• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

13. Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan

Ada 5 (lima) indikator dalam kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang masuk dalam harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, dirinci pada tabel berikut:

Tabel 56

Pencapaian Target Perjanjian Kinerja

Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Tahun 2017 No Sasaran

Kegiatan Indikator

2016 2017

Target Realisasi % Target Realisasi %

1 Terselenggaranya Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS) Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) (dalam juta)

92,4 Juta Jiwa 91,13 Juta Jiwa 98,6 92,4 Juta Jiwa 92,3 Juta Jiwa 99,9 2 Perumusan pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN 2 Dok 2 Dok 100

Laporan Kinerja (LKJ) 117 JKN yang ditetapkan 3 Perumusan pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotive dan preventif di puskesmas Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas 1 Dok 1 Dok 100 4 Skema pembiayaan melalui kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan. Jumlah skema pembiayaan melalui ppp kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang dihasilkan 1 Dok 1 Dok 100 5 Dihasilkannya bahan kebijakan teknis Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) 1) Jumlah hasil kajian/monev pengem bangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS 10 10 100 5 10 200 2) Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan 2 2 100 2 2 100

Penjelasan lebih detil untuk kelima indikator tersebut sebagai berikut:

1) Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan

dalam JKN

Capaian dari indikator diperoleh dari jumlah dokumen yang menjadi acuan dalam secondary prevention. Penyusan pedoman deteksi dini faktor resiko riwayat kesehatan pada Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan penyakit tiroid.

Target pada tahun 2017 adalah 2 dokumen dan capaiannya adalah 2 dokumen atau 100%. Dua (2) dokumen tersebut adalah:

a. Pedoman Deteksi Dini Faktor Risiko Diabetes Mellitus bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Pedoman ini akan menjadi acuan FKTP untuk melaksanakan deteksi dini penyakit diabetes mellitus. Sasaran deteksi dini adalah peserta JKN. Peserta dengan risiko sedang dan tinggi akan dilakukan pemeriksaan lanjutan.

Laporan Kinerja (LKJ) 118 b. Pedoman Deteksi Dini Faktor Risiko Hipertensi bagi Peserta Jaminan

Kesehatan Nasional di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

Pedoman ini juga akan menjadi acuan FKTP untuk melaksanakan deteksi dini hipertensi. Sasaran deteksi dini adalah peserta JKN. Peserta dengan risiko rendah akan mendapatkan edukasi untuk mencegah hipertensi dan pelaksanaan deteksi dini dilakukan setiap tahun. Peserta dengan risiko sedang dan tinggi akan dilakukan pemeriksaan lanjutan.

Berikut permasalahan pada penyusunan 2 (dua) dokumen ini, yaitu: 1. Daftar pertanyaan yang perlu ditinjau ulang.

2. Aplikasi skrining Riwayat Kesehatan yang memuat kuesioner Riwayat Kesehatan.

Terkait permasalahan di atas, berikut solusi dan tindak lanjut yang akan dilakukan:

1. Melakukan uji coba kuesioner kepada peserta.

2. Menyusun template logik berdasarkan skor dan bobot pertanyaan pada kuesioner Riwayat Kesehatan.

2) Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas

Perhitungan capaian indikator diperoleh dari jumlah dokumen optimalisasi pemanfaatan dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas. Pedoman yang dimaksud adalah untuk memberikan pedoman dalam pengelolaan, pemanfaatan dan penggunaan dana kapitasi dalam program JKN termasuk upaya promotif dan preventif di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Target pada tahun 2017 adalah 1 dokumen dan berhasil dicapai dengan realisasi 100%. Satu (1) dokumen yang dimaksud adalah diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 2017 tentang Pedoman Pendanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

3) Jumlah skema pembiayaan melalui PPP kerjasama pemerintah dan swasta (KPS)

Indikator tersebut dapat dicapai dengan perhitungan tersedianya skema pembiayaan melalui kerjasama antara Pemrintah-Swasta maupun Swasta- Pemerintah dalam bidang kesehatan. Skema yang dimaksud adalah siklus atau pembiayaan kesehatan melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam bidang pembiayaan kesehatan baik dalam bidang UKM dan UKP termasuk dalam community.

