• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.3 Pengendalian Mutu atau Kualitas ( Quality Control )

Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas (manajemen perusahaan) untuk menjaga dan mengarahkan kualitas produk (jasa) perusahaan dapat

16

dipertahankan sebagaimana yang direncanakan (Agus Ahyari, 2002: 239).Dimana pengertian kualitas menurut lima pakar Manajemen Mutu Terpadu yaitu (M.N. Nasution, 2005: 15):

(1) Menurut Juran, kualitas produk adalah kecocokan penggunaan produk (find for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada teknologi, psikologi, waktu, kontraktual, dan etika. Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan penggunaan yang lama, meningkatkan citra atau status konsumen yang memakainya, tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas (quality assurance) dan sesuai etika bila digunakan.

(2) Menurut Crosby, kualitas adalah conformance to requirement, yaitu sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi.

(3) Menurut Deming, kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar.

(4) Menurut Feigenbaum, kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk.

17

(5) Menurut Garvin, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiapengertian pengendalian adalah proses, cara, perbuatan mengendalikan; pengekangan; pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan.

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa pengendalian kualitas adalahaktivitas pengawasan atau pemeriksaan suatu proses produksi agar berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan yang melibatkan sumber daya bahan baku dan manusia, teknologi serta lingkungan yang hasilnya dapat sesuai bahkan melebihi ekspektasi atau kebutuhan konsumen, sehingga dapat tercipta suatu loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan.

Ilmu pendidikan selalu berkembang, begitupula dengan konsep pengendalian mutu yang mengalami lima tahap perkembangan yaitu:

(1) Tahap pertama dikenal sebagai era tanpa mutu. Masa ini dimulai sebelum abad ke-18 dimana produk yang dibuat tidak diperhatikan mutunya. Hal seperti ini mungkin terjadi karena pada saat itu belum

18

ada persaingan (Monopoli) dalam era modern saat ini, praktik seperti ini masih bisa dijumpai.

(2) Era inspeksi. Era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an, dimana pemilihan produk akhir dilakukan dengan cara melakukan inspeksi seblum dilepas ke konsumen. Tanggung jawab mutu produk diserahkan sepenuhnya ke dapertemen inspeksi (quality control). (3) Statistical Quality Control Era (Pengendalian Mutu Secara Statistik).

Era ini dimulai tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone Laboratories. Departemen inspeksi dilengkapi denngan alat dan metode statistik untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada produk yang dihasilkan departemen produksi. Departemen produksi menggunakan data tersebut untuk melakukan perbaikan terhadap sistem dan proses.

(4) Quality Assurance Era. Era ini mulai berkembang tahun 1950-an. Konsep mutu meluas dari sebatas tahap produksi ke tahap desain dan berkoordinasi dengan departemen jasa (Mainenance, Gudang, dan lain-lain). Manajemen mulai terlibat dalam penentuan supplier. Konsep biaya mutu mulai dikenal, bahwa aktivitas pencegahan akang mengurangi pengeluaran daripada upaya perbaikan cacat yang sudah terjadi. Desain yang salah misalnya akan mengakibatkan kesalahan produksi atau instalasi, oleh sebab itu sangat dibutuhkan ketelitian desain untuk mengurangi biaya. Contoh dari era ini adalah penggunaan ISO 9000 versi 1994.

19

(5) Strategic Quality Management / Total Quality Management. Dalam era ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dalam menjadikan kualitas sebagai modal untuk menepatkan perusahaan siap bersaing dengan kompetitor. Sistem ini didefinisikan sebagai sitem manajemen strategis dan integratif yang melibatkann semua manajer dan karyawan serta menggunakan metode-metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperbaiki proses-prose organisasi secara berkesinambungan agar dapat memenuhi dan melampaui harapan pelanggan. Contoh era ini adalah penggunaan sistem manajemen mutu ISO 9000 versi 2000 dan 2008.

Untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen, maka dibuat karakteristik- karakteristik mutu produk yang kemudian dirumuskan dalam standar mutu. Standar mutu berfungsi sebagai batasan mutu yang harus dipenuhi agar produk yang dihasilkan sesuai dengan apayang diharapkan pelanggan. Oleh karena itu pengendalian mutu tidak lepas dari penetapan standar mutu yang diuraikan sebagai berikut (Agus Ahyari, 2002: 246):

a. Standar bahan baku, meliputi : (1) Standar mutu bahan baku

Mutu bahan baku ini sangat besar pengaruhnya terhadap terciptanya mutu produk yang baik. Bahan baku yang mempunyai mutu yang stabil, setidaknya akan menunjang stabilitas dari mutu produk yang dihasilkan.

