• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penerapan Pengendalian Mutu Produksi dengan Pendekatan Statistical Quality Control (SQC) Dan Lean Six Sigma pada Usaha Kecil dan Menengah Penghasil Sepatu Daerah Bogor (Tahun 2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Penerapan Pengendalian Mutu Produksi dengan Pendekatan Statistical Quality Control (SQC) Dan Lean Six Sigma pada Usaha Kecil dan Menengah Penghasil Sepatu Daerah Bogor (Tahun 2016)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN

PENDEKATAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN

SIX SIGMA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGHASIL SEPATU DAERAH BOGOR

(TAHUN 2016)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Annisa Rivelia Prawiro NIM: 1112081000017

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

i

ANALISIS PENERAPAN PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DENGAN

PENDEKATAN STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) DAN LEAN

SIX SIGMA PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH PENGHASIL SEPATU DAERAH BOGOR

(TAHUN 2016)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Annisa Rivelia Prawiro NIM: 1112081000017

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Annisa Rivelia Prawiro

No. Induk Mahasiswa : 1112081000017

Jurusan/ Konsentrasi : Manajemen/ Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau tanpa pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini

Jikalau dikemudiak hari terdapat tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, 10 Maret 2016 Yang menyatakan,

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Annisa Rivelia Prawiro

Tempat/ Tanggal Lahir : Bogor/ 10 Maret 1994

Agama : Islam

Alamat : Kp. Telukpinang RT 003/001 Kec. Teluk Pinang

Kab. Bogor

Telp/ HP : 02189940464/ 085715389801

Email : riveliaannisa10@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

2001 – 2006 SDI Amaliah

2006 – 2009 SMPI Cikal Harapan

2009 – 2012 SMAN 4 Bogor

2012 – 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENDIDIKAN NON FORMAL

2011 English Course, LBPP LIA Bogor

2013 Peserta Sosialisasi Kebijakan Fiskal dengan Materi

“Kibjakan Fiskal dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Ekonomi Hijau” yang

diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal,

Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

2013 Peserta Diskusi Enterpreneurship Chairul Tanjung

(7)

vi

2014 Peserta Seminar Pasar Modal bersama Panin

Sekuritas, Panin Asset Management dan Bursa Efek

Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Peserta International Seminar “Toward ASEAN

Economic Community 2015; Fair Governments

Policies in Islamic Finance Sectors Among ASEAN

Countries”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Peserta Seminar “Inspiring Leadership and Legacy

of Muhammad (PBUH): A Prophet and An

Enterpreneur”, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Peserta Sosialisasi Kebijakan Fiskal dengan Materi

“ASEAN 2015, Threat od Opportunity dan Peran

Indonesia dalam Forum APEC dan Kebijakannya”, yang diselenggarakan oleh Badan Kebijakan Fiskal,

Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

PENGALAMAN ORGANISASI

2012 Panitia Divisi Saman dalam Acara Dekan Cup 2012

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2013 Panitia dalam Management Camp “Together with

(8)

vii

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2013-2014 Koordinator Divisi Hubungan Luar Kampus

Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Panitia dalam Acara One Day with Wardah Be

Smart, Energic, and Inspiring, Wardah Beauty

Agent.

PENGALAMAN BEKERJA

2014 – sekarang Wardah Beauty Agent pada PT. Paragon

(9)

viii ABSTRACT

This research is purpose to analyze the production quality control, the quality of production process, identify the causes of defects/ damage to the production process and to know the main factors that effect the quality of SMEs. Sampling method that used in this research is non-probability purposeful sampling with homogeneous sampling strategy, which 30 SMEs producing shoes in Bogor is the research sample for the data normality test, and then was re-selected to 15 SMEs producing shoes in Bogor as a sample for Statistical Quality Control Analysis and Lean Six Sigma Analysis. The data obtained were processed with Smart PLS Software for data normality test, and Microsoft Excel Software to analyze data with the approach of Statistical Quality Control and Lean Six Sigma. The results of data normality test is the quality control of 30 SMEs producing shoes can not be assessed through the quality control of raw materials, product quality control in production and quality control of end product. The results of the statistical quality control analysis is the production quality of SMEs are in controlled. And the results of the lean six sigma analysis is the cause of the damage/ defects in the production process occurs largely in the gluing process. There are five main factors that most effect the quality of SMEs are labor, raw materials, machinery and equipment, working methods and the environment.

(10)

ix

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengendalian mutu produksi, menganalisis kualitas proses produksi, mengidentifikasi penyebab kecacatan/ kerusakan pada proses produksi serta mengetahui faktor utama yang mempengaruhi mutu UKM. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non-probability purposeful sampling dengan strategi homogeneous sampling, dimana 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor adalah sampel penelitian untuk Uji kenormalan data, kemudian dipilih kembali menjadi 15 UKM penghasil sepatu daerah Bogor sebagai sampel untuk analisis Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma. Data-data yang diperoleh diolah dengan Software Smart PLS untuk uji kenormalan data, serta Software Microsoft Excel untuk menganalisis data dengan pendekatan Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma. Hasil dari uji kenormalan data yaitu kualitas pengendalian mutu pada 30 UKM penghasil sepatu daerah Bogor tidak dapat dinilai melalui kualitas pengendalian bahan baku, kualitas pengendalian mutu produk dalam produksi serta kualitas pengendalian mutu produk akhir. Hasil dari analisis Statistical Quality Control yaitu kualitas produksi UKM adalah dalam keadaan yang terkontrol. Dan hasil dari analisis Lean Six Sigma yaitu penyebab kerusakan/ kecacatan pada proses produksi sebagian besar terjadi pada proses pengeleman. Terdapat lima faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM yaitu tenaga kerja, bahan baku, mesin dan peralatan, metode kerja serta lingkungan.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi yang berjudul

Analisis Penerapan Pengendalian Mutu Produksi dengan Pendekatan

Statistical Quality Control dan Lean Six Sigma pada Usaha Kecil dan

Menengah Penghasil Sepatu Daerah Bogor (Tahun 2016)”, semata-mata

bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari berbagai pihak yang

memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. The one and only Mama Lia Aisyah, SE., yang selalu mendoakan dengan tulus

dan ikhlas, memberikan kasih sayang indah sepanjang masa, serta dukungan

tiada henti baik moril maupun materil. Semoga kelak saya bisa menjadi

kebanggaan bagi Mama baik di dunia maupun di akhirat nanti.

2. Adik tersayang Aldo Febrian Yasin, terimakasih atas berbagai musik yang

dimainkan untuk menemani dan menghibur saat penyusunan skripsi.

3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan

serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

(12)

xi

memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan

hingga akhir.

5. Bapak Indo Yama Nasarudin, SE., MBA., selaku dosen pembimbing I yang

telah meluangkan waktunya dan tak pernah lelah dalam membimbing serta

memberikan semangat kepada penulis sejak awal hingga akhirnya skripsi ini

bisa terselesaikan.

6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA., sebagai dosen pembimbing II yang

telah bersedia meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan yang

positif serta membangun kepada penulis.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah sabar dan ikhlas dalam mendidik dan memberikan ilmu kepada

penulis yang Insyaallah akan bermanfaat.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan bantuan kepada penulis.

9. Fauzi Raziz, SE., yang selalu memberikan motivasi dan dorongan agar

menjadi pribadi yang lebih baik.

10.Yulvie Sabriani, Fikri Choirunnisa, Hersinta Pusdika, Larassanti Dewi, Asri

Lestari dan Rizka Azizi yang sudah bersama-sama sejak awal perkuliahan

saling mendukung satu sama lain dalam suka maupun duka, dan juga kepada

Alif Mughofir, Lutfi Wijaya dan Achmad Fauzi yang telah memberikan warna

indah pertemanan.

