Tolok ukur sebagaimana telah dirumuskan pada Tabel 15 kemudian diterjemahkan ke dalam target-target yang dapat dijangkau pada periode waktu
tertentu. Umpan balik dapat diperoleh melalui evaluasi terhadap pencapaian target-target dari tolok ukur yang telah ditetapkan. Target-target tersebut dapat dicapai melalui langkah-langkah tindakan atau inisiasi (indikator sebab). Indikator sebab ini merupakan langkah-langkah tindakan untuk mencapai indikator akibat. (Nurani et al. 2011).
Tabel 16 menunjukkan rumusan tujuan, sasaran, tolok ukur dan inisiasi pengembangan minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu. Perumusan inisiasinya adalah 1) analisis status keberlanjutan perikanan tangkap di Palabuhanratu, 2) alternatif kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan, 3) analisis tingkat kepuasan pelanggan dan stakeholder di kawasan minapolitan, 4) peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur penunjang industrialisasi perikanan yang memiliki standar internasional, 5) penerapan ISO 9000, 6) pembentukan dan penguatan lembaga kemitraan minapolitan, 7) pengembangan kawasan perikanan terpadu, 8) pengembangan pelabuhan perikanan untuk menunjang proses industrialisasi perikanan, 9) evaluasi value
chain komoditas tuna dan layur, 10) intervensi business intermediary, dan paralel organization, 11) penerapan focused quality dimana pelayanan diberikan
pengelola pelabuhan perikanan bertujuan untuk memenuhi keinginan dari pelanggan, 12) pelatihan capacity building bagi pengelola pelabuhan perikanan, 13) pengembangan sistem informasi sumberdaya dan kemitraan klaster industri perikanan
Gambar 40 menunjukkan keterkaitan keempat perspektif dalam mencapai tujuan minapolitan dimana perspektif kapasitas kelembagaan mendorong tercapainya tujuan dan sasaran strategis dari perspektif bisnis internal dan perspektif keuangan. Secara simultan ketiga perspektif tersebut akan mendorong tercapainya tujuan dan sasaran strategis dari perspektif pelanggan dan
Tabel 16 Pengembangan tolok ukur, identifikasi penyebab dan dampak serta membuat keseimbangan
Tujuan berbasis perspektif Sasaran Tolok Ukur Target Inisiatif
Pelanggan dan stakeholders: 1. Pengembangan perikanan
tangkap berkelanjutan 2. Meningkatkan sarana,
prasarana dan infrastruktur transportasi serta pelabuhan perikanan 1) Keseimbangan konservasi dan eksploitasi 2) Tingkat kepuasan pelayanan bagi pelanggan dan stakeholder
Status keberlanjutan ekologi, sosial ekonomi, masyarakat dan kelembagaan
Jenis, kapasitas dan kualitas fasilitas pelayanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan Kenyamanan dan loyalitas
pelanggan dalam jangka panjang atas pelayanan yang diberikan
Status keberlanjutan perikanan tangkap di Palabuhanratu baik
Tingkat kebutuhan pelanggan sesuai dengan fasilitas pelayanan yang dimiliki pelabuhan perikanan
Kemudahan aksesibilitas bagi industri perikanan Kepuasan pelanggan
terhadap fasilitas yang ada
Analisis status keberlanjutan perikanan tangkap di Palabuhanratu Alternatif kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan
Analisis tingkat kepuasan pelanggan dan stakeholder di kawasan minapolitan Peningkatan sarana,
prasarana dan infrastruktur penunjang industrialisasi perikanan yang memiliki standar internasional
Keuangan
1. Optimalisasi produk tuna dan layur
2. Kemitraan bisnis minapolitan
1) Kontinuitas produk dengan mutu yang berkualitas tinggi
2) Kemitraan klaster industri perikanan
Penerapan manajemen mutu mulai dari input, proses, output dan layanan purna jual
Kesadaran mutu dipahami oleh anggota rantai pasok
Tingkat perolehan kerja sama kemitraan
Tingkat kepuasan mitra bisnis
Meminimumkan produk
reject atau klaim berkurang
Peningkatan mutu dan kualitas produk minimal 20%
Kenaikan tingkat perolehan kerja sama kemitraan Kenaikan tingkat kepuasan
mitra bisnis Penerapan ISO 9000 Pembentukan dan penguatan lembaga kemitraan minapolitan 154
Tabel 16 Lanjutan
Tujuan berbasis perspektif Sasaran Tolok Ukur Target Inisiatif
Bisnis Internal
1. Industrialisasi perikanan 2. Pengembangan pola
kemitraan antara nelayan, juragan dan eksportir yang berimbang
1) Integrasi rantai pasok, pengembangan sistem produksi dan
peningkatan sarana dan prasarana
2) Konsolidasi anggota rantai pasok dan inovasi kelembagaan
Peningkatan nilai produksi Peningkatan pendapatan
nelayan
Peningkatan tenaga kerja yang terserap
Klaster industri perikanan yang berdaya saing
Posisi tawar yang seimbang antara nelayan, pedagang pengumpul dan perusahaan Kelompok nelayan yang
memiliki kematangan usaha menjadi lembaga formal yang mandiri
Efisiensi biaya produksi Peningkatan industri
pengolahan dan
pemasaran, serta kegiatan promosi klaster industri perikanan.
Profit share yang diterima nelayan buruh minimal 60%
Penyempurnaan pola kemitraan inti plasma dan
contrac farming.
Pengembangan kawasan perikanan terpadu Pengembangan pelabuhan
perikanan untuk menunjang proses industrialisasi perikanan
Evaluasi value chain komoditas tuna dan layur Intervensi business
intermediary, dan paralel organization Kapasitas kelembagaan 1. Peningkatan kinerja pengelola pelabuhan perikanan 2. Membangun kesadaran kolektif untuk tetap komitmen dan konsisten dalam mengembangkan minapolitan 1) Pengelola pelabuhan dapat menjalankan kewajibannya agar fungsi penting pelabuhan perikanan tetap berfungsi secara optimal dalam melayani industri perikanan
Efiensi dan efektivitas kinerja pelabuhan perikanan
Perbaikan kualitas
pelayanan seperti, ketepatan waktu pelayanan, akurasi pelayanan, kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, tanggung jawab,
kelengkapan, kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, variasi model pelayanan, kenyamanan dalam memperoleh pelayanan
Penerapan focused quality dimana pelayanan diberikan pengelola pelabuhan perikanan bertujuan untuk memenuhi keinginan dari pelanggan.
Pelatihan capacity building bagi pengelola pelabuhan perikanan
Tabel 16 Lanjutan
Tujuan berbasis perspektif Sasaran Tolok Ukur Target Inisiatif
2) Pendistribusian dan monitoring informasi sumberdaya dan kegiatan kemitraan klaster industri perikanan agar terjadi sinergi kemitraan.
