• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumusan Peraturan Perundang-undangan dan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi

4. Perumusan Peraturan Perundang-undangan dan

Indikator kinerja kegiatan Perumusan peraturan perundang-undangan dan pembinaan organisasi ada dua yaitu:

1) Jumlah produk hukum, penanganan masalah hukum dan fasilitasi

pengawasan dan penyidikan yang diselesaikan

Definisi operasional dari “jumlah produk hukum, penanganan masalah

hukum dan fasilitasi pengawasan dan penyidikan yang diselesaikan

adalah sejumlah produk hukum yang dapat berupa peraturan, proses penanganan masalah hukum serta fasilitasi pelaksanaan tugas hukum yang diselesaikan dan atau dilimpahkan sesuai kewenangan. Dengan target 234 produk pada tahun 2017 dapat terealisasi yaitu 407 produk atau capaian sebesar 173,93%. Definisi operasional dari indikator tersebut adalah sejumlah

Laporan Kinerja (LKJ) 35 produk hukum yang dapat berupa peraturan, proses penanganan masalah hukum serta fasilitasi pelaksanaan tugas hukum yang diselesaikan dan atau dilimpahkan sesuai kewenangan. Untuk mengukur keberhasilan dari indikator tersebut, produk kegiatan yang dihasilkan sebagai berikut:

a. Rancangan Undang Undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) dan Rancangan Peraturan Presiden (R PerPres) Bidang Kesehatan. Dalam penyusunan RUU, RPP dan R PerPres bidang kesehatan ditargetkan 9 buah sebagaimana dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2017 mampu diselesaikan 1 RUU, 5 RPP, dan 1 Perpres, dengan total pencapaian di tahun 2017 ini sebanyak 7 buah output.

b. Keputusan/Peraturan Menteri Kesehatan/Perjanjian Kerja Sama.

Penyusunan Kep/PerMenkes pada tahun 2017 ditargetkan sebanyak 93 (sembilan puluh tiga) dan telah terealisasi sebanyak 232 (dua ratus tiga puluh dua) Kep/PerMenkes.

Perjanjian Kerja Sama pada tahun 2017 ditargetkan sebanyak 16 (enam belas) dan telah terealisasi sebanyak 38 (tiga puluh delapan) Perjanjian Kerja Sama. Jika diakumulasikan produk peraturan perundangan tersebut mencapai jumlah 270 (dua ratus tujuh puluh) produk perundang-undangan dari target 118 (seratus delapan belas) atau setara 228,81%.

Pencapaian pada tahun 2017, apabila dibandingkan dengan pencapaian tahun 2016, persentase pencapaian selalu diatas 100%. Dengan demikian bahwa kinerja yang dihasilkan untuk mencapai target tahunan selalu optimal. Jumlah realisasi pencapaian produk hukum secara kumulatif dari tahun 2015 sampai dengan 2017 sudah 236,8% dari target akhir tahun renstra pada tahun 2019 sebanyak 232.

Analisis Pencapaian Target

Kegiatan yang mendukung pencapaian produk peraturan perundang- undangan:

• Pengumpulan dan Kajian Perundangan Bidang Kesehatan,

• Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan,

• Pembahasan hukum bidang kesehatan ditinjau dari Syarak (hukum Islam),

• Dokumentasi dan Penerbitan Katalog Hukum Bidang Kesehatan,

• Sistim Jaringan Dokumentasi Informasi (SJDI),

• Penerbitan Himpunan Peraturan Bidang Kesehatan, dan

• Penguatan Website.

c. Penyusunan telaahan, pendampingan dan pembelaan kasus hukum

Kegiatan penanganan masalah dan kasus hukum terkait kepegawaian, asset, pelayanan kesehatan serta judicial review dengan target sebanyak 95 kasus telah terealisasi sebanyak 125 kasus. Kasus yang tertangani terdiri dari:

1) 32 kasus perdata; 2) 7 kasus TUN;

Laporan Kinerja (LKJ) 36 3) 4 kasus judicial review;

