• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

2.2 Kajian Pustaka

2.2.6 Pengembangan Materi Modul Sempoa .1Pengertian Modul

mengajarkan sesuai dengan konsep yang ada, menuntut cara kerja yang teratur karena urutan mudah kacau, memerlukan penataan dan kejelian yang cukup dalam penggunaan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan kekurangan sempoa yaitu sempoa hanya unggul dalam perhitungan dasar, namun sulit dalam operasi yang rumit seperti logaritma dan matematika yang rumit lainnya, dan memerlukan penataan dan kejelian yang cukup dalam penggunaan.

2.2.6 Pengembangan Materi Modul Sempoa 2.2.6.1Pengertian Modul

Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sesuai usia dan tingkat pengetahuan mereka agar mereka dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik (Prastowo, 2012). Menurut Sukiman (2011) menyatakan bahwa modul adalah bagian kesatuan belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya. Siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menguasai materi. Sementara itu, siswa yang memiliki kecepatan rendah dalam belajar bisa belajar lagi dengan mengulangi bagian-bagian yang belum dipahami sampai paham. Menurut Susilana dan Riyana

21

(2008), modul merupakan suatu paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa untuk kepentingan belajar siswa. Pendekatan dalam pembelajaran modul menggunakan pengalaman siswa.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa modul merupakan paket program yang disusun dan didesain sedemikian rupa sebagai bahan belajar mandiri untuk membantu siswa menguasai tujuan belajarnya. Oleh karena itu, siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. 2.2.6.2Karakteristik Modul

Modul yang dikembangkan harus memiliki karakteristik yang diperlukan agar mampu menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi penggunannya. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2003 (dalam Lestari, 2013), modul yang akan dikembangkan harus memperhatikan lima karaktersistik sebuah modul yaitu self instruction, self contained, stand alone, adaptif,

dan user friendly.

a. Self Instruction, siswa dimungkinkan belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Self Intruction dapat terpenuhi jika modul tersebut: memuat tujuan pembelajaran yang jelas; materi pembelajaran dikemas dalam unit-unit

22

kegiatan yang kecil/spesifik; ketersediaan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya; kontekstual; bahasanya sederhana dan komunikatif; adanya rangkuman materi pembelajaran; adanya instrumen penilaian mandiri (self assessment); adanya umpan balik atas penilaian siswa; dan adanya informasi tentang rujukan.

b. Self Contained, seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Karakteristik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajran secara tuntas.

c. Stand Alone, modul yang dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. Siswa tidak perlu bahan ajar lain untuk mempelajari atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.

d. Adaptif, modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fleksibel/luwes digunakan diberbagai perangkat keras (hardware). Modul yang adaptif adalah jika modul tersebut dapat digunakan sampai kurun waktu tertentu.

e. User Friendly (bersahabat/akrab), modul memiliki instruksi dan paparan informasi bersifat sederhana, mudah dimengerti,

23

serta menggunakan istilah yang umum digunakan. Penggunaan bahasa sederhana dan penggunaaan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk user friendly.

Selain itu, karakteristik modul menurut Herawati (2013) yaitu sebagai berikut :

a. Didahului oleh pernyataan sasaran belajar.

b. Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat mengaktifkan partisipasi siswa.

c. Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan.

d. Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran.

e. Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik modul yaitu self instruction (siswa dapat belajar secara mandiri), self contained (seluruh materi termuat dalam modul), stand alone (modul tidak tergantung bahan ajar yang lain), adaptif (modul fleksibel/luwes digunakan), user

friendly (penggunaan bahasa sederhana), mengaktifkan

24 2.2 Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

Cahya dan Mahmudah (2013) melakukan penelitian yang berjudul

Peranan Media Sempoa dalam Menstimulasi Kemampuan Konsep Bilangan

dan Lambang Bilangan Anak Usia 4-5 Tahun di Taman Kanak-Kanak Putera

Harapan. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan penelitian ini adalah model Miles and Huberman. Hasil penelitian ini terlihat bahwa 8 anak sudah mulai menunjukkan kemampuannya dalam membilang dan melambangkan dengan menggunakan media sempoa. Sedangkan 2 anak yang lain masih memerlukan bimbingan dalam kemampuan konsep bilangan dan mengenal lambang bilangan. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan bilangan dan mengenal lambang bilangan anak di TK Putera Harapan Gresikan Surabaya mengalami peningkatan melalui stimulasi menggunakan media sempoa.

Darjiani, Meter, dan Agung Oka (2015) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kesulitan-Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar

Tahun Pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian gabungan kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian ini adalah tes dan wawancara. Teknik analisis data yang

25

digunakan penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil tes diagnostik didapat siswa yang melakukan kesalahan dalam pengerjaan soal adalah 49,25 persen, dengan jenis kesulitan tertinggi adalah kesulitan dalam keterampilan berhitung (14,23%) kesulitan dalam aspek konsep (8,65%), kesulitan dalam aspek pemecahan masalah (7,26%), kesulitan dalam dua aspek sekaligus yakni konsep dan keterampilan berhitung (4,93%), kesulitan dalam aspek konsep dan pemecahan masalah (0,90%), kesulitan dalam aspek keterampilan berhitung dan pemecahan masalah (4,70%), dan kesulitan dalam tiga aspek sekaligus atau kesulitan kompleks (8,37%).

Nurmalasari (2013) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Sempoa Terhadap Kreativitas Siswa dan Prestasi Belajar

Matematika Siswa di SD N II Karangrejo. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian ini adalah tes dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan penelitian ini adalah model Spiral dari Kemmis dan Mc Taggart. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam penggunaan sempoa terhadap kreativitas dan hasil belajar siswa atau dengan kata lain ada pengaruh penggunaan sempoa terhadap kreativitas dan hasil belajar siswa. Hal itu ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar rata-rata siswa pada tiap siklusnya. Peningkatan hasil belajar rata-rata siswa pada siklus I sebesar 15,71 dari kondisi awal 50 meningkat menjadi 65,71 dan pada siklus II meningkat sebesar 8,57 dari 65,71 pada siklus I menjadi 74,28.

26

Dokumen terkait