Target indikator pada tahun 2017 adalah sebanyak 1 dokumen dengan capaian sebanyak 1 dokumen (100%). Dokumen tersebut adalah panduan dan informasi tentang skema pembiayaan melalui Kerjasama Pemerintah dan Swasta bidang Kesehatan yang di dalamnya memuat :

a. Diperolehnya informasi empiris tentang performa skema pembiayaan melalui kerjasama Pemerintah dan Swasta ke dalam dana/anggaran APBN.

b. Diperolehnya analisis implikasi/dampak dari skema pembiayaan kerjasama Pemerintah dan Swasta guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

c. Diperolehnya identifikasi dan pilihan opsi kebijakan yang dapat mengurangi dampak ketergantungan masyarakat terhadap KPS.

4) Jumlah hasil kajian/Monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS

Laporan Kinerja (LKJ) 119 Capaian indikator tersebut dihitung dari tersedianya dokumen hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS. Hasil kajian/monev dimaksud merupakan bentuk kegiatan yang dilaksanakan dalam mendukung program pengembangan pembiayaan kesehatan JKN/KIS. Pada tahun 2016 dapat tercapai sebagaimana target yang ditetapkan, yaitu sebanyak 10 dokumen (capaian kinerja 100%).

Untuk Tahun 2017, memiliki target 5 dokumen dan capaiannya adalah 10 dokumen dari target 5 dokumen (200%). Kesepuluh dokumen tersebut adalah:

1. Perbaikan Tarif dan Reklasifikasi INA CBG’s

2. Perbaikan Besaran Tarif Kapitasi sebagai Kebijakan Prospektif di FKTP dalam Penyelenggaraan JKN

3. Pertimbangan Klinis (Clinical Advisory) 4. National Health Account (NHA)

5. Analisis Implementasi Program Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA di Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

6. Pedoman Penggunaan Tools Costing: Perhitungan Satuan Biaya Program Penyakit Tidak Menular

7. Pengembangan Tools: Standard Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan

8. Naskah Akademik Penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pembiayaan Kesehatan (RPP Pembiayaaan)

9. Advokasi dan Sosialisasi Kebijakan Pembiayaan Kesehatan

10. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.

5) Jumlah dokumen hasil Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan

Perhitungan capaian indikator diperoleh dari jumlah dokumen hasil HTA yang disampaikan kepda Menteri Kesehatan. Dokumen HTA yang dimaksud adalah hasil kajian HTA terkait paket manfaat dalam program JKN yang selanjutnya dijadikan sebagai rekomendasi kebijakan yang disampaikan ke Menteri Kesehatan.

Pada tahun 2016 dapat tercapai sebagaimana target yang ditetapkan, yaitu sebanyak 2 (dua) dokumen (capaian kinerja 100%). Berikut 2 (dua) dokumen, yaitu :

a. Studi Evaluasi Efektivitas Klinis Prostagladin Ei dan Penggunaan di Indonesia sebagai Obat Penyelamat Jiwa pada Bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan Kritis Bergantung Duktus

b. Studi Penilaian Teknologi Kesehatan terhadap Digital Subtraction Angiography pada Pasien Stroke

Target pada tahun 2017 sebanyak 2 dokumen dan berhasil dicapai sebanyak 2 dokumen (100%) yaitu dihasilkannya 2 (dua) dokumen studi Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK) sebagai berikut :

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi utilisasi obat Imatinib dan Nilotinib pada pasien Leukimia Granulositik Kronik dalam Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia, dan

b. Penilaian Efektivitas Klinis dan Biaya Insulin Analog dibandingkan dengan

Insulin Human untuk Terapi Diabetes Tipe 2: Telaah

Sistematis/Metaanalisis dan Survey Harga.