11.Kawan-kawan seperjuangan Manajemen 2012 yang bersama-sama saling

(13)

xii

in forgetting what one gives and remembering what one receives”– Alexander Dumas.

12.Siti Julaika dan Aldita teman seperjuangan dalam menyusun skripsi, yang

sama-sama saling mendukung dan memberikan saran serta bimbingan.

Akhir kata, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati saya mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala bentuk bantuan yang telah kalian berikan mendapatkan pahala

yang berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis serta para pembaca.

Ciputat, 10 Maret 2016

(14)

xiii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... viii

Abstrak ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xvi

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Lampiran ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Produksi dan Operasi (Production and Operation) ... 11

(15)

xiv

2.1.3 Pengendalian Mutu atau Kualitas (Quality Control) ... 15

2.1.4 Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) .. 23

2.1.5 Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal (Statistical Quality Control) ... 35

2.1.6 Lean Six Sigma ... 35

2.1.7 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ... 36

2.2 Penelitian Terdahulu ... 42

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 46

2.4 Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 48

3.2 Populasi dan Teknik Pemilihan Sample ... 48

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 49

3.4 Metode Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

4.1.1 Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor ... 56

4.1.2 Bahan Baku serta Alat dan Mesin Produksi pada UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor ... 60

4.1.3 Tahapan Produksi UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor 61

4.2 Uji Kenormalan Data ... 62

4.2.1 Validitas Konvergen (Convergent Validity) ... 62

(16)

xv

4.2.3 Average Variance Extracted (AVE) ... 66

4.2.4 Outer Weights ... 67

4.2.5 Effect Size ... 68

4.2.6 Pengujian Hipotesis ... 68

4.3 Analisis Statistical Quality Control ... 71

4.4 Analisis Lean Six Sigma ... 87

4.4.1 Tahap Define dan Measure ... 88

4.4.2 Tahap Analyze ... 98

4.4.3 Tahap Improve ... 101

4.4.4 Tahap Control ... 102

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 104

5.2 Saran ... 105

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, 2

Menengah (UMKM) dan Usaha Besar Tahun

2012-2013

2.1 Penelitian Terdahulu 42

4.1 Profil UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor 56

4.2 Nama Alat dan Mesin pada UKM Penghasil 60

Sepatu Daerah Bogor

4.3 Nilai Composite Reliability 66

4.4 Nilai Average Variance Extracted 66

4.5 Nilai Outer Weights 67

4.6 Nilai Effect Size 68

4.7 Nilai Path Coefficient Hipotesis H1 68

4.8 Nilai Path Coefficient Hipotesis H2 69

4.9 Nilai Path Coefficient Hipotesis H3 69

4.10 Nilai Path Coefficient Hipotesis H4 70

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Sistem Produksi dan Operasi 12

2.2 Indikator-indikator untuk Mengukur UKM 41

yang Bermutu

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis 45

2.4 Hipotesis 46

3.1 Contoh Diagram Pareto 52

4.1 Output PLS Algorithm Variabel (X1) 62

4.2 Output PLS Algorithm Variabel (X2) 63

4.3 Output PLS Algorithm Variabel (X3) 63

4.4 Output PLS Algorithm Variabel (X4) 64

4.5 Output PLS Algorithm Variabel (Y1) 65

4.6 Kusnadi Home IndustryP Chart of Damage 73

4.7 Assenda Sepatu Sendal P Chart of Damage 74

4.8 Mutiara Sepatu Sendal P Chart of Damage 75

4.9 Meliska P Chart of Damage 76

4.10 Azfa Collection P Chart of Damage 77

4.11 Endang Home Industry P Chart of Damage 78

4.12 Uyung Home Industry P Chart of Damage 79

4.13 VIVAN Shoes P Chart of Damage 80

4.14 Bengkel Dr. Kevin P Chart of Damage 81

(19)

xviii

4.16 UKM Abdul ShoesP Chart of Damage 83

4.17 Nugraha Sugih P Chart of Damage 84

4.18 Bengkel H. Endang P Chart of Damage 85

4.19 Monita Shoes P Chart of Damage 86

4.20 She Must Wear P Chart of Damage 87

4.21 Diagram Pareto Kusnadi Home Indsutry 88

4.22 Diagram Pareto Assenda Sepatu Sendal 89

4.23 Diagram Pareto Mutiara Sepatu Sendal 90

4.24 Diagram Pareto Meliska 91

4.25 Diagram ParetoAzfa Collection 92

4.26 Diagram Pareto Endang Home Industry 93

4.27 Diagram Pareto Uyung Home Industry 93

4.28 Diagram Pareto VIVAN Shoes 93

4.29 Diagram Pareto Bengkel Dr. Kevin 94

4.30 Diagram Pareto Balete Shoes 95

4.31 Diagram Pareto UKM Abdul Shoes 95

4.32 Diagram Pareto Nugraha Sugih 96

4.33 Diagram Pareto Bengkel H. Endang 97

4.34 Diagram Pareto Monita Shoes 97

4.35 Diagram Pareto She Must Wear 98

4.36 Diagram Sebab - Akibat 100

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Kuesioner Penelitian 109

2 Jawaban Kuesioner 114

3 Output PLS Algorithm 116

4 Hasil Perhitungan untuk Diagram Kendali P 117

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Diakui, bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memiliki peran

penting di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di

negara-negara sedang berkembang (NSB) tetapi juga di negara-negara maju

(NM). Pada negara maju, UMKM sangat penting, tidak hanya karena

kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan

usaha besar, seperti halnya negara sedang berkembang, tetapi juga

kontribusinya terhadap pembentukan atau pertumbuhan produk domestik

bruto (PDB) paling besar dibandingkan kontribusi dari usaha besar (Tulus

Tambunan, 2012: 1).

Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat

bahwa pada tahun 2013 terdapat 57.895.721 unit UMKM atau menempati

pangsa pasar Indonesia sekitar 99,99%. Dapat dilihat bahwa UMKM

mengalami perkembangan sebesar 1.361.129 unit sejak tahun 2012 sampai

2013. Dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 6.486.573 atau

sebesar 6,03% dan peningkatan Pendapatan Domestik Bruto sebesar

(22)

2

Tabel 1.1

Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar Tahun 2012-2013

No Indikator Satuan Tahun 2012 Tahun 2013 Perkembangan Tahun 2012-2013 Jumlah Pangsa

(%)

Jumlah Pangsa (%)

Jumlah Pangsa (%) 1 Unit Usaha

(A+B) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UM) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menen gah (UM) B. Usaha Besar (UB)

(unit) 56.539.560 56.534.592 55.856.176 629.418 48.997 4.968 99,99 98,79 1,11 0,09 0,01 57.900.787 57.895.721 57.189.393 654.222 52.106 5.066 99,99 98,77 1,13 0,09 0,01 1.361.227 1.361.129 1.333.217 24.803 3.110 98 2,41 2,41 2,39 3,94 6,35 1,97 2 Tenaga Kerja

(A+B) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UM) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menen gah (UM) B. Usaha Besar (UB)

(23)

3 3 PDB atas

Dasar Harga Berlaku (A+B) A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UM) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menen gah (UM) B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar ) 8.241.864,3 4.869.568,1 2.951.120,6 798.122,2 1.120.325,3 3.372.296,1 59,08 35,81 9,68 13,59 40,92 9.014.951,2 5.440.007,9 3.326.564,8 876.385,3 1.237.057,8 3.574.943,3 60,34 36,90 9,72 13,72 39,66 773.086,9 570.439,8 375.444,2 78.263,1 116.732,5 202.647,2 9,38 11,71 12,72 9,81 10,42 6,01 4 PDB atas

Dasar Harga Konstan 2000 A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (UM) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menen gah (UM) B. Usaha Besar (UB) (Rp. Milyar ) 2.525.120,4 1.451.460,2 790.825,6 294.260,7 366.373,9 1.073.660,1 57,48 31,32 11,65 14,51 42,52 2.670.314,8 1.536.918,8 807.804,50 342.579,19 386.535,07 1.133.396,05 57,56 30,25 12,83 14,48 42,44 145.194,4 85.458,5 16.978,9 48.318,5 20.161,1 59.735,9 5,75 5,89 2,15 16,42 5,50 5,56 Sumber: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Berkembangnya Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia harus diikuti

(24)

4

mampu bertahan menghadapi berbagai peluang serta ancaman, baik ancaman

eksternal maupun ancaman internal. Peluang sekaligus ancaman yang akan

dihadapi oleh UKM salah satunya adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN atau

yg disingkat dengan MEA, yang diberlakukan pada akhir tahun 2015.