4) Penanganan masalah 43 rumah negara di 12 provinsi yang harus dikembalikan ke rumah negara golongan II hasil rekomendasi KPK; 5) Penanganan 39 masalah sengketa asset di beberapa provinsi. d. Fasilitasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan

Kegiatan Penyusunan Regulasi pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan dengan target sebanyak 20 dokumen dan telah terealisasi sebanyak 5 dokumen yang terdiri dari:

1. Rancangan Permenkes tentang pengawasan di bidang kesehatan; 2. Draf kurikulum modul pendidikan dan pelatihan tenaga pengawas di

bidang kesehatan;

3. Permohonan rekomendasi untuk pengangkatan tenaga Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) ke Kejaksaan Agung dan Bareskrim POLRI;

4. Permohonan pengangkatan tenaga PPNS ke Kementerian Hukum dan HAM;

5. Permohonan Pelantikan tenaga PPNS ke Kementerian Hukum dan HAM.

Gambar 7

Pencapaian Kinerja indikator 1 , Tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2015 dan 2016 sampai dengan target

akhir tahun Renstra

Dalam rangka pencapaian kinerja indikator pertama pada Tahun 2017 anggaran yang direalisasikan sebesar Rp 4.988.756.679,- atau sebesar 97,69% dari alokasi anggaran sebesar Rp 5.106.419.000,-.

Permasalahan/kendala :

1. Kehadiran dan masukan perwakilan kementerian/lembaga terkait masih menjadi kendala dalam pembahasan penyusunan RUU, RPP dan R Perpres. Ketidakhadiran perwakilan menjadisalah satu faktor penghambat karena terdapat beberapa materi yang harus mendapatkan klarifikasi dari kementerian yang menjadi penanggungjawabnya;

2. proses penyusunan RUU tentang Kekaratinaan Kesehatan selesai pada tahap pembahasan Panja, namun sampai dengan saat ini belum ada undangan dari tim perumus di DPR untuk pembahasan selanjutnya; 3. masih terdapat rancangan produk hukum dalam bentuk Permenkes dan

atau Kepmenkes dari unit teknis yang masuk ke Biro Hukum dan Organisasi belum jelas secara substansi sehingga harus lakukan gelar substansi kembali. Hal ini tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama dalam penyelesaiannya; 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 2015 2016 2017 2018 2019 Target Pertahun Realisasi Per Tahun Target Kumulatif Realisasi Kumulatif

Laporan Kinerja (LKJ) 37 4. khusus pada produk keputusan dan peraturan menteri, jumlahnya melebihi target karena banyaknya permintaan dari unit teknis, dan banyak draf yang diajukan secara cito;

5. belum adanya perencanaan penyusunan program legislasi kesehatan yang ditetapkan dalam suatu Keputusan Menteri Kesehatan.

Pemecahan masalah :

1. perencanaan penyusunan program legislasi kesehatan akan dibentuk dalam Keputusan Menteri Kesehatan;

2. membuat sistem uji kelayakan pembentukan peraturan menteri kesehatan untuk menyaring peraturan menteri kesehatan yang akan ditetapkan; 3. ditetapkannya kesepakatan agar pejabat yang mewakili dibekali dengan

masukan materi yang akan dibahas;

4. pertemuan koordinasi sinkronisasi dengan unit organisasi eselon I untuk peningkatan pemahaman konten hukum dan kepatuhan terhadap SOP; 5. melakukan pembahasan secara intensif misalnya dengan pendampingan

penyusunan rancangan awal produk peraturan

Tindak Lanjut:

1. membuat kerangka regulasi legislasi kesehatan melalui e-karina yang diisi oleh unit teknis terkait;

2. melakukan sosialisasi e-karina kepada Hukormas/ Hukorpeg dan Tu kumpeg di Lingkungan Unit Eselon I.

