• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strukur rantai pasok

Dalam dokumen 4 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 31-35)

Struktur rantai pasok komoditas tuna dan layur di Palabuhanratu salah satunya dipengaruhi oleh faktor kualitas produk yang dihasilkan (diperdagangkan) oleh anggota rantai pasok. Faktor lain yang tidak kalah penting adalah aturan main yang dibangun di antara berbagai pihak yang terlibat dalam sistem minapolitan maupun pihak yang terlibat dalam sistem rantai pasok komoditas tuna dan layur. 1) Struktur rantai pasok layur

Gambar 20 menunjukkan bahwa aliran komoditas layur di Palabuhanratu terbagi ke dalam dua submodel rantai pasok yaitu submodel rantai pasok layur untuk kebutuhan pasar lokal dan submodel rantai pasok layur untuk kebutuhan pasar luar negeri. Kedua submodel tersebut terjadi akibat perbedaan kualitas layur

yang dihasilkan nelayan. Anggota primer (pelaku utama) dalam rantai pasok layur adalah nelayan, pedagang pengumpul, dan perusahaan eksportir sedangkan anggota sekunder (penunjang operasional nelayan) adalah industri kapal, perbengkelan kapal, alat tangkap, BBM, pabrik es, penyedia umpan, dan toko perbekalan nelayan.

Gambar 20 Model rantai pasok layur di Palabuhanratu.

Gambar 21 Prosentase produksi layur per alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun 2011. 1.7% 7.1% 0.4% 90.8% Pancing Ulur Purse Seine Payang Bagan Nelayan Pancing Ulur Nelayan Bagan Pedagang Pengumpul Lokal Palabuhanratu Nelayan Payang Nelayan Gillnet

Pasar Lokal Perusahaan Ekspor Layur

Pasar Luar Negeri: Korea, Cina Konsumen Lokal Konsumen Lokal Pedagang Pengumpul Kabupaten Lain Keterangan:

Ikan layur di Palabuhanratu dihasilkan oleh nelayan pancing ulur, nelayan payang, nelayan purse seine dan nelayan bagan (Gambar 21). Nelayan pancing ulur merupakan produsen utama penghasil layur di Palabuhanratu, terlihat dari kapasitas produksi mencapai 90,8% dari total produksi layur di PPN Palabuhanratu pada tahun 2011. Sisanya dihasilkan oleh nelayan payang, bagan dan purse seine dengan prosentase produksi masing-masing sebesar 7,1%, 1,7% dan 0,4%. Berdasarkan jenis perahu yang digunakan, 99% produksi layur dari nelayan pancing ulur menggunakan jenis perahu motor tempel (outboard boat) dan 1% sisanya menggunakan kapal motor (inboard boat) 5-10 GT.

Secara kualitas, layur yang dihasilkan oleh nelayan pancing ulur memiliki kualitas layur terbaik. Seluruh hasil tangkapan nelayan pancing ulur relatif sesuai dengan standar kualitas ekspor, namun jika nelayan kurang memperhatikan penanganan hasil tangkapannya (komposisi es kurang sehingga suhu > 50C) akan menurunkan kualitas sekaligus harga jual di tingkat perusahaan. Harga di tingkat nelayan (harga beli pedagang pengumpul) tidak ditentukan oleh kualitas layur. Pedagang pengumpul yang sebagian besar sebagai pemilik kapal membeli seluruh hasil tangkapan dengan harga cenderung konstan dan ditentukan berdasarkan kesepakan informal pedagang setempat. Resiko dan keuntungan akibat perbedaan kualitas layur tersebut ditanggung sepenuhnya oleh pedagang pengumpul. Kualitas layur yang tidak masuk katagori kualitas ekspor dipasarkan oleh pedagang pengumpul ke pasar lokal.

Produksi layur di PPN Palabuhanratu tidak hanya berasal dari nelayan setempat (berdasarkan kapal yang mendarat di PPN Palabuhanratu), tetapi juga dipasok melalui jalur darat seperti Ujung Genteng, Cisolok, Loji, Cidaun (Cianjur), Pamengpek (Garut), Binuangeun (Banten) dan Jakarta. Gambar 22 menunjukkan bahwa produksi layur di PPN Palabuhanratu pada tahun 2011 berasal dari nelayan Palabuhanratu (19%), Ujung Genteng (47%), Cidaun (11%), Cisolok (8%), Pamengpek (6%), Binuangeun (6%), Loji (2%) dan Jakarta (1%). Artinya, prosentase pasok layur terbesar ke PNN Palabuhanratu berasal dari pedagang dari Ujung Genteng dan pasokan terbesar dari kabupaten lain berasal dari Cianjur.