MEA merupakan sebuah gagasan dari para pemimpin ASEAN dan seluruh

negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menciptakan pembangunan

negara-negara ASEAN dengan melakukan integrasi ekonomi yaitu aliran

bebas barang, jasa, investasi dan tenaga kerja terdidik antar negara ASEAN.

Dengan adanya MEA maka akan terjadi perdagangan bebas (free trade),

penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja

dan pasar modal yang bebas. Deklarasi Masyarakat Ekonomi ASEAN

bertujuan membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang

menggerakan para pelaku usaha, suatu kawasan dengan membangun ekonomi

yang merata, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi serta kawasan yang

terintegrasi penuh dengan ekonomi global.

Usaha kecil dan menengah (UKM) termasuk usaha mikro merupakan

bagian tulang punggung perekonomian Negara-negara anggota ASEAN.

UKM merupakan sumber terbesar dari pendapatan lokal disamping semua

sektor ekonomi, baik pada area pedesaan dan perkotaan. Sektor UKM yang

kuat, dinamis dan efisien menentukan perkembangan ekonomi yang

berkelanjutan. Oleh sebab itu, dorongan dan promosi UKM yang kompetitif

dan inofatif dibutuhkan dalam memberikan kontribusi pada pertumbuhan

(25)

5

Development, 2009: 1). Untuk menghadapi MEA para pelaku UKM harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan

dengan para pelaku UKM dari Negara ASEAN lainnya. Yang menjadi

pertanyaan besar bagi para pelaku UKM di Indonesia tentunya adalah tentang

kesiapan mereka dalam mempersiapkan strategi-strategi bersaing dan kesiapan

dalam menghadapi berbagai jenis produk asing yang sampai saat ini sudah

dapat ditemukan dibanyak tempat di Indonesia.

Michael Porter menawarkan dua strategi bersaing untuk mengungguli para

pesaing dalam bisnis yaitu biaya rendah dan diferensiasi. Biaya rendah adalah

kemampuan perusahaan atau sebuah unit bisnis untuk merancang, membuat

dan memasarkan sebuah produk sebanding dengan cara yang lebih efisien

daripada pesaingnya. Sedangkan diferensiasi adalah kemampuan untuk

menyediakan nilai unik dan superior kepada pembeli dari segi kualitas,

keistimewaan/ciri-ciri khusus atau layanan purna-jual (J. David Hunger dan

Thomas L. Wheelen, 2003: 245).Dari kedua strategi tersebut, strategi

diferensiasi lebih unggul dalam menghasilkan laba yang lebih tinggi daripada

strategi biaya rendah karena dengan adanya diferensiasi mengakibatkan

produk sulit untuk tersaingi.

Karena keunggulan strategi diferensiasi tersebut, maka para pelaku usaha

perlu untuk meningkatkan kualitas produknya. Russel dalam Ariani (2002:9)

mengidentifikasi tujuh peran kualitas, yaitu:

1. Meningkatkan reputasi perusahaan

(26)

6

3. Meningkatkan pangsa pasar

4. Dampak internasional

5. Adanya pertanggungjawaban produk

6. Penampilan produk

7. Mewujudkan kualitas yang dirasa penting.

Untuk menciptakan produk yang berkualitas, maka diperlukan suatu

pengendalian mutu proses produksi yang berkelanjutan. Sehingga nantinya

UKM mampu menghasilkan produk dengan mutu yang baik sesuai dengan

kebutuhan konsumen yang berdampak pada kesetiaan konsumen terhadap

produk UKM.

Dalam proses pengendalian mutu produksi tidak hanya dapat diketahui

produk memenuhi standar atau tidak, tetapi dapat membantu para pelaku

usaha untuk memusatkan perhatiannya pada perbaikan mutu. Produk yang

dihasilkan oleh UKM harus selalu diperiksa agar selalu terjaga kualitasnya

dan agar dapat mengetahui produk-produk yang tidak memenuhi standar agar

tidak sampai ketangan konsumen.

Gambaran mengenai kualitas produk UKM dapat diketahui melalui

metode Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Manajemen

Mutu Terpadu adalah sebuah metode dengan budaya, sikap dan struktur

organisasi dari sebuah perusahaan yang berusaha untuk menyediakan

pelanggan dengan produk dan jasa yang memenuhi atau melebihi kebutuhan

mereka dengan melibatkan manajemen dan seluruh karyawan dalam perbaikan

(27)

7

kerugian akibat praktik-praktik pemborosan, pembuangan dan cacat (Thomas

Sumarsan, 2010: 185). Christine Dwi dalam penelitiannya pada tahun 2012

yang berjudul Kajian Teoritis Sistem Manajemen Mutu pada Usaha Kecil

Menengah Menghadapi Tantangan Globalisasi menyimpulkan bahwa Sistem

Manajemen Mutu terbaik yang diterapkan untuk Usaha Kecil Menengah

adalah:

1. Kegiatan untuk menjamin mutu produk pada UKM ada tiga hal:

perencanaan mutu, pengendalian mutu dan perbaikan mutu, agar mutu

produk selalu terjamin kualitasnya.

2. Untuk menjamin kualitas produk secara sah ada ketentuan standarisasi

di Indonesia yang berlaku adalah SNI (Standar Nasional Indonesia),

ada proses dan biaya sertifikasinya, SNI ini diterapkan secara wajib

bagi produk-produk tertentu yang berlisensi beredar resmi di pasaran

dengan skala nasional dan internasional. Karena SNI sudah

mengadopsi ISO.

3. Untuk Produk yang diekspor secara internasional sebaiknya

menerapkan ISO dalam Sistem Manajemen Mutu Produk yang

dihasilkan ISO 9001:2000.

4. Penerapan model sistem Manajemen Mutu pada UKM dalam bentuk

EFQM yang diterapkan di Eropa dapat diterapkan di UKM yang

ekspor ke Eropa yang mengukur kinerja sistem dan hasil yang dicapai

(28)

8

5. TQM menggambarkan penekanan mutu yang memacu seluruh

organisasi dalam UKM, mulai dari pemasok sampai konsumen untuk

kualitas produk terbaik.

Atas dasar begitu rumit serta pentingnya proses produksi dalam

menentukan kualitas sebuah produk sepatu yang dihasilkan UKM di daerah

Bogor, memberikan ide kepada peneliti untuk melakukan analisis terhadap

pengendalian mutu produksi. Dengan menggunakan pendekatan Statistical

Quality Control (SQC) dapat diketahui kualitas proses produksi dan kualitas

hasil akhir yang ditunjukan dengan jumlah produk cacat/rusak berada pada

batas hasil Upper Control Limit (UCL) atau Lower Control Limit (LCL).