20

(2) Standar penggunaan bahan baku

Merupakan alat untuk mengadakan pengendalian penggunaan bahan baku,sehingga penggunaan bahan baku akan terencana dan tidak terjadi penyimpangan.

(3) Standar harga bahan baku

Dalam hal ini perusahaan akan dapat memperkirakan kebutuhan dana untuk bahan baku yang dibutuhkan.

b. Standar tenaga kerja, meliputi : (1) Standar upah

Pemberian upah atau gaji dengan dasar perhitungan yang mudah dimengerti oleh para karyawan akan membuat para karyawan puas. (2) Standar jam kerja

Merupakan suatu standar dari jumlah waktu yang menyelesaikan suatu unit pekerjaan.

c. Standar peralatan produksi, meliputi :

Standar kapasitas, bentuk dan ukuran. Hal ini sangat erat hubungannya dalam penentuan tingkat operasi yang optimal. Mesin- mesin yang tidak mempunyai ukuran standar akan mengalami kesulitan dalam mencari suku cadang serta akan mengakibatkan sulitnya perbaikan-perbaikan yang harus dilaksanakan apabila terjadi kerusakan. d. Standar mutu produk, meliputi :

Daya tahan produk dan daya guna produk, dimaksudkan sebagai ketahanan produk tersebut dalam penggunaannya.Sedangkan daya guna

21

adalah kegunaan produk tersebut. Semakin tinggi tingkat kegunaannya akan semakin besar pula manfaat yang dapat diperoleh oleh pembeliannya.

Standar mutu diterapkan mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi dan peralatan yang digunakan, hasil akhir produk, dan distribusi produk sampai ke tangan konsumen, hingga faktor lain seperti kesejahteraan karyawan. Semakin kecil tingkat kesalahannya, maka produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik pula.

Terlepas dari komponen yang dapat dijadikan obyek pengukuran kualitas, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Zulian Yamit, 2005: 349)

a. Fasilitas operasi seperti kondisi fisik bangunan b. Peralatan dan perlengkapan

c. Bahan baku atau material

d. Pekerjaan ataupun staf organisasi

Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas diuraikan sebagai berikut (Zulian Yamit, 2005: 350):

a. Pasar atau tingkat persaingan

Persaingan sering merupakan penentu dalam menetapkan tingkat kualitas output suatu perusahaan, makin tinggi tingkat persaingan akan memberikan pengaruh pada perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dalam era bebas yang akan datang konsumen dapat

22

berharap untuk mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga yang lebih murah.

b. Tujuan Organisasi (Organization obyectives)

Apakah perubahaan bertujuan untuk menghasilkan output tinggi, barang yang berharga rendah (low price product) atau menghasilkan barang yang berharga mahal, exklusif (exclusive expensive product). c. Testing Produk (product testing)

Testing yang kurang memadai terhadap produk yang dihasilkan dapat berakibat kegagalan dalam mengungkapkan kekurangan yang terdapat pada produk.

d. Desain Produk (product design)

Cara mendesain produk pada awalnya dapat menentukan kualitas produk itu sendiri.

e. Proses Produksi (production process)

Prosedur untuk memproduksi produk dapat juga menentukan kualitas produk yang dihasilkan.

f. Kualitas Input (quality of inputs)

Jika bahan yang digunakan tidak memenuhi standar, tenaga kerja tidak terlatih, atau perlengkapan yang digunakan tidak tepat, akan berakibat pada produk yang dihasilkan.

g. Perawatan perlengkapan (equipment maintenance)

Apabila perlengkapan tidak dirawat secara tepat atau suku cadang tidak tersedia maka kualitas produk akan kurang dari semestinya.

23

h. Standar Kualitas (quality standart)

Jika perhatian terhadap kualitas dalam organisasi tidak nampak, tidak ada testing maupun inspeksi, maka output yang berkualitas tinggi sulit dicapai.

i. Umpan balik konsumen (customer feedback)

Jika perusahaan kurang sensitif terhadap keluhan-keluhan konsumen, kualitas tidak akan meningkat.

Produk, bukan hanya ditentukan dari output produk yang dihasilkan.Faktor-faktor pada lingkungan sekitar seperti kondisi peralatan- peralatan kerja dan konsistensi perusahaan untuk selalu berinovasi sesuai dengan selera pasar juga memiliki peranan penting dalam menentukan berkualitasnya suatu produk.

Dokumen terkait