Para pelaku ekonomi dan
stakeholders kunci lainnya
memiliki kesadaran kolektif untuk berkolaborasi dan bersinergi mengembangkan klaster industri perikanan yang terintegrasi dalam sistem minapolitan
Terumuskannya pola kerja sama pelaksanaan
pengembangan klaster industri perikanan yang terintegrasi
Data inventori pelaku ekonomi klaster industri perikanan , informasi mengenai asset SDA dan SDM klaster industri perikanan
Format publikasi informasi kegiatan kemitraan klaster industri perikanan
Pengembangan sistem informasi sumberdaya dan kemitraan klaster industri perikanan
Tujuan strategis Ukuran Strategis
Sasaran (indikator akibat) Inisiatif (Indikator sebab)
Gambar 40 Rumusan tujuan, sasaran strategis, dan indikator pencapaian sasaran strategis. Keseimbangan konservasi dan eksploitasi
Kontinuitas produk dengan mutu yang berkualitas tinggi
Kemitraan klaster industri perikanan
Konsolidasi anggota rantai pasok dan inovasi kelembagaan
Pengelola pelabuhan dapat menjalankan kewajibannya agar fungsi penting pelabuhan perikanan tetap berfungsi secara optimal Peningkatan kemampuan system informasi Pendistribusian dan monitoring informasi sumberdaya dan kegiatan kemitraan klaster industri perikanan agar terjadi sinergi kemitraan
- Analisis status keberlanjutan perikanan tangkap di Palabuhanratu
- Alternatif kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan
- -
- Peningkatan sarana, prasarana dan infrastruktur penunjang industrialisasi
perikanan yang memiliki standar internasional - Analisis tingkat kepuasan pelanggan
Penerapan ISO 9000
Pembentukan dan penguatan lembaga kemitraan bisnis minapolitan
- Pengembangan kasawan perikanan terpadu - Pengembangan pelabuhan perikanan untuk menunjang proses industrialisasi perikanan - Evaluasi value chain komoditas tuna dan layur
- Intervensi business intermediary, dan paralel
organization
- Penerapan focused quality management - Pelatihan capacity building bagi pengelola
pelabuhan perikanan
Pengembangan sistem informasi sumberdaya dan kemitraan klaster industri perikanan Pengembangan perikanan tangkap
berkelanjutan
Meningkatkan sarana, prasarana dan infrastruktur transportasi serta pelabuhan perikanan
Integrasi rantai pasok, pengembangan sistem produksi dan peningkatan sarana dan prasarana
Tingkat kepuasan pelayanan bagi pelanggan dan stakeholder berkualitas tinggi
Optimalisasi produk tuna dan layur
Kemitraan bisnis minapolitan
Industrialisasi perikanan
Pengembangan pola kemitraan antara nelayan, juragan dan eksportir yang berimbang
Peningkatan kinerja pengelola pelabuhan perikanan
Membangun kesadaran kolektif untuk tetap komitmen dan konsisten dalam
mengembangkan minapolitan
4.4 Pemeliharaan Program
Program minapolitan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk program pengembangan wilayah. Artinya, daur hidup program minapolitan mencakup program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Dalam kasus program minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu, Pemda setempat telah merumuskan roadmap rencana aksi untuk tahun 2011 hingga tahun 2014. Kemudian pada tahun 2012 dilakukan intervensi program akselerasi minapolitan di PPN Palabuhanratu yaitu industrialisasi perikanan dimana tuna, tongkol dan cakalang ditetapkan sebagai komoditas unggulan. Program ini dirancang untuk implementasi tahun 2012 hingga tahun 2014. Fakta ini menunjukkan bahwa minapolitan sebagai sebuah program pilot akan berakhir pada tahun 2014. Keberlanjutan program minapolitan pasca tahun 2014 sangat tergantung dinamika politik dan kebijakan dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Jika hasil evaluasi implementasi program dianggap berhasil, maka pasca tahun 2014 pemerintah seharusnya dapat melanjutkan kebijakan program minapolitan berupa program penguatan dan pengembangan minapolitan. Akan tetapi sebaliknya, jika program minapolitan dianggap gagal maka kemungkinan besar, secara formal, program minapolitan akan berakhir.