Sedangkan dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma dengan metode

Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control (DMAIC) dapat

mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan, pembuangan dan cacat pada

proses produksi akibat non value added activity yang membuat proses

produksi menjadi semakin lama.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengendalian mutu pada proses produksi UKM Penghasil

Sepatu Daerah Bogor?

2. Bagaimana kualitas proses produksi pada UKM Penghasil Sepatu Daerah

(29)

9

3. Apa penyebab kecacatan/kerusakan pada proses produksi UKM Penghasil

Sepatu Daerah Bogor?

4. Apa faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM Penghasil

Sepatu Daerah Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengendalian mutu proses produksi UKM Penghasil Sepatu

Daerah Bogor.

2. Menganalisis kualitas proses produksi pada UKM Penghasil Sepatu

Daerah Bogor.

3. Mengidentifikasi penyebab kecacatan/kerusakan pada proses produksi

UKM Penghasil Sepatu Daerah Bogor.

4. Mengidentifikasi faktor utama yang paling mempengaruhi mutu UKM

Penghasil Sepatu Daerah Bogor .

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak,

diantaranya:

a. Bagi UKM, memberikan informasi yang baik untuk mengetahui kinerja

pengendalian mutu produksi dan kualitas produk akhir dalam rangka

meningkatkan kualitas UKM. Serta membantu pula menyelesaikan

(30)

10

proses produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan

meningkatkan laba UKM.

b. Sebagai referensi dan informasi bagi peneliti yang lain yang akan

melakukan penelitian pada ruang lingkup yang sama dalam rangka

mengkaji lebih jauh lagi tentang masalah ini.

c. Dalam penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat menambah informasi

dan pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai pengembang ilmu

pengetahuan khususnya tentang analisis pengendalian mutu produksi pada

(31)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Produksi dan Operasi (Production and Operation)

Pengertian produksi dan operasi dalam ekonomi adalah merupakan

kegiatan yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan

menambah kegunaan atau utilitas suatu barang atau jasa (Sofjan Assauri,

2008: 18).Produksi dan operasi adalah kegiatan mengolah masukan (input)

menjadi produk barang atau jasa (output)dengan menggunakan berbagai

sumber daya yang dimiliki. Masukan yang dimaksud dalam proses produksi

dan operasi ini adalah bahan baku, listrik, bahan bakar, sumber daya

manusia dan dana atau modal.

Fungsi utama dari proses produksi dan operasi ini adalah menghasilkan

barang atau jasa yang berkualitas dan memilik manfaat bagi konsumen,

sehingga dapat memberikan hasil pendapatan bagi suatu usaha. Selain fungsi

tersebut, menurut Prof. Dr. Sofjan Assauri terdapat empat fungsi terpenting

dalam fungsi produksi dan operasi, yaitu:

a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan

untuk pengolahan masukan (inputs).

b. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa

(32)

12

yang akan dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien.

c. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan

pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan

dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode teretentu.

d. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin

terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga

maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan

[image:32.595.134.512.107.587.2]

(inputs) pada kenyataannya dapat dilaksanakan.

Gambar 2.1

Sistem Produksi dan Operasi

Informasi Umpan Balik

Sumber: Prof. Dr. Sofjan Assauri (2008)

Sistem produksi dan operasi tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi

dilakukan dengan kerjasama oleh sejumlah orang. Sehingga dalam proses

produksi dan operasi diperlukan suatu manajemen untuk

Masukan:

- Bahan

- Tenaga kerja

- Mesin

- Energi

- Modal

- Informasi

Transformasi:

Proses Konversi

Keluaran:

(33)

13

mengoordinasikan dan mengatur faktor-faktor produksi agar proses

produksi dan operasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Manajemen

produksi dan operasi merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian

sumber-seumber daya untuk memproduksi atau menghasilkan

barang-barang atau jasa-jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai tujuan

dan sasaran organisasi (Sofjan Assauri, 2008: 19). Dalam manajemen

produksi dan operasi terdapat beberapa hal yang dilakukan, seperti: (1)

Penyusunan rencana produksi dan operasi. (2) Perencanaan dan

pengendalian persediaan dan pengadaan bahan baku. (3) Pemeliharaan

atau perawatan (maintenanace) mesin dan peralatan. (4) Pengendalian

mutu. (5) Pengelolaan tenaga kerja dalam proses produksi dan operasi,

desain tugas dan pekerjaan, dan pengukuran kerja.

2.1.2 Mutu atau Kualitas (Quality)

Mutu atau kualitas merupakan hal terpenting dalam membuat sebuah

produk barang atau jasa. Dengan adanya mutu atau kualitas yang baik dapat

menciptakan keinginan pelanggan untuk menggunakan barang atau jasa

yang kita tawarkan. Sejalan dengan perkembangan dalam dunia usaha dan

bidang teknologi, maka para pelaku usaha berusaha untuk menjaga reputasi

dan nama baik dengan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas

produk barang atau jasanya agar mampu menghadapi para pesaing dan

(34)

14

Mutu atau kualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan

bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya (Sofjan Assauri, 293: 2008):

a. Fungsi Suatu Barang

Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memerhatika fungsi

untuk apa barang tersebut digunakan atau dimaksudkan, sehingga

barang-barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi

fungsi tersebut.

b. Wujud Luar

Salah satu faktor yang penting dan sering digunakan oleh

konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk

menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luar barang

tersebut.

c. Biaya Barang Tersebut

Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan

mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang-barang yang

mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa

mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya,

bahwa barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah

dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih rendah.

Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik

dibutuhkan biaya yang lebih mahal.

Para pelaku bisnis cenderung mempertahankan dan meningkatkan

(35)

15

menghasilkan kualitas atau mutu tersebut dibutuhkan biaya yang disebut

dengan biaya mutu (Quality Cost). Biaya mutu dikelompokkan menjadi

(Sofjan Assauri, 295: 2008):

a. Biaya Pencegahan (Prevention), biaya-biaya yang diperlukan dalam

melakukan usaha-usaha untuk mencapai suatu mutu tertentu, agar

jangan sampai terjadi barang-barang produk yang cacat.

b. Biaya Penaksiran (Appraisal), biaya-biaya yang dibutuhkan dalam

melakukan pengecekan dan usaha-usaha lainnya yang diperlukan

untuk menjaga mutu. Dengan kata lain, biaya penaksiran merupakan

biaya yang diperlukan untuk melakukan penilaian atas mutu dari

barang-barang yang dihasilkan.

c. Biaya Kegagalan (Failure), biaya-biaya yang disebabkan oleh

faktor-faktor internal yang di dalam hal ini disebut dengan kegagalan

internal, seperti biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pengolahan

(processing). Biaya-biaya yang berhubungan dengan kegagalan

eksternal (external failure) meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan

untuk perbaikan atau penggantian dari produk yang gagal atau rusak

sesudah sampai ditangan pembeli, maupun untuk usaha-usaha

penyelidikan dan perubahan desain sebagai akibat gagalnya suatu

produk dalam pasaran.

2.1.3 Pengendalian Mutu atau Kualitas (Quality Control)

Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas (manajemen perusahaan)

(36)

16

dipertahankan sebagaimana yang direncanakan (Agus Ahyari, 2002:

239).Dimana pengertian kualitas menurut lima pakar Manajemen Mutu

Terpadu yaitu (M.N. Nasution, 2005: 15):

(1) Menurut Juran, kualitas produk adalah kecocokan penggunaan

produk (find for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

pelanggan. Kecocokan penggunaan itu didasarkan pada teknologi,

psikologi, waktu, kontraktual, dan etika. Kecocokan penggunaan

suatu produk adalah apabila produk mempunyai daya tahan

penggunaan yang lama, meningkatkan citra atau status konsumen

yang memakainya, tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas

(quality assurance) dan sesuai etika bila digunakan.