2) Jumlah produk layanan organisasi dan tatalaksana

Definisi operasional adalah sejumlah produk pengorganisasian dan tatalaksananya serta produk reformasi birokrasi yang dihasilkan dan atau dievaluasi. Untuk mengukur kinerja dengan menjumlah total dari keseluruhan produk organisasi dan tatalaksana dan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Kesehatan/UPT dalam kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memilki target 15 produk pada tahun 2017 dan capaian kinerja telah mencapai 100% (15 produk).

Jika dibandingkan dengan tahun 2016 dari target yang ditetapkan sebanyak 22, dan terealisasi sebanyak 34 buah karena terdapat beberapa target yang diselesaikan dengan menyatukan pembahasan/simplifikasi pembahasan.

Analisis Pencapaian Target :

Kegiatan lainnya yang mendukung pencapaian indikator ini secara tidak langsung adalah implementasi reformasi birokrasi. Kegiatan ini menjadi pendukung peningkatan kualitas dan capaian kinerja terhadap 8 (delapan) area perubahan.

Hasil-hasil yang dicapai selama tahun 2017, adalah sebagai berikut :

1. Evaluasi dan Rancangan Penataan UPT di lingkungan

Kementerian Kesehatan;

2. Kriteria dan klasifikasi UPT Badan Litbangkes; 3. Organisasi dan tata kerja UPT Badan Litbangkes;

4. Kajian kebutuhan UPTD;

5. Peta proses bisnis Kementerian Kesehatan;

6. Evaluasi proses bisnis Kementerian Kesehatan 2015;

7. Tata hubungan kerja penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan produk hukum lainnya;

8. Tata hubungan kerja pengelolaan Rumah Negara;

9. Rancangan SOP Ketatausahaan;

Laporan Kinerja (LKJ) 38 11. Informasi jabatan pelaksana di lingkungan Kementerian Kesehatan; 12. Informasi faktor jabatan pelaksana di lingkungan Kementerian

Kesehatan;

13. Peta jabatan kantor pusat Kementerian Kesehatan; 14. ABK online UPT Kementerian Kesehatan;

15. Evaluasi implementasi RB Kementerian Kesehatan.

Berikut disampaikan target dan realisasi untuk kurun waktu tahun 2017 dibandingkan tahun 2016 dan target akhir tahun Renstra, sebagaimana gambar berikut :

Gambar 8

Pencapaian Kinerja indikator-indikator, Tahun 2017 dibandingkan dengan tahun 2015 dan 2016 sampai dengan target

akhir tahun Renstra.

Permasalahan:

a. usulan/masukan substansi dan tindak lanjut dari unit sangat lama, tidak komprehensif dan sering berubah-ubah/tidak sesuai substansi; b. masih diperlukan pemahaman yang kuat terkait pembentukan UPT

untuk seluruh unit di lingkungan Kementerian Kesehatan;

c. Kementerian Dalam Negeri belum dapat memberi rekomendasi pembentukan UPT dengan nomenklatur Balai mengingat balai belum termasuk dalam kategori Fasilitas Pelayanan Kesehatan berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

d. masih diperlukan sinkronisasi penataan organisasi Kementerian Kesehatan dengan organisasi perangkat daerah;

e. data tahapan kegiatan untuk penilaian analisis beban kerja dari setiap output/produk yang sama masih banyak yang berbeda-beda;

f. data SOP masih dalam bentuk hard copy, sehingga banyak memakan tempat untuk arsip memakan waktu untuk pencarian ketika dibutuhkan;

g. masih diperlukan penguatan kemampuan sumberdaya manusia dalam perencanaan dan implementasi konsep organisasi dan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2015 2016 2017 2018 2019 Target Pertahun Realisasi Pertahun Target Kumulatif Realisasi Kumulatif

Laporan Kinerja (LKJ) 39 tatalaksana, maupun dalam pengoperasian aplikasi tertentu pada komputer;

h. kebijakan Kementerian PAN dan RB terkait organisasi dan sumber daya manusia aparatur masih berubah-ubah dan belum ada kepastian hukumnya.