Pertanyaan mendasar yang harus dipahami oleh stakeholder terkait adalah 1) apa yang harus dilakukan jika secara formal program minapolitan telah berakhir, 2) apakah stakeholder lokal siap menerima estafet tanggung jawab pasca program. Masalah ini kadang menjadi isu sensitif di kalangan pengelola program maupun stakeholder terkait. Namun adanya tingkat kepercayaan yang tinggi atau optimisme para stakeholder lokal dapat dijadikan modal yang sangat penting untuk mengatasi isu keberlanjutan program. Menurut Sondita et al. (2005),
stakeholder yang memiliki optimisme tinggi akan sanggup menentukan
langkah-langkah inisiatif yang kreatif untuk memastikan keberlanjutan program pada saat sumberdaya dari pihak luar berakhir. Beberapa hal yang perlu ditangani untuk menjamin keberlanjutan program adalah 1) komitmen pemerintah daerah harus melembaga, artinya harus ada institusi resmi yang ditetapkan sebagai pengelola keberlanjutan program, 2) semangat entrepreneurship harus dibangun di tingkat masyarakat, pengelola dan stakeholder terkait, 3) kerja sama dengan stakeholder 158
lain harus dibangun dan dimanfaatkan khususnya kerja sama antara pihak pemerintah, akademisi dan swasta untuk merespon kebutuhan-kebutuhan khusus masyarakat.
Mengingat bahwa PPN Palabuhanratu sebagai zona inti minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu, keberlanjutan program minapolitan sangat ditentukan oleh kinerja pengelola pelabuhan perikanan. Sesuai fungsinya, pelabuhan perikanan merupakan suatu institusi yang memiliki peran penting dalam menunjang efisiensi usaha perikanan tangkap dan industrialisasi perikanan. Artinya, jika pengelola pelabuhan perikanan dapat memberikan pelayanan terbaik sehingga kinerja pelabuhan perikanan tetap dapat berfungsi secara optimal dalam melayani industri perikanan maka keberlanjutan minapolitan perikanan tangkap akan terjamin meskipun secara formal telah berakhir. Hasil survei identifikasi
gaps implementasi program minapolitan (Tabel 17), diperoleh nilai bobot 0,8
(berada pada selang 75% - 100%). Mengacu klasifikasi Moenandir (2010) maka pengelola program relatif siap untuk menjamin pemeliharaan program.
Tabel 17 Hasil survei identifikasi gaps implementasi program minapolitan di Palabuhanratu
Tipe Responden Jumlah Responden Skor Bobot
Dinas Kelautan dan Perikanan 4 4 0,20
PPN Palabuhanratu 4 4 0,20
Bappeda 1 4 0,20
Peneliti 1 4 0,20
Jumlah bobot 0,80
Dalam kaitannya dengan kelembagaan pengelola keberlanjutan program minapolitan perikanan tangkap di Palabuhanratu, setidaknya ada 3 kelembagaan yang menjadi elemen penting yaitu 1) PPN Palabuhanratu, 2) Dinas Keluatan dan Perikanan, dan 3) Bappeda. PPN Palabuhanratu berperan sebagai penanggungjawab teknis program minapolitan perikanan tangkap di zona inti. Dinas Kelautan dan Perikanan berperan sebagai penanggung jawab teknis program minapolitan di zona penunjang. Adapun Bappeda berfungsi sebagai
koordinator perencanaan dan penganggaran untuk pengembangan kawasan minapolitan. Bappeda juga memiliki power yang kuat pada saat Musrenbang agar SKPD terkait dapat berkontribusi dalam pengembangan kawasan minapolitan. Dengan skema model tersebut, pemeliharan dan keberlanjutan minapolitan tergantung pada kinerja PPN Palabuhanratu, Dinas Kelautan dan Perikanan serta Bappeda. Mengacu pada konsep analisis balanced scorecard, kinerja ketiga kelembagaan tersebut akan menjadi penggerak utama tujuan strategis dari perspektif bisnis internal dan keuangan serta pada akhirnya bermuara pada kepuasan pelanggan dan stakeholder minapolitan.
Pemeliharaan program minapolitan akan efektif jika mampu menerapkan konsep siklus perbaikan program secara berkelanjutan (Gambar 9). Perbaikan berkelanjutan merupakan mekanisme evaluasi program untuk membandingkan antara indikator program yang telah dirumuskan dalam balanced scorecard dengan capaian hasil pelaksanaan program pada periode waktu tertentu. Tingkat capaian pelaksanaan program tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkan antara data baseline indikator program pada tahap inisiasi program dan capaian indikator program pada periode jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.