(2) Menurut Crosby, kualitas adalah conformance to requirement, yaitu

sesuai yang diisyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki

kualitas apabila sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan.

Standar kualitas meliputi bahan baku, proses produksi dan produk

jadi.

(3) Menurut Deming, kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan

pasar.

(4) Menurut Feigenbaum, kualitas adalah kepuasan pelanggan

sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk dikatakan

berkualitas apabila dapat memberi kepuasan sepenuhnya kepada

konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas

(37)

17

(5) Menurut Garvin, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dan

tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan atau konsumen.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiapengertian

pengendalian adalah proses, cara, perbuatan mengendalikan; pengekangan;

pengawasan atas kemajuan (tugas) dengan membandingkan hasil dan

sasaran secara teratur serta menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil

pengawasan.

Sehingga dapat penulis simpulkan bahwa pengendalian kualitas

adalahaktivitas pengawasan atau pemeriksaan suatu proses produksi agar

berjalan sesuai dengan standar yang ditetapkan yang melibatkan sumber

daya bahan baku dan manusia, teknologi serta lingkungan yang hasilnya

dapat sesuai bahkan melebihi ekspektasi atau kebutuhan konsumen,

sehingga dapat tercipta suatu loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa

yang dihasilkan.

Ilmu pendidikan selalu berkembang, begitupula dengan konsep

pengendalian mutu yang mengalami lima tahap perkembangan yaitu:

(1) Tahap pertama dikenal sebagai era tanpa mutu. Masa ini dimulai

sebelum abad ke-18 dimana produk yang dibuat tidak diperhatikan

(38)

18

ada persaingan (Monopoli) dalam era modern saat ini, praktik seperti

ini masih bisa dijumpai.

(2) Era inspeksi. Era ini mulai berlangsung sekitar tahun 1800-an,

dimana pemilihan produk akhir dilakukan dengan cara melakukan

inspeksi seblum dilepas ke konsumen. Tanggung jawab mutu produk

diserahkan sepenuhnya ke dapertemen inspeksi (quality control).

(3) Statistical Quality Control Era (Pengendalian Mutu Secara Statistik).

Era ini dimulai tahun 1930 oleh Walter Shewart dari Bell Telephone

Laboratories. Departemen inspeksi dilengkapi denngan alat dan

metode statistik untuk mendeteksi penyimpangan yang terjadi pada

produk yang dihasilkan departemen produksi. Departemen produksi

menggunakan data tersebut untuk melakukan perbaikan terhadap

sistem dan proses.

(4) Quality Assurance Era. Era ini mulai berkembang tahun 1950-an.

Konsep mutu meluas dari sebatas tahap produksi ke tahap desain dan

berkoordinasi dengan departemen jasa (Mainenance, Gudang, dan

lain-lain). Manajemen mulai terlibat dalam penentuan supplier.

Konsep biaya mutu mulai dikenal, bahwa aktivitas pencegahan

akang mengurangi pengeluaran daripada upaya perbaikan cacat yang

sudah terjadi. Desain yang salah misalnya akan mengakibatkan

kesalahan produksi atau instalasi, oleh sebab itu sangat dibutuhkan

ketelitian desain untuk mengurangi biaya. Contoh dari era ini adalah

(39)

19

(5) Strategic Quality Management / Total Quality Management. Dalam

era ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dalam

menjadikan kualitas sebagai modal untuk menepatkan perusahaan

siap bersaing dengan kompetitor. Sistem ini didefinisikan sebagai

sitem manajemen strategis dan integratif yang melibatkann semua

manajer dan karyawan serta menggunakan metode-metode kualitatif

dan kuantitatif untuk memperbaiki proses-prose organisasi secara

berkesinambungan agar dapat memenuhi dan melampaui harapan

pelanggan. Contoh era ini adalah penggunaan sistem manajemen

mutu ISO 9000 versi 2000 dan 2008.

Untuk dapat memenuhi kepuasan konsumen, maka dibuat

karakteristik-karakteristik mutu produk yang kemudian dirumuskan dalam standar mutu.

Standar mutu berfungsi sebagai batasan mutu yang harus dipenuhi agar

produk yang dihasilkan sesuai dengan apayang diharapkan pelanggan. Oleh

karena itu pengendalian mutu tidak lepas dari penetapan standar mutu yang

diuraikan sebagai berikut (Agus Ahyari, 2002: 246):

a. Standar bahan baku, meliputi :

(1) Standar mutu bahan baku

Mutu bahan baku ini sangat besar pengaruhnya terhadap

terciptanya mutu produk yang baik. Bahan baku yang mempunyai

mutu yang stabil, setidaknya akan menunjang stabilitas dari mutu

(40)

20

(2) Standar penggunaan bahan baku

Merupakan alat untuk mengadakan pengendalian penggunaan

bahan baku,sehingga penggunaan bahan baku akan terencana dan

tidak terjadi penyimpangan.

(3) Standar harga bahan baku

Dalam hal ini perusahaan akan dapat memperkirakan kebutuhan

dana untuk bahan baku yang dibutuhkan.

b. Standar tenaga kerja, meliputi :

(1) Standar upah

Pemberian upah atau gaji dengan dasar perhitungan yang mudah

dimengerti oleh para karyawan akan membuat para karyawan puas.

(2) Standar jam kerja

Merupakan suatu standar dari jumlah waktu yang menyelesaikan

suatu unit pekerjaan.

c. Standar peralatan produksi, meliputi :

Standar kapasitas, bentuk dan ukuran. Hal ini sangat erat

hubungannya dalam penentuan tingkat operasi yang optimal.

Mesin-mesin yang tidak mempunyai ukuran standar akan mengalami kesulitan

dalam mencari suku cadang serta akan mengakibatkan sulitnya

perbaikan-perbaikan yang harus dilaksanakan apabila terjadi kerusakan.

d. Standar mutu produk, meliputi :

Daya tahan produk dan daya guna produk, dimaksudkan sebagai

(41)

21

adalah kegunaan produk tersebut. Semakin tinggi tingkat kegunaannya

akan semakin besar pula manfaat yang dapat diperoleh oleh

pembeliannya.

Standar mutu diterapkan mulai dari pemilihan bahan baku, proses

produksi dan peralatan yang digunakan, hasil akhir produk, dan distribusi

produk sampai ke tangan konsumen, hingga faktor lain seperti kesejahteraan

karyawan. Semakin kecil tingkat kesalahannya, maka produk yang

dihasilkan akan memiliki kualitas yang baik pula.