Perbandingan Kinerja serta Capaian Kinerja Tahun 2016 dan 2017 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pada tahun 2017, jumlah indikator kinerja PPJK pada perjanjian kinerja mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu adanya 3 (tiga)

Laporan Kinerja (LKJ) 120 indikator baru dan 2 (dua) indikator yang dihilangkan. Adapun 3 (tiga) indikator baru pada tahun 2017 merupakan indikator prioritas nasional, yaitu indikatror terkait pedoman secondary prevention, skema pembiayaan melalui ppp kerjasama pemerintah dan swasta dan pedoman optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana. Ketiga indikator prioritas nasional tersebut merupakan hasil dari pertemuan bilateral meeting antara PPJK dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pada tahun 2016 yang kemudian disesuaikan ke dalam perubahan RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019. Dua indikator yang dihilangkan, yaitu terkait PBI dikarenakan indikator tersebut merupakan Indikator Kinerja Program (IKP) eselon I Sekretariat Jenderal dan indikator terkaitdokumen kebijakan realisasi iuran peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN/KIS. Jadi, indikator kinerja PPJK pada perjanjian kinerja tahun 2017 adalah Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang tercantum pada perubahan RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019 pada kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Bila dibandingkan realisasi kinerja tahun 2017 dengan RPJMN 2015-2019 maka digambarkan sebagai berikut:

Sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem

PerencanaanPembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, RPJMNmerupakan acuan bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun RencanaStrategis (Renstra) masing-masing.Indikator pada Perjanjian Kinerja PPJK Tahun 2017 telah disesuaikan dengan indikator pada perubahan RENSTRA Kementerin Kesehatan 2015-2019, namun apabila disandingkan dengan indikator RPJMN 2015-2019 untuk indikator tahun 2017 terdapat perbedaan.

Tabel 57

Perbedaan Indikator dan Target pada Perjanjian Kinerja PPJK Tahun 2017 dengan Indikator dan Target pada RPJMN Tahun 2017

No Indikator

Target RPJMN

2017

Perjanjian Kinerja Tahun 2017

Target Realis

asi %

1 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)

103,4 Juta Jiwa

2 Jumlah pedoman penguatan

secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN

2 Dok 2 Dok 100%

3 Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas

1 Dok 1 Dok 100%

4 Jumlah skema pembiayaan melalui ppp kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang dihasilkan

1 Dok 1 Dok 100%

5 1 Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS

Laporan Kinerja (LKJ) 121 2 Jumlah dokumen hasil Health

Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan

4 Dok 2 Dok 2 Dok 100%

3 Jumlah dokumen kebijakan realisasi iuran peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN/KIS

3 Dok

Berikut penjelasan terkait perbedaan tersebut, sebagai berikut:

1. Untuk indikator PBI tidak lagi masuk ke dalam indikator Perjanjian Kinerja PPJK di Tahun 2017, dikarenakan pada dasarnya indikator tersebut hanya terdapat di Indikator KinerjaProgram Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang terdapat pada Sekretaris Jenderal sehingga pada tahun 2017 yang menjadi indikator di perjanjian kinerja PPJK hanya yang terdapat pada IKK kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS). Namun, untuk satuan pelaksanaan indikator PBI ini, tetap ada di PPJK, sebagai satker di bawah Eselon I Sekretaris Jenderal. Adapun untuk besaran target indikator PBI antara di Perjanjian Kinerja dengan di RPJMN terdapat perbedaan dikarenakan penetapan besaran target PBI setiap tahunnya ditentukan melalui pertemuan trilateral antara Kementerian Keuangan, Bappenas dan Kementerian Kesehatan, kemudian untuk jumlah besaran target cakupan PBI juga ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan dalam Rapat Dengar Pendapat antara Kementerian Kesehatan dengan Komisi IX DPR RI. 2. Adapun perbedaan lainnya, yiatu padabesaran target untuk indikator

“Jumlah hasil kajian/monev pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN/KIS”dan indikator terkait HTA di tahun 2017. Penurunan target pada kedua indikator tersebut merupakan hasil pembahasan pada pertemuan Bilateral Meeting antara BAPPENAS dengan Kementerian Kesehatan pada tahun 2016. Namun untuk realisasi target indikator ini pada tahun 2017 PPJK menghasilkan realisasi 10 (sepuluh) dokumen atau sejumlahtarget pada RENSTRA 2015-2019 di tahun 2017

3. Penghapusan indikator dokumen kebijakan realisasi iuran peserta penerima bantuan iuran JKN/KIS dikarenakan secara otomotis dokumen terkait pembayaran selama tahun berjalan tersebut pasti akan selalu didokumenkan olehPusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan setiap tahunnya, selain itu dikarenakan indikator tersebut tidak memerlukan anggaran dalam proses pencapaian targetnya.

