan membuat skoring yang spesifik disertai dengan pedoman observasi yang menjabarkan tentang berbagai perilaku yang dimaksud, sehingga para observer memiliki pemahaman yang sama mengenai daftar perilaku yang dimaksud. Selain membuat pedoman observasi, reliabilitas dapat diukur dengan menghitung test-retest reliability dan internal consistency
reliability. Menurut Azwar (2012), interrater reliability merupakan teknik
reliabilitas yang dilakukan oleh beberapa orang rater agar dapat meminimalkan pengaruh subjektivitas dalam pemberian skor. Dalam penelitian ini interrater dilakukan sebelum proses pengumpulan data dimulai. Masing-masing rater mengamati anak yang sama tanpa diketahui oleh anak yang diamati. Berdasar hasil interrater diperoleh korelasi yang signifikan antara rater satu dengan rater yang lain, dengan koefisien korelasi berkisar antara 0,785 sampai dengan 0.998 dengan tingkat signifikansi p < 0.05.
Validitas pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan teknik triangulasi data (data triangulation) yaitu penggunaan beberapa sumber data dan bukti dari situasi yang berbeda serta triangulasi metodologi (methodological triangulation) yaitu pemeriksaan konsistensi temuan yang dihasilkan oleh metode pengumpulan data yang berbeda seperti menggabungkan data wawancara dengan data observasi. Jika masing-masing temuan memiliki kesimpulan yang sama maka validitas ditegakkan (Creswell, 2010; Moloeng, 2004). Dalam penelitian ini, validitas data dilakukan melakukan wawancara dan FGD dengan melibatkan guru dan orang tua.
4). Prosedur Pelaksanaan Observasi
Observer yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa Bimbingan dan Koseling serta Pendidikan Guru PAUD FKIP Universitas Muhammadiyah
Riana Mashar, 2015
TEKNIK KONSELING METAFORA UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB SISWA USIA 6-7 TAHUN DI KELAS 1 SD MUHAMMADIYAH 1 ALTERNATIF KOTA MAGELANG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
113
Magelang yang telah mendapat mata kuliah Pemahaman Individu (observasi dan wawancara) dan Deteksi Dini Perkembangan Anak. Diasumsikan mahasiswa yang telah lulus mata kuliah tersebut telah memiliki kemampuan dan ketrampilan melakukan pengamatan terhadap anak. Sebelum pelaksanaan observasi dimulai, para observer yang berjumlah 10 mahasiswa dan peneliti sendiri (total observer