Terlepas dari komponen yang dapat dijadikan obyek pengukuran

kualitas, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat

diklasifikasikan sebagai berikut (Zulian Yamit, 2005: 349)

a. Fasilitas operasi seperti kondisi fisik bangunan

b. Peralatan dan perlengkapan

c. Bahan baku atau material

d. Pekerjaan ataupun staf organisasi

Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas diuraikan

sebagai berikut (Zulian Yamit, 2005: 350):

a. Pasar atau tingkat persaingan

Persaingan sering merupakan penentu dalam menetapkan tingkat

kualitas output suatu perusahaan, makin tinggi tingkat persaingan akan

memberikan pengaruh pada perusahaan untuk menghasilkan produk

(42)

22

berharap untuk mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga

yang lebih murah.

b. Tujuan Organisasi (Organization obyectives)

Apakah perubahaan bertujuan untuk menghasilkan output tinggi,

barang yang berharga rendah (low price product) atau menghasilkan

barang yang berharga mahal, exklusif (exclusive expensive product).

c. Testing Produk (product testing)

Testing yang kurang memadai terhadap produk yang dihasilkan

dapat berakibat kegagalan dalam mengungkapkan kekurangan yang

terdapat pada produk.

d. Desain Produk (product design)

Cara mendesain produk pada awalnya dapat menentukan kualitas

produk itu sendiri.

e. Proses Produksi (production process)

Prosedur untuk memproduksi produk dapat juga menentukan

kualitas produk yang dihasilkan.

f. Kualitas Input (quality of inputs)

Jika bahan yang digunakan tidak memenuhi standar, tenaga kerja

tidak terlatih, atau perlengkapan yang digunakan tidak tepat, akan

berakibat pada produk yang dihasilkan.

g. Perawatan perlengkapan (equipment maintenance)

Apabila perlengkapan tidak dirawat secara tepat atau suku cadang

(43)

23

h. Standar Kualitas (quality standart)

Jika perhatian terhadap kualitas dalam organisasi tidak nampak,

tidak ada testing maupun inspeksi, maka output yang berkualitas tinggi

sulit dicapai.

i. Umpan balik konsumen (customer feedback)

Jika perusahaan kurang sensitif terhadap keluhan-keluhan

konsumen, kualitas tidak akan meningkat.

Produk, bukan hanya ditentukan dari output produk yang

dihasilkan.Faktor-faktor pada lingkungan sekitar seperti kondisi

peralatan-peralatan kerja dan konsistensi perusahaan untuk selalu berinovasi sesuai

dengan selera pasar juga memiliki peranan penting dalam menentukan

berkualitasnya suatu produk.

2.1.4 Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)

Manajemen Mutu Terpadu adalah sebuah metode dengan budaya, sikap

dan struktur organisasi dari sebuah perusahaan yang berusaha untuk

menyediakan pelanggan dengan produk dan jasa yang memenuhi atau

melebihi kebutuhan mereka dengan melibatkan manajemen dan seluruh

karyawan dalam perbaikan terus-menerus terhadap produk dan jasa yang

diproduksi dengan mengurangi kerugian akibat praktik-praktik pemborosan,

pembuangan dan cacat (Thomas Sumarsan, 2010: 185).Dengan

menggunakan metode Manajemen Mutu Terpadu ini biasanya UKM mampu

(44)

24

menjalankan proses produksinya dengan benar sesuai dengan standar yang

berlaku.

Bagi UKM yang menggunakan metode Manajemen Mutu Terpadu

biasanya mengutamakan kepuasan pelanggan, karena pada metode ini mutu

ditentukan oleh pelanggan. Para pelaku UKM beranggapan bahwa

pelanggan merupakan faktor penyebab keberlangsungan hidup, karena

pelanggan yang akan menggunakan produk atau jasa yang dihasilkan.

Di kutip dari buku Sistem Pengendalian Manajemen karya Thomas

Sumarsan, terdapat beberapa pendapat tentang manajemen mutu terpadu

diantaranya:

a. William Edward Deming mengungkapkan empat belas pokok butiran

yang merupakan ikhtisar dari pandangan beliau mengenai apa yang

harus dilakukan oleh sebuah organisasi untuk sebuah perbaikan secara

berkesinambungan (Continous Improvement):

(1) Menciptakan keinginan yang teguh untuk mencapai

peningkatan mutu produk dan jasa sehingga dapat menjadi

kompetitif, tetap bertahan di dalam dunia usaha dan penyediaan

lapangan kerja.

(2) Menganut filsafat yang baru. Manajem harus belajar bahwa

sekarang berada dalam era perekonomian baru dan bersiaplah

menghadapi tantangan, pahami tanggung jawabnya, dan

(45)

25

(3) Berhentilah menggantungkan diri pada inspeksi untuk

mencapai mutu. Bangun mutu sejak dari awal.

(4) Berhentilah memberikan kontrak berdasarkan basis penawaran

palng murah. Tetapi meminimisasikan biaya total dengan

bermitra dengan pemasok dengan membina hubungan jangka

panjang.

(5) Meningkatkan sistem produksi dan pelayanan secara

terus-menerus dan selamanya, untuk meningkatkan mutu dan

produktivitas, dan karenanya secara terus-menerus akan

menurunkan biaya.

(6) Melaksanakan latihan kerja.

(7) Melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan. Tujuan

kepemimpinan hendaklah untuk menolong orang dan teknologi

bekerja dengan lebih baik.

(8) Membuang jauh-jauh rasa ketakutan pada pekerja sehingga

semua orang dapat bekerja secara efektif.

(9) Membuang jauh-jauh semua hambatan antar departemen

sehingga orang-orang dapat bekerja sebagai sebuah tim.

(10) Membuang semua slogan-slogan, peringatan-peringatan, dan

target-terget bagi tenaga kerja. Semua itu akan menciptakan

hubungan yang bermusuhan.

(46)

26

(12) Menyingkirkan hambatan yang dapat mmerampok kebanggan

akan keterampilan para pekerja.

(13) Melaksanakan program pendidikan dan peningkatan pribadi

secara giat.

(14) Mengusahakan agar transformasi menjadi pekerjaan semua

orang dan melibatkan semua orang untuk melakukannya.

Di Indonesia, penerapan prinsip Deming membutuhkan pendidikan

dan pelatihan kepada pekerja untuk menghilangkan pengawasan yang

ketat ataupun menghilangkan seluruh pengawasan.

b. Joseph M. Juran berkontribusi dalam langkah dasar untuk maju, langkah

peningkatan mutu dan trilogi Juran.

 Juran – Langkah Dasar untuk Maju

(1) Capailah peningkatan terstruktur dengan basis yang

terus-menerus disertai dengan dedikasi dan keyakinan bahwa hal

itu sangat penting.

(2) Laksanakan program pelatihan yang ekstensif.

(3) Tegakkan komitemen dan kepemimpinan pada manejemen

yang lebih tinggi.

 Juran – Kagiatan untuk Perbaikan Mutu

(1) Bangun kesadaran tentang kebutuhan akan peningkatan mutu

dan pelang bagi peningkatan mutu.

(47)

27

(3) Pengorganisasian untuk mencapai sasaran yang telah

ditetapkan itu.

(4) Laksanakan pelatihan.

(5) Implementasikan proyek-proyek yang bertujuan untuk

memecahkan masalah.

(6) Buat laporan perkembangan/kemajuan.

(7) Beri penghargaan.

(8) Komunikasikan hasil-hasil yang dicapai.

(9) Pertahankan tingkat keberhasilan.

(10) Jaga momentum dengan cara membuat peningkatan pada

sistem regular perusahaan.

 Trilogi Juran

Perencanaan Mutu

(1) Kenali siapa sebenarnya pelanggan.

(2) Pelajari kebutuhan pelanggan.

(3) Buatlah produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan

pelanggan itu.

(4) Ciptakan sistem dan proses yang dapat memberi kemampuan

kepada organisasi untuk memproduksi produk.

(5) Sebar luaskan perencanaan tersebut hingga k tingkat

operasional.

Pengendalian Mutu

(48)

28

(2) Bandingkan kinerja dengan sasaran.

(3) Lakukan tindakan atas terjadinya perbedaan antara kinerja

dengan sasaran.

(4) Peningkatan mutu.

(5) Peningkatan mutu harus dilaksanakan dan

berkesinambungan.

(6) Ciptakan infrastruktur yang diperlukan untuk melaksanakan

peningkatan mutu secara tahunan.

