• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KONTRIBUSI KSPPM TERHADAP MASYARAKAT DI TAPANUL

5.2 Pengembangan pertanian

49

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

disebabkan oleh kurangnya kesadaran hukum warga. Oleh karena KSPPM sejak dari awal mendampingi petani, maka direncanakanlah program untuk mengembangkan pertanian tetap dengan tujuan untuk menumbuhkan prakarsa masyarakat. Sekaligus dengan program pengembangan pertanian ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani.

Keadaan gografis Taput yang berbukit-bukit dan gersang sering dijadikan alasan oleh masyarakat khususnya petani untuk menjawab penyebab kemiskinan petani. Seolah-olah pasrah dengan alasan tersebut. Disatu sisi pemerintah juga terkesan tidak dapat berbuat apa-apa untuk meningkatkan pertanian di Taput dan cenderung menyalahkan petani yang dianggap terlalu malas dan dianggap bodoh. Hal inilah salah satu yang mendorong tingkat urbanisasi di Taput ketika hasil pertanian tidak dapat mensejahterakan petani yang telah bekerja keras. Oleh karena itu para pemuda-pemudi yang tergolong usia produktif beramai-ramai meninggalkan kampung halaman. Hal ini menyebabkan kekurangan tenaga produktif untuk mengolah lahan pertanian di kampung sehingga tidak jarang lahan dibiarkan saja dan tidak diolah.

KSPPM yang memiliki staf khusus dibidang pertanian menjadi kekuatan awal untuk memulai program pengembangan pertanian. Datang ke tengah-tengah masyarakat dan berintegrasi (menyatu) dengan mereka melalui tinggal bersama-sama dengan petani merupakan cara yang dilakukan untuk mengenali dan mengetahui serta merasakan kehidupan petani di Taput.51

50

Hasil wawancara dengan Suryati Simanjuntak pada 9 Oktober 2009.

Dengan demikian dari proses integrasi tersebut didapatlah sejumlah pokok masalah yang menyebabkan proses pemiskinan petani. Mulai dari terpeliharanya mitos terhadap tanaman padi dengan cara berpikir petani bahwa hanya tanaman padilah yang dapat memberikan nafkah bagi petani. Sedangkan tanaman lain seperti kopi, pisang, kacang tanah dan yang lainnya hanya

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

sekedar ditanam dan tidak serius untuk menanamnya dengan jumlah yang lebih banyak.52

Demikian juga dengan penggunaan pestisida dan pupuk kimia di kalangan petani tentu sangat merugikan petani. Revolusi hijau di Indonesia yang diperkenalkan kepada petani merupakan penyebab utama dari penggunaan pestisida dan pupuk kimia tersebut, karena mulai diperkenalkannya penerapan pemupukan yang tinggi dan perlindungan tanaman yang tidak bisa dipisahkan dari produktifitas pertanian modern. Tetapi penggunaan pestisida dan pupuk kimia memberi efek negatif terhadap petani, yaitu bertambahnya jumlah pengeluaran petani hanya untuk membeli pupuk dan pestisida. Belum lagi ancaman terhadap eksosistem khususnya dampaknya terhadap kesehatan petani. Kemudian masalah berikutnya yang sangat melelahkan petani ialah pemasaran akhir hasil pertanian. Pemasaran hasil pertanian di desa diperankan oleh tengkulak yang cenderung juga sebagai penentu harga sehingga bisa saja harga yang ditentukan oleh tengkulak sangat merugikan petani karena penjualan hasil pertanian artinya produktifitas pertanian masih sangat rendah. Hal ini dapat dimaklumi sebab pengolahannya masih tradisional. Sehingga penghasilan mereka tidak mencukupi untuk kebutuhan pangan, sandang, papan dan kebutuhan pendidikan anak-anak mereka.

Persoalan semakin menyempitnya lahan pertanian juga turut memiskinkan petani. Hal ini sangat terasa sejak kehadiran Indorayon di Taput dimana perusahaan ini sangat gencar melakukan perluasan lahan produksi untuk ditanami pohon eucalyptus dan pinus karena pada dasarnya perusahaan pulp dan rayon ini sangat rakus akan bahan baku. Merebaknya pembangunan tugu (kuburan nenek moyang) di Taput bagaikan jamur yang terus bertambah banyak, tentunya tugu tersebut membutuhkan lahan untuk pembangunannya.