Gambar 22 Prosentase produksi layur yang masuk lewat darat ke PPN Palabuhanratu tahun 2011.

Perusahaan ekspor layur di PPN Palabuhanratu yang menerima pasokan layur dari pedagang pegumpul adalah 1) PT. Duta I, 2) PT. Duta II, 3) PT. Uri, 4) PT AGB Palabuharatu, 5) PT. Ratu Prima Bahari Nusantara, 6) CV. Bahari Express, 7) PT. Topmed, 8) PT. Jiko Gantung Power. Kapasitas yang diterima perusahaan tersebut bervariasi sekitar 600-800 ton/tahun. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi (2010), PT AGB Palabuhanratu merupakan perusahaan yang memiliki kapasitas daya tampung ikan tertinggi yaitu 800 ton/tahun dengan rata-rata ekspor layur mencapai 650 ton per tahun.

Proses distribusi layur dari pedagang pengumpul ke perusahaan menggunakan mobil bak terbuka dan ikan ditempatkan dalam cool box

(steroform). Pedagang pengumpul yang wilayah kerjanya di PPN Palabuhanratu,

umunnya pengangkutan cool box hanya menggunakan motor ketika jumlahnya sedikit. Perusahaan eksportir melakukan proses pembekuan dan pengepakan ikan layur di Palabuhanratu. Ikan layur beku dikemas dalam box khusus dengan kapasitas 10 kg/box. Pihak perusahaan melakukan proses distribusi layur melalui jalan darat menuju ke Jakarta dengan menggunakan mobil box (refrigeration

thermo king system) dengan kapasitas sekitar 6 ton. Proses pengiriman ke negara

tujuan ekspor (Korea dan Cina) dilakukan melalui kapal ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok. Layur yang diekspor ke Korea menggunakan kontainer

19% 6%

47% 1%

11%

6% 2% 8%

Palabuhanratu Pamengpek (Garut)

Ujung Genteng Cisolok Loji Binuangeun (Baten) Cidaun (Cianjur) Jakarta

berkapasitas 24 feet sedangkan ke Cina menggunakan kontainer berkapasitas 27

feet.

Kemitraan yang terjalin antara nelayan buruh (ABK) dan pemilik kapal (pedagang pengumpul) berbentuk kemitraan usaha dengan sistem bagi hasil. Seluruh biaya operasional ditanggung pemilik kapal, artinya fungsi ABK hampir sama dengan karyawan. Kemitraan antara pedagang pengumpul dan perusahaan berbentuk mitra beli. Persaingan antar perusahaan terjadi untuk mendapatkan kontinuitas pasokan layur dari para pedagang pengumpul. Strategi persaingan antar perusahaan dilakukan dalam bentuk pemberian kenyamanan pelayanan bagi para pedagang pengumpul, penawaran harga dan pemberian pinjaman modal. Pemberian pinjaman modal merupakan strategi kemitraan bisnis yang cukup efisien untuk menjalin keterikatan antara pedagang pengumpul dan perusahaan yang bersangkutan. Bentuk kemitraan tersebut dapat dikatagorikan menguntungkan kedua belah pihak dimana pihak perusahaan memberikan pinjaman modal tanpa agunan dan bunga. Kondisi ini bertolak belakang dengan aturan yang berlaku pada perbankan. Pada kemitraan pinjaman modal antara perusahaan eksportir layur dan pedagang pengumpul, pedagang pengumpul hanya diberi kewajiban memasok layur ke perusahaan yang bersangkutan dan tidak diperbolehkan memasok layur ke perusahaan lainya. Setiap pedagang pengumpul memasok layur ke perusahaan tersebut, harga jual dipotong Rp 1.000,00/kg sebagai angsuran.

Dalam dokumen 4 HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 31-35)

Dokumen terkait