(7) Identifikasi bidang/daerah yang memerlukan peningkatan dan

laksanakan proyek-proyek peningkatan.

(8) Bentuk tim proyek dengan tanggung jawab untuk

meyelesaikan masing-masing proyek peningkatan.

(9) Lengkapi tim-tim tersebutdengan apa yang dibutuhkan

mereka agar mampu mendiagnosis masalah untuk mencari

akar penyebab masalah, cari solusi, dan ciptakan kendali

yang akan dapat mepertahankan hasil yang diperoleh.

c. Philip B. Crosby mengungkapkan konsep manajemen “zero defects” dan pencegahan (prevention) yang dituangkannya dalam Quality

Vaccine dan kegiatan untuk peningkatan mutu.

 Vaksin Mutu (Quality Vaccine)

(1) Kebulatan tekad

(2) Pendidikan

(49)

29

 Crosby – Kegiatan untuk Peningkatan Mutu

(1) Menunjukan secara jelas bahwa manajemen benar-benar

serius dengan masalah mutu dan akan menjalankannya

untuk jangka yang panjang.

(2) Membentuk tim-tim mutu yang bersifat antar departemen.

(3) Mengidentifikasi dimana masalah yang sekarang ataupun

yang potensial akan timbul.

(4) Meninjau biaya yang diperlukan untuk mutu dan jelaskan

bagaimana hal itu digunakan sebagai alat manajemen.

(5) Meningkatkan kesadaran dan komitmen pribadi semua

pekerja tentang mutu.

(6) Mengambil tindakan secara cepat untuk memperbaiki

masalah yang telah teridentifikasi.

(7) Melaksanakan program tanpa cacat.

(8) Melatih pengawas untuk melaksanakan tanggung jawabnya

dalam program mutu.

(9) Melangsungkan sebuah Hari Tanpa Cacat untuk menjamin

semua pekerja sadar bahwa ada arah baru di perusahaan.

(10) Mendorong semua pribadi dan tim untuk meneteapkan

tujuan peningkatan mutu.

(11) Mendorong semua pekerja agar mau menyampaikan pada

manajemen hambatan yang dihadapi mereka dalam rangka

(50)

30

(12) Menghargai pekerja yang mau berpartisipasi.

(13) Membentuk badan mutu untuk mempromosikan

komunikasi yang berkesinambungan.

(14) Mengulangi semua hal untuk menunjukkan bahwa

penigkatan mutu adalah sebuah proses yang tidak pernah

berakhir.

Prinsip Manajemen Mutu sebagaimana yang dikemukakan Masaake

Imae (1971) yang ditulis dalam bukunya berjudul 10 QC Maxims yang

kemudian juga menjadi acuan dalam standar ISO 9001. Instisari dari sepuluh

prinsip itu dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

1. Terapkan PDCA dalam Setiap Tindakan

Pengendalian dan perbaikan mutumerupakan kegiatan yang

berkelanjutan yang harus dijalankan secara sistematis dengan

menerapkan pendekatan manajemen (PDCA) PLAN,DO,CHECK

andACTION(urutan prioritas) dari setiap karakteristik.Setelah

memahami ekspektasi pelanggan terhadapkarakteristik mutu produk, kita

dapatmelanjutkan pertanyaantentang bagaimana kepentingan

relative(urutanprioritas)dari setiap karakteristik itu. Untuk menjawab

pertanyaan ini, kita dapat menggunakan suatu alat yang populer dewasa

ini, yaitu: Penyebaran Fungsi Mutu (Quality Function Deployment =

QFD). Dalam kenyataan, karakteristik mutu yang diinginkan oleh

pelanggan, tingkat ekspektasi pelanggandan kepentinganrelatif dari

(51)

31

2. Pengendalian mutu hendaknya dilakukan sejak awal atau sedini mungkin

pada setiap proses, sebab keterlambatan pengendalian akan menjadi

pemborosan yang tidak perlu yang sebenarnya perlu dicegah.

3. Jangan menyalahkan orang lain

Sikap menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah.

Sebaliknya akan menimbulkan masalah baru. Biladitemukan masalah,

jangan mencari siapa yang bersalah.Tetapi fikirkanlah penyebab

terjadinya masalah dan temukan langkah-langkah perbaikannya.

4. Bertindak berdasarkan prinsip prioritas.

Prinsip prioritas adalah prinsip mengutamakan yang utama, atau

mendahulukan yang penting dalam melakukan suatu tindakan. Sebelum

bertindak, pertimbangkan tingkat kepentingan dari apa yang akan

dilakukan. Bila tindakan itu terkait dengan pemecahan masalah, prioritas

hendaknya diberikan pada masalah yang paling penting atau paling besar

pengaruhnya dalam pencapaian tujuan. Biasanya dalam pemecahan

masalah juga berlaku prinsip pareto atau prinsip 20:80, artinya dalam

pemecahan suatu masalah, hendaknya prioritas diberikan pada 20%

penyebab utamanya yang menimbulakn dampak perbaikan 80%.

5. Proses berikutnya adalah Pelanggan.

Pelanggan adalah proses berikutnya yang menerima atau

menggunakan jasa atau produk dari proses sebelumnya.Konsephubungan

pelanggan-pemasokbiasdiaplikasikan secara internal maupun secara

(52)

32

hasil kerja dari unit lain. Secara eksternal semua mata rantai produk,

mulai dari distributor, agen, pengecer sampai pembeli atau pemakai

langsung suatu produk atau jasa adalah termasukdalam pengertian

hubungan pelanggan-pemasok.Setiap proses berikutnya memiliki empat

hal pokok yang sangat penting dan menjadi fokus pemikiran bagi proses

sebelumnya.Empat hal pokok itu adalah kebutuhan, persyaratan,

harapan, dan persepsi.Kedua pihak hendaknya sebelumnya harus

memikirkan apa yang dibutuhkan, diisyaratkan, diharapakan dan

dipersepsikan oleh proses berikutnya. Upaya sistematis untuk

mengidentifikasi dan memenuhi empat hal pokok itu dinamakan fokus

pelanggan.

6. Setiap Tindakan Perbaikan Diikuti Pencegahan.

Tindakan koneksi adalah tindakan awal untuk menghilangkan

fenomena dari suatu kondisi yang tidak diinginkan.Kondisi yang tidak

diinginkan adalah masalah.Misalnya terjadi penyimpangan berat

produk.Setelah penyimpanagan dikoreksi, selanjutnya perlu dianalisa

secara lebih teliti sampai ditemukan akar penyebab yang paling

dalam.Bila akar penyebab telah dapat diidentifikasi, maka selanjutnya

dipikirkan alternatif cara yang paling efektif untuk mencegah

terulangnya masalah yang sama. Tindakan koreksi dan tindakan

pencegahan idealnya dilakukan bersamaan terhadap suatu

maslah.Perusahaan harus mengambil langkah-langkah untuk

(53)

33

sama tidak terulang kembali.Tindakan yang diambil haruslah dengan

dampak yang ditimbulkan.Perusahaan harus memastikan

langkah-langkah yang diambil untuk menghilangkan penyebab-penyebab ketidak

sesuaian untuk pencegahan yang diambil haruslah sesuai dengan dampak

potensi yang ditimbulkan. Fokus sistem manajemen mutu pada

hakekatnya adalah mencegah terjadinya kegagalan pada seluruh tahapan

mulai dari input,proses sampai output akhir dengan pendekatan

sistematik holistik, sinergistik dan antisipatif.