51

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan petani. Hal inilah yang menyebabkan petani memilih lebih baik menjadi buruh tani di lahan orang lain atau di desa lain untuk mendapatkan uang lebih cepat daripada mengolah tanah kalau ternyata hanya cukup makan saja.53

Oleh karena ketergantungan penggunaan pestisida dan pupuk kimia secara terus-menerus, KSPPM mengadakan gerakan penyadaran melalui diskusi-diskusi dengan petani akan bahaya pemakaian bahan kimia tersebut. Karena penggunaan bahan-bahan kimia untuk tanaman-tanaman selain mengakibatkan pencemaran, juga mengakibatkan musnahnya mikro organisme di dalam tanah dan menurunnya populasi alami. Selain menimbulkan dilema terhadap kelestarian lingkungan juga peningkatan pendapatan dari sektor pertanian tidak tercapai, karena biaya produktifitas yaitu pembelian pestisida dan pupuk kimia sangat besar.

Berangkat dari permasalahan-permasalahan petani tersebut, maka KSPPM membuat program Latihan Pengembangan Pertanian (LPP). Didalam LPP tersebut terlebih dahulu dibukakan kecenderungan sistem atau tata usaha tani yang terus- menerus merugikan petani. Kemudian dalam pelatihan-pelatihan juga diperkenalkan tanaman-tanaman muda seperti cabe, kopi, jeruk, bawang merah, bawang putih, tanaman palawija, sayur-sayuran dengan tujuan supaya petani tidak hanya menanam jenis padi saja. Dalam kesempatan-kesempatan pelatihan dan diskusi-diskusi yang diadakan di desa juga diperkenalkan pertanian organik kepada petani. Pertanian organik bukanlah hal yang baru bagi petani. Tetapi setelah ketergantungan pemakaian pupuk kimia, ditinggalkanlah budaya petani nenak moyang dulu yang selalu menggunakan pupuk organik atau pupuk hasil pembusukan mikro organisme dalam tanah pada lahan pertaniannya.

52

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

Dari kenyataan itulah KSPPM kembali memberikan motivasi kepada petani agar beralih kepada sistm pertanian yang berwawasan lingkungan. Sistem pertanian agraris yang dikembangkan merupakan penggalian nilai-nilai kearifan dari sistem pertanian kampung. Dengan kata lain sistem pertanian organik adalah suatu sistem pembudidayaan pertanian yang didasarkan pada menjaga sekaligus membangun serta memperbaharui kembali hubungan manusia dengan alamnya. Artinya sistem pertanian yang menolak teknologi pertanian yang dapat merusak lingkungan dan tidak berkesinambungan. Dalam pertanian organik diperkenalkan bagaimana pupuk kompos yang berasal dari tumbuhan dan kotoran ternak ternyata dapat digunakan menggantikan pestisida dan pupuk kimia.54

53

dalam Buletin prakarsa edisi Juli-agustus 1988

54

Wawancara dengan Siboro, tanggal 23 September 2009.

Untuk lebih memotivasi para petani di Taput khususnya pemuda di desa, mereka didampingi oleh KSPPM mengadakan orientasi ke daerah-daerah yang cukup berhasil pertaniannya seperti di dataran tinggi Tanah Karo dan Simalungun. Sehingga dengan kegiatan orientasi tersebut para petani termotivasi untuk mengikuti petani seperti di daerah-daerah orientasi yang mereka kunjungi. Keberhasilan petani akibat program orientasi tersebut dapat dirasakan oleh petani di Desa Sipultak. Kalau sebelumnya warga Sipultak, mayoritas adalah bekerja sebagai buruh tani di lahan orang lain. Akan tetapi, setelah mengikuti pelatihan pertanian dan kegiatan orientasi mereka akhirnya mengolah sendiri lahannya. Sehingga mereka pun tidak lagi menjadi buruh tani di lahan orang lain. Bagi pemuda tentunya hal ini sangat berguna karena mereka tidak lagi pergi meninggalkan kampung untuk mencari pekerjaan.

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

Di Taput fasilitas sarana air bersih, listrik, irigasi untuk pertanian yang merupakan kebutuhan penting bagi warga sangat sulit ditemukan. Kalaupun pemerintah melaksanakan pembangunan di pedesaan warga tidak pernah dilibatkan dari perencanaan sampai pelaksanaan sehingga warga di desa sangat kurang dalam hal kepemilikan bersama bahkan terkadang pembangunan tersebut tidak berangkat dari kebutuhan mendasar dari warga.

Warga dalam memenuhi kebutuhan air bersih/air minum diperoleh dari air hujan yang ditampung dan juga dari air parit yang mengalir dari lembah di bawah kampung. akibatnya sering terjadi warga menderita cacingan, terlebih anak-anak jarang mandi karena air sering kotor. kebersihan alat-alat dapur tidak terjamin dalam kondisi normal. demikian pula pakaian mereka jarang dicuci. Perempuan yang mengambil peran di rumah untuk mengerjakan pekerjaan dapur, tentu sangat direpotkan.

Atas hasil pengamatan staf selama tinggal dengan warga dan atas permintaan warga kepada staff KSPPM untuk bersedia mendampingi warga dalam pembangunan sarana seperti sarana air bersih, pembangkit listrik tenaga air dan jembatan yang tersebar di beberapa desa. KSPPM dalam hal ini berperan hanya sebagai pendamping sedangkan pemilik proyek adalah warga.

Dalam memulai pembangunan tersebut, KSPPM memiliki tahap-tahap dalam pengerjaannnya. yang pertama ialah tahap penyadaran. Yaitu tahap persiapan dan penyadaran sosial melalui diskusi dan musyawarah bersama masyarakat. Tahap ini merupakan sangat penting untuk membangkitkan potensi masyarakat yang telah hilang seperti saling tolong-menolong, saling bekerjasama membangun kesejahteraan bersama. karena pembangunan sarana infrstruktur tersebut hanyalah entrey point untuk perubahan, perkembangan kesadaran mereka akan kebutuhan hidup lainnya.

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

tahap yang kedua ialah tahap pengorganisasian. setelah masyarakat menyadari bahwa mereka butuh pembangunan sarana untuk kebutuhan hidup melalui diskusi-diskusi dan musyawarah, diputuskan untuk melanjutkan pembangunan maka pembicaraan selanjutnya difokuskan pada kekuatan desa. Meliputi kekuatan masyarakat dalam pembangunan dari rayat, oleh rakyat dan untuk rakyat. pengorganisasian dalam hal ini menyangkut peningkatan kemampuan dan keterampilan penduduk secara bersama- sama untuk melahirkan pemimpin melalui sebuah wadah bersama atau organisasi. organisasi inilah yang nantinya memikirkan tentang penyebaran informasi dan pemahaman prinsip-prinsip pembangunan infrastruktur yaitu rakyat yang merancang, mengelola dan memelihara. oleh karena itu masyarakat memilih pengurus yang bertugas untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi berdasarkan keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah desa. dalam perencanaan termasuk pengumpulan dana swadaya, kerja gotong-royong dengan berjadwal serta bertanggungjawab dalam persoalan teknis di lapangan.

Kemudian tahap yang ketiga ialah tahap pelaksanaan pembangunan. Merupakan kelanjutan dari setelah terbentuknya organisasi dan pengurusnya (panitia pembangunan) oleh masyarakat. Maka KSPPM menyerahkan hak penuh kepada pengurus bersama masyarakat sebagai pemilik untuk merancang, mengelola dan memelihara infrstruktur.

Pembangunan infrastruktur tersebut tentu membutuhkan banyak biaya, dalam hal ini KSPPM mengusahakan terlebih dahulu swadaya masyarakat. Setelah diketahui kemudian dana dari swadaya masyarakat untuk pembangunan infrastruktur apabila kurang, maka KSPPM berusaha atau menanggungjawabi pencarian dana yang kurang. Artinya dana yang kurang yang ditanggungjawabi KSPPM selanjutnya tetap akan diganti oleh masyarakat kepada KSPPM melalui koperasi yang dibentuk oleh

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

masyarakat. seperti telah disebutkan sebelumnya dimana pembangunan sarana tersebut hanyalah entrey point untuk perubahan dan perkembangan kesadaran mereka akan kebutuhan hidup lainnya. oleh sebab itu setelah pembangunan infrastruktur selesai maka selanjutnya KSPPM tetap mendampingi dalam pembantukan koperasi kredit, kegiatan pengembangan pertanian melalui diskusi dan orientasi ke desa lain yang juga merupakan dampingan KSPPM seperti desa Silaban dan Dolok Martalitali dimana desa tersebut termasuk sudah maju pertaniannya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dibidang hukum mereka juga diikutkan dalam pelatihan dan diskusi dibidang hukum seperti latihan pokrol. Program pembangunan infrastruktur inipun hanya dilaksanakan sampai pada tahun 1989. Hal ini disebabkan kesulitan KSPPM dalam mencari dana untuk mendukung program ini.

5.4 Bidang Perempuan

Di masyarakat pedesaan berlatar belakang agraris peran perempuan seringkali mendapat peran ganda dalam rumah tangga. Peranan ganda yang dimaksud yaitu peran sebagai ibu rumah tangga, istri dan sebagai pekerja. Tidak heran misalnya dilihat dalam keluarga Batak toba di Taput, perempuan setelah bekerja di ladang kemudian sesampainya di rumah masih mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mengurus anak, mengambil air minum, dll.

Dalam adat batak toba, pengambilan keputusan selalu diperankan oleh laki- laki. demikian juga dalam hal kedudukan perempuan Batak Toba untuk mendapatkan tanah (harta warisan orang tua) sangat jelas kelihatan terjadinya diskriminasi. Dapat disimpulkan bahwa pengaturan hak-hak atas faktor produksi (tanah) dalam masyarakat Batak Toba menunjukkan adanya pengakuan akan ketidakseimbangan kedudukan antara laki-laki dan perempuan di dalam kelompok adatnya. Karena

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

kelestarian marga dicerminkan dengan sangat jelas melalui cara-cara peralihan hak- hak atas tanah-tanah sebaggi identitas kelompok marga hanya anak laki-laki yang berhak mewarisi tanah, sedangkan anak perempuan hanya memperoleh tanah atas kebaikan hati ayah atau kerabat laki-laki saja. lebih jauh lagi, peluang perempuan untuk memperoleh hak atas tanah dari kelompok marga suaminya tergantung pada sesuatu yang sama sekali berada di luar kekuasaannya, yaitu kemampuan untuk memperoleh anak terutama anak laki-laki.

Walaupun dalam hukum nasional, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, dimana sama-sama mempunyai hak, kesempatan serta perhatian yang sama dari orang tua, masyarakat dan negara. hukum juga tidak membedakan laki-laki dan permpuan dalam pembagian harta warisan, sama-sama mempunyai hak pada harta peninggalan orang tuanya. Hal tersebut juga sebenarya diperkuat oleh agama kristen. Masuknya kekristenan ke dalam masyarakat Batak toba yang dimulai sejak tahun 1860an paling tidak telah membersitkan pemikiran tentang persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan. Tetapi setelah memeluk agama Kristen tidak banyak mengubah dasar materil kehidupan orang Batak toba di pedesaan Taput. Tidak adanya anak terutama anak laki-laki, bukan saja dianggap sebagai tanda-tanda permulaan kepunahan dari kelompok marga, tetapi juga pada tingkat yang lebih personal hal itu dianggap sebagai sumber langsung ketidakpastian di hari tua. karena itu dalam kerangka berpikir Batak Toba yang agraris sangatlah masuk akal apabila perempuan yang tidak mempunyai anak dianggap berperan besar untuk potensi kepunahan kelompok marga suaminya dan oleh karena itu ia tidak berhak hidup di atas tanah suaminya itu.

Atas dasar banyaknya diskriminasi yang dialami oleh perempuan di pedesaan, maka diambil keputusan dalam rapat badan pengurus KSPPM pada tanggal 23

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

November 1987 untuk membuka program dibidang perempuan dan anak. Untuk langkah awal memulai program ini, dilakukan kegiatan study kelompok dan seminar- seminar dengan tujuan awal untuk menjalin kebersamaan sesama perempuan. Adapun kegiatan bidang perempuan yang pertama dilakukan di desa Tapian Nauli II yaitu bentuk diskusi khusus perempuan atau yang disebut “Seminar Perempuan Desa”. Diskusi tersebut melakukan pendekatan setelah proyek pembangunan sarana air bersih selesai. Setelah mengikuti diskusi perempuan tersebut 52 orang ibu sepakat untuk turun ke jalan bergotong-royong memperbaiki jalan sepanjang 1,5 km.55

“Dengan mengorganisasikan kaum perempuan di desa, mempermudah proses persiapan sosial menuju pembangunan proyek infrastruktur sebagai pintu masuk untuk merubah masyarakat berpaling kebidang-bidang kehidupan lain secara menyeluruh.”

Bahwa perjuangan emansipasi perempuan, yang pertama sekali bertujuan untuk melenyapkan segala bentuk diskriminasi atau ketidakadilan terhadapnya. Atas dasar itu KSPPM mulai memotivasi petani perempuan di pedesaan untuk membangun kelompok. Tentu dengan terbentuknya kelompok perempuan tersebut dapat dibahas dan diatasi secara bersama tentang persoalan-persoalan yang dialami oleh kaum perempuan dalam keluarga ataupun permasalahan-permasalahan dibidang pertanian. Bahkan kelompok petani perempuan mendirikan koperasi setelah kesepakatan bersama untuk menigkatkan ekonomi keluarga. Di desa Simatupang kecamatan Muara misalnya, kelompok perempuan terlibat aktif dalam membahas dan mempersiapkan pembangunan air minum di desa tersebut. Sehingga tampaklah program bidang perempuan dapat menjadi peluang yang besar bagi keberhasilan pendampingan KSPPM di lapangan.

56

Untuk mendukung program bidang perempuan ini, KSPPM menerbitkan buletin ‘Perempuan’. Dalam bulletin tersebut berisi tulisan mengenai informasi

55

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

perempuan. Tentu tulisan-tulisan tersebut sangat bermanfaat bagi perempuan yang membacanya dalam membangun motivasi dan sikap percaya diri perempuan. Akan tetapi buletin tersebut tidak dapat bertahan lama. Hal ini disebabkan oleh perempuan yang didampingi tidak didorong untuk menulis sehingga ketika KSPPM kekurangan sumber daya manusianya untuk menulis di bulletin tersebut, maka buletin terebut pun tidak dilanjutkan lagi.

Sebenarnya terdapat kemajuan dalam pendampingan perempuan di pedesaan, walaupun belum menyentuh diskriminasi yang diakibatkan oleh adat Batak Toba, tetapi setidaknya dapat membangun rasa percaya diri perempuan untuk terlibat dalam persoalan-persoalan kehidupan masyarakat. Akan tetapi dalam pelaksanaannya terdapat kendala misalnya dari pihak suami yang tidak senang kalau istrinya mengikuti kegiatan-kegiatan kelompok perempuan. Hal ini disebabkan karena laki- laki tidak dilibatkan dalam persoalan perempuan sehingga program inipun tidak mendapat dukungan dari pihak suami. Kemudian adanya kesalahan dalam pemahaman pihak perempuan yang didampingi bahwa kesetaraan antara laki-laki dengan perempuan diwujudkan dalam mengambil alih pekerjaan laki-laki. Sehingga mengakibatkan perempuan sibuk dengan pekerjaannya di ladang sementara si suami hanya sibuk seharian di lapo (kedai kopi). Oleh karena itu berdampak semakin menurunnya keinginan perempuan untuk mengikuti kegiatan kelompok perempuan.57

Atas dasar beberapa kendala tersebut, maka program bidang perempuan tidak dilanjutkan lagi. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut akhirnya program ini diganti dengan program yang berspektif gender. Artinya tidak ada lagi bidang program khusus perempuan. Dengan demikian program yang berspektif gender

56

Dokumen KSPPM dalam laporan pelaksanaan program tahun 1989.

57

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

tersebut berarti melibatkan antara laki-laki dan perempuan dalam setiap permasalahan perempuan.

5.5 Pemberdayaan Ekonomi Melalui Koperasi Credit (Credit Union)

Pelaksanaan program pemerintahan Orba yang dikenal dengan pendekatan top

down, tidak dapat menyelesaikan persoalan kemiskinan. Pendekatan ini tidak pernah

mengetahui apa yang menjadi kebutuhan rakyat. Adapun program pemerintah di Tapanuli untuk mengentaskan kemiskinan separti Opsusdu “Maduma” dan GPDT “Martabe”, terkesan menghambur-hamburkan uang yang tentu mematikan kemandirian masyarakat. Padahal pembangunan ekonomi yang berorientasi kepada rakyat haruslah membangun kemampuan masyarakat untuk mandiri. Sehingga setiap individu warganegara mempunyai kemampuannya untuk hidup sejahtera.

Seiring dengan persoalan petani di Taput, seperti penyempitan lahan pertanian, kebutuhan akan pupuk dan pestisida kimia yang mempengaruhi penghasilan petani menurun. Oleh karena itu para rentenir di pedesaan sering menjadi tumpuan para petani. Petani sangat mudah mendapatkan pinjaman dari rentenir, walaupun dengan bunga pinjaman yang cukup tinggi. Hal ini terpaksa dilakukan petani untuk dapat membiayai kebutuhan hidup dan sekaligus digunakan untuk modal bertani.

Berswadaya secara individual bagi petani miskin sulit dilaksanakan, tetapi bila secara bersama dalam kelompok lebih berprospek. Oleh karena itu KSPPM bersama- sama dengan petani membangun prinsip-prinsip swadaya tersebut dalam wadah kelompok-kelompok koperasi kredit atau yang disebut CreditUnion (CU). Dengan adanya wadah kelompok melalui CU, selain peningkatan ekonomi petani, solidaritas petani juga semakin kuat. Sehingga dalam melakukan pengorganisasian masyarakat,

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

KSPPM menggunakan CU sebagai entry point untuk perubahan dan perkembangan kesadaran mereka akan kebutuhan hidup lainnya.

Oleh karena semakin banyaknya kelompok CU yang terbentuk, maka kebutuhan akan pelatihan pembukuan CU pun semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena kelompok yang baru terbentuk belum mengetahui pembukuan yang sistematis. Maka secara rutin staf KSPPM datang ke desa-desa untuk mengadakan pelatihan pembukuan. Biasanya setelah selesai latihan pembukuan, dilanjutkan dengan diskusi dengan topik yang lain seperti pertanian.

5.6 Pendampingan KSPPM Terhadap Korban Akibat Beroperasinya PT.IIU 5.6.1 Profil Perusahaan

PT. Inti Indorayon Utama merupakan group perusahaan Raja Garuda Mas (RGM) yang didirikan oleh pengusaha dari Medan yaitu Sukanto Tanoto yang didirikan pada 26 April 1983 berlokasi di Desa Sosorladang Kecamatan Porsea. Mulai beroperasi dengan menebangi pohon-pohon pinus sejak 1986. Sejak awal berdirinya sebenarnya Menteri Negara Lingkungan Hidup Emil Salim dan Menteri Perindustrian A.R Soehoed sangat tidak setuju jika PT.IIU didirikan di Sosorladang yang terletak di hulu sungai Asahan. Akan tetapi pendiriannya tetap dilanjutkan terbukti dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Riset dan Teknologi dan Menteri Negara dan Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. SK/ 681/M/BPP/XI/1986 dan No. KEP -43/MNKLH/11/1986 tertanggal 13 Novenber 1986. Pabrik pulp dan Hutan Tanaman Inustri (HTI) PT.IIU mulai dibangun sejak 1987. Diresmikan operasionalnya oleh Presiden Soeharto di Desa Nisam Lhokseumawe Aceh pada tahun 1989 bersamaan dengan peresmian 8 pabrik pulp dan

Roganda P. Simanjuntak : Peran KSPPM Dalam Membangun Prakarsa Masyarakat Di Tapanuli Utara (1985 – 1994), 2009.

rayon lainnya. Secara komersial, PT.IIU mulai memproduksi pulp pada 1989. Selanjutnya pada 1993, dibangun lagi pabrik serat rayon.

Untuk penyediaan bahan baku industri, PT.IIU telah memperoleh Izin Pemanfaatan Hutan Tanaman Pinus seluas 86.000 hektare berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor 236/KPTS-IV/1984 dan kemudian mendapat Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) sesuai SK Menteri Kehutanan No. 493/KPTS- II/1992 seluas 2269.060 hektare sebagai sumber bahan baku jangka panjang.

Lokasi Konsesi HPHTI

Dokumen terkait