Realisasi Anggaran PPJK :

Sesuai dengan DIPA Tahun 2017 Nomor : SP DIPA- 024.01.1.466040/2017 tanggal 7 Desember 2016, PPJK mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 25.535.013.030.000,- (Dua puluh lima triliun lima ratus tiga puluh lima miliar tiga

Laporan Kinerja (LKJ) 122 belas juta tiga puluh ribu rupiah) yang diperuntukkan untuk menjalankan tugas dan fungsinya. Namun, pada tahun 2017 PPJK mengalami 1 (satu) kali revisi DIPA dalam rangka efisiensi belanja barang sesuai Instruksi Presiden No 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga dalam Pelaksanaan APBN 2017.Besar efisiensi belanja barang pada anggaran PPJK tahun 2017, yaitu sebesar Rp 18,206,347,000,- sehingga pagu akhir PPJK tahun 2017, yaitu sebesar Rp 25.516.806.683.000,-

Tabel 58

Realisasi Anggaran PPJKTahun 2016 dan 2017

No Indikator Kinerja 2016 2017

Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi %

1 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu indonesia Sehat (KIS)

24.991.659.579 .000 24.814.983.852 .125 99.29 25.502.400.000.0 00 25.417.797.053.0 00 99.67 2 Jumlah pedoman penguatan secondary prevention pelayanan kesehatan dalam JKN 234.965.000 233,181,104 99.24

3 Jumlah skema pembiayaan melalui ppp kerjasama pemerintah dan swasta (KPS) di bidang kesehatan yang dihasilkan

101.570.000 100,536,000 98.98

4 Jumlah pedoman untuk optimalisasi pemanfaatan berbagai sumber dana Kapitasi JKN dan BOK untuk mendukung upaya promotif dan preventif di Puskesmas

772.515.000 770,134,400 99.69

5 1 Jumlah dokumen hasil studi/ monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan pembiayaan kesehatan & JKN/KIS

35.471.670.000 30.579.939.667 86.21 11.892.249.000 11,676,275,054 98.18

2 Jumlah dokumen hasil

Health Technology Assessment (HTA) yang disampaikan kepada Menteri Kesehatan 1.721.150.000 1.430.453.024 83.11 1.405.384.000 1,402,830,761 99.82 3 Jumlah dokumen kebijakan realisasi iuran peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN/KIS

69.120.000 23.400.200 33.85 TOTAL 25.028.921.519 .000 24.847.017.645 .016 99.27 25.516.806.683.0 00 25.431.980.010.3 19 99.67

Berdasarkan tabel di atas persentase realisasi anggaran PPJK pada tahun 2017 dibandingkan realisasi tahun 2016 mengalami kenaikan di mana salah satu penyebab kenaikan tersebut karena adanya efisiensi belanja barang.

Pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L diatur pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011 dan hasilnya dapat dilihat

Laporan Kinerja (LKJ) 123 pada e-monev DJA. Berdasarkan e-monev DJA nilai kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan pada tahun 2017sebesar 85.74% atau termasuk kategori baik. Hal tersebut diperoleh dikarenakan baiknya penyerapan anggaran, konsistensi antara perencanaan dan implementasi, pencapaian keluaran dan efisiensi yang telah dilakukan oleh PPPJK.

II. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS)

Program penguatan pelaksanaan JKN/KIS dengan sasaran Terselenggaranya Penguatan JKN/KIS. Program memiliki satu (1) indikator yaitu Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui JKN/KIS. Definisi operasional dari indikator tersebut adalah jumlah peserta PBI yang dibayarkan iurannya sesuai dengan jumlah peserta PBI yang terdapat pada database BPJS Kesehatan selama 12 bulan sesuai dengan perundang- undangan yang berlaku.

Target pada tahun 2017 adalah 92,4 juta jiwa sebagai peserta PBI JKN/KIS, capaian dari indikator yaitu 92,3 juta jiwa atau 99,9%. Sedangkan pada tahun 2016, realisasi pencapaian adalah 91,1 juta jiwa atau sebesar 91,5%.

Besaran angka pencapaian tersebut merupakan besaran jumlah peserta yang terdaftar dan dibayarkan kapitasinya oleh BPJS Kesehatan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pada bulan Desember 2017 atau di akhir tahun. Persentase pencapaian target pada tahun 2017 (99,9%) mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan persentase pencapaian target tahun 2016 (91,5%).

Gambar 29

Jumlah PBI yang dibayarkan PPJK kepada BPJS Kesehatan Setiap Bulannya Pada Tahun 2017

Pada Gambar di atas terlihat bahwa jumlah PBI pada tahun 2017 mengalami perubahan setiap bulannya, hal ini dikarenakan ada peserta yang dinonaktifkan disebabkan karena peserta tersebut meninggal dunia, perubahan status kepesertaan, dan lain-lain, sedangkan untuk penambahan peserta disebabkan adanya peserta baru dan bayi baru lahir yang lahir dari ibu peserta PBI. Perbedaan tersebut didasari dari data PBI yang terdaftar dan dibayarkan kapitasinya oleh BPJS Kesehatan ke FKTP yang disampaikan kepada PPJK.

- 10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000 70.000.000 80.000.000 90.000.000

Target Kepmensos No 351/HUK/2016 (92.4 juta jiwa) PBI yang dibayarkan

91

.0

94

.7

18

92

.1

20

.1

27

92

.0

99

.0

42

92

.0

66

.3

92

92

.0

43

.9

51

92

.0

20

.0

86

92

.2

41

.9

77

92

.2

22

.1

99

92

.2

93

.1

48

92

.2

68

.6

08

Laporan Kinerja (LKJ) 124 Pada setiap triwulan PPJK bersama BPJS Kesehatan telah melakukan rekonsiliasi. Pada tahun 2017 PPJK bersama BPJS Kesehatan telah melakukan pertemuan rekonsiliasi sebanyak 4 (empat) kali yang dilakukan setiap triwulan: 1. Rekonsiliasi Triwulan I untuk pembayaran bulan Januari, Februari dan

Maret

2. Rekonsiliasi Triwulan II untuk pembayaran bulan April, Mei dan Juni 3. Rekonsiliasi Triwulan III untuk pembayaran bulan Juli, Agustus dan

September

4. Rekonsilliasi Triwulan IV untuk pembayaran bulan Oktober, November dan Desember.

Adapun jumlah peserta PBI yang dibayarkan kapitasinya sebelum dan sesudah dilakukan Rekonsiliasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 59

Data JumlahPeserta PBI yang DibayarkanTahun 2017 Sebelum dan Sesudah Rekonsilisiasi

No Bulan

Peserta PBI (jiwa)

Selisih Peserta PembayaranIuran (Rp) SelisihPembayar an (Rp) Sebelum Rekonsiliasi Setelah Rekonsiliasi Sebelum Rekonsiliasi Setelah Rekonsiliasi 1 Jan’ 91.125.019 91.094.718 30.301 2.095.875.437.000 2.095.178.514.000 696.923.000 2 Feb’ 91.094.718 92.120.127 -1.025.409 2.095.178.514.000 2.118.762.921.000 -23.584.407.000 3 Maret 92.120.127 92.099.042 21.085 2.118.762.921.000 2.118.277.966.000 484.955.000

Hasil Rekonsiliasi Triwulan I -974.023 -22.402.529.000

4 April 92.099.042 92.066.392 32.650 2.118.277.966.000 2.117.527.016.000 750.950.000

5 Mei 92.066.392 92.043.951 22.441 2.117.527.016.000 2.117.010.873.000 516.143.000

6 Juni 92.043.951 92.020.086 23.865 2.117.010.873.000 2.116.461.978.000 548.895.000

Hasil Rekonsiliasi Triwulan II 78.956 1.815.988.000

7 Juli 92.020.086 92.241.977 -221.891 2.116.461.978.000 2.121.565.471.000 5.103.493.000 8 Agust’ 91.996.807 92.222.199 -225.392 2.115.926.561.000 2.121.110.577.000 5.184.016.000 9 Sept’ 91.996.807 92.293.148 -296.341 2.115.926.561.000 2.122.742.404.000 6.815.843.000 HasilRekonsiliasiTriwulan III -743.624 -17.103.352.000 10 Okt’ 91.996.807 92.268.608 -271.801 2.115.926.561.000 2.122.177.984.000 6.251.423.000 11 Nov’ 92.268.608 92.335.617 -67.009 2.122.177.984.000 2.123.719.191.000 1.541.207.000 12 Des’ 92.268.608 92.315.746 -47.138 2.122.177.984.000 2.123.262.158.000 1.084.174.000 HasilRekonsiliasiTriwulan IV -385.948 -8.876.804.000

Apabila dilihat dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa capaian kinerja cakupan peserta PBI sudah mencapai 100% namun bila dilihat dari target yang ditetapkan oleh Kementerian Sosial bahwa capaian kinerja dari cakupan peserta PBI belum mencapai 100%. Karena penetapan cakupan peserta PBI yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Sosial yaitu berjumlah 92.400.000 jiwa sedangkan realisasi dari peserta yang terdaftar didalam database BPJS Kesehatan berjumlah 92.315.746 jiwa. Perhitungan jumlah dan besaran iuran PBI yang dibayarkan dapa tdilihat pada tabel dibawah :

Laporan Kinerja (LKJ) 125

Perhitungan Jumlah dan Besaran Iuran PBI Tahun 2017

Sedangkan untuk tahun 2016 jumlah cakupan peserta Penerima Bantua Iuran (PBI) melalui program JKN/KIS sejumlah 92.400.000 jiwa dengan premi sebesar Rp. 23.000.000,0 sehingga total keseluruhan sebesar Rp. 25.502.400.000.000,0 namun di efisiensikan sebesar Rp. 510.740.421.000,0 menjadi Rp. 24.991.659.579.000,0 Sedangkan realisasi sampai dengan akhir tahun 2016 sejumlah 91.137.1977 jiwa atau realisasi anggaran sebesar Rp. 24.814.983.852.125,0 atau sebesar 99,3%. Pada tahun 2017 sejumlah 92.400.000 jiwa dengan besaran premi sebesarRp. 23.000.000,0 sehingga total keseluruhan sebesar Rp. 25.502.400.000.000,0, Sedangkan realisasi 92.268.608 jiwa atau 99,9%.

Berikut ditampilkan realisasi jumlah peserta dan realisasi anggaran PBI tahun 2016 dan 2017 adalah sebagai berikut :

Tabel 61

Realisasi Peserta Dan Realisasi Anggaran PBI Tahun 2016

NO BULAN JUMLAH

PESERTA PREMI REALISASI SISA %

1 Januari 91.094.718 23.000 2.095.178.514.000 23.407.221.486.000 8,22 2 Februari 92.120.127 23.000 2.118.762.921.000 21.288.458.565.000 16,52 3 Maret 92.099.042 23.000 2.118.277.966.000 19.170.180.599.000 24,83 4 April 92.066.392 23.000 2.117.527.016.000 17.052.653.583.000 33,13 5 Mei 92.043.951 23.000 2.117.010.873.000 14.935.642.710.000 41,43 6 Juni 92.020.086 23.000 2.116.461.978.000 12.819.180.732.000 49,73 JUMLAH SEMESTER-I 551.444.316 12.683.219.268.000 12.819.180.732.000 49,73 7 Juli 92.241.977 23.000 2.121.565.471.000 10.697.615.261.000 58,05 8 Agustus 92.222.199 23.000 2.121.110.577.000 8.576.504.684.000 66,37 9 September 92.293.148 23.000 2.122.742.404.000 6.453.762.280.000 74,69 10 Oktober 92.268.608 23.000 2.122.177.984.000 4.331.584.296.000 83,01 11 November 92.335.617 23.000 2.123.719.191.000 2.207.865.105.000 91,34 12 Desember 92.315.746 23.000 2.123.262.158.000 84.602.947.000 99,67 JUMLAH SEMESTER-II 553.677.295 12.734.577.785.000 84.602.947.000 99,67 J U M L A H 1.105.121.611 25.417.797.053.000 84.602.947.000 0,33 NO KETERANGAN JUMLAH