7. Berbicara Berdasarkan Data

Data adalah dasar untuk melakukan suatu tinadakan.Dalam

penyelesaian masalah data menjadi landasan bertindak agar keputusan

yang diambil tepat dan benar.Agar pemanfaatan data dapat tepat dan

benar maka pendekatan statistik sangat dianjurkan dalam sistem

manajemen mutu.

8. Perbaikan Diawali dengan Penetapan Sasaran

Tujuan dari suatu tindakan haruslah jelas dan ditentukan sejak awal

agar efektivitas tindakan dapat dinilai secara objektif.Sistem manajemen

mutu ISO 9001 mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan

tujuan.Dikatakan sasaran-sasaran mutu, termasuk sasaran lainnya yang

diperlukan untuk mencapai kesesuaian produk ditetapkan pada unit-unit

fungsional pada berbagai tingkatan dalam perusahaan.Sasaran mutu

(54)

34

Sasaran perlu ditetapkan agar evaluasi keberhasilan dapat dilakukakn

setelah perbaikan.Dalam penetapan sasaran biasanya digunakan prinsip

“SMART”.

S= Spesific: sasaran harus jelas dan spesifik.

M=Measurable: sasaran harus dapat diukur.

A=Attainable:sasaran harus realistis dan mungkin dicapai.

R=Reasonable: harus ada alasan terhadap pemilihan sasaran.

T=Time: sasaran harus dicapai dalam waktu yang telah ditentukan.

9. Market in Concept

Konsep dasar merupakan suatu pendekatan dalam pengembangan

produk dengan memfokusakan perhatian pada kebutuhan pasar, bukan

pada apa yang mampu diproduksi atau dibuat oleh perusahaan. Hampir

sama dengan konsep fokus pelanggan, konsep pasar lebih menekankan

pada kebutuhan pasar.Sebelum memproduksi secara masal sebaiknya

perusahaan meneliti kebutuhan pasar.Secara lebih fokus kebutuhan pasar

berarti melihat kebutuhan,persyratan, harapan, calon pelanggan pada

segmen yang menjadi target.

10.Biasakan Mencatat, Membuat Prosedur dan Menetapkan Standar.

Menyediakan prosedur tertulis dan penetapan standar mutu/hasil

kerja harus selalu dijadikan kebiasaan dalam setiap kegiatan, sehingga

tindakan pengendalian dan penngkatan mutu dapat lebih konsisten dan

(55)

35

2.1.5 Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal (Statistical Quality Control)

Statistical Quality Control merupakan metode statistik untuk

mengumpulkan dan menganalisa data hasil pemeriksaan terhadap sampel

dalam kegiatan pengawasan kualitas produksi. Tujuan Statistical Quality

Control adalah untuk menunjukkan tingkat reliabilitas sampel dan

bagaimana cara mengawasi risiko. Statistical Quality Control juga

membantu pengawasan pemrosesan melalui pemberian peringatan kepada

para manejer bila mesin-mesin memerlukan beberapa penyesuaian agar

mereka dapat menghentikannya sebelum banyak produk rusak dibuat (T.

Hani Handoko: 2000:434).

2.1.6 Lean Six Sigma

Lean dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan sitematik dan

unsistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan atau

aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (Non-value-adding activities)

melalui peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara mengalirkan

produk (Material, work-in-process, output) dan informasi menggunakan

sistem tarik (Pull system) dari pelanggan internal dan eksternal untuk

mengejar keunggulan dan kesempurnaan (Vincent Gaspersz, 2007:91).

Sigma merupakan simbol standar deviasi pada statistik yang merupakan

suatu ukuran untuk menyatakan variance atau selisih atau ketidaktepatan

sekelompok data, item produksi atau proses produksi. Six Sigma bertujuan

(56)

36

dan efisiensi pada proses produksi merupakan hal yang utama. Six Sigma

merupakan suatu pendekatan yang berfokus pada pelanggan (customer focus

oriented) yang memuat asumsi bahwa kesalahan produksi produk atau jasa

perusahaan merupakan biaya yang mahal (Thomas Sumarsan, 2010:243).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa Lean Six

Sigma merupakan gabungan antara Lean dan Six Sigma yang berarti suatu

aktivitas pengendalian proses produksi dengan menghilangkan

aktivitas-aktivitas pemborosan yang tidak bernilai tambah dengan menggunakan suatu

ukuran untuk menyatakan variance atau ketidaktepatan proses

produksiuntuk mencapai tingkat kinerja enam sigma atau hanya

memproduksi sedikit cacat untuk setiap satu juta operasi.

Pendekatan Lean Six Sigma berlandaskan pada prinsip 5P (Profits,

Processes, Project-by-project and People) yang berkaitan satu sama lain

(Vincent Gaspersz, 2007:96).

2.1.7 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

a. Pengertian dan Kriteria UMKM Menurut UU No. 20 Tahun 2008

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha

Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang.

Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

(57)

37

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang.

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur

dalam Undang-undang.

Kriteria UMKM menurut Pasal 6 UU No. 20 Tahun 2008 adalah

sebagai berikut:

(1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp

300.000.000,0 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima

(58)

38

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh

milyar rupiah).

b. Permasalahan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Pada tahun 1998, pada saat krisis ekonomi mencapai titik

terburuknya dengan dampak negatif yang sangat besar terhadap hampir

semua sektor ekonomi di Indonesia, banyak perusahaan dari berbagai

skala usaha mengalami kebangkrutan atau mengurangi volume

kegiatan secara drastis. Pada saat itu, Menegkop dan UKM

(59)

39

usaha menengah dan usaha besar yang tutup usaha, masing-masing

sekitar 14,2 dan 12,7 persen dari jumlah unit masing-masing

kelompok. Pada tahun 2000, saat ekonomi Indonesia mulai pulih,

tercatat ada sekitar 39,7 juta UMKM, atau 99,85 persen dari jumlah

perusahaan berbagai skala usaha di Indonesia. Pada tahun yang sama,

ada sekitar 78,8 juta usaha menengah, dengan rata-rata nilai penjualan

per tahun berkisar lebih dari Rp 1 juta dan kurang dari Rp 50 miliar,

atau 0,14 persen dari semua usaha yang ada.

Dibalik perkembangan UMKM yang sangat meningkat pasca krisis

ekonomi, perkembangan UMKM dihalangi oleh banyak hambatan.

Hambatan-hambatan tersebut b

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Produksi dan Operasi
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Grafik kendali dapat
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Flowchart atau biasa disebut sebagai bagan alur sistem merupakan serangkaian bagan-bagan yang mempunyai arus yang menggambarkan langkah - langkah

Proses pencampuran dan pengujian sifat reologi bahan telah dilakukan bagi menentukan pembebanan serbuk yang optimum untuk bahan suapan yang berasaskan kepada serbuk

Dari Table 1 diatas menunjukan sebaran mangrove yang terdapat di Kecamatan Kuta Raja tahun 2004 sebelum tsunami tumbuh secara alami dan terdapat 8 jenis mangrove,

Yang dimaksud dengan syariah di sini adalah dalam melaksanakan prinsip 5C di atas Bank Syariah Mandiri KCP Ulee Kareng harus sudah sesuai dengan

Hasil penelitian yang diperoleh adalah interaksi antara dosis inokulum 7% dan lama fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium 10 hari dapat menurunkan serat kasar dan

Sebagai nilai dugaan kita akan memilih

Melalui pembelajaran dengan metode blended learning, maka pengajar dapat menggunakan teknologi seperti laptop dan smartphone untuk pembelajaran jarak jauh secara online

Hinaan (penodaan) agama Islam dari tokoh Gatholoco dalam pupuh x adalah saat menebak isi teka-teki yang diajukan oleh Dewi Perjiwati. Dewi Perjiwati mengajukan lima