Pemecahan Masalah :

a. koordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian PAN dan RB, Kementerian Dalam Negeri untuk penyamaan persepsi kegiatan organisasi dan tata laksana;

b. penguatan dan pembagian peran yang jelas dengan Sekretariat Unit Eselon I dalam penyelesaian permasalahan kegiatan;

c. menstandarkan output/produk/tahapan kegiatan untuk satuan kerja yang sejenis;

d. membangun aplikasi SOP AP untuk memudahlan pengumpulan data dari unit dan untuk menjadi data base untuk evaluasi SOP AP Kementerian Kesehatan;

e. penguatan kompetensi sumber daya manusia dalam perencanaan dan implementasi konsep organisasi dan tatalaksana.

Tindak Lanjut:

a. telah dilaksanakan koordinasi dengan stake holder, K/L lain terkait penyamaan persepsi kegiatan organisasi dan tata kelola;

b. telah dibuat aplikasi SOP AP;

c. telah dibuat beberapa Tata Hubungan Kerja di lingkungan Unit Eselon I;

d. mengusulkan kegiatan uji kompetensi Inpassing Analis Kebijakan. Untuk mencapai kinerja indikator kedua ini anggaran yang digunakan sebesar Rp.1.509.382.154,-setara dengan 98,07 % dari alokasi anggaran sebesar Rp1.539.050.000,-

B. ANALISIS ATAS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA a. Efisiensi atas Penggunaan Anggaran

Dalam penyusunan kegiatan Biro Hukum dan Organisasi pada tahun 2017 telah menerapkan anggaran berbasis kinerja, dimana dalam proses penyusunannya telah melalui proses sebagai berikut:

1. perencanaankegiatan berdasarkan tugas dan fungsi organisasi yang telah ditetapkan;

2. perencanaan kegiatan sudah mendukung untuk pencapaian target indikator kinerja yang telah ditetapkan;

3. usulan kegiatan dan penganggarannya sudah sesuai ketentuan yang berlaku.

Setiap bagian di Lingkungan Biro Hukum dan Organisasi dalam melakukan penyusunan usulan kegiatan berdasarkan fungsinya sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. Usulan anggaran juga disesuaikan dengan target indikator kinerja organisasi yang telah ditetapkan dalam perubahan Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 Nomor

HK.01.07/Menkes/422/2017. Selain itu kegiatan sudah mengikut petunjuk penelitian dan reviu RKA K/L alokasi anggaran Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2017 dan untuk usulan anggaran kegiatan telah disesuaikan

Laporan Kinerja (LKJ) 40 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 33/PMK.02/2016 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2017.

Pada Tahun 2017, Biro Hukum dan Organisasi telah melakukan efisiensi sesuai dengan arah kebijakan pemerintah sebesar 27,95% dari pagu awal sebesar Rp 14.017.305.000,- terefisiensi sebesar Rp 3.917.718.000,- sehingga pagu anggaran Biro Hukum dan Organisasi yang dapat dikelola sebesar Rp 10.099.587.000,- . Namun begitu tidak menurunkan kinerja Biro Hukum dan Organisasi dalam mencapai target indikator kinerjanya. Efisiensi yang telah dilakukan juga tercermin dalam e-monev DJA.

b. Efisiensi pada Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Biro Hukum dan Organisasi didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dimana bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya karena setiap SDM telah ditetapkan sesuai dengan jabatan dan keahliannya serta memiliki dedikasi yang baik. Jumlah SDM Biro Hukum dan Organisasi tahun 2017 sebanyak 69 orang. Biro Hukum dan Organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi didukung oleh anggaran DIPA Biro Hukum dan Organisasi Tahun 2017 dengan alokasi Rp 10.099.587.000,00 dan realisasi sampai dengan 31 Desember 2017 sebesar Rp 9.847.353.456,- atau setara dengan 97,50%. Alokasi anggaran mengalami perubahan dalam rangka efisiensi yang semula mengelola anggaran sebesar Rp 14.017.305.000 diefisiensikan sebesar 27,95% sehingga anggaran menjadi sebesar Rp 10.099.587.000,-.

5. Kegiatan Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga,

Dokumen terkait