PESERTA PREMI REALISASI SISA %

PAGU 92.400.000 23.000 19.932.480.000.000 EFISIENSI PAGU 510.740.421.000 TOTAL PAGU 24.991.659.579.000 1 Januari 86.008.383 23.000 1.978.192.809.000 23.013.466.770.000 7,92 2 Februari 90.735.776 23.000 2.086.922.848.000 20.926.543.922.000 16,27 3 Maret 90.970.757 23.000 2.092.327.411.000 18.834.216.511.000 24,64 4 April 91.604.262 23.000 2.106.898.026.000 16.727.318.485.000 33,07

Laporan Kinerja (LKJ) 126

Tabel 62

Realisasi Peserta Dan Realisasi Anggaran PBI Tahun 2017

Upaya pencapaian target PBI pada tahun 2019

Berdasarkan RPJMN 2015-2019 target peserta PBI untuk tahun 2019 berjumlah 107.200.000 jiwa sedangkan pada tahun 2018 sasaran peserta PBI masih berjumlah 92.400.000 jiwa sehingga untuk tahun 2019 perlu menambah cakupan PBI sebanyak 14.800.000 jiwa. Penambahan jumlah peserta PBI sangat ditentukan oleh ketersediaan anggaran pemerintah untuk tahun 2019, saat ini upaya yang dilakukan oleh PPJK adalah berkoordinasi dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Menteri Kesehatan dan juga dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), selanjutnya Menteri Kesehatan akan menyampaian usulan cakupan PBI sesuai dengan target RPJMN tahun 2019 kepada Presiden.

Analisis Penyebab Keberhasilan/ Kegagalan atau Peningkatan/ Penurunan serta Alternatif Solusi yang Dilakukan:

Pada tahun 2017 Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan tidak mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, namun usaha untuk pencapaian kinerja bisa dinilai bahwa usaha pada pelaksanaan kegiatan yang

5 Mei 91.606.240 23.000 2.106.943.520.000 14.620.374.965.000 41,50 6 Juni 91.141.356 23.000 2.096.251.188.000 12.524.123.777.000 49,89 7 Juli 91.145.864 23.000 2.096.354.872.000 10.427.768.905.000 58,28 8 Agustus 91.152.682 23.000 2.096.511.686.000 8.331.257.219.000 66,66 9 September 91.155.584 23.000 2.096.578.432.000 6.234.678.787.000 75,05 10 Oktober 91.152.682 23.000 2.096.511.686.000 4.138.167.101.000 83,44 11 November 91.148.907 23.000 2.096.424.861.000 2.041.742.240.000 91,83 12 Desember 91.137.197 23.000 1.865.066.513.125 176.675.726.875 99,29 J U M L A H 1.105.121.611 24.814.983.852.125 176.675.726.875 99,29 NO BULAN JUMLAH

PESERTA PREMI REALISASI SISA %

1 Januari 91.094.718 23.000 2.095.178.514.000 23.407.221.486.000 8,22 2 Februari 92.120.127 23.000 2.118.762.921.000 21.288.458.565.000 16,52 3 Maret 92.099.042 23.000 2.118.277.966.000 19.170.180.599.000 24,83 4 April 92.066.392 23.000 2.117.527.016.000 17.052.653.583.000 33,13 5 Mei 92.043.951 23.000 2.117.010.873.000 14.935.642.710.000 41,43 6 Juni 92.020.086 23.000 2.116.461.978.000 12.819.180.732.000 49,73 7 Juli 92.241.977 23.000 2.121.565.471.000 10.697.615.261.000 58,05 8 Agustus 92.222.199 23.000 2.121.110.577.000 8.576.504.684.000 66,37 9 September 92.293.148 23.000 2.122.742.404.000 6.453.762.280.000 74,69 10 Oktober 92.268.608 23.000 2.122.177.984.000 4.331.584.296.000 83,01 11 November 92.335.617 23.000 2.123.719.191.000 2.207.865.105.000 91,34 12 Desember 92.315.746 23.000 2.123.262.158.000 84.602.947.000 99,67 J U M L A H 1.105.121.611 25.417.797.053.000 84.602.947.000 99,67

Laporan Kinerja (LKJ) 127 dilakukan dirasa lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan, adanya 4 (empat) kegiatan prioritas nasional di mana 3 (tiga) kegiatan tersebut menjadi indikator pada perjanjian kinerja.

Berikut penyebab keberhasilan atas pencapaian kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan pada tahun 2017, sebagai berikut:

1. Arahan pimpinan yang jelas untuk proses pelaksanaan kegiatan.

2. Koordinasi yang baik antara unit satuan kerja PPJK dengan narasumber/konsultan/stakeholders terkait lainnya.

3. Perencanaan kegiatan yang sudah terorganisir dengan baik, yaitu dengan membuat time line kegiatan per bulannya untuk setiap bidang dan bagian sehingga terjadi akselerasi antar kegiatan di bidang dan bagian

4. Komitmen pegawai Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan untuk pencapaian kinerja tahun 2017 meskipun terjadi efisiensi belanja barang yang lebih dari 50% dari pagu belanja barang awal.

Akan tetapi, beberapa kendala atau permasalahan tetap ditemukan dalam proses pencapaian kinerja di antaranya sebagai berikut:

1. Masih kurangnya komitmen rumah sakit terkait permintaan datadalam pada kegiatan INA CBG’s

2. Peserta undangan yang sering tidak sama untuk setiap pertemuannya sehingga pembahasan sering berulang-ulang dan menjadi lama.

3. Adanya pandangan atau usulan baru yang muncul pada saat pertemuan sehingga menjadikan diskusi menjadi lama.

4. Perbedaan pandangan pada saat pembahasan ataupun belum banyaknya pihak yang memahami terhadap kegiatan baru

5. Jadwal pertemuan yang kadang masih menyesuaikan dengan jadwal narasumbernya

6. Efisiensi belanja barang

7. Adanya efisiensi belanja barang tentunya

Berikut solusi yang dilakukan untuk mengatasi kendala atau permasalahan di atas, di antaranya sebagai berikut

1. Melibatkan asosiasi fasilitas kesehatanuntuk pengumpulan data untuk kegiatan INA CBG’s dan turun lapangan untuk validasi pengambilan data. 2. Membuat susunan tim penyusun kegiatan agar diperoleh suatu keterikatan

kerjasama dalam mencapai output kegiatan.

3. Mengadakan sosialisasi dan advokasi serta peningkatan kapasitas untuk stakeholder terhadap kegiatan baru.

4. Memanfaatkan media, seperti email, internet ataupun telepon terhadap narasumber yang berhalangan hadir untuk tetap dapat terlibat dalam suatu pembahasan.

5. Membuat pengkategorian kegiatan untuk apabila terjadi efisiensi sebagai berikut, 1) kategori prioritas, 2) prioritas sedang dan 3) kurang prioritas. 6. Memaksimalkan anggaran yang ada agar dapat berdayaguna dan

berhasilguna dalam pencapaian target.

Analisis Atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya terdiri dari: a. Efisiensi atas Penggunaan Anggaran

Dalam penyusunan kegiatan Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan pada tahun 2017 telah menerapkan anggaran berbasis kinerja, dimana dalam proses penyusunannya telah melalui proses sebagai berikut: 1. Perencanaan kegiatan berdasarkan tugas dan fungsi organisasi yang

telah ditetapkan

2. Perencanaan kegiatan sudah mendukung untuk pencapaian target indikator kinerja yang telah ditetapkan

Laporan Kinerja (LKJ) 128 3. Usulan kegiatan dan penganggaranya sudah sesuai ketentuan yang

berlaku

Pada tahun 2017, PPJK telah melakukan efisiensi belanja barang sebesar 55,8% dari pagu belanja barang atau sebesar Rp 18,206,347,000,- sehingga pagu belanja barang PPJK setelah efisiensi hanya sebesar Rp 14.406.683.000,- dari pagu awal belanja barang sebesar Rp 32.613.030.000,-. Besarnya efisiensi tersebut tidak menyurutkan kinerja PPJK dalam mencapai target indikator kinerjanya.Efisiensi yang telah dilakukan PPJK juga dapatdilihat pada e-monev DJA, dimana diperoleh nilai 0.24. Kecilnya nilai efisiensi tersebut menunjukkan bahwa PPJK telah baik dalam melakukan efisiensi anggaran dalam pencapaian outputnya

